BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 2.1.1
Efektifitas Pembelajaran Pengetian Efektivitas Efektivitas dalam pengertian secara umum adalah : “kemampuan berdaya guna dalam
mselaksanakan sesuatu pekerjaan sehingga menghasilkan hasil guna (efisien) yang maksimal”. Memaknai efektivitas setiap orang memberi arti yang berbeda sesuai sudut pandang dan kepentingan masing-masing dalam kamus bahasa indonesia Mulyasa (dalam Mirawaty: 2010: 6) dikemukakan bahwa ; “efektif berarti dan efeknya (akibatnya, pengaruhya dan kesannya) manjur atau mujarab, dapat membawa hasil”, jadi efektivitas adalah adanya keseuaian antara orang yang melakukan tugas, dengan sasaran yang dituju. Sedangkan Menurut Desy Anwar efek adalah “ akibat pengaruh kesan yang timbul pada pikiran, penonton, pendengar, pembaca, dan sebagainya (sesudah mendengar atau melihat sesuatu) ; Sedangkan efektif (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) Manjur atau mujarab, (tentang efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu program obat) dapat membawa hasil, berhasil guna (tentang usaha, tindakan) hal ini berlakunya (tentang undang-undang, peraturan)”. (dalam : Wiwi Irjanty Kentjil : 2010 : 8).
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian tentang efektivitas adalah serangkaian tugas-tugas yang dilakukan orang-orang untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah dietapkan sebelumnya dalam suatu organisasi. 2.1.2
Ciri-Ciri Efekivitas Pembelajaran Menurut Harry Firman (dalam skripsi Wiwi Irjanty Kentjil: 2010: 9) keefektifan
program pembelajaran di tandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah di tetapkan
b.
Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional
c.
Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa proram pembelajaran yang baik
adalah bagimana guru berhasil menghantarkan anak didiknya untuk mendapatkan pengetahuan dan memberikan pengalaman belajar yang antraktif. Berdasarkan ciri pembelajaran efektif seperti yang digambarkan di atas, keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari tingkat prestasi belajar. melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang. Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan fsikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi aktif, tingkat kesulitan pada penggunaan media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung aspek sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku teks. 2.1.3
Kriteria Efetifitas Pembelajaran Efektifitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan
tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektifan dalam penelitian ini mengacu pada: a.
Ketentuan belajar pembelajaran dapat di katakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah 0% siswa telah memperoleh nilai: 60 peningkatan hasil belajar
b.
Model pembelajaran di katakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa menunjukan perbedaan yang signifikan antara pemahaman setelah pembelajaran.
c.
Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan. Kesimpulanya, metode pmbelajaran dikatakan berhasil atau tidaknya dilihat dari
bagaimana keefektifan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa agar menjadi lebih giat agar memperoleh hasil belajar yang memuaskan. 2.2
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pembelajaran Menurut Winarno Surahmad (dalamm Abdul Rahmat : 91) mengatakan kurikulum adalah suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi kurikulum merupakan pedoman dalam kegiatan belajar mengajar.
1.
Strategi dan Metode Pembelajaran Kemp (dalam Wina Sanjaya: 187) menjelaskan, bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat diatas, Dick and Carey (dalam Wina Sanjaya: 187) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untum menimbulkan hasil belajar siswa. Menurut Wina Sanjaya (2008: 61) Strategi adalah : “rancangan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan terntentu” ; sedangkan metode adalah “cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi”. Joyce dan Weil (dalam Abdul Rahmat: 129) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah : “suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan
membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain”. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk merancang tujuan pendidikannya. Menurut Djamarah (2006: 46) metode adalah “suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Tetapi juga penggunaan metode yang bervariasi tidak akan mengguntungkan kegiatan belajar mengajar bila penggunaanya tidak tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan dengan kondisi psikologis anak didik. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan dalam kegiatan belajar mengajar strategi dan metode adalah hal yang diperhatikan, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. 2.
Materi Pembelajaran Salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan
pembelajaran
secara keseluruhan adalah kemampuan dan keberhasilan guru dalam merancang materi pembelajaran. Materi pembelajaran pada hakikatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari silabus, yakni perencanaan, prediksi, dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran. Materi pembelajaran hendaknaya dipilih seoptimal mungin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompotensi dan kompotensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis pembelajaran, cakupan urutan dan perlakuan (trea ment) terhadap pembelajaran tersebut. Menurut Wina Sanjaya (2008: 141) bahan atau materi pelajaran (learning materialis) adalah ”segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa sesuai
kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan”. Sedangkan materi pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran, bahkan dalam pengajaran yang berpusat pada materi pelajaran (subjetcented teacing); Wina Sanjaya (2008: 141), materi pembelajaran merupakan inti dari kegiatan. 3.
Media Pembelajaran Media pembelajaran yang dalam efektifitas, pembelajaran harus memenuhi bebeberapa
syarat. Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi pembelajar selain itu juga harus merangsang pembelajaran mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan baru, media yang baik juga akan mengaktifkan pembelajar dalam mmberikan tanggapan, umpan balik dan juga endorong siswa melakukan praktek-praktek yang benar selama proses belajar mengajar berlangsung. Rossi dan Breidle mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah : “seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Menurut Rossi, alat-alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan diprogramkan untuk pendidikan, maka merupakan media pembelajaran”. (dalam Wina Sanjaya : 204). Menurut Gerlach ( dalam : Wina Sanjaya: 204) secara umum media itu meliputi ; “orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap”. Pada pengertian ini media bukan hanya alat perantara seperti tv, radio, slide, bahan cetakan, akan tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karyawisata, simulasi dan lain sebagainya
yang
dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, mengubah sikap atau untuk menambah keterampilan.
4.
Evaluasi Pembelajaran
Pada perencanaan dan desain
sistem instruksional atau pembelajaran, rancangan
evaluasi merupakan hal yang sangat penting dikembangkan. Hal ini disebabkan melalui evaluasi
yang tepat, kita dapat menentukan eektifitas program dan keberhasilan siswa
melaksanakan kegiatan pembelajaran, sehingga informasi dari kegiatan evaluasi seorang desainer pembelajaran dapat mengambil keputusan apakah progrm pembelajaran yang dirancangnya perlu diperbaiki atau tidak, bagian-bagian mana yang dianggap memiliki kelemahan sehingga perlu diperbaiki. Guba dan Lincoln mendefinisikan evaluasi itu merupakan ; “suatu proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dari arti sesuatu yang dipertimbangkan (evalution)’. “sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau sesuatu kesatuan tertentu”. Sedangkan Rostiyah (dalam Djamarah: 50) mengatakan bahwa evaluasi adalah : “kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar”. 5.
Gaya Mengajar Guru Menurut Djamarah (dalam Wiwi Irsanty Ketjil : 2010: 15) guru adalah “ salah satu
unsur manusia dalam proses pendidikan”. Pada proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar atau pendidik. “sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran kedalam otak anak didik, sedankan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dengan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri. Menurut Abdul Rahmat (2011: 67) peran Guru : Guru mempunyai fungsi dan peran yang jauh berbeda dari fungsi dan peran seorang guru sebagaimana yang dipahami orang saat ini ; Guru bukanlah pengajar yang menuangkan ilmu pengetahauan, ajaran-ajaran, perintah atau pengarahan kepada peserta, melainkan fungsi utama peran guru adalah menfasilitasi
berlangsungnya proses belajar yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan dirinya, pengetahunnya,
pemahamannya,
perilakunya
serta
keterampilan-keterampilan
yang
dikuasainya. Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, agar proses belajar mengarah pada tercapainya tujuan dan kurikulum maka guru harus merencanakan dengan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan, aktivitas guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut kegiatan kegiatan pembelajaran. Guru bertugas membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai strategi pembelajaran yang ada dan paling memungkinkan agar proses belajar siswa berlangsung optimal. 2.3 2.3.1
Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar Sebagian para ahli berpendapat bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan,
dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengamatan, pembelajaran dan pengalaman. Adapun beberapa pendapat ahli mengenai belajar adalah sebagai berikut. Menurut Umar Hamalik belajar adalah : “modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”. (dalam Abdul rahmat : 4 ) ; menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Sedangkan menurut Dimyati (2006: 11) belajar merupakan “keadaan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa” ; dengan stimulus dari lingkungan”. Usman (dalam Abdul Rahmat: 4) menambahkan bahwa belajar diartikan : “sebagai proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan”. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap,
bahkan
meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Jadi, hakekat belajar adalah
perubahan. Pada akhirya, Gagne (dalam Dimyati, 2006: 10) berpendapat bahwa belajar merupakan : kegiatan yang kompeleks ; Hasil belajar berupa “kapabilitas setelah mengajar”. Orang memiliki keterampilan, pengetahauan, sikap, dan nilai timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari; (1) stimulasi yang berasal dari lingkungan; dan (2) proses kognitif yang di lakukan oleh si pembelajar. Dengan demikian belajar adalah : “seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan ianformasi, menjadi kapabilitas baru”. 2.3.2
Teori Belajar Menurut Abdul Rahmat (2011: 19) Teori belajar merupakan “sumber hipotesis atau
dugaan-dugaan tentang proses belajar yang telah diuji kebenarannya melalui eksperimen penelitian”. Dengan mempelajari teori belajar akan meningkat, oleh
karenanya sangat
penting bagi seseorang tentang prinsip-prinsip dan berbagai teori belajar. Berdasarkan berbedaan sudut pandang ini maka teori belajar dikelompokan dalam dua kelompok yaitu kelompok teori bahaviorisme dan kelompok teori kognitisme. Arif Sukandi (dalam Abdul Rahmat: 20). Tuntutan dari teori ini adalah pentingnya merumuskan tujuan belajar secara belajar dan spesifik supaya mudah dicapai dan diukur. Prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak diterapakan didunia pendidikan meliputi Harley & Davies (dalam Abdul Rahmat:20). a.
Materi pelajaran disusun dalam urutan yang logis supaya siswa dapat dengan mudah mempelajarinya dan dapat memberikan respons tertentu
b.
Tiap- Proses belajar dapat terjadi dengan baik siswa ikut aktif di dalamnya
c.
tiap respons harus diberi umpan balik secara langsung supaya siswa dapat mengetahui apakah respons yang diberikannya telah benar
d.
Setiap kali siswa memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan. Menurut Abdul Rahmat (2011: 21) Kelompok teori kognitif beranggapan beranggapan
bahwa belajar adalah : “pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan perseptual untuk memperoleh pemahaman”.
Menurut teori Kognitisme belajar adalah : “perubahan presepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagi tingkah laku” ; yang termasuk teori ini adalah teori perkembangan Piaget, teori kognitif Bruner dan teori bermakna Ausebel dan lain-lain.
2.3.3
Pengertian Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun
teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran menurut Corey (dalam Syaiful : 2006: 61) adalah : ” suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disenggaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus untuk menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan”. Gagne dan Brings (dalam Abdul Rahmat: 52) mengartikan instruction (pembelajaran) adalah : “suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal”. 2.4 2.4.1
Proses Pembelajaran Pengertian Proses
Proses adalah : serangkaian langkah sistimatis, atau tahapan yang jelas dan dapat di tempuh berulang kali untuk mencapai hasil yang di inginkan. Jika di tempuh, setiap tahapan itu secara konsiten mengarah pada hasil yang di inginkan. Menurut Assauari (dalam Wiwi irjanty kentjil : 2010: 20 ) proses diartikan “sebagai suatu cara, metode teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan, dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh hasil”. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang dan jasa. Proses juga diartikan sebagai cara, metode, ataupun teknik bagaimana produksi itu dilaksanakan. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Karena proses belajar mengajar mengandung serangkaian perubahan pendidik/guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar ini memiliki arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan menanamkan sikap dalam nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Peran guru dalam prses belajar mengajar, guru tidak hanya tampil lagi sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing atau counselor dan manager belajar (learning manager). Hal ini sudah sesui dengan fungsi dari peran guru masa depan di mana sebagai pelatih, seorang guru akan berperan mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotifasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai prestasi setiggi-tingginya. Kehadiran dalam proses belajar mengajar atau pengajaran, masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder, ataupun oleh
komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem, nilai, perasaan, motifasi, kebiasaan dan lain-lain. Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asa pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar di lakukan oleh pihak guru selaku pendidik oleh peserta didik. Menurut Corey (dalam Wiwi Irjanty Kentjil 2010: 21) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Mengajar menurut William (dalam Syaiful: 2006 : 61) adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Mempertimbangkan pendidikan anak-anak sama dengan mempersiapkan generasi yang akan datang. Hati seorang anak bagaikan sebuah plat fotografik yang tidak bergambar apa-apa, siswa merefleksikan semua yang ditampakan padanya. Warisan alami yang dibawa setiap jiwa kebumi, hampir semua sikap buruk yang diperlihatkan mausia apa adanya merupakan apa-apa yang didapatkan setelah mereka di lahirkan kebumi. Ini menunjukkan bahwa kebaikan itu bersifat alami sementra kejahatan tidak alami. Berpikir luas tentang kehidupan yang berkaitan dengan anak bukan hal yang mudah, Namun kita harus ingat bahwa orang dewasa sering menyepelekan kapasitas pikiran seorang anak, yang sebetulnya seringkali lebih mampu memahami sesuatu daripada seorang dewasa. Meskipun anda tidak bisa memulai pendidikan anak dengan subyek yang mendalam, anda dapat selalu menyiapkan desain besar yang anda lihat, anda ingin, dan anda raih dihadapan anda. Ada kesalahan terbesar dalam pendidikan modern, dengan segala metode melatih anak yang mutakhir, adalah telah kehilangan sesuatu yang paling penting, yaitu: pelajaran tentang
sifat tidak mementingkan diri sendiri. Orang mungkin berpikir bahwa seseorang yang tidak mementingkan diri sendiri tidak akan mampu untuk menjaga kepentingan hidupnya sendiri, akan tetapi dalam kenyataan nampaknya tidak demikian. Orang yang mementingkan dirinya sendiri. Manusia itu bebas, saling bergantung satu dengan yang lainnya, dan kebahagiaan setiap orang tergantung satu dengan yang lainnya, dan kebahagiaan setiap orang tergantung pada kebahagiaan semuanya. Pelajaran inilah yang harus di pelajari orang-orang sekarang sebagai pelajaran pertama sekaligus terakhir. Hal yang paling berharga dalam belajar adalah bagaimana cara belajar, dengan alasan inilah maka sekolah harus bisa menciptakan: 1.
Suasana aman dan nyaman
2.
Siswa mempunyai kepercayaan dengan instruktur
3.
Tersedianya sarana dan prasana yang menunjang
2.5
Hasil Belajar sHasil belajar merupakan perubahan perilaku yang di peroleh pembelajar setelah
mengalami aktivitas belajar. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2009: 22). Hasil belajar adalah “kemampuan-kemampuan yang di miliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Horward Kingsley dalam bukunya Nana Sudjana (2001: 22) membagi tiga macam hasil belajar yaitu: “(a) keterampilan dan kebisaan; (b) pengetahuan dan pengertian; (c) sikap dan cita- cita, yang masing-masing jenis dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum”. Kesimpulannya Heward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Masing-masimg jenis hasil belajar diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Berdasarkan pendapat tersebut diperoleh suatu pengertian bahwa prestasi belajar pada dasarnya adalah
nilai yang dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran dan mengikuti tes hasil belajar atau pada umumnya di sebut evaluasi. 2.5.1
Faktor-Faktor Hasil Belajar Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan
atas dua jenis dimana, faktor-faktor tersebut akan mendorong prestasi belajar siswa. Faktorfaktor tersebut yaitu sebagai berikut: 1.
Faktor-faktor yang bersumber dalam diri manusia, dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor biolgis dan psikologis. Yang dapat dikategorikan sebagai faktor biologi antara lain usia, kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dapat dikategorikan sebagai faktor fsikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.
2.
Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia, dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik. Menurut sunarto dan hartono (2008: 11) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar antara lain; (1), perbedaan kognitif; (2), perbedaan individual; (3), perbedaan dalam kecakapan motorik; (4), perbedaan dalam latar belakaang; (5), perbedaan dalam bakat; (6), perbedaan dalam kesiapaan belajar. Perbedaan kognitif, kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknolgi, perbedaan invidual dalam kecakapan bahasa, bahasa merupakan salahsatu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupannya. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis, dan sistematis. Perbedaan dalam kecakapan motorik, kemampuan motorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang dilakukan oleh saraf pusat untuk
melakukan kegiatan-kegisatan, perbedaan latar belakang, dalam suatu kelompok siswa pada tingkat manapun, perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan pelajaran. Perbedaan dalam bakat, bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Perbedaan dalam kesiapan belajar, latar belakang keluarga dan lingkungan mempunyai pengaruh terhadap belajar. Perbedaan sosioekonomi dan sosiokultural, amat penting artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan yag sama dalam menerima pengatuh dari luar yang lebih luas, dalam hal ini pelajaran di sekolah.
2.5.2
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Mulyono Abdurrahman prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor; internal
dan eksternal. Penyebab utama kesulitan belajar adalah faktor internal yaitu “kemungkinan adanya disfungsi nerologs” sedangkan faktor penyebab utama
problema belajar adalah faktor
eksternal; yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan yang tidak tepat. Sedangkan menurut Sudjana (2009: 39) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya, Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai.
Abdul Rahmat (2011: 57) kesulitan belajar yang dialami oleh siswa disebabkan oleh dua faktor, sebagaimana berikut: a.
Faktor internal (contoh: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar dan hal lain yang timbul dari dalam dirinya.
b. 2.6
Faktor eksternal contoh: keluarga, sekolah dan masyarakat Kerangka Berpikir Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa setelah melakukan belajar yang
diukur dengan nilai atau angka pada evaluasi pembelajaran. Baik tidaknya hasil belajar siswa, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu intrinsik maupun ekstrinsik. Akan tetapi yang lebih dominan mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor ekstrinsik yakni optimalisasi dan kreativitas guru, serta bagaimana seorang guru dapat mentransfer ilmu dengan baik, dapat dipahami, dan diterima oleh siswa-siswanya. Hal ini, cara mentransfer ilmu yang baik adalah bagaimana seorang guru memberikan dorongan untuk lebih memahami materi bukan hanya dengan metode diskusi dan ceramah namun bagamaina memberikan pemahaman, dan keterterimaan suatu ilmu untuk bisa dipahami dan dimengerti haruslah dibarengi dengan cara seorang guru menyampaikan materi,dengan menggunaan media ,evaluasi pembelajaran dan gaya mengajar guru serta penggunaan metode lain misalnya metode bola salju. Apabila seseorang guru dalam pembelajaran menerapkan cara tersebut , maka efektivitas pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Pada halaman berikut digambarkan kerangka berpikir seperti penjelasan di atas.
Efektifitas Pembelajaran
Metode Pembelajaran
Materi Pembelajaran
Media Pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran
Hasil Belajar Siswa Kongnitif (Melalui Tes Evaluasi) Gambar I Kerangka Pemikiran
Gaya Mengajar
2.7
Hipotesis Berdasarkan Latar Belakang dan Kajian Teoritisnya, maka hipotesis dalam penelitian
ilmiah ini adalah diduga terdapat pengaruh antara Efektifitas Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Siswa Kelas X SMAN 1 BOLIYOHUTO