BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori 1.
Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
a.
Pengertian Sistem Informasi Menurut Kadir (2003:54) sistem adalah sekumpulan elemen yang saling
terkait atau terpadu yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan, dan pengertian informasi menurut Aji Supriyanto (2005 : 243) adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih bermakna bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan baik saat ini maupun di masa mendatang. Menurut Bodnar dan Hopwood (dalam Kadir, 2003) sistem informasi adalah kumpulan perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna. Sistem informasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a)
Transaction Processing System (TPS) atau Sistem Pemrosesan Transaksi berfungsi untuk memproses transaksi bisnis seperti pembayaran, pemesanan, dll.
b) Sistem Informasi Manajemen (SIM) berfungsi untuk menampilkan informasi untuk kepentingan manajer. c)
Decission Support System (DSS) atau Sistem Pendukung Keputusan berfungsi untuk membantu pengambilan keputusan.
d) Executive Information System (EIS) atau Sistem Informasi Eksekutif berfungsi untuk kebutuhan eksekutif yaitu merencanakan bisnis.
7
e)
Expert System (ES) atau Sistem Pakar berfungsi untuk merepresentasika pemikiran para pakar/ahli dalam suatu sistem informasi yang berguna untuk mengambil suatu keputusan.
f)
Communication and Collaboration System atau Sistem Komunikasi dan Kolaborasi berfungsi untuk meningkatkan komunikasi dan kolaborasi pihakpihak dalam suatu organisasi.
g) Office Automation (OA) atau Sistem Otomatisasi Kantor berfungsi untuk mendukung aktivitas kantor sehari-hari. Untuk dapat membangun suatu sistem informasi diperlukan komponenkomponen yang dapat menyusunnya. Komponen-komponen tersebut menurut Tata Sutabri (2012 : 39-40) adalah sebagai berikut : 1) Blok masukan Merupakan data dan juga termasuk metode serta media untuk menangkap data yang dimasukkan. 2) Blok model Terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematika yang akan mengolah dan memanipulasi data yang sudah ada untuk kemudian dapat dikeluarkan menjadi output yang diinginkan. 3) Blok keluaran Merupakan bagian paling penting dari suatu informasi karena merupakan produk atau hasil atau keluaran dari proses manipulasi data-data yang terkumpul. Dengan keluaran ini pengguna dapat memperoleh informasi
8
sesuai yang diinginkan untuk kemudian dipergunakan untuk membuat suatu keputusan. 4) Blok teknologi Teknologi terdiri dari 3 bagian utama yaitu teknisi (brainware), perangkat lunak (software), dan perangkat keras (hardware). Teknologi inilah yang akan menerima input, melakukan pengolahan data, menjalankan model, dan mengeluarkan output. Sistem secara keseluruhan dikendalikan oleh teknologi. 5) Blok basis data Basis data merupakan kumpulan data yang saling berhubungan. Pada blok ini data yang jumlahnya cukup banyak dikelola dengan baik. 6) Blok kendali Untuk dapat menghasilkan suatu sistem informasi yang berkualitas, maka diperlukan blok kendali untuk mencegah hal-hal yang akan merusak sistem, menjaga sistem agar tetap aman, dan selalu memastikan sistem berjalan dengan baik.
b.
Pengertian Sistem Pendukung Keputusan (SPK) Sistem Pendukung Keputusan atau decision support systems (DSS)
merupakan sistem informasi berbasis komputer (termasuk dalam sistem berbasis pengetahuan / manajemen pengetahuan) yang dipakai untuk mendukung keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Menurut Turban (dalam Atmajaya, 2011) sistem pendukung keputusan menggabungkan kemampuan komputer dalam pelayanan interaktif dengan pengolahan atau pemanipulasi data yang memanfaatkan model atau aturan
9
penyelesaian yang tidak terstruktur. Alter (dalam Kadir, 2003) juga mengatakan bahwa sistem pendukung keputusan adalah sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data yang digunakan untuk membantu pengambilan keputusan. Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem pendukung keputusan adalah sistem berbasis komputer yang berperan dalam memberikan informasi yang interaktif dalam membantu pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan menurut Herbert A. Simon (dalam Manurung, 2002:24) terdiri dari 3 fase proses yaitu : a)
Intelligence Intelelligence yaitu fase penelusuran informasi untuk keadaan-keadaan yang memungkinkan dalam rangka mendukung pengambilan keputusan.
b) Design Design
merupakan
fase
pencarian,
pengembangan,
serta
analisis
kemungkinan suatu tindakan. Fase ini terdiri atas dua langkah yaitu: (1) Identifikasi Masalah. Dalam mengidentifikasi masalah, dilakukan pencarian perbedaan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang ingin dicapai. (2) Formulasi Masalah. Masalah dipertajam dengan menentukan batasan-batasan permasalahan dan merinci masalah pokok ke dalam sub-sub masalah. c)
Choice Kegiatan memilih tindakan atau alternatif tertentu dari berbagai macam kemungkinan yang dapat ditempuh.
10
c.
Multi Criteria Decision Making (MCDM) Multi criteria decision making (MCDM) adalah suatu pengambilan
keputusan dengan beberapa kriteria untuk menentukan alternatif terbaik. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam menyelesaikan permasalahan MCDM, antara lain : (1) Simple Additive Weighting Method (SAW) (2) Weighted Product (WP) (3) Axiomatic Design (4) ELECTRE (5) Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) (6) Analytic Hierachy Process (AHP) Dalam kajian teori ini tidak dijelaskan satu per satu metode tersebut. Pada pembahasan selanjutnya hanya akan menguraikan lebih lengkap tentang metode yang digunakan yaitu AHP dan metode SAW.
2.
Analytical Hierarchy Process (AHP)
a.
Definisi Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah suatu teori pengambilan
keputusan multikriteria dengan beberapa faktor yang dikelola dalam struktur hierarki (Saaty, 1990). Hierarki dalam AHP dimaksudkan pada urutan secara menurun tingkatan level mulai dari tujuan suatu kriteria yang bersangkutan, subkriteria, dan alternatif-alternatif pada urutan level-level selanjutnya.
11
Melalui metode AHP masalah-masalah kompleks yang akan dicari penyelesaiannya diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu berupa kriteria tujuan dan alternatif. Kemudian dilakukan penilaian terhadap pasangan dari kriteriakriteria tersebut untuk kemudian diambil keputusan. b.
Kelebihan metode AHP AHP memiliki kelebihan (Saaty, 2012) sebagai berikut :
1) Unity AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami. 2) Complexity AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan integrasi secara deduktif. 3) Interdependence AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan hubungan linier. 4) Hierarchy Structuring Elemen-elemen dikelompokkan ke sistem level mulai dari atas sampai ke level terendah. 5) Measurement AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk memperoleh prioritas.
12
6) Consistency AHP
mempertimbangkan
konsistensi
logis
dalam
keputusan
untuk
menentukan prioritas. 7) Synthesis AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif. 8) Tradeoffs AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang mampu memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka. 9) Judgement and Consensus AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian yang berbeda. 10) Process Repetition AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan
penilaian
serta
pengertian
mereka
melalui
proses
pengulangan. c.
Proses AHP 1) Mendefinisikan masalah dan menentukan jenis solusi yang dicari. 2) Menyusun hirarki yang diawali dengan tujuan utama, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternatif yang akan dirangking. 3) Menentukan prioritas elemen. Prioritas elemen ditentukan dengan langkah berikut :
13
a) Menyusun matriks perbandingan berpasangan (pairwase comparison) yaitu matriks yang menggambarkan pengaruh elemen yang satu terhadap yang lain. Matriks perbandingan berpasangan dituliskan dalam matriks K sebagai berikut
[
]
b) Matriks perbandingan berpasangan diisi dengan angka. Untuk membuat nilai
perbandingan,
dibutuhkan
skala
(berupa
angka)
untuk
mengindikasikan seberapa penting/dominan suatu elemen dibanding dengan elemen yang lain dengan kriteria yang dimaksud. Skala perbandingan dalam angka yang diungkapkan oleh Saaty dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Skala Perbandingan Nilai Berpasangan Intensitas Kepentingan 1 3 5 7 9 2, 4, 6, 8 Kebalikan
Keterangan Kedua elemen sama-sama berkontribusi untuk tujuan. Penilaian elemen yang satu sedikit lebih penting dibanding elemen lainnya. Penilaian elemen yang satu sangat kuat/sangat penting dibanding elemen lainnya. Penilaian elemen yang satu jelas lebih penting/dominan dibanding elemen lainnya. Penilaian elemen yang satu mutlak lebih penting dibanding elemen lainnya. Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan. Jika aktivitas i mendapatkan suatu angka dibandingkan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan aktivitas i. Sumber : Saaty (1990, p. 15)
14
4) Sintesis. Perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks. b) Membagi setiap nilai pada kolom dengan jumlah total kolom yang bersesuaian untuk memperoleh normalisasi matriks. c) Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membagi jumlah elemen pada setiap baris untuk mendapatkan prioritas (bobot) yang diharapkan. 5) Mengukur konsistensi. Setelah proses sintesis, langkah selanjutnya adalah mengukur konsistensi dengan tahapan sebagai berikut : a) Mengalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua, dan seterusnya. b) Menjumlahkan nilai-nilai setiap baris. c) Hasil dari penjumlahan setiap baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan. d) Menjumlahkan hasil bagi tersebut dengan banyaknya elemen yang ada. Hasilnya disebut λ maks. 6) Menghitung Consistency Index (CI) Consistency Index (CI) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Sanada, Wahyudin, Sutarno, 2013 : 3)
15
dengan
7) Menghitung Consistency Ratio (CR). Rasio konsistensi dapat dihitung dengan membagi CI dengan IR (Sanada, Wahyudin, Sutarno, 2013 : 3) seperti dituliskan dalam rumus berikut
dengan
. Nilai ketidakkonsistenan dapat
dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Index Random Ukuran Matriks 1,2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nilai IR 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57 1,59
8) Memeriksa konsistensi hirarki Jika CR>0,1 maka penilaian comparative judgement harus diperbaiki. Namun jika CR≤0,1 maka hasil perhitungan dinyatakan benar.
16
3.
Simple Additive Weighting Method (SAW) Konsep dasar metode SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating
kinerja pada setiap alternatif pada semua kriteria seperti yang diungkapkan oleh Kusumadewi (dalam Usito, 2013). Dalam metode SAW terdapat 2 jenis kriteria yaitu benefit (keuntungan) dan cost (biaya). Benefit adalah kriteria yang memberikan keuntungan bagi pengguna (pengambil keputusan), sedangkan cost adalah kriteria yang akan menimbulkan biaya bagi para pengambil keputusan. Langkah-langkah metode SAW adalah sebagai berikut :
a.
Menentukan alternatif yaitu
b.
Menentukan kriteria yang akan dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan yaitu
c.
Memberikan nilai semua alternatif terhadap masing-masing kriteria.
d.
Menentukan bobot untuk setiap kriteria.
e.
Membuat matriks keputusan X. Matriks dibentuk berdasarkan nilai alternatif terhadap
masing-masing
kriteria
,
dimana
i=1,2,3,4,...m
dan
j=1,2,3,4,...n
[
f.
]
Melakukan normalisasi matriks X dengan rumus sebagai berikut
{
17
Matriks hasil normalisasi adalah matriks R seperti berikut.
[
g.
Nilai akhir
]
diperoleh dari penjumlahan dan perkalian elemen baris matriks
ternormalisasi (R) dengan bobot (W) ∑
Hasil perhitungan
yang terbesar mempunyai makna bahwa alternatif
merupakan alternatif terbaik.
4.
Metodologi Pengembangan Sistem Suatu informasi dipastikan sudah ada sebelumnya, baik yang merupakan
sistem
informasi
konvensional
atau
sistem
informasi
modern.
Dalam
mengembangkan suatu sistem informasi tentu diperlukan cara atau metodologi yang tepat. Ada beberapa metodologi yang sudah ada untuk mengembangkan sistem informasi, namun metode yang paling sering digunakan adalah metode siklus hidup atau system development life cycle (SDLC). SDLC dapat dilaksanakan dengan cara pendekatan air terjun (waterfall). Tahap-tahap pengembangan sistem dengan metode waterfall menurut Pressman (dalam Aan Yulianto, 2014) adalah sebagai berikut : a)
Analysis Menganalisis sistem yang telah ada agar dapat disusun sistem baru yang
lebih baik. Analisis terstruktur biasanya akan menggunakan alat (tool) untuk
18
merancang sistem baru. Tool yang digunakan untuk merancang sistem secara logis dapat digambarkan dengan Data Flow Diagram (DFD). Untuk merancang sistem secara fisik dapat menggunakan bagan alir sistem (system flow) atau bagan alir dokumen. DFD dan system flow akan dijelaskan lebih lengkap sebagai berikut: (1) Data Flow Diagram (DFD) Data Flow Diagram (DFD) menurut Tata Sutabri (2012:117) adalah suatu jaringan yang menggambarkan suatu sistem komputerisasi, manual, atau gabungan dari keduanya, yang digambarkan dalam bentuk kumpulan komponen sistem yang saling berhubungan sesuai aturan mainnya. DFD akan menggambarkan suatu sistem dari level yang paling tinggi dan diuraikan sampai ke level yang paling rendah. Tahapan DFD (Tata Sutabri, 2012:120) adalah sebagai berikut : (a) Diagram Konteks Diagram pada tahap ini digunakan untuk menggambarkan sistem secara umum. (b) Diagram Nol Diagram nol dibuat untuk menggambarkan tahapan proses yang telah diuraikan dalam diagram konteks dengan lebih terperinci. (c) Diagram Detail Pada diagram detail tahapan proses digambarkan lebih detail dibandingkan dengan diagram nol.
19
Simbol-simbol yang digunakan dalam Data Flow Diagram (DFD) dapat dilihat pada Tabel 3.
Simbol
Tabel 3. Simbol-Simbol DFD Nama Simbol Keterangan
External Entity
Simbol untuk menggambarkan sumber atau tujuan data.
Proses
Simbol untuk menggambarkan poses pengolahan atau transformasi data.
Data Flow
Simbol untuk menggambarkan aliran data.
Data Store
Simbol untuk menggambarkan tempat penyimpanan data.
(2) System Flow System Flow menjelaskan urutan prosedur yang akan diterapkan dalam sistem meliputi media input, output, dan jenis media penyimpanan dalam proses pengolahan data. Tujuannya adalah agar tahap-tahap penyelesaian dapat digambarkan dengan sederhana,
jelas dan rapi. System flow biasanya
menggunakan simbo-simbol tertentu, namun tidak menutup kemungkinan bagi pemrogram untuk membuat simbol sendiri jika simbol yang telah tersedia dirasa kurang, namun harus dilengkapi dengan kamus simbol untuk menjelaskan arti dari masing-masing simbol.
20
Simbol-simbol dalam system flow antara lain terdiri dari simbol input dan output, proses, dan simbol penghubung. Tabel 4. Simbol Input dan Output System Flow Simbol Input dan Output Input-Output
Document
Disk and On-line Storage
Simbol yang menandaka proses input dan output Simbol yang menyatakan input dan output berupa dokumen dalam bentuk cetak/kertas Simbol untuk menyatakan input berasal dari disk atau output di simpan ke disk
Tabel 5. Simbol Proses System Flow Simbol Proses Process
Simbol yang menunjukkan proses yang dilakukan komputer
Decision
Simbol untuk kondisi yang akan menghasilkan beberapa kemungkinan jawaban / aksi
Predefined Process
Simbol untuk mempersiapkan penyimpanan yang akan digunakan sebagai tempat pengolahan didalam storage
Terminal
Simbol untuk permulaan atau akhir darti suatu program
Manual Input
Simbol untuk pemasukan data secara manual online keyboard
21
Tabel 6. Simbol Penghubung System Flow Simbol Penghubung Arus / Flow
Penghubung antar proses
Connector
Simbol keluar / masuk prosedur atau proses dalam lembar / halaman yang sama
Off-line Connector
Simbol keluar / masuk prosedur atau proses dalam lembar / halaman yang lain
b) Design Tahap kedua setelah analysis adalah design. Tahap design memberikan gambaran dan rancang bangun yang jelas dari kebutuhan-kebutuhan yang telah dianalisis sebelumnya. c)
Code Code adalah tahap implementasi desain sistem yang telah dirancang ke
dalam bahasa pemrograman. d) Test Test merupakan tahap pengujian terhadap program yang telah dibuat. Pengujian dilakukan agar fungsi-fungsi bebas dari error, selain itu juga digunakan untuk mengetahui apakah hasil dari pengujian telah menunjukkan kesesuaian terhadap kebutuhan yang telah dianalisis sebelumnya. Salah satu jenis pengujian yang dilakukan kepada pengguna adalah pengujian betha. Pengertian pengujian betha dan aspek yang akan diujikan kepada pengguna akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut :
22
(1) Pengujian Betha Pengujian ini dilakukan pada pengguna untuk mengetahui seberapa jauh sistem dapat beroperasi. Pengujian ini akan bersifat objektif karena yang menilai adalah pengguna langsung. Sesuai namanya, Betha merupakan alphabet kedua dalam bahasa Yunani. Pengujian Betha adalah pengujian yang dilakukan sesudah pengujian Alpha (pengujian internal, biasanya diujikan pada pembuat sistem dan pihak yang terlibat). Sistem dengan versi Betha
umumnya sudah mempunyai fitur yang
lengkap sama seperti versi penuh yang akan dilucurkan. Perbedannya hanya terletak pada bug (kesalahan) yang nantinya tidak lagi ditemukan di versi penuh yang akan diluncurkan. (2) Kualitas Perangkat Lunak Dalam melakukan pengujian harus ditentukan dahulu aspek-aspek apa saja yang akan diujikan. Aspek-aspek ini mengacu pada standar kualitas perangkat lunak. Berbagai macam model kualitas perangkat lunak telah diungkapkan oleh beberapa pakar. Masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihan. Dalam penelitian ini, digunakan model ISO sebagai model karakteristik kualitas perangkat lunak. Dipilih model ISO karena model ini merupakan model standar internasional. Model ini menentukan 6 karakteristik yaitu functionality, reliability, usability, efficiency, maintainability, dan portabilitas. Berikut adalah penjelasan dari karakteristik tersebut menururt K. Khosravi, and Y.G. Guéhéneuc dalam (Parwita, 2012 : 92-93) :
23
(a) Functionality yaitu kemampuan produk perangkat lunak untuk menyediakan fungsi yang memenuhi dan sesuai dengan yang dibutuhkan ketika perangkat lunak digunakan dalam kondisi tertentu. (b) Reliability yaitu kemampuan produk perangkat lunak untuk mempertahankan tingkat kinerja tertentu ketika digunakan dalam suatu kondisi. Reliability atau keandalan dapat juga diartikan sejauh mana produk beroperasi tanpa kegagalan dalam kondisi tertentu selama periode waktu tertentu. (c) Usability yaitu kemampuan produk perangkat lunak dapat digunakan. Mulai dari usaha yang diperlukan untuk mempelajari, mengoperasikan, menyiapkan input, dan mengartikan output. (d) Efficiency yaitu sejauh mana produk perangkat lunak secara efektif menggunakan (atau meminimalkan konsumsi atas) sumber dayanya. Sumber daya yang dimaksud dapat mencakup semua jenis sumber daya seperti komputer, mesin, fasilitas, dan personil. Efisiensi berkaitan dengan apakah model dapat memenuhi tujuannya tanpa pemborosan sumber daya. (e) Maintainability yaitu kemampuan produk perangkat lunak untuk dapat dimodifikasi. (f) Portabilitas yaitu kemampuan produk perangkat lunak untuk dapat dipindahkan dari suatu lingkungan ke lingkungan yang lain.
5.
PHP
a.
Pengertian PHP PHP atau (PHP Hypertext Prepocessor) merupakan bahasa pemrograman
yang dapat disisipkan ke dalam HTML (yang merupakan bahasa untuk membuat
24
suatu halaman web), oleh karenanya PHP banyak digunakan untuk memogram situs web yang dinamis. b.
Keunggulan PHP Salah satu alasan digunakannya bahasa pemrograman PHP adalah karena
bahasa pemrograman ini mempunyai banyak kelebihan, diantaranya : 1) PHP bersifat free atau gratis. 2) PHP memiliki tingkat akses yang lebih cepat. 3) PHP memiliki tingkat lifecycle (siklus hidup) yang cepat sehingga selalu mengikuti perkembangan teknologi internet. 4) Memiliki tingkat keamanan yang tinggi. 5) Mampu berjalan di beberapa server yang ada, misalnya Apache, Microsoft IIS, PWS, AOLserver, phttpd, fhttpd, dan Xitami. 6) Mampu berjalan di Linux sebagai platform sistem operasi utama bagi PHP, namun juga dapat berjalan di FreeBSD, Unix, Solaris, Windows sistem operasi yang paling banyak digunakan, dan lain sebagainya. 7) Mendukung akses ke beberapa database yang sudah ada, baik yang gratis maupun berbayar antara lain MySQL, PosgreSQL, mSQL, Informix, dan MicrosoftSQL server. c.
Struktur dan Penulisan program PHP Ada beberapa cara dalam menuliskan bahasa pemrograman PHP yaitu : 1) Kode bahasa PHP yang penulisannya menyatu dengan tag-tag HTML dalam satu file. Kode PHP diletakkan antara tanda yang menjadi identitas bahasa pemrograman PHP.
25
Contoh penulisan : 2) Penulisan kode PHP dalam sebuah file yang dituliskan dalam bentuk perintah-perintah PHP keseluruhan. Yaitu semua tag HTML maupun kode PHP dituliskan dalam bentuk kode-kode PHP, yaitu diawal dengan tanda secara keseluruhan. Contoh penulisan : Mencoba Bahasa Pemrograman PHP