BAB II KARAKTERISTIK POLUSI UDARA LINTAS BATAS NEGARA YANG DISEBABKAN OLEH KEBAKARAN HUTAN Kehidupan generasi mendatang sangatlah tergantung pada generasi sekarang, di mana kehidupan masa kini akan menentukan kualitas lingkungan hidup dan kesejahteraan manusia di masa yang akan datang. Dalam kehidupan masa sekarang ini ada empat permasalahan pokok lingkungan yang berdampak global, yaitu : a. perubahan iklim, termasuk peningkatan suhu bumi secara global; b. lubang ozon di atmosfer; c. ancaman terhadap punahnya species flora dan fauna; d. polusi dari bahan kimia. Menurut temuan para pakar, pada dasarnya peristiwa kebakaran hutan di kawasan Asia Tenggara merupakan gejala yang terjadi sejak zaman yang dinamakan zaman Pleistocene. 5 Namun, sudah barang tentu peristiwa kebakaran pada zaman itubelum mempunyai makna jika dilihat dari segi pengelolaan lingkungan hidup maupun hubungan internasional. Berbeda halnya dengan peristiwa kebakaran hutan pada dasawarsa 1980 dan 1990 – an, serangkaian peristiwa ini dipandang sebagai sebuah malapetaka lingkungan regional. Masalah – masalah lingkungan mengandung dimensi internasional dan juga bersifat timbal balik, yaitu dalam arti, bahwa dalam suatu peristiwa sebuah negara menjadi penderita pencemaran lingkungan, tetapi dalam peristiwa lain kegiatan – kegiatan di dalam negara itu merupakan sumber pencemaran
5
Ibid, hal. 81
Universitas Sumatera Utara
lingkungan hidup lintas batas. Oleh sebab itu, perlindungan lingkungan dipandang sebagai sebuah kepentingan bersama yang dapat diwujudkan jika terdapat kerjasama antar negara dalam lingkup lokal maupun regional. Salah satu masalah lingkungan yang kini sedang dihadapi masyarakat internasional adalah masalah pencemaran udara. Pencemaran udara lintas batas merupakan suatu masalah lingkungan yang sangat serius. Selain karena dampak negatifnya terhadap kesehatan manusia, polusi udara yang disebabkan oleh kebakaran hutan juga menimbulkan akibat – akibat ekologis dikarenakan rusaknya hutan tropis yang amat bernilai. Defenisi pencemaran udara bila kita pelajari di berbagai kepustakaan ternyata tidak ada satu pun yang sama antara yang satu dengan yang lainnya, dimana umumnya lebih banyak menengahkan pengertian – pengertian melalui perumpamaan yang dirangkaikan sebagai suatu defenisi. Istilah pencemaran sendiri mulai dipergunakan di Indonesia untuk pertama kalinya untuk menerjemahkan istilah asing “pollution” pada seminar biologi II di Ciawi, Bogor pada tahun 1970. Sejak itu mulailah istilah ini menyebar dan merata dalam bahasa Indonesia, baik dalam penggunaan di media massa atau dipergunakan di lembaga – lembaga resmi. Secara mendasar dalam kata pencemaran
terkandung pengertian
pengotoran (contamination), pemburukan (deterioration). Pengotoran dan pemburukan terhadap sesuatu semakin lama akan kian menghancurkan apa yang dikotori atau diburukkan, sehingga akhirnya dapat memusnahkan setiap sasaran yang dikotorinya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut temuan para pakar, polusi udara merupakan gejala alam yang telah terjadi sejak zaman dahulu kala. Namun, polusi udara yang terjadi pada saat itu bisa dibilang tidak berarti dibandingkan dengan polusi udara yang terjadi belakangan ini, dimana kuantitas dan skala polusi udara yang terjadi telah mempunyai dampak yang sangat buruk bagi pengelolaan lingkungan hidup. Polusi udara yang terjadi pada dasawarsa 1980 dan 1990 – an telah dipandang sebagai sebuah malapetaka lingkungan regional. Ini disebabkan karena dampak yang ditimbulkan oleh polusi udara ini tidak saja dialami oleh masyarakat di negara yang di dalam yurisdiksinya polusi itu terjadi, namun juga terhadap masyarakat negara lain. Gejala – gejala inilah yang dinamakan dengan pencemaran udara lintas batas (transboundary air pollution).
A. SUMBER – SUMBER POLUSI UDARA SECARA UMUM Polusi udara merupakan pencemaran udara yang diakibatkan oleh beberapa aktivitas manusia seperti transportasi, industri, dan lain – lain. Aktivitas yang berlebihan seperti itulah yang menyebabkan kadar polusi udara di suatu daerah atau negara meningkat, dengan kata lain semakin tinggi populasi suatu daerah atau negara, maka semakin besar kemungkinan tingkat polusi udara suatu negara tersebut meningkat. Kita dapat membedakan berbagai macam pencemar udara dalam dua kelompok berdasarkan asal mulanya dan kelanjutan perkembangannya di udara yaitu :
6
6
Slamet Riyadi, Pencemaran Udara, Surabaya, Usaha Nasional, 1982 hal. 18 - 23
Universitas Sumatera Utara
1. Pencemar Primer Yaitu semua pencemar yang berada di udara dalam bentuk yang hampir tidak pernah berubah. Sama seperti saat ia dibebaskan dari sumbernya semula sebagai hasil dari suatu proses tertentu. Umumnya ia berasal dari sumber – sumber yang diakibatkan oleh aktivitas manusia (karena perbuatan tangan manusia), antara lain kegiatan industri, pembakaran hutan, dan lain – lain.
2. Pencemar Sekunder Yaitu semua pencemar di udara yang sudah berubah karena hasil reaksi tertentu antara dua atau lebih zat pencemar/pollutant. Umumnya pencemar sekunder
itu
merupakan
hasil
antara
pencemar
primer
dengan
kontaminan/pollutant lain yang ada di dalam udara. Reaksi – reaksi yang ditimbulkan dalam timbulnya pencemar sekunder antara lain adalah reaksi foto – kimia dan reaksi oksida katalitis. Pencemar udara sekunder yang terjadi melalui reaksi foto – kimia pada umumnya diwakili contohnya oleh pembentukan – pembentukan ozon, yang terjadi antara zat – zat hidrokarbon yang ada di udara dengan Nox melalui pengaruh sinar ultra violet yang ada pada sinar matahari. Sebaliknya pencemar udara sekunder yang terjadi melalui reaksi – reaksi oksida katalitis diwakili oleh pencemar – pencemar berbentuk oksida – oksida gas, yang terjadi di udara karena adanya partikel – partikel logam di udara sebagai katalisator.
Universitas Sumatera Utara
B.
POLUSI UDARA LINTAS BATAS YANG DISEBABKAN OLEH KEBAKARAN HUTAN Lingkungan hidup adalah suatu ekologi dan ekosistem, dan hutan adalah
salah satu tempat ekologi dan ekosistem tersebut. Segala sesuatu di dunia ini erat hubungannya satu dengan yang lain. Antara manusi dengan manusia, antara manusia dengan hewan, antara manusia dengan tumbuh – tumbuhan dan antara manusia dengan benda mati sekalipun. Begitu pula antara hewan dengan hewan, antara hewan dengan tumbuh – tumbuhan, antara hewan dengan manusia dan juga antara hewan dengan benda – benda mati di sekelilingnya. Akhirnya tidak terlepas pula pengaruh mempengaruhi antara tumbuh – tumbuhan yang satu dengan yang lainny, antara tumbuh – tumbuhan dengan hewan, antara tumbuh – tumbuhan dengan manusia, dan antara tumbuh – tumbuhan dengan benda mati di sekelilingnya. 7 Oleh karena itu, besarnya ekologi dan ekosistem di suatu tempat seperti hutan harus tetap dijaga karena memiliki manfaat yang besar, tidak hanya bagi manusia, tetapi juga bagi negara itu sendiri. Lingkungan hidup juga menjadi salah satu faktor penting bagi kemajuan dan perkembangan suatu negara. Karena lingkungan hidup menyediakan sumber daya alam yang besar, sumber daya alam yang baik tidak lepas dari pelestarian lingkungan hidup yang baik pula. Hutan merupakan hal yang harus diperhatikan, selain menjadi paru – paru dunia, hutan merupakan kebanggaan bagi suatu negara yang mempunyai kawasan hutan yang luas. Tetapi, luasnya hutan belum menjamin besarnya sumber daya
7
Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Edisi ketujuh, Cetakan keenambelas, (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2001), hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
alam negara tersebut tanpa memperhatikan pelestarian terhadap hutan itu sendiri, yang memerlukan perhatian yang cukup serius untuk itu. Tidak dapat kita pungkiri, kebakaran hutan bukan hanya kesalahan dari manusia saja, faktor cuaca juga mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan tersebut. Panjangnya musim kemarau di suatu negara adalah salah satu penyebab kebakaran hutan itu terjadi, di Indonesia misalnya, kebakaran hutan dalam skala yang cukup besar diakibatkan karena panjanganya musim kemarau. Polusi udara lintas batas dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya ialah dikarenakan adanya kebakaran hutan dalam skala besar hingga menimbulkan tidak saja kerusakan lingkungan, namun juga menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia. Gangguan pernafasan menjadi salah satu ancaman bila kebakaran hutan terjadi. Selain itu, gangguan jarak pandang pada lalu lintas juga menjadi masalah yang penting, karena mengganggu aktivitas – aktivitas manusia di dalam suatu negara yang mengalami kebakaran hutan. Kerusakan lingkungan menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian dalam hal ini. Selain merusak ekosistem tumbuhan, kebakaran hutan juga merusak ekosistem hewan yang terdapat di dalamnya. Masalah demi masalah pun timbul akibat kebakaran hutan, selain mempengaruhi kesehatan manusia yang diakibatkan oleh asap kebakaran hutan yang sangat mengganggu, kebakaran hutan juga menimbulkan masalah antar negara apabila kebakaran hutan telah mencapai taraf polusi udara lintas batas, dimana asap dari kebakaran hutan itu sendiri mencapai suatu wilayah negara lain akibat besarnya suatu kebakaran hutan yang tidak secara cepat ditanggulangi.
Universitas Sumatera Utara
Akibatnya, negara yang merasa dirugikan oleh polusi udara yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dari suatu negara yang mengalami suatu kebakaran hutan dalam skala yang besar menuntut suatu pertanggung jawaban kepada negara yang mengalami kebakaran hutan skala besar tersebut yang dianggap sebagai negara yang menjadi suatu sumber polusi udara lintas batas yang bukan hanya mengganggu wilayah negaranya sendiri, tetapi juga mengganggu wilayah negara lain.
C. PENYEBAB KEBAKARAN HUTAN Ada berbagai macam penyebab polusi udara, dimana salah satunya adalah dikarenakan adanya suatu kebakaran hutan dalam skala besar. Penyebab terjadinya kebakaran hutan ini sendiri ada bermacam – macam, entah karena bencana alam maupun akibat perbuatan manusia. Kebakaran baik secara alamiah maupun yang disebabkan oleh umat manusia merupakan faktor perubah lingkungan penting bagi berbagai ekosistem daratan. Kebakaran dapat merusak dan mendatangkan malapetaka, akan tetapi teknik pembakaran dapat juga dianggap sebagai suatu alat yang digunakan untuk pengelolaan hutan atau lahan di suatu kawasan. Kebakaran mengakibatkan kerusakan karena panas yang ditimbulkannya, akan tetapi teknik pembakaran dapat pula merangsang akar untuk menghisap air tanah lebih banyak serta dapat merangsang kuncup untuk tumbuh dan dapat merangsang pertumbuhan kecambah dari beberapa species tumbuhan yang tahan api. Tiga faktor yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan adalah kesengajaan, kelalaian dan pengaruh alam. Kebakaran hutan berskala besar yang
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh perbuatan manusia biasanya disebabkan oleh pelanggaran peraturan oleh investor baru di bidang agribisnis khususnya Perkebunan Berskala Besar Tanpa Bakar (PLTB) yang merupakan peraturan dari Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan dan Departemen Transmigrasi, Pemukiman Perambah Hutan yang telah disepakati sejak tahun 1995. 8 Selain itu ada juga kebakaran hutan yang berskala kecil, yang disebabkan oleh penyiapan lahan pertanian perorangan yang telah menjadi kebiasaan setiap musim kemarau, karena antisipasi datangnya musim hujan. Masyarakat dengan sengaja membakar hutan dengan berbagai tujuan, antara lain untuk memperoleh lahan hutan bagi perladangan, memanfaatkan abu serasahnya untuk memupuk tanah garapan, memperoleh tunas atau rumput muda untuk makanan ternak dan untuk mengalihkan perhatian terhadap keamanan hutan. Bentuk kelalaian atau kecerobohan masyarakat yang dapat menimbulkan kebakaran hutan, antara lain adalah dengan membuang atau meninggalkan secara sembarangan obor, puntung rokok atau api unggun yang belum dimatikan. Api dengan mudah dapat menyulut serasah hutan yang kering, lebih – lebih jika terhembus angin kebakaran yang ditimbulkan oleh pengaruh alam. Kebakaran hutan yang disebabkan hal – hal ini pada awalnya hanya berskala kecil namun kemudian menjadi kebakaran yang meluas yang sedikit banyak memberikan andil terhadap bencana nasional kebakaran hutan dan lahan. Secara umum kegiatan pembukaan lahan hutan, yang sekarang ini dilakukan di luar pulau Jawa, merupakan bagian atau tahapan dari proses peningkatan pembangunan khususnya dalam rangka pengembangan usaha budi 8
Aca Sugandhy, “Dampak kebakaran hutan dan lahan terhadap keanekaragaman hayati,” (Diskusi Nasional Kebakaran Hutan, Jakarta, 22 Oktober 1997).
Universitas Sumatera Utara
daya tanaman dan untuk pengembangan areal pemukiman. Kegiatan pembukaan lahan untuk pengembangan budi daya tanaman antara lain adalah untuk budi daya tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan. Kegiatan tersebut dilakukan baik oleh badan – badan usaha yang sedang melakukan pembangunan perkebunan dan kehutanan, maupun oleh masyarakat yang sedang melakukan persiapan penanaman tanaman pangan. 9 Timbulnya kabut asap yang telah menjadi bencana nasional ini, terkait dengan proses – proses kegiatan pembukaan lahan sebagaimana dijelaskan di atas. Kaitan ini dikarenakan dalam suatu proses pembukaan lahan hutan, dilakukan pembakaran terhadap sisa – sisa material bahan tebangan atau biomassa seperti dahan, ranting dan daun, langkah pembakaran dilakukan karena dalam proses pembakaran terdapat hal – hal yang menguntungkan, antara lain cepat, murah, dan sisa – sisa pembakaran akan menjadi input terhadap peningkatan lahan budi daya. Proses pembakaran sebenarnya selalu terjadi di dalam proses pembukaan lahan dalam persiapan pengembangan budi daya tanaman. Namun terjadinya asap tebal yang dikarenakan pembakaran hutan seperti pada dasawarsa 1980 dan 1990 – an selain disebabkan karena kondisi alam, yaitu musim kemarau yang berkepanjangan, juga disebabkan karena tidak terkendalinya kebakaran sebagai akibat kecerobohan para pembuka lahan. Intensitas dan frekuensi kebakaran bervariasi daya pengaruhnya, baik pengaruh yang merugikan maupun yang menguntungkan. Setiap daerah memiliki ciri sendiri – sendiri dan masalah kebakaran tidak hanya bervariasi di antara berbagai kawasan yang berbeda, akan tetapi juga di dalam kawasan tertentu 9
Direktur jenderal pengusahaan hutan, “Kebijaksanaan Pembukaan Lahan Hutan Di Bidang Pengusahaan Hutan”, (Diskusi Nasional Kebakaran Hutan, Jakarta, 22 Oktober 1997).
Universitas Sumatera Utara
menurut keadaan habitat yang berbeda satu dengan yang lainnya. Di daerah tropika timbulnya kebakaran cenderung ada kaitannya dengan bentuk kehidupan rerumputan. Ada beberapa jenis pohon perdu yang tahan terhadap kebakaran sebagai hasil adaptasinya terhadap keadaan kekeringan yang periodik. Kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan telah menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang mengakibatkan rusaknya habitat, penurunan populasi serta lenyapnya flora fauna dan mikroba, disamping itu kebakaran hutan berdampak langsung terhadap kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar hutan yang dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya (pangan, sandang, papan dan obat – obatan) sangat tergantung pada potensi keanekaragaman hayati. Kebakaran tersebut dalam jangka waktu tertentu akan menimbulkan bencana kelaparan terhadap masyarakat tradisional. Faktor – faktor yang mendorong meluasnya kebakaran hutan ialah :
10
1. Faktor Perubahan Iklim Secara umum kita memiliki musim kemarau dan musim hujan yang datangnya relatif teratur. Siklus ini kadang – kadang mengalami gangguan karena datang lebih cepat dan berakhir lebih lambat dari biasanya. Hal ini berkaitan dengan gejala El Nino – Southern Oscillation atau ENSO yang datang secara tidak beraturan dan dengan intensitas yang tidak sama pula. Kemampuan meramalkan secara tepat datangnya El Nino ini merupakan salah satu cara mengurangi atau menghindari dampak negatifnya. Misalnya, musim kemarau yang berkepanjangan
10
Nengah Wirawan, “ Bahaya Kebakaran Hutan dan Pencegahannya “, (Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Kebakaran Hutan, Jakarta, 22 Oktober 1997).
Universitas Sumatera Utara
membuat air sungai menurun sangat drastis, lahan – lahan kekeringan, pepohonan dan tumbuhan lainnya malah ada yang mati sebelum ada api yang melahapnya.
2. Faktor Habitat Seperti diuraikan diatas, keanekaragaman jenis habitat yang sebenarnya sangat tidak teratur, mempengaruhi tingkat kemudahan / kesulitan habitat itu dalam menghentikan atau membiarkan meluasnya penyebaran api. Ada jenis hutan yang sudah mati kekeringan sebelum terbakar. Jenis hutan seperti ini jelas akan menghambat meluasnya kebakaran hutan. Ada juga jenis hutan yang mudah terbakar dikarenakan kandungan bahan organiknya. Lahan gambut yang kering karena kemarau menjadi sangat mudah terbakar. Juga jenis hutan yang mengandung lapisan batu bara (coal seam) yang menonjol ke permukaan tanah, seperti yang terdapat di Kalimantan Timur, akan sangat mudah terbakar. Di kedua jenis hutan yang mengandung bahan organik ini api bisa menjalar di permukaan tanah. Kalau di lahan gambut api bisa dipadamkan oleh hujan lebat yang turn terus menerus dalam kurun waktu tertentu, api di lapisan batu bara lebih bersifat permanen yang tidak mampu dimatikan oleh hujan.
3. Faktor Sifat Biomassa Seperti yang sudah disinggung di atas, ada jenis tumbuhan yang tahan api dan ada pula yang mempermudah pembakaran karena kandungan rasin / damarnya. Sebaran dari jenis – jenis ini ada yang mengelompok dan ada yang tidak, sehingga ada tegakan hutan yang terbakar habis dan ada yang relatif masih
Universitas Sumatera Utara
utuh meskipun api telah menghanguskan serasah serta jenis yang tidak tahan kebakaran.
4. Faktor Manusia Pada masyarakat tradisional, seperti di pedalaman Kalimantan, api merupakan alat utama dalam pembukaan areal pertanian mereka. Melalui pengalaman yang diteruskan secara turun temurun, proses penebasan, pengeringan dan pembakaran biomassa dilakukan sedemikian rupa sehingga areal yang ditebas sudah habis terbakar pada saat musim hujan datang. Hal ini tidak saja membuat hujan itu menjadi efektif dalam mendukung pertumbuhan tanaman, tetapi juga efektif dalam menghentikan kemungkinan kebakaran yang tidak terkendali. Pengendalian kebakaran juga dilakukan dengan membuat petak – petak perladangan yang relatif kecil (1 – 2 Ha) yang tersebar sendiri – sendiri di dalam kawasan hutan primer atau hutan sekunder yang sudah tua. Dengan cara ini, meskipun hujan belum tiba, hutan utuh di sekitar petak yang baru dibuka itu secara otomatis akan menghentikan meluasnya kebakaran. Tetapi, dengan adanya kegiatan pembakaran hutan yang dilakukan di mana – mana oleh pengusaha HPH, yang seringkali berada di areal yang sama atau berdampingan dengan kegiatan perladangan penduduk, meluasnya jalaran api menjadi tak terhindarkan. Kayu sisa tebangan yang tergeletak di lantai hutan yang kemudian mengering, merupakan sumber energi baru bagi perluasan area kebakaran.
Umumnya kebakaran hutan terbagi menjadi tiga tipe, yaitu :
11
11
Rubini Atmawidjaja, “ What to do with Forest Fire “ (Makalah disampaikan pada International Workshop on Forest Fire and Suprresion Aspects).
Universitas Sumatera Utara
1. Ground Fire (Kebakaran di bawah permukaan tanah) Biasanya terjadi karena pembakaran spontan. Humus atau tanah gemuk yang dipakai sebagai bahan pembakar penghasil panas, dimana panas yang dihasilkan ini sangat hebat sehingga mematikan akar pohon. Di Kalimantan Timur, lapisan batu bara di bawah permukaan tanah terus terbakar bahkan pada saat musim hujan. Ini merupakan potensi besar bagi terjadinya kebakaran pada saat musim kemarau. 2. Surface Fire (kebakaran di permukaan tanah) Ini merupakan jenis kebakaran yang terjadi di permukaan tanah. Api yang dihasilkan akan membakar bahan – bahan yang mudah terbakar, seperti dedaunan, sampah, ranting atau batang pohon yang telah jatuh. 3. Crown Fire (puncak kebakaran) Saat kebakaran yang terjadi di permukaan tanah telah terus meningkat, maka ia akan menjadi kebakaran puncak. Angin yang bertiup akan membawa daun – daun yang terbakar ataupun percikan api hingga jauh dari sumber kebakaran itu sendiri.
D. DAMPAK KEBAKARAN HUTAN Kebakaran hutan yang terjadi menimbulkan banyak dampak negatif ke dalam berbagai aspek kehidupan, yaitu terhadap : 12 1. kondisi tanah, air dan atmosfer 2. keanekaragaman floranya 3. keanekaragaman faunanya
12
Nengah Wirawan, Op. Cit. hal. 3
Universitas Sumatera Utara
4. keutuhan ekosistemnya 5. kehidupan manusia
1. Terhadap kondisi tanah, air dan atmosfer a. Struktur tanah menyebabkan erosi dan banjir meningkat, unsur hara banyak yang hancur sehingga kesuburan tanah menurun drastis. b. Pembakaran biomassa tumbuh menghasilkan : c. panas dan berbagai “gas kamar kaca” yang meningkatkan suhu atmosfer d. Gas ozon yang menyebabkan gangguan mata, paru – paru, kerusakan pada tanaman, mengumpul di atas permukaan tanah dengan konsentrasi 5 kali lebih tinggi dari biasanya. e. Asam nitrit yang menimbulkan “hujan asam” (acid rair) merusak potensi perikanan dan sumber air minum. f. Abu atau partikel halus dan semua jenis gas ini kemudian membentuk asap (smog) yang mengganggu pernapasan dan penglihatan yang dapat mengganggu sistem transportasi darat, laut dan udara.
2. Terhadap keanekaragaman floranya a. Api tidak bisa menjalar jauh ke dalam hutan yang masih utuh (belum ditebang) sehingga dampak keanekaragaman hayati di hutan seperti itu boleh dibilang tidak ada. Disitu, dampak kebakaran terbatas pada areal sepanjang hutan yang utuh itu saja. Makin tinggi tingkat
Universitas Sumatera Utara
kerusakan hutan sebelum kebakaran, makin tinggi pula dampak kebakarannnya. b. Api membakar suatu wilayah secara berkala dan terus menerus lebih merusak dari pada api dengan intensitas yang lebih tinggi tapi datang dengan frekuensi yang lebih rendah. Jenis api yang pertama akan menimbulkan hutan sekunder yang masih cukup beragam jenisnya, meskipun keanekaragaman menurun atau berkurang. c. Keanekaragaman hayati di kawasan yang unit area kebakarannya luas akan lebih lambat pulihnya dibandingkan dengan di kawasan hutan yang areal kebakarannya kecil – kecil meskipun luas total kebakarannya sama. d. Tingkat kerusakan juga dipengaruhi oleh komposisi floranya. Tegakan hutan yang di dominasi oleh jenis kayu ulin yang tahan api akan jauh lebih utuh dari tegakan yang di dominasi oleh jenis kapur, meranti, damar dan lain – lain yang menghasilkan resin (damar) yang sangat mudah terbakar. e. Tingkat kerusakan juga ditentukan oleh jenis habitatnya. Hutan di bukit kapur yang tanahnya dangkal akan mengalami kebakaran yang jauh lebih parah dari hutan di atas tanah yang lebih dalam atau teksturnya lebih halus.
Universitas Sumatera Utara
3. Terhadap keanekaragaman faunanya a. Perubahan keasaman air sungai juga menyebabkan terjadinya peledakan populasi Aeromonas hidrophyla, Staphylococcus sp. dan Pseudomonas sp. yang akhirnya menyebabkan infeksi kulit pada ikan. b. Hutan yang terbakar secara merata dan luas akan memberikan dampak yang lebih parah kepada kehidupan satwanya dibandingkan dengan kebakaran hutan yang tidak merata (ada kantong – kantong hutan yang tidak terbakar). c. Karena keberadaan unsur hara yan berlimpah di atas permukaan tanah sesaat setelah kebakaran selesai, berbagai jenis serangga mengalami ledakan populasi, yang ulatnya bisa menjadi hama bagi jenis tumbuhan yang tidak ikut terbakar.
4. Terhadap keutuhan ekosistemnya Pengamatan atas kebakaran hutan menunjukkan bahwa, tergantung dari tingkat kerusakannya sebelum terbakar, berbagai ekosistem memberikan reaksi yang berbeda –beda terhadap api yang melanda kawasan itu. Kawasan yang belum pernah ditebang / diganggu (100.00 Ha) pada dasarnya tetap utuh sementara di areal sisanya tingkat kerusakan sangat ditentukan oleh intensitas kerusakan dan tipe habitatnya.
Universitas Sumatera Utara
5. Terhadap kehidupan manusia Pada umumnya pengaruh yang ditimbulkan lebih banyak menimpa alat pernapasan, berupa gangguan – gangguan seperti infeksi akut dari alat – alat pernapasan, bronchitis kronis, penyakit paru – paru yang memberikan pernapasan ventilasi, pulmonary emphysema, bronchial asthma, dan kanker paru – paru. 13 Sebaliknya penyakit alat pernapasan yang bersifat akut dan nin spesifik meliputi : influensa, tonsilitis akuta, sakit tenggorokan, bronchitis, sinusitis akuta, maupun penyerangan – penyerangan asthma.
13
Slamet Riyadi, Op. Cit. , hal. 63
Universitas Sumatera Utara