BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Net Profit Margin Rasio
Net
Profit
Margin
disebut
juga
dengan
rasio
pendapatan terhadap penjualan. Darsono dan Ashari (2005). Laba bersih dibagi penjualan bersih. Rasio ini menggambarkan besar laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Mengenai profit margin ini Joel G. Siegel dan Jae K. Shim, mengatakan “(1) margin laba bersih sama dengan laba bersih di bagi penjualan bersih. Ini menunjukkan kestabilan kesatuan untuk menghasilkan perolehan pada tingkat penjualan khusus. Dengan memeriksa margin laba dan norma industri sebuah perusahaan pada tahun-tahun sebelumnya, kita dapat menilai efisiensi operasi dan strategi penempatan harga serta status persaingan perusahaan dengan perusahaan lain dalam industri tersebut. (2) margin laba kotor sama dengan laba kotor dibagi laba bersih. Margin laba yang tinggi lebih disukai karena menunjukkan bahwa perusahaan mendapat hasil yang baik yang melebihi harga pokok penjualan.” Menurut Bastian dan Suhardjono (2006: 299) Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin
9
produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengemudikan
perusahaan
secara
cukup
berhasil
untuk
menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Hasil dari perhitungan mencerminkan keuntungan netto per rupiah penjualan. kemampuan
Para
investor
perusahaan
pasar
modal
perlu
untuk menghasilkan
mengetahui
laba.
Dengan
mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan itu profitable atau tidak. Menurut Sulistyanto (tanpa tahun: 7) angka NPM dapat dikatakan baik apabila > 5 %. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Earning after tax (EAT) Sales
2.1.2 Debt To Equity Ratio Debt to Equity Ratio (DER) (Weston dan Coveland,1998) dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total shareholders equity yang dimiliki perusahaan. Mengenai Debt
10
To Equity Ratio ini Joel G.Siegel dan Jae K.Shim mendefinisikan sebagai “ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor.” Mengatakan adapun rumus Debt To Equity Ratio adalah Total Liabilities Total Shareholders’ Equity Keterangan :
total shareholders’equity = total mandiri sendiri shareholders’equity diperoleh dari total asset dikurangi total
utang. Lebih jauh James C. Van Horne dan John M. Wachowicz “ Alternatively, the book value of a company’s common stock (at part) plus additional paid-in capital and retained earning”. Dalam persoalan Debt To Equity Ratio ini yang perlu dipahami bahwa, tidak ada batasan berapa debt to equity ratio yang aman bagi suatu perusahaan, namun untuk konservatif biasanya debt to equity ratio yang lewat 66% atau 2/3 sudah dianggap berisiko.
Debt ratio Semakin rendah semakin baik karena aman bagi kreditor saat likuidiasi
Debt equity
Times interest earned ratio Semakin tinggi semakin baik
Fixed payment coverage ratio
Gambar 2.1 Kedudukan debt ratio, debt equity, times interest earned ratio, dan fixed payment coverage ratio
11
2.2 Saham 2.2.1
Pengertian Saham Saham adalah bentuk paling murni dan sederhana dari
kepemilikan
perusahaan.
(Gitman:2000)
sedangkan
menurut
(Weston dan Coveland,1998) saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas seperti yang telah diketahui bahwa tujuan pemodal membeli saham untuk memperoleh penghasilan dari saham tersebut. Masyarakat pemodal itu dikategorikan sebagai investor dan spekulator. Investor disini adalah masyarakat yang membeli saham untuk memiliki perusahaan dengan harapan mendapatkan deviden dan capital gain dalam jangka panjang, sedangkan spekulator adalah masyarakat yang membeli saham untuk segera dijual kembali bila situasi kurs dianggap paling menguntungkan seperti yang telah diketahui bahwa saham memberikan dua macam penghasilan yaitu deviden dan capital gain. Saham
adalah
suatu
bukti
kepemilikan
atas
suatu
perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (Husnan,2001). Manfaat dari memiliki saham adalah sebagai berikut: 1. Untuk
memperoleh
dividen,
yaitu
bagian
dari
keuntungan
perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham. 2. Untuk memperoleh capital gain, yaitu keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dengan harga beli.
12
3. Manfaat non finansial, yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan. 2.2.2 Jenis Saham 1. Saham biasa (common stock) Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (tidak memiliki hakhak istimewa). Karakteristik lain dari saham biasa adalah dividen dibayarkan jika perusahaan memperoleh laba. 2. Saham preferen (preferred stock) Saham preferen memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap seperti bunga obligasi. Ada persamaan antara saham preferen dengan obligasi : 1. ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya 2. selama masa saham berlaku dividen akan tetap 3. memiliki hak tebus dan dapat ditukar dengan saham biasa 2.2.3 Pengertian harga Saham Menurut Sawidji Widoatmojo (1996) harga saham dapat dibedakan menjadi 3 (tiga): a. Harga Nominal Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oieh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besaraya
13
harga nominal memberikan arti penting saham karena deviden minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. b. Harga Perdana Harga ini merapakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek.Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya imtuk menentukan harga perdana. c. Harga pasar Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lama. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten daii penjamin emisi harga ini yang disebut sebagai harga di pasar sekunder dan
harga
inilah
yang
benar-benar
mewakili
harga
perusahaan
penerbitnya, karena pada transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar. 2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Faktor yang mempengaruhi harga saham menurut Weston dan Brigham (1993) adalah proyeksi laba, tingkat risiko dari proyeksi laba, proporsi hutang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian dividen. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham
14
adalah keadaan eksternal seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak, keadaan bursa saham.
2.3 Hubungan antara Net Profit Margin dan Debt To Equity Ratio terhadap harga saham Net profit margin merupakan satu rasio yang di gunakan investor untuk menganalisa laporan keuangan, Menurut Bastian dan Suhardjono (2006) Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar Net Profit Margin, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Menurut Darsono dan Ashari (2005) Laba bersih dibagi penjualan bersih. Rasio ini menggambarkan besar laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Hasil dari perhitungan mencerminkan keuntungan netto per rupiah penjualan. Para investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
15
Debt To Equity Ratio (DER) yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Debt To Equity Ratio (DER) juga memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin modal sendiri. Debt To Equity Ratio (DER) akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham. Semakin besar Debt To Equity Ratio (DER) menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Semakin besar Debt To Equity Ratio (DER) mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi akibatnya para investor cenderung menghindari sahamsaham yang memiliki nilai Debt To Equity Ratio (DER) yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin kecil rasio hutang (DER) harga saham semakin naik sesuai dengan teori modligiani dan miller (dalam husnan: 2001) yang menunjukan bahwa sejauh mana pembayaran bunga bisa dipergunakan untuk mengurangi beban pajak, maka penggunaan hutang memberikan manfaat bagi pemilik perusahaan.
2.4 Penelitian terdahulu Dalam penelitian ini didukung adanya teori-teori atau penelitian sebelumnya. Diantaranya adalah Penelitian yang di lakukan oleh Indah Nurmalasari (2009), analisis pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga 16
saham emiten LQ45 yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 20052008, variable yang digunakan Return On Assets, Return On Equity, Net Profit Margin, dan Earning Per Share. Unit analisis yang digunakan adalah perusahaan emiten LQ45 diakhir tahun 2005-2008. Teknik analisis data yang di gunakan yaitu Uji asumsi Klasik,Uji F dan Uji T .Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) memilki berpengaruh terhadap harga saham secara parsial dengan tingkat sig (0,000 dan 0,004) sedangkan rasio keuangan yang lainnya tidak berpengaruh.Untuk rasio keuangan yang terdiri dari Return On Assets, Return On Ekuity, Net Profit Margin, dan Earning Per Share berpengaruh secara bersama-sama terhadap harga saham pada tahun 2005-2008. Penelitian yang di lakukan oleh Leornardo Guntur silitonga (2009) yang berjudul Price Earning Ratio, Return On Equity, Net Profit Margin terhadap harga saham pada industri rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2001 – 2008 dengan menggunakan analisis Regresi Berganda, Uji Asumsi Klasik, UJi F dan Uji T, menunjukkan adanya pengaruh Price Earning Ratio, Net Profit Margin secara parsial dan variabel lainnya seperti Return On Equity tidak berpengaruh secara parsial. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nini safitri aziz (2012) dengan judul Pengaruh Return On Asset (ROA), Debt To Equity Ratio (DER), Tingkat Suku Bunga Dan Tingkat Inflasi Terhadap Return Saham sektor
perbankan
di
bursa
efek
17
indonesia
(periode
2003-2010)
membuktikan bahwa Secara parsial hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Return On Asset (ROA) berpengaruh positif, Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negative tetapi tidak signifikan sementara variabel tingkat suku bunga dan tingkat inflasi sama-sama memiliki pengaruh yang negative dan signifikan terhadap return saham sektor perbankan di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003-2010. Secara simultan menunjukkan bahwa secara bersama-sama semua variabel independent berpengaruh signifikan terhadap return saham. Yang dimana tingkat signifikansi dilihat dari nilai sig. yang menunjukkan angka <0,05 Penelitian yang di lakukan oleh Ricky Setiawan (2010) yang berjudul pengaruh Return On Assets, Debt to Equity Ratio, Price Book Value terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur 2007-2009, menunjukkan bahwa Return On Assets dan Debt to Equity Ratio berpengaruh tetapi tdk signifikan terhadap harga saham sedangkan untuk variabel Price Book Value tidak berpengaruh terhadap harga saham.
18
Tabel 2.1 Perbedaan dan Persamaan penelitian ini dan penelitian terdahulu NAMA
VARIABEL
PENELITI Indah
ROA
Nurmala Sari
TAHUN
ALAT
PENELITIAN
ANALISIS
2005-2008
Hasil
Analisis
Ada beberapa macam
ROE
Regresi
perbedaan penelitian ini
NPM
Berganda
dan penelitian
EPS
sebelumnya diantarnya tahun penelitian,variable Analisis
yang di gunakan.
ROE
Regresi
Sedangkan
silitonga
NPM
Berganda
persamaannya yaitu
Nini safitri
EPS
Analisis
adanya salah satu
Regresi
variabel yang digunakan
Berganda
dan juga dari segi alat
Leornardo
PER
Guntur
2001-2008
2003-2009
analisis yaitu analisis linier berganda Ricky
ROA
2007-2009
Analisis
Setiawan
DER
Regresi
PBV
Berganda
19
2.5 Kerangka pikir Dari penjelasan teoritis dan hasil dari penelitian-penelitian terdahulu maka yang menjadi variabel-variabel didalam penelitian ini adalah nilai net profit margin dan Debt To Equity Ratio, sebagai variabel independen (bebas) dan Harga saham PT. Bank Negara Indonesia.Tbk sebagai variabel dependen (variabel terikat). Untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan, diperlukan informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan yang memungkinkan analisis untuk menelaah kondisi dan hasil dari suatu usaha.sesuai dengan pengertiannya
Laporan
keuangan merupakan
bagian dari proses
pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.” (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007). Adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan yaitu bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan, bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk
20
membuat perencanaan, sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan. Net profit margin merupakan satu rasio yang di gunakan investor untuk menganalisa laporan keuangan, Menurut Bastian dan (Suhardjono 2006) Net Profit Margin adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. . Menurut Darsono dan Ashari (2005) Laba bersih dibagi penjualan bersih. Rasio ini menggambarkan besar laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Menurut Ang (1997) semakin besar nilai NPM berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan yang berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih sehingga berpengaruh terhadap harga saham. Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih sesudah
pajak dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan
manajemen dalam mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Hasil dari perhitungan mencerminkan keuntungan netto per rupiah penjualan. Para
21
investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Selain rasio profitabilitas seperti Net Profit Margin, salah satu rasio yang sering di kaitkan dengan rasio profitabilitas yaitu rasio solvabilitas seperti Debt To Equity Ratio (DER) yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Debt To Equity Ratio (DER) juga memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin modal sendiri. Debt To Equity Ratio (DER) akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan menyebabkan apresiasi dan depresiasi harga saham. Semakin besar Debt To Equity Ratio (DER) menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Semakin besar Debt To Equity Ratio (DER) mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi akibatnya para investor cenderung menghindari sahamsaham yang memiliki nilai Debt To Equity Ratio (DER) yang tinggi. Hal ini mengindikasikan Dari penjelasan kerangka pikir di atas dapat di simpulkan bahwa semakin besar nilai NPM berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan yang berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih sehingga berpengaruh terhadap harga saham Menurut Ang (1997).
Sedangkan
semakin kecil rasio hutang (DER) harga saham semakin naik sesuai dengan teori modligiani dan miller (dalam husnan: 2001) yang
22
menunjukan bahwa sejauh mana pembayaran bunga bisa dipergunakan untuk mengurangi beban pajak, maka penggunaan hutang memberikan manfaat bagi pemilik perusahaan. Laporan Keuangan
Analisis Rasio
Net Profit Margin (NPM)
Debt To Equity Ratio (DER)
Analisis Regresi Linear Berganda
Harga Saham
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
2.6 Pengajuan Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara atas sebuah masalah yang harus di uji kebenarannya, dimana suatu hipotesisi selalu di rumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dari variable – variable yang diteliti. Adapun Hipotesis yang di ajukan dalam masalah ini adalah :
23
H1 :
Net Profit Margin (NPM) dan Debt To Equity Ratio (DER) secara simultan berpengaruh terhadap harga saham PT. Bank Negara Indonesia.Tbk
H2 :
Net Profit Margin (NPM) dan Debt To Equity Ratio (DER) secara parsial berpengaruh terhadap harga saham PT. Bank Negara Indonesia.Tbk
24