BAB II LANDASAN TEORI II.1 Evaluasi
II.1.1 Pengertian Evaluasi Menurut Suharsinimi Arikunto (2004), “Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan”. Menurut Worthen dan Sanders (1979), “Evaluasi adalah mencari sesuatu yang berharga, dalam hal ini berharga dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi, dan alternatif prosedur tertentu”.
II.1.2 Model Evaluasi Menurut Stephen Isaac dan Willian B. Michael (1984), model – model evaluasi adalah: 1. Goal Orientied Evaluation Seorang evaluator harus terus menerus melakukan pantauan terhadap tujuan yang telah ditetapkan. 2. Decision Oriented Evaluation Seorang evaluator harus dapat memberikan landasan berupa informasi – informasi yang akurat dan objektif bagi pengambil kebijakan untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan program.
7
7
3. Transactional Evaluation Seorang evaluator akan melukiskan proses sebuah program dan pandangan tentang nilai dari orang – orang yang terlibat dalam program tersebut. 4. Evaluation Research Penelitian menfokuskan kegiatannya untuk penjelasan dampak – dampak serta mencari solusi – solusi terkait dengan strategi instruksional. 5. Goal Free Evaluation Dalam model ini yang diperhatikan adalah bagaimana proses pelaksanaan, dengan jalan mengidentifikasi kejadian – kejadian yang terjadi selama pelaksanaannya. 6. Adversary Evaluation Model ini akan didasari dengan prosedur oleh lembaga hukum.
II.1.3 Macam – Macam Evaluasi 1. Evaluasi konteks melayani keputusan perencanaan, yaitu evaluasi yang membantu merencanakan pilihan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai dan merumuskan tujuan program. 2. Evaluasi masukan untuk keputusan strukturisasi yaitu evaluasi yang akan mengatur pengambilan keputusan dalam menentukan sumber, alternatif – alternatif yang diambil, rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud. 3. Evaluasi proses melayani keputusan implementasi, yaitu membantu mengambil keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan. 4. Evaluasi produk untuk melayani daur ulang keputusan.
8
II.1.4 Ciri – Ciri Evaluasi baik 1. Validitas Kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen dikatakan baik jika memiliki validitas yang tinggi. 2. Reliabilitas Dikatakan reliabilitas yang tinggi jika menghasilkan pengukuran yang baik. 3. Objectivitas Pada saat melakukan evaluasi harus dilakukan dengan objektif bukan subjektif atau pengaruh – pengaruh pribadi. 4. Praktikabilitas Evaluasi yang dilakukan harus bersifat mudah, tidak menuntut peralatan yang banyak. 5. Ekonomis Evaluasi dilakukan tidak membutukan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama. 6. Taraf Kesukaran Evaluasi yang dilakukan tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Dalam hal ini instrumen dikatakan baik. 7. Daya Pembeda Evaluasi dilakukan untuk membedakan antara audience yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audience yang tidak pandai.
9
II.2 Pengendalian Internal II.2.1 Pengertian Pengendalian Internal Mengacu pada pendapat Ryan C Moffett dan Gerry H Grant (2002) dalam jurnal, yang mengatakan bahwa kontrol terhadap internal perusahaan bukan menjadi suatu jaminan bahwa perusahaan untuk beroperasi dengan sempurna. Kontrol yang disiapkan oleh perusahaan akan gagal untuk dijalankan dikarenakan miskinnya penilaian manusia, kelalaian dan kesalahan dari manusia. Pengendalian yang disediakan oleh perusahaan harus pas, jika terlalu berlebihan akan mahal dan kontraproduktif tetapi jika terlalu lemah maka akan menyajikan resiko yang tinggi.
Mengacu pada pendapat Thomas A Gavin (2009) dalam jurnal, “Pengendalian internal adalah proses dibuat dan diawasi oleh dewan direksi, manajemen dan lain-lain”. Menurut Warren, Reeve, James dan
Philip
yang diterjemahkan oleh Aria,
Amanugrahani, dan Taufik, “Pengendalian internal adalah kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva perusahaan dari kesalahan penggunaan, memastikan bahwa informasi usaha yang disajikan akurat dan menyakinkan bahwa hukum serta peraturan telah diikuti.”
II.2.2 Tujuan Pengendalian Internal Mengacu pada pendapat Thomas A Gavin (2009) dalam jurnal, “Tujuan pengendalian internal adalah untuk menyediakan laporan keuangan yang andal, efektif, dan efisien sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.” Menurut Mulyadi ( 2001, 163 ), tujuan sistem pengendalian internal dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu : 10
1. Pengendalian internal Accounting (internal accounting control) Pengendalian yang dilakukan untuk menjaga kekayaaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. 2. Pengendalian internal administratif (internal administrative control) Pengendalian yan dilakukan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen. Gambar 2.1 Tujuan Pengendalian Internal
sumber : mulyadi ( 2001, 163 ) Menurut Randal J. Elder, Mark S. Beasley dan Alvin A. Arens (2010,290), tujuan pengendalian internal adalah : 1. Keandalan laporan keuangan Pengendalian ini dilakukan bertujuan
untuk membuat keandalan dari laporan
keuangan menjadi fulfill. 2. Efisiensi dan efektivitas operasional Dengan adanya pengendalian internal diharapkan dapat mendorong menggunakan sumber daya degan efisien dan efektif untuk mencapai tujuan perusahaan. 3. Penyesuaian dengan hukum dan peraturan 11
II.2.3 Komponen Pengendalian Internal Menurut COSO dan AU 139 (2006,396), komponen pengendalian internal ada enam yaitu : Gambar 2.2 komponen pengendalian internal
Sumber : willian C. Boynton dan Raymond N.Johnson (2006,396) 1. Control Environment Pengendalian lingkungan merupakan pengendalian dasar bagi semua komponen dari pengendalian internal. Kontrol terhadap lingkungan akan mempengaruhi kesadaran pengendalian anggotanya. Mengacu pada pendapat COSO dan Konrath dalam artikel warta pengawasan (2004), lingkungan pengendalian merupakan fokus utama dalam pengendalian internal dan fondasi dari semua komponen pengendalian internal.
12
Gambar 2.3 lingkungan pengendalian
Sumber : Artikel warta pengawasan (2004) a. Intergrity and ethical values Untuk menekankan pentingnya integritas dan nilai – nilai etik di antra personil maka akan dilakukan : 1. Dengan memberikan contoh yang menunjukkan integritas dan perilaku standar etika. Hal ini untuk mengatur suasana dalam perusahaan. 2. Mengkomunikasikan kepada seluruh karyawan secara lisan dan tulisan tentang kebijakan dan kode etik yang ada di dalam perusahaan. 3. Memberikan panduan moral kepada karyawan yang memiliki latar belakang moral yang buruk yang tidak dapat menyadari apa yang baik dan yang buruk. 4. Mengurangi segala sesuatu yang dapat mengakibatkan individu untuk terlibat dalam tindakan yang tidak jujur, illegal, dan tidak etis. b. Commitment to competence Untuk mencapai tujuan dari suatu perusahaan, anggota harus memiliki pengetahuan dan keahlian untuk melakukan pekerjaan mereka.
13
c. Board of directors and audit committee Faktor yang mempengaruhi efektifitas lingkungan pengendalian sutu organisasi yaitu dari pimpinan organisasi. Dengan melaksanakan kepemimpinan dan tanggung jawab, independensi mereka dari manajemen; pengetahuan accounting, pengalaman dan mutu tinggi dari anggota mereka; tingkat keterlibatan mereka dan pengawasan kegiatan manajemen; kepantasan tindakan mereka akan memberikan pengaruh pada lingkungan organisasi.
d. Management’s philosophy and operating style Karakteristik filosofi manajemen dan gaya operasi meliputi: 1. Pendekatan mengambil dan memonitor resiko bisnis. 2. Kepercayaan pada hubungan face to face secara informal dengan manajer kunci melawan semua sistem formal dari kebijakan tertulis indikator kinerja dan laporan pengecualian. 3. Perilaku dan tindakan terhadap laporan keuangan. 4. Seleksi konservatif atau agresif dari prinsip accounting yang tersedia. 5. Kesadaran dan konservatif dalam mengembangkan perkiraan accounting. 6. Kesadaran dan memahami tentang resiko yang terkait dengan TI. e. Organizational Structure Dengan struktur organisasi dapat menjadi kerangka menyeluruh untuk perencanaan, pelaksanaan, pengendaliaan, dan pemantauan kegiatan entitas. Struktur organisasi digambarkan dalam bagan organisasi yang harus secara akurat mencerminkan jalur kewenangan dan hubungan pelaporan.
14
Menurut COSO and ISA 315 (2004, 240), “Struktur organisasi memberikan gambaran kegiatan bisnis yang direncanakan, dieksekusi, dikontrol, dan dipantau.” f. Assignment of authority and responsibility Dalam hal ini, organisasi akan menentukan bagaimana dan kepada siapa kewenangan dan tanggung jawab akan ditugaskan. Hal ini akan membuat individu untuk tahu (1) bagaimana tindakannya saling berhubungan dengan lainnya di dalam berkontribusi untuk mencapai tujuan entitas dan (2) untuk apa setiap individu akan bertanggung jawab. g.
Human resource policies and practices Dengan adanya kebijakan dalam sumber daya manusia akan memastikan bahwa anggota entitas memiliki tingkat integritas, nilai – nilai etika, dan kompetensi yang diharapkan.
2. Risk Assessment Proses penilaian resiko dilihat pada gambar Gambar 2.4 Risk Assessment
Sumber : William C. Boynton dan Raymond N.Johnson (2006,403) Penilaian resiko bertujuan untuk identifikasi, analisis, dan memastikan apakah semuanya berdasarkan dengan prinsip yang berlaku umum.
15
Dalam sistem penilaian resiko, manajemen harus mempertimbangkan : 1. Entitas bisnis resiko dan konsekuensi keuangan. 2. Resiko yang melekat dari salah saji di laporan keuangan . 3. Resiko kecurangan dan konsekuensi keuangan. Dalam sistem penilaian resiko yang kuat, manajemen juga harus mencakup pertimbangan khusus dari resiko yang dapat timbul dari situasi yang berubah yaitu : 1. Perubahan dalam lingkungan operasi 2. Personil baru 3. Baru diubah sistem informasi 4. Pertumbuhan cepat 5. Teknologi baru 6. Baris baru, produk, atau kegiatan 7. Restrukturisasi perusahaan 8. Operasi asing 9. Pernyataan accounting baru 3. Information and Communication Dengan adanya informasi dan komunikasi akan memberikan pemahaman yang jelas tentang peran individu dan tanggung jawab yang terkait dengan pengendalian internal. Dengan pemahaman ini akan membuat lingkungan pengendalian dipengaruhi untuk menjalankan pengendalian internal secara baik. Dengan berpengaruhnya lingkungan pengendalian maka akan membuat tujuan organisasi tercapai.
16
4. Control Activities Kontrol terhadap aktivitas akan memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan dan dapat membantu untuk memastilkan apakah diperlukan pengambilan tindakan untuk mengatasi resiko untuk mencapai tujuan entitas. Gambar2.5 Cntrol Activities
Sumber : William C. Boynton dan Raymond N.Johnson (2006,406) a. Authorization Control Dengan kontrol ini akan memastikan bahwa transaksi diberikan wewenang oleh wakil anggota manajemen dalam bidang masing – masing. Setiap transaksi harus diotorisasi dan disetujui oleh manajemen umum dan khusus. Otorisasi umum terkait dengan kondisi umum di mana transaksi yang disahkan, sedangkan otorisasi khusus berkaitan dengan pemberian izin pada kasus per kasus.
17
b. Segregation of Duties Dengan pemisahan tugas akan memperjelas di dalam pengontrolan baik dalam (1) otorisasi transaksi (2) memelihara pengamanan untuk aktiva (3) memelihara pencatatan akuntabilitas di catatan accounting. Kegagalan untuk memelihara pemisahan tugas yang kuat memungkinkan individu untuk melakukan suatu kesalahan
atau
kecurangan
dan
kemudian
berada
dalam
keadaan
menyembunyikannya dalam tujuan tugas normalnya. c. Information Processing Control 1. General Control Pengendalian ini bertujun untuk mengendalikan pengembangan program dan data. 2.
Computer Application Control Dengan kekuatan teknologi dalam pengendalian ini akan mengontrol transaksi.
3. Control Over The Financial Reporting Process Gambar 2.6 Control over the financial Reporting Process
Strong control
SQL
Weak or Not Control
Data base
weak or not controls
Financial Statements
weak or not controls
Sumber : William C. Boynton dan Raymond N.Johnson (2006,411)
Gambar 2.6 memberikan gambaran tentang proses pelaporan keuangan di banyak bisnis. Dalam berbagai kasus, komputer pengendalian aplikasi 18
memberikan kontrol yang kuat atas informasi yang dimasukkan dalam basis data komputer. d. Physical Controls Pengendalian secara fisik prihatin dengan membatasi dua tipe akses untuk aktiva dan catatan penting sebagai berikut : 1. Akses fisik langsung 2. Akses langsung melalui persiapan atau pengolahan dokumen seperti pesanan penjualan dan voucher pencairan perizinan penggunaan atau pengalihan aktiva. e. Performance Reviews Contoh memeriksa kinerja termasuk memeriksa manajemen dan analisis untuk : 1. Memeriksakan laporan rinci untuk saldo seperti percobaan umur saldo akun, laporan untuk pengeluaran kas oleh bagian, atau laporan aktifitas penjualan, dan laba kotor oleh pelanggan atau daerah, penjualan, atau lini produk. 2. Kinerja sebenarnya dibandingkan dengan anggaran, peramalan, waktu sebelum penjumlahan. 3. Mengatur hubungan data yang berbeda seperti data operasional bukan keuangan dan data keuangan. ( Misalnya perbandingan statistik pemilikian hotel dengan data pendapatan ) f. Control Over Management Discretion in Financial Reporting (Kontrol atas kebijakan manajemen dalam pelaporan keuangan) Dengan adanya pengendalian ini, pelaporan keuangan akan lebih dijamin kebenaranya baik dalam menggunakan dan menerapkan prinsip-prinsip accounting.
19
5. Monitoring Pemantauan merupakan proses menilai kualitas kinerja pengendalian internal dari waktu ke waktu. Pemantauan melibatkan penilaian perencanaan dan kontrol untuk operasional secara tepat waktu dan melakukan perbaikan. 6. Antifraud Programs and Controls Program ini memastikan apakah kebijakan dan prosedur dimasukkan program anti penipuan dan kontrol. Program anti penipuan yang efektif harus memberikan dampak pada setiap aspek dari sistem pengendalian internal. Berikut rangkuman beberapa aspek umum dari program anti penipuan yang kuat dan kontrol : a. Control environment 1. Kode etik/ etika budaya perusahaan. 2. Hotline etika. 3. Pengawasan komite audit. 4. Perekrutan dan promosi. b. Fraud Risk Assessment 1. Sistematis penilaian resiko kecurangan. 2. Evaluasi kemungkinan dan besarnya potensi salah saji. c. Information and Communication 1. Kecukupan bakat untuk Audit. 2. Pelatihan anti kecurangan. d. Control Activities 1. Memisahkan tugas yang memadai. 2. Menghubungkan pengendalian kepada resiko penipuan
20
e. Monitoring 1. Mengembangkan proses pengawasan yang efektif. 2. Setelah fakta, evaluasi oleh audit internal. Menurut COSO dalam buku Randal, Mark, dan Alvin (2010), control activities di bedakan menjadi lima bagian yaitu : 1. Pemisahan tugas yang memadai. 2. Otorisasi transaksi dan kegiatan. 3. Dokumen dan catatan yang memadai 4. Kendali fisik atas aktiva dan catatan 5. Pemeriksaan independen terhadap kinerja
II.2.4 Unsur Pengendalian Internal Menurut Mulyadi (2001,164), unsur pokok pengendalian internal adalah : 1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. Dengan adanya struktur dalam organisasi akan melakukan pembagian tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan – kegiatan pokok perusahaan. Di dalam pemisahan tanggung jawab fungsional, organisasi didasarkan pada prinsipprinsip sebagai berikut : a. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi accounting b. Suatu fungsi tidak boleh diberikan tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
21
Di dalam organisasi, wewenang ditunjukkan dengan melakukan otorisasi terhadap transaksi. Otorisasi dilakukan oleh penjabat yang memiliki wewenang. Prosedur pencatatan yang baik didalam organisasi juga akan menjamin data yang direkam dengan tingkat ketelitian dan keandalan (reliability) yang tinggi dan akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya. 3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. Cara-cara yang umumnya akan ditempuh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat, yaitu: a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang. b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit). c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang atau unit organisasi lain. d. Peputaran jabatan (job rotation). e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak. f. Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatan. g. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsurunsur pengendalian internal yang lain 4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawab. Di dalam suatu pengendalian internal, ini merupakan unsur yang paling penting yang akan menentukan organisasi dapat dipercaya atau tidak. Jika pengendalian internal sudah direncanakan sebaik mungkin jika karyawan tidak memiliki mutu yaitu tidak
22
kompeten dan tidak jujur, organisasi akan mengalami kesulitan tetapi akan sebaliknya jika mutu karyawan diperhatikan dengan baik.
II.2.5 Keterbatasan Pengendalian Internal Menurut Boynton, Johnson, dan Kell (2002, 376 ) keterbatasan dari pengendalian internal adalah : 1. Kesalahan dalam pertimbangan ( poor Judgement) Manajemen dapat melakukan kesalahan dalam pertimbangan pengambilan keputusan karena informasi yang tidak mencukupi, keterbatasan waktu, atau prosedur lainnya. 2. Gangguan (Breakdown) Gangguan yang terjadi ketika personal salah memahami instruksi atau membuat kekeliruan akibat kecerobohan, kebingungan, atau kelelahan. 3. Kolusi (Collusion) Individu yang bertindak bersama, seperti karyawan yang melaksanakan suatu pengendalian penting bertindak bersama dengan karyawan yang lain, konsumen, atau pemasok, dapat melakukan sekaligus menutupi kecurangan sehingga tidak dideteksi oleh pengendalian internal. 4. Pengabaian oleh manajemen (Management Override) Manajemen mengabaikan kebijakan atau prosedur tertulis untuk tujuan tidak sah. 5. Biaya lawan manfaat (Cost Versus Benefit) Biaya pengendalian internal suatu entitas seharusnya tidak melebihi manfaat yang diharapkan untuk diperoleh. Pengukuran yang tepat baik dari biaya dan manfaat biasanya tidak memungkinkan, manajemen harus membuat sendiri estimasi kuantitatif maupun kualitatif dalam mengevaluasi hubungan antara biaya dan manfaat. 23
Menurut Weygandt, Kieso, & Kimmel (2005, 324), keterbatasan dari pengendalian internal adalah : 1. Human element (unsur manusia) Unsur manusia merupakan faktor penting dalam setiap sistem pengendalian internal. Suatu sistem yang baik bisa menjadi tidak efektif akibat kelemahan karyawan, kecerobohan dan ketidak pedulian. 2. Size of the business Ukuran dari bisnis juga dapat menentukan keterbatasan dari pengendalian internal. Sebagai contoh, di perusahaan sulit untuk memisahkan tugas atau menyediakan pemeriksaan independen internal.
II.2.6 The Importance of Internal Control Menurut Rick, Roger, Arnold dan Philip (2007, 232), implementasi kontrol internal adalah : 1. Survey kecurangan Survey akan menemukan bahwa adanya salah dalam manajemen. Pemberitahuan informan, dan tingkat internal kontrol yang baik sebagai metode untuk mendeteksi yang meningkatkan kecurangan. 2. Tujuan manajemen kontrol Tiga kategori untuk tujuan manajemen adalah effective operations, laporan keuangan, dan compliance. Tujuan penting untuk operasi efektif adalah menjaga asset. Tujuan financial control adalah memerlukan informasi akurat untuk pengambilan keputusan
24
karena manajemen memiliki tanggung jawab hukum dan professional untuk menggunakan informasi secara wajar sesuai dengan standar accounting. 3. Kontrol laporan keuangan Auditor tertarik terutama dalam kontrol yang berhubungan dengan keandalan pelaporan keuangan, accounting, dan sistem pengendalian internal. Ini bertujuan mempersiapkan laporan keuangan untuk tujuan eksternal yang memberikan pandangan yang benar dan adil sesuai dengan standar accounting keuangan yang berlaku. 4. Kontrol atas transaksi Penekanan oleh auditor di ditempatkan pada pemahaman kontrol atas kelas transaksi daripada saldo akun atau pengungkapan. Alasannya adalah bahwa keakuratan output dari sistem accounting (saldo rekening) adalah tergantung pada keakuratan input dan pengolahan (transaksi). 5. Sistem informasi manajemen, operasi dan kepatuhan kontrol Auditor terutama mengandalkan pada kontrol keuangan, tetapi kontrol mempengaruhi informasi manajemen internal, seperti anggaran dan laporan kinerja internal, kontrol yang berkaitan dengan operasi, dan kontrol untuk tujuan kepatuhan juga mungkin relevan dengan audit. 6. Desain dan implementasi untuk kontrol
II.2.7 Pengendalian Internal Accounting Dalam Pengolahan Data Elektronik dan Manual Menurut Mulyadi (2001, 180), pengendalian internal dalam pengolahan data elektronik dan manual sebagai berikut: 25
Tabel 2.1 Perbandingan pengendalian internal dalam pengolahan data Pengendalian internal Accounting dalam Pengendalian internal Accounting sistem manual dalam sistem elektronik Pembagian tanggung jawab pelaksanaan Karena ketelitian dan kecepatan suatu transaksi ke tangan beberapa orang pengolahan data dengan komputer, atau bagian agar tercipta adanya cek silang lebih sedikit diperlukan cek silang (cross-check).
dalam pengolahan data, terutama yang menyangkut perhitungan dalam pengolahan data accounting.
Dilakukan
pemeriksaan
secara
visual Komputer dapat melakukan berbagai
terhadap transaksi penting dan dokumen pemeriksaan (edit) yang semula yang diproses melalui sistem.
dilakukan oleh manusia melalui program mengurangi
komouter,
sehingga
pekerjaan
editing
dokumen secara visual. Manual
sistem
menitikberatkan Sistem komputer menitikberatkan
pengendalian di tangan manusia, yang pengendalian dicapai dengan pembagian tanggung jawab komputer,
melalui sehingga
program pembagian
pelaksanaan transaksi ke beberapa orang tanggung jawab fungsional dalam atau bagian.
pelaksanaan
transaksi
dapat
dikurangi.
26
II.3 Pelaporan Keuangan
II.3.1 Definisi Menurut Ikatan Accounting Indonesia, “Pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi keuangan tentang kegiatan perusahaan yang berguna bagi pengguna untuk pengambilan keputusan.” II.3.2 Komponen laporan keuangan Standar Accounting Keuangan (2009, 6.2), laporan keuangan pokok dan informasi lainnya yang perlu disajikan meliputi : 1. Neraca 2. Laporan rugi laba Menunjukkan jumlah pendapatan dan beban selama periode, termasuk jumlah kumulatif sejak pendirian perusahaan. 3. Laporan arus kas Menunjukkan sumber dan penggunaan kas dan serta kas setiap periode, 4. Suatu laporan ekuitas yang menunjukkan (sejak pendirian perusahaan).
II.3.3 Jenis Laporan Keuangan dan Pemakainya keputusan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, dalam suatu perusahaan ada beberapa bagian yang akan menggunakan laporan keuangan diantaranya : a. Pihak Internal 1. Pihak manajemen Pihak manajemen membutuhkan informasi keuangan untuk pengendalian, koordinasi, dan perencanaan.
27
2. Pemilik perusahaan Pemilik dapat menilai berhasil atau tidaknya manajemen dalam memimpin perusahaan. b. Pihak eksternal 1. Investor Memerlukan analisis laporan keuangan dalam rangka penentuan kebijakan penanam modalnya. 2. Kreditor Merasa berkepentingan terhadap pengembalian / pembayaran kredit yang telah diberikan kepada perusahaan, mereka perlu mengetahui kinerja keuangan jangan pendek, dan profitabilitas dari perusahaan. 3. Pemerintah Informasi ini sangat berguna untuk tujuan pajak dan juga oleh lembaga yang lain. 4. Karyawan Berkepentingan dengan laporan keuangan dari perusahaan tempat mereka bekerja karena sumber penghasilan kerja mereka bergantung pada perusahaan yang bersangkutan.
II.3.5 Sistem Pelaporan Untuk menyusun sistem
pelaporan, perusahaan harus memperhatikan prinsip
utama dari pelaporan yang ideal yaitu :
28
1. Timely (tepat waktu) Agar informasi dan data dapat digunakan secara maksimal, sistem pelaporan harus menyakinkan penggunannya bahwa informasi dan data yang diperlukan disajikan secara cepat dan tepat waktu. 2. Accurate (keakuratan) Informasi dan data yang dilaporkan harus bebas dari kesalahan dan manipulasi. 3. Reasonable (tingkat kesulitan) Pihak penerima laporan harus mempertimbangkan tingkat kesulitan yang dihadapi pihak pelapor dalam menggunakan mekanisme yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, sistem dan mekanisme pelaporan jangan sampai menyulitkan pihak pelaporan sehingga menghasilkan hasil yang kontraproduktif. 4. Relevant (relevansi) Data dan informasu yang disajikan oleh pelapor dan kemudian diolah oleh penerima laporan harus menghasilkan informasi yang benar-benar dibutuhkan sebagaimana yang telah ditentukan. 5. Efficient (efisien) Biaya yang diperlukan dalam rangka pengumpulan data dan informasi harus proporsional dengan besarnya manfaat dan nilai informasi yang dihasilkan. 6. Transforming (dapat diolah) Data dan informasi yang diterima harus dapat diolah dan dianalisis lebih lanjut dan mempermudah user (analis) untuk melakukan kajian lebih lanjut. Hal in dikarenakan banyak sistem pelaporan yang menghasilkan data yang statis, tidak up to date, dan tidak dapat diolah kembali.
29
I I.3.6 Tujuan Pelaporan Keuangan Menurut SFAC No 1, tujuan pelaporan keuangan untuk organisasi pencari laba (peofit organization) adalah : 1. Memberikan informasi yang berguna bagi inverstor, kreditur, dan pemakai lainnya dalam membuat keputusan secara rasional mengenai investasi, kredit, dan lainnya. 2. Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon investasi dan kreditur serta pemakai lainnya dalam menentukan jumlah, waktu, dan prospek penerimaan kas dari deviden atau bunga dan juga penerimaan dari penjualan, piutang, atau saha, dan pinjaman yang jatuh tempo. 3. Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva) perusahaan, klaim atas aktiva, dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan lain terhadap aktiva dan kewajiban. 4. Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan selama satu periode. 5. Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan mendapatkan dan membelanjakan kas, tentang pinjaman, dan pengembaliannya, tentang transaksi yang mempengaruhi modal, termaksuk dividen dan pembayaran lainnya kepada pemilik, dan tentang faktor –faktor yang mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas perusahaan. 6. Memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan mempertanggung jawabkan pengelolaan perusahaan kepada pemiliki atas penggunaan sumber daya (aktiva) yang telah dipercayakan kepadanya. 7. Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi dalam proses pengambilan keputusan untuk kepentingan pemiliki perusahaan. Menurut SAC No 4, tujuan pelaporan keuangan untuk organisasi yang bukan pencari laba (non- profit organization) adalah : 1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan mengenai alokasi sumber daya (aktiva) perusahaan. 2. Untuk menilai kemampuan organisasi dalam meberikan pelayanan kepada publik. 3. Untuk menilai bagaimana manajemen melakukan aktivitas pembiayaan dan investasi. 4. Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva), kewajiban, dan kekayaan bersih perusahaan, serta perubahaannya. 5. Memberikan informasi tentang kinerja organisaisi. 6. Memberikan informasi tentang kemampuan organisasi dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. 7. Membuat penjelasan dan penafsiran manajemen.
30
II.3.7 Proses Pelaporan Menurut Herry Alexander, proses pelapiran keuangan meliputi : 1. 2. 3. 4. 5.
Identifikasi dan analisisa peristiwa dan transaksi perusahaan. Pemilihan kebijakan Accounting. Aplikasi kebijakan Accounting. Melibatkan estimasi dan pertimbangan – pertimbangan akuntan secara profesional. Pengungkapan (disclousures) tentang transaksi, pristiwa, kebijakan, estimasi, dan judgments.
II.3.8 Kecurangan Pelaporan Keuangan Gambar 2.7 kecurangan pelaporan keuangan
Menurut COSO (committee of sponsoring organization of the treadway commission) dalam salah satu studinya menemukan bahwa kecurangan pelaporan keuangan umumnya terkait dengan manajemen puncak. Kondisi ini umumnya terjadi pada perusahaan yang tidak memiliki dewan komisaris dan komite audit yang idependen. Menurut COSO, dampak yang terjadi ketika kecurangan pelaporan keuangan ini adalah: 31
1. Akan terjadi pemalsuan dasar penilaian sebuah perusahaan. Ketika
perusahaan
menutupi
adanya
hutang,
menyajikan
ulang
laba,
menggelembungkan pendapat maupun biaya, mengecilkan jumlah pengeluaran dengan mengkapitalisasi biaya dan mendepresiasi aset dsaalam jangka waktu yang sangat panjang, maka terjadinya pemalsuan. Hal ini akan berdampak besar pada evaluasi
nilai
perusahaan,
perpajakan,
kredibilitas
perusahaan
dan
dapat
menyebabkan kebangkrutan perusahaan. II.4 Flowchart Menurut Ulric J. Gelinas dan Richard B. Dull (2008, 105), flowchart sistem adalah representasi grafis dari suatu proses bisnis, termasuk proses informasi (input, pengolahan data, data storage, dan output), serta proses operasi terkait (orang, peralatan, organisasi, dan kegiatan kerja) Menurut Mulyadi (2001,60-63), flowchart dipergunakan untuk menggambarkan proses kegiatan dalam suatu organisasi. Flowchart berupa bagan untuk keseluruhan sistem termasuk kegiatan – kegiatan manual dan aliran atau arus dokumen yang dipergunakan dalam sistem. Penggambaran flowchart harus menggunakan cara-cara dan ketentuan-ketentuan yang berlaku secara lazim dalam sistem
informasi akuntanasi, sehingga tidak
menimbulkan kebebasan yang tidak mempunyai standar dalam menggambarkan sistem. Untuk menggambarkan aliran dokumen dalam sistem
tersebut, arus dokumen
digambarkan berjalan dari kiri ke kanan dari atas ke bawah. Dalam sistem informasi akuntanasi diperoleh kesepakatan dari pihak-pihak yang berkompeten untuk digunakan standar simbol yang dipakai untuk menggambarkan bagan atau flowchart. 32
Berikut ini akan disajikan simbol standar yang digunakan oleh analis sistem untuk membuat bagan alir dokumen yang menggambarkan sistem tersebut. Tabel 2.2 Flow Chart Simbol
Nama
Keterangan
Dokumen
Digunakan
untuk
dokumen,
semua
yang
jenis
merupakan
formulir untuk merekam transaksi. Dokumen rangkap
Menggambarkan dokumen asli dan tembusannya.
Berbagai dokumen
Menggambarkan dokumen
yang
berbagai
jenis
digabungkan
bersama dalam satu paket. Catatan
Menggambarkan catatan akuntanasi yang digunakan untuk mencatat data yang direkam sebelumnya di dalam dokumen.
Penghubung halaman yang sama
pada Menggambarkan aliran dokumen dibuat mengalir dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan. Simbol penghubung yang memungkinkan aliran dokumen berhenti di suatu
33
lokasi pada halaman tertentu dan kembali berjalan pada halaman yang sama. Penghubung
pada Untuk
halaman yang berbeda
aliran
menggambarkan dokumen
bagan
suatu
sistem
diperlukan lebih dari satu halaman. Kegiatan manual
Untuk menggambarkan kegiatan manual seperti : menerima oder, mengisi formulir, membandingkan dll.
Keterangan/komentar
Untuk
menambahkan
komentar
agar pesan yang disampaikan lebih jelas. Arsip sementara
Menunjukkan tempat penyimpanan dokumen yang dokumennya akan diambil dari arsip tersebut.
Arsip permanent
Menunjukkan tempat penyimpanan dokumen secara permanen yang tidak akan diproses lagi.
On-line
komputer Menggambarkan
pengolahan
process
komputer secara on-line
Keying, typing
Menggambarkan pemasukan data 34
ke dalam komputer melalui on-line terminal. On-line storage
Menggambarkan arsip komputer yang berbentuk on-line (di dalam memori komputer)
Keputusan
Menggambarkan keputusan yang harus
dibuat
dalam
proses
pengolahan data. Keputusan yang dibuat ditulis dalam simbol. Garis alir
Menggambarkan
arah
proses
pengolahan data.
Persimpangan garis alir
Jika dua garis alir bersimpangan, untuk menunjukkan arah masingmasing garis, salah satu garis dibuat melengkung.
Pertemuan garis alir
Digunakan jika dua garis alier bertemu
dan
salah
satu
garis
mengikuti garis lainnya. Mulai/berakhir
Menggambarkan awal dan akhir suatu sistem Accounting.
35
Masuk ke sistem
Menggambarkan kegiatan diluar sistem masuk ke dalam aliran sistem.
dari pemasok Keluar ke sistem lain ke sistem
Menggambarkan kegiatam (di luar sistem ) keluar dari sistem.
penjualan
36