BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Promosi Promosi merupakan kegiatan Marketing Mix yang terakhir. Dalam kegiatan ini setiap perusahaan berusaha untuk mempromosikan seluruh produk dan jasa yang dimilikinya baik langsung maupun tidak langsung. Promosi adalah kegiatan menawar (Kasmir, 2004 : 176). Menurut Bashu Swasta Dh. Promotional mix adalah kombinasi strategi yang paling baik dari variabel periklanan, personal selling alat promosi yang lain, yang semuanya direncanakan untuk tujuan program penjualan (Bashu Swasta, 1999 : 238). Adapun definisi promosi menurut William J. Stanton adalah “Promosi adalah unsur dari bauran pemasaran suatu organisasi yang bertujuan memberitahukan, membujuk dan mengingatkan pasar dari organisasi/produk.”(William J. Stanton, 2001 : 410) Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan promosi adalah bentuk-bentuk komunikasi yang digunakan perusahaan untuk memberikan informasi tentang adanya suatu produk beserta kelebihannya atau manfaatnya. Kemudian membujuk, mempengaruhi, dan meyakinkan konsumen agar mau membeli dan menggunakan produk tersebut serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang produk atau jasa yang ditawarkan sehingga akan meningkatkan volume penjualan barang/jasa.
9
10
Tujuan dari promosi harus didefinisikan secara jelas, karena paduan promosi yang tepat bergantung pada apa yang ingin dicapai perusahaan. Akan sangat membantu untuk berpikir mengenai tiga tujuan promosi yaitu menginformasikan,
membujuk,
dan
mengingatkan
target
mengenai
perusahaan dan bauran pemasarannya. Seluruhnya merupakan upaya untuk mempengaruhi perilaku pembeli dengan memberikan lebih banyak informasi. Berikut penjelasan dari tiga tujuan promosi : 1. Menginformasikan (informing), yaitu memberitahukan informasi selengkap-lengkapnya kepada calon pembeli tentang barang yang ditawarkan, siapa penjualnya, siapa pembuatnya, di mana memperolehnya, harganya dan sebagainya. Informasi yang digunakan dapat diberikan melalui tulisan, gambar, kata-kata dan sebagainya, yang disesuaikan dengan keadaan. 2. Membujuk (persuading), yaitu membujuk calon konsumen agar mau mebeli barang atau jasa yang ditawarkan. Perlu ditekankan di ini bahwasannya membujuk bukan berarti memaksa calon konsumen sehingga keputusan yang diambil mungkin justru keputusan yang negatif. 3. Mengingatkan (reminding), yaitu mengingatkan konsumen tentang adanya barang tertentu, yang dibuat dan dijual perusahaan tertentu, ditempat tertentu dengan harga yang tertentu pula. Konsumen
11
kadang-kadang memang perlu diingatkan, karena mereka tidak ingin bersusah payah untuk selalu mencari barang apa yang dibutuhkan dan dimana mendapatkannya. (Marwan Asri, 2003 : 360)
B. Pariwisata Berdasarkan BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, disebutkan bahwa terdapat perbedaan makna dari penggunaan istilah wisata antara lain : 1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. 2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. 3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. 4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
12
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. 5. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. 6. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
C. Media Cetak Kata “media” berasal dari kata medius yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyaluran informasi belajar atau penyalur pesan. Bila media adalah sumber belajar maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan ketrampilan (Syaiful Bahri Djamarah, 1996 : 136). Media cetak adalah suatu media yang statis dan mengutamakan peranperan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar,
13
atau foto, dalam tata warna dan halaman putih. Media ini bisa dijadikan sebagai bahan referensi (bahan bacaan) atau menjadi media instruksional atau mengkomunikasikan teknologi baru dan cara-cara melakukan sesuatu (leaflet, brosur, booklet). Bisa juga mengkomunikasikan perhatian dan peringatan serta mengkampanyekan suatu isu (poster) dan menjadi media ekspresi dan karya personal (poster, gambar, kartun, komik).
D. Buku Panduan Wisata Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), buku berarti lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Sedangkan pengertian dari buku panduan wisata adalah buku petunjuk, khusus diterbitkan dengan bentuk dan teknik penyajian isi yang praktis, terutama memuat berbagai macam keterangan mengenai obyek wisata, sarana wisata, dan sebagainya. 1. Macam-Macam Buku Panduan Wisata Dalam dunia pariwisata, buku panduan disebut juga sales support yang dapat diartikan sebagai bantuan pada penjual dengan memberikan semua bentuk promosi "promotion material" yang direncanakan untuk diberikan pada umum atau biro perjalanan "travel trade" yang khusus ditunjuk sebagai perantara (Yoeti, A Oka, 1985 : 144). Buku-buku panduan yang ada saat ini di Indonesia sebagian dikeluarkan oleh pihak swasta seperti biro-biro
14
perjalanan, perusahaan penerbangan swasta, hotel dan sebagian lagi oleh pemerintah seperti Baparda, dan perusahaan penerbangan milik pemerintah. Macam-macam buku panduan yang ada antara lain : a. Brosur
yang
merupakan
publikasi
cetakan
dengan
menggunakan kertas yang relatif baik, dimana susunannya menarik, dengan segala potensi yang hendak dipromosikan. Sering pula dalam suatu brosur merupakan katalog yang memuat obyek-obyek wisata di daerah tujuan dengan mencantumkan tentang jenis dan macam akomodasi, tarif kamar, fasilitas dan jadwal tour yang dapat dijual oleh tour operator. b. Booklet hampir menyerupai buku panduan (guide book). Isinya lebih lengkap dari bentuk promosi lainnya. Pembuatannya tidak secara individu, tetapi biasanya ditanggung bersama oleh beberapa sponsor yang ikut mempromosikan produk dan servis perusahaannya. c. Prospektus, merupakan selebaran yang kadang-kadang juga dilipat dua, didesain supaya lebih menarik dan didalamnya dicantumkan nama macam-macam hotel dengan alamatnya, fasilitasnya, tarif dan makanan yang diSediakan. Begitu pula dengan macam-macam taksi, bis-bis perjalanan,
15
kapasitasnya, fasilitas dan tarif perjam untuk luar kota, pemandu wisata dan lain-lain. d. Surat Penawaran (Direct-mail material), merupakan surat penawaran yang dikirimkan pada wisatawan potensial beserta dengan brosur, prospektus, folder dan leaflet dan lain-lain. e. Folder adalah suatu kertas promosi yang dapat dilipat-lipat, ada yang dua dan ada yang empat lipatan. Tiap halaman dari lipatan tersebut dicantumkan misainya; bangunan hotel, tipe
kamar,
fasilitas
yang
dimiliki,
ruang
rapat,
entertainment dan lain sebagainya. f. Berbeda dengan folder, maka leaflet hanya berbentuk selebaran dimana dicantumkan macam-macam informasi serba ringkas tentang obyek yang dipromosikan. g. Buku
Panduan
(guide
book)
lebih
luas
sifatnya
dibandingkan dengan macam promosi lainnya. Disini disamping memberi informasi tentang unit-unit usaha kepariwisataan juga menceritakan secara singkat tentang suatu daerah tujuan wisata, ungkapan-ungkapan bahasa setempat untuk memudahkan komunikasi. Guide book ini sering diterbitkan oleh suatu Organisasi Kepariwisataan Nasional atau Asosiasi Kepariwisataan dengan minta pada
16
unit-unit pariwisata untuk memasang iklan dalam guide book tersebut (Yoeti. A Oka, 1985 : 146-147). 2. Fungsi Buku Panduan Wisata Seperti yang telah diketahui, bahwa buku panduan dibuat untuk memudahkan para wisatawan bila hendak mengetahui suatu daerah wisata, disamping itu buku panduan juga berguna bagi para Tour Leader/ Tour Manager. Selain itu yang lebih utama lagi buku panduan ini mempunyai fungsi sebagai alat promosi wisata-wisata yang ada di Indonesia. Beberapa fungsi buku panduan untuk mendukung perkembangan pariwisata di Indonesia. a. Bagi Para Wisatawan Bagi para wisatawan buku panduan ini berfungsi sebagai pemberi informasi mengenai suatu daerah wisata bila di tempat tersebut tidak ada pemandu wisata ataupun sebagai sumber informasi lainnya, mengenai lokasi, akomodasi,
transportasi,
maupun
kegiatan-kegiatan
kepariwisataan yang ditawarkan daerah tersebut. Selain sebagai pemberi informasi, buku panduan juga dapat berfungsi sebagai buku pegangan wisatawan bila mereka hendak bepergian sendiri. Biasanya bila wisatawan hendak bepergian
sendiri
(tanpa
menggunakan
jasa
biro
perjalanan), wisatawan tersebut akan berusaha mencari
17
informasi mengenai daerah tujuan wisatanya, mereka akan mendatangi biro-biro perjalanan untuk meminta brosur, booklet,
folder,
dan
buku
panduan
lainnya
yang
berhubungan dengan daerah wisata tersebut. Mereka akan berusaha mencari informasi sebanyakbanyaknya mengenai daerah tujuan wisatanya. b. Bagi Tour Leader/ Tour Manager Buku panduan ini berfungsi sebagai sumber informasi atau sebagai tambahan informasi yang sangat diperlukan oleh Tour Leader/ Tour manager dalam menangani turisnya. Buku panduan ini menolong Tour Leader/ Tour Manager dalam mendapatkan suatu informasi mengenai tempat yang dikunjungi, karena turis akan mengajukan banyak pertanyaan di tempat yang asing bagi mereka seperti tempat penukaran mata uang, restoran yang bagus, jarak dari suatu tempat ke tempat lain, casino, pub, diskotik, dll. Dan ini merupakan kewajiban bagi seorang Tour Leader/ Tour Manager untuk menjawab semua pertanyaan-pertanyaan tersebut. Untuk inilah maka Tour Leader/ Tour Manager membutuhkan buku panduan yang dapat menolong. Tour Leader/ Tour Manager dalam memberikan jawaban pada turisnya. Buku-buku panduan
18
ini dapat diperoleh dari biro perjalanan tempat ia bekerja, dari perusahaan penerbangan, hotel, restoran, perpustakaan setempat atau di toko buku. c. Sebagai Alat Promosi Selain pengadaan sarana dan prasarana yang memadai bagi perkembangan pariwisata di Indonesia, diperlukan pula promosi yang berguna untuk memperkenalkan Indonesia pada dunia internasional. Dan disinilah buku panduan tersebut sangat berperan, dan ini merupakan fungsi terpenting buku panduan bagi perkembangan pariwisata di Indonesia di masa yang akan datang. Dengan adanya promosi ke dunia internasional maka para wisatawan yang berasal dari mancanegara akan lebih mengenal Indonesia beserta daerah-daerah wisatanya. Wisatawan yang datang ke Indonesia dan mendapatkan informasi mengenai Indonesia memperlihatkan bahwa wisatawan mendapatkan informasi mengenai suatu daerah tujuan wisata melalui brosur menempati urutan yang ketiga dari sembilan kategori yang ada yaitu setelah melalui teman/kenalan dan biro/agen perjalanan (R.G. Soekadijo, 1996 : 256). Buku-buku panduan yang ada di Indonesia saat ini tidak hanya dikeluarkan oleh pemerintah tetapi
19
juga oleh pihak swasta seperti biro-biro perjalanan, perusahaan penerbangan swasta, dan hotel. Mereka mengeluarkan buku panduan ini dengan maksud untuk memperkenalkan perusahaannya atau biro perjalanannya atau daerah, dengan kata lain buku panduan tersebut merupakan promosi bagi instansi yang mengeluarkan buku panduan tersebut.