1
BAB II KAJIAN TEORI, ker DAN HIPOTESIS
1.1
Kajian Teoris
2.1.1 Hakekat Atletik Atletik adalah salah satu cabang olahraga tertua yang telah di lakukan oleh manusia sejak zaman purba hingga sekarang. Bahkan boleh di katakan sejak adanya manusia di muka bumi ini atletik sudah ada, karena gerakan-gerakan yang terdapat dalam cabang olahraga atletik seperti berjalan, berlari, melempar, dan melompat adalah gerakan yang di lakukan oleh manusia dalam kehidupan nya sehari-hari. Dalam bahasa Inggris, nomor-nomor dalam perlombaan atletik seperti nomor jalan cepat, lari, lompat, dan lempar di namakan dengan istilah track and field yang artinya perlombaan yang di lakukan di lintasan dan di lapangan. Menurut Mukholid (2006 : 25) bahwa istilah atletik berasal dari kata atlhon (bahasa Yunani) yang berarti berlomba atau bertanding.istilah lain yang mengunakan kata atletik adalah athletics (bahasa Inggris), athletiek (bahasa Belanda), athletique (bahasa Perancis), dan athletik (bahasa Jerman). Selanjutnya Muhajir ( 2006: 35 ) cabang atletik adalah olahraga yang tumbuh dan berkembang bersama dengan kegiatan alami manusia. Berlari, berloncat, dan melempar adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah panjang kehidupan manusia. Untuk dapat memahami pengertian tentang atletik, tidaklah lengkap kalau tidak di ketahui sejarah atau riwayat istilah atletik serta perkembangan sebagai suatu cabang olahraga mulai zaman purbakala sampai zaman modern.
2
Cabang olahraga atletik merupakan olahraga yang tumbuh dan berkembang bersama degan kegiatan alami manusia. Cabang olahraga atletik meliputi lari, loncat, dan lempar. Ketiga cabang ini bagian yang tidak dapat terpisahkan sepanjang kehidupan. Atletik merupakan aktivitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang diamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar, dikatakan sebagai cabang olahraga yang paling tua usianya dan disebut juga sebagai ”ibu atau induk” dari semua cabang olahraga dan sering juga disebut sebagai juga sebagai Mother of Sports. Alasannya karena gerakan atletik sudah tercermin pada kehidupan manusia purba, Mengingat jalan, lari, lompat dan lempar secara tidak sadar sudah mereka lakukan dalam usaha mempertahankan dan mengembangkan hidupnya, bahkan mereka menggunakannya untuk menyelamatkan diri dari gangguan alam sekitarnya. (http://nugraharamadan.wordpress.com/05-10-2012) Atletik juga merupakan sarana untuk pendidikan jasmani dalam upaya meningkatkan kemampuan biomorik, Misalnya kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelenturan, koordinasi dan sebagainya. Selain itu juga sebagai sarana untuk penelitian bagi para ilmuan. (http://nugraharamadan.wordpress.com/05-10-2012).
2.1.1.1 Makna dan Nilai dalam Atletik Di kalangan para siswa, ada kesan bahwa olahraga atletik hanya merupakan seperangkat gerak monoton dan tak bervariasi. Isinya meliputi gerak lari, lempar dan lompat yang di anggap kurang menuntut keterampilan yang tinggi namun melelahkan. Unsur keriangan dan kegembiraan tidak terungkap dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
3
Oleh karena itu tidak heran apabila pelajaran atletik dalam pendidikan jasmani kurang mendapat perhatian dibanding dengan cabang olahraga permainan seperti: sepakbola, basket atau bolavoli. a. Atletik berorientasi bermain Fenomena yang diungkapkan secara filosofis tentang ciri hakiki manusia sebagai mahluk bermain atau “Homo Ludens”, kurang mendapat perhatian dari guru-guru pendidikan jasmani maupun para pelatih atletik, dalam kegiatan mengajar atau membina atlet atletik. Kenyataan ini merupakan kendala dan sekaligus menjadi tantangan bagi para guru pendidikan jasmani. Bagaimana membangkitkan motivasi siswa, bagaimana mengemas perencanaan tugas ajar dalam atletik agar dapat lebih diterima dan mendapat perhatian serta antusias siswa dalam mengikutinya. Dengan demikian maka, atletik dalam konteks pendidikan jasmani selain mengandung tantangan, juga berisi unsur permainan menyertai proses belajar keterampilan atletik itu sendiri. Berlangsungnya aktivitas bermain khususnya pada anak-anak, tidak hanya terjadi pada olahraga permainan saja. Kalau kita simak secara hakiki, di dalam aktivitas bermain tersebut tidak lepas dari gerak-gerak yang ada dalam atletik seperti, jalan, lari lompat dan kadang juga berisi gerakan melempar. Oleh karena itu pembelajaran atletik dengan pendekatan bermain bukan suatu hal yang tidak logis. Atletik secara bermain dapat menggugah perhatian anak-anak dan dapat memfasilitasi semua tingkat keterampilan yang ada pada kelas yang kita ajar.
4
Permainan atletik tidak berarti menghilangkan unsur keseriusan, mengabaikan unsur ketangkasan atau menghilangkan substansi pokok materi atletik. Akan tetapi permainan atletik berisikan seperangkat teknik dasar atletik berupa: jalan, lari, lompat dan lempar yang disajikan dalam bentuk permainan yang bervariasi dengan memperkaya perbendaharaan gerak dasar anak-anak. Kegiatannya didominasi oleh pendekatan eksplorasi dalam suasana kegembiraan dan diperkuat oleh pemenuhan dorongan berkompetisi sesuai dengan tingkat perkembangan anak, baik yang menyangkut perkembangan kognitif, emosional maupun perkembangan geraknya. Untuk bermain dalam atletik sebetulnya tidak dikenal batasan tingkat pendidikan. Yang membedakan barangkali adalah jenis permainan, berat ringannya, bobot permainan serta kemampuan pemahaman anak untuk melakukannya. b. Nilai yang terkandung dalam permainan atletik. Agar permainan atletik itu berhasil dengan baik, maka nilai-nilai yang terkandung
dalam
permainan
atletik
menjadi
pokok
pertimbangan
penyelenggaraan. Nilai-nilai yang terkandung tersebut seperti dikemukakan Hans Katzenbogner/Michael Medler (1996) sebagai berikut: 1) Pengembangan dimensi permaian atletik 2) Pengembangan dimensi variasi gerakan atletik 3) Pengembangan dimensi irama atletik 4) Pengembangan dimensi kompetisi atletik, dan 5) Pengembangan pengalaman atletik.
5
Bila kita lihat kandungan nilai-nilai tersebut, maka tidak ada alasan bagi seorang guru pendidikan jasmani untuk memberikan materi pelajaran atletik melalui pendekatan permainan atletik.
2.1.1.2 Nomor-Nomor Dalam Atletik Nomor-nomor dalam atletik oleh Mukhajir (2007: 37) sebagai berikut: 1. Nomor Lari a. Lari jarak pendek (sprint): 100 m, 200 m, 400 m, 100 m gawang, 200 m gawang, 400 m gawang, 4 x 100 m estafet, 4 x 400 m estafet. b. Lari jarak menengah (middle distance run): 800 m ,1.500 m, dan 3000 m. c. Lari jarak jauh (long distance run) : 5000 m,dan 10.000 m. d. Lari marathon: 42.195 km. 2. Nomor Lompat a. Lompat jauh b. Lompat tinggi c. Lompat jangkit d. Lompat tinggi galah 3. Nomor Lempar a. Lempar lembing b. Lempar cakram c. Tolak peluru d. Lontar martil.
6
2.1.2 Hakekat Lari Lari merupakan jenis perlombaan atletik yang sangat popular dan banyak diikuti oleh para atlet, Lari adalah cabang olahraga utama dalam atletik yang dilaksanakan di lintasan khusus yang mengelilingi lapangan atletik dengan melawan arah putaran jarum jam,yang bermula di garis start dan berakhir di garis finish.Winendra Adi (2008:16). Selanjutnya menurut Nenggala (2008;31) lari merupakan frekuensi langkah yang dipercepat sehingga saat berlari posisi tubuh melayang diatas tanah.Artinya sekurang-kurangnya hanya satu kaki yang menyentuh tanah dan bahkan kedua kaki lebih banyak melayang. Menurut Wahyuni (2010:37) lari merupakan cara tercepat bagi makhluk hidup (hewan dan manusia) untuk bergerak dengan kaki. Dalam istilah olahraga, lari diartikan sebagai gerakan tubuh, dimana pada suatu saat semua kaki tidak menginjak tanah.
2.1.2.1 Manfaat Lari Manfaatnya dalam 4 aspek kebugaran fisik yakni : a. Komposisi Tubuh Lari merupakan pembakar kalori yang baik. Berlari menguntungkan komposisi tubuh dengan cara-cara ini meningkatkan persedian kalsium yang berarti tulang semakin kuat, dan menambah suplai darah yang berarti memperkuat ligamen tulang dan tendon pada tubuh bagian bawah (tubuh bagian atas kurang menerima manfaat lari).
7
b. Kebugaran Jantung Memperbesar kapasitas pengisian jantung dan daya kontraksi yang bertambah
berarti
lebih
banyak
darah
yang terpompa
pada
setiap
denyutan.Menambah vaskulariasi jantung artinya meningkatkan masukan sel darah merah ke otot-otot jantung. Menambah kadar darah dan sel darah merah yang berarti meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen. c. Ketahanan Otot Berlari menambah kekuatan otot yang menghasilkan tenaga, terutama pada tubuh bagian bawah. Produksi energi yang bertambah akan diubah menjadi kapastas yang lebih besar untuk menghasilkan kerja yang lebih lama. d. Kekuatan Otot Berlari menambah protein otot, yang kemudian menjadikan otot-otot lebih kuat. Dengan kata lain pelari punya kekuatan luar biasa atau kemampuan untuk menambah kecepatan dengan serentak.
2.1.2.2 Teknik Dasar Lari Secara umum gerak dasar dominan lari meliputi: start, gerak lari dan finish. 1) Start Start pada lari sprint harus dilakukan dengan start jongkok, sedangkan untuk lari jarak menengah dan jauh menggunakan start berdiri. Aba-aba start pada lari sprint ada tiga yaitu “Bersedia-Siap-Ya (tembakan pistol)”. Sedangkan pada lari jarak menengah dan jauh hanya dua yaitu “Bersedia dan Ya”. Tujuan start pada lari sprint adalah meninggalkan start blok secepat mungkin. Karena jarak
8
larinya pendek dan sepanjang jarak lari menggunakan kecepatan maksimum, maka teknik start menjadi salah satu kunci keberhasilan seorang pelari. Komponen fisik yang diperlukan pada waktu start adalah kecepatan reaksi dan kecepatan start. Pada gambar 1 di bawah ini diperlihatkan rangkaian gerak start jongkok sebagai berikut.
Gambar 1. Rangkaian Gerak Start Jongkok Sumber: (gambar pembelajaran atletik http//pembelajaran-atletik-(buku).pdf) Pada gambar 2 di bawah ini diperlihatkan sikap “Siap”
Gambar 2. Sikap “Siap” Tampak Depan Sumber : (pembelajaran atletik http//pembelajaran-atletik-(buku).pdf) Untuk membiasakan bereaksi cepat terhadap suatu impuls atau rangsang, banyak juga bentuk permainan reaksi yang bisa diberikan. Misalnya latihan “hijau – hitam”, bereaksi atas aba-aba dari berbagai posisi untuk segera berlari atau bergerak kemana saja sesuai perintah. Dari posisi duduk, jongkok, tidur telungkup, telentang dan sebagainya.
9
2) Gerakan Lari Gerak dominan yang utama dari gerak lari adalah gerakan langkah kaki dan ayunan lengan. Sedangkan aspek lain yang perlu diperhatikan pada saat berlari adalah: kecondongan badan (disesuaikan dengan jenis/tipe lari), pengaturan napas, dan harmonisasi gerakan lengan dan tungkai. Sedangkan yang paling menentukan kecepatan lari seseorang adalah panjang langkah x kekerapan langkah. Langkah kaki terdiri dari tahap menumpu dan tahap melayang. Sedangkan gerakan kaki mulai tahap menumpu kemudian mendorong (kaki tolak) sedangkan kaki ayun melakukan gerak pemulihan dan gerak ayunan. Pada gambar di bawah ini diperlihatkan rangkaian gerak lari dan gerak langkah pada saat menumpu dan mendorong.
Gambar 3. Rangkaian Gerakan Lari Sprint Sumber : (gambar pembelajaran atletik http//pembelajaran-atletik-(buku).pdf) Kaki tumpu: Mendaratlah pada telapak kaki bagian depan, lurus ke depan. Mata kaki, lutut dan pinggul diluruskan penuh selama tahap mendorong Kaki ayun: Kaki ditekuk selama masa pemulihan. Lutut angkat ke depan atas pada tahap mengayun. Gerakan lengan: Ayunkan lengan ke depan dan ke belakang, ke depan setinggi bahu, ke belakang lewat panggul. Sudut sikut sekitar 90 derajat
10
Gambar 4. Tahap Menumpu dan Mendorong Sumber : (gambar pembelajaran atletik http//pembelajaran-atletik-(buku).pdf)
3) Finish Teknik finish yaitu berlari terus, mendorongkan dada atau mendorong salah satu bahu ke depan.
2.1.3 Hakekat Lari 30 Meter Lari cepat atau lari sprint adalah perlombaan lari yang semua peserta berlari dengan kecepatan penuh dengan menempuh jarak 50 - 100 m, 200 m, dan 400 m. Kunci pertama yang harus dikuasai oleh pelari cepat sprint adalah start atau pertolakan. Keterlambatan atau ketidaktelitian pada waktu melakukan start sangat merugikan pelari cepat atau sprinter. Lari jarak pendek adalah lari yang menempuh jarak antara 50 m sampai dengan jarak 400 m. Oleh karena itu kebutuhan utama untuk lari jarak pendek adalah kecepatan. Kecepatan dalam lari jarak pendek adalah hasil kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan halus lancar dan efisien dan sangat dibutuhkan bagi pelari untuk mendapatkan kecepatan yang tinggi.
11
Seoarang pelari jarak pendek (sprinter) yang potensial bila dilihat dari komposisi atau susunan serabut otot persentase serabut otot cepat (fast twitch) lebih besar atau tinggi dengan kemampuan sampai 40 kali perdetik dalam vitro dibanding dengan serabut otot lambat (slow twitch) dengan kemampuan sampai 10 kali perdetik dalam vitro. Oleh karena itu seorang pelari jarak pendek itu dilahirkan/bakat bukan dibuat. http://hadilegowo08.blogspot.com/ (09-10-2012) Teknik dasar lari sprint adalah cara atau dasar-dasar yang harus dipelajari seseorang ketika akan melakukan lari sprint, dalam lari sprint dibutuhkan beberapa unsur-unsur kesegaran jasmani diantaranya kecepatan, kelincahan, daya ledak, kekuatan otot, power, keseimbangan dan sebagainya. Tujuannya adalah agar ia dapat melakukan lari sprint dengan tepat dan sempurna. Teknik dasar sangat penting dipelajari terutama bagi seorang atlet dikarenakan teknik dasar lari sprint ini sangat berpengaruh terhadap prestasi atau hasil yang akan dicapai oleh seorang pelari. Berikut ini beberapa teknik lari dasar lari sprint yang mungkin bisa menjadi pertimbangan bagi anda untuk melakukan lari sprint: 1. Ketika seorang berlari cepat, ia harus berlari diatas bola kaki dengan tubuh bagian atas sedikit condong ke depan. 2. Kemudian kedua lengan dibengkokkan dengan sudut siku-siku masingmasing sebesar 90 derajat dan diayun searah dengan gerakan lari. 3. Kedua tangan dan otot-otot bagian depan tetap dalam keadaan rileks. 4. Tungkai kaki harus ditolakkan dengan kuat sampai dalam keadaan lurus, dan pengangkatan paha depan diusahakan sampai posisi sejajar dengan tanah.
12
5. Kedua pinggang tetap dalam ketinggian yang sama sepanjang berlari. 6. Yang
harus
diutamakan
ketika
mencapai
garis
finish
adalah
mencondongkan badan dengan serentak ke depan untuk mengantarkan bagian dada menyentuh pita finish. Itulah beberapa teknik dasar lari sprint yang telah dijelaskan tadi disamping itu masih banyak hal-hal yang harus dipelajari lebih dalam lagi mengenai poin-poin yang telah disebutkan di atas, seperti latihan untuk memperbaiki koordinasi, mengatur irama pada saat latihan, serta cara mencondongkan badan badan pada saat akan memasuki garis finish. http://teknikdasar-lari-sprint.html (09-10-2012)
1.1.4
Hakikat Daya Ledak Otot Tungkai Daya ledak otot adalah kemampuan otot atau sekelompok otot melakukan
kerja secara eksplosif. Kemampuan ini dipengaruhi oleh kekuatan dan kecepatan Skonstuksi otot. Untuk memperoleh kekuatan otot atau strength perlu adanya latihan yang teratur. Daya ledak merupakan produk
antara
kekuatan dan
kecepatan
(Sajoto,1988). Sedangkan Bosco, (1983) mendefinisikan power sebagai kemampuan mengeluarkan kemampuan maksimum. Selanjutnya Hadjarati, (2010) merumuskan Daya ledak adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum dengan usaha/kerja yang dikerahkan dalam waktu sependekpendeknya. Daya ledak otot menurut M. Sajoto (1990) adalah suatu kemampuan seseorang dalam mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam
13
waktu sependek-pendeknya.Menurut Harsono (1978) daya ledak adalah resultant atau hasil perkalian antara kekuatan dan kecepatan. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya ledak = kekuatan X kecepatan.Daya ledak otot tungkai dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempergunakan atau menggerakan tungkainya dengan kekuatan yang maksimum dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah pada saat melakukan aktifitas lari 100 meter. Kekuatan daya ledak adalah kekuatan sebuah otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam gerakan yang utuh (Jumiyatun: 2009). Power, Soedarminto (1996: 9) dalam Sulaiman Abdulah skripsi (2010: 26) menyatakan bahwa komponen atau faktor jasmani adalah: kekuatan, daya tahan kelenturan. Unsur-unsur kebugaran jasmani: a) Power (Daya/tenaga) Adalah kemampuan mengeluarkan kekuatan/tenaga maksimal dalam waktu yang tercepat. Seseorang yang mempunyai tenaga yang besar karena; 1) Mempunyai kekuatan otot (Muscular Strength) yang besar; 2) Mempunyai kecakapan untuk memadukan kekuatan dan kecepatan; 3) Mempunyai kecepatan yang tinggi. b) Strength (Kekuatan) Adalah suatu kemampuan dalam menggunakan daya atau kekuatan yang eksplosifterhadap suatu obyek (mendorong, menekan / mengangkat/menarik). c) Speed (Kecepatan) Adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan yang sama dengan baik, dalam waktu yang tersingkat.
14
d) Endurance (Daya tahan) Kemampuan alat tubuh dalam melakukan pekerjaan yang berat dan berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama. e) Balance (Keseimbangan) Kemampuan seseorang untuk mengontrol kerjanya alat tubuh yang bersifat neuromuscular (meniti balok, dan sebagainya). f) Agility (Kelincahan) Adalah kemampuan seseorang untuk merubah posisi dan arah gerakan tubuhnya. g) Coordination
(Koordinasi)
Adalah
kemampuan
seseorang
untuk
merangkaikan (membulatkan) bermacam-macam gerakan sedemikian rupa sehingga merupakan gerakan yang bertautan. h) Accuracy (Ketelitian/Ketepatan) Adalah kemampuan seseorang untuk menguasai gerakan yang terkontrol terhadap suatu sasaran (menembak, menusuk). Berdasarkan penjelasan teori di atas maka, penulis berkesimpulan bahwa dalam melakukan lari, seorang siswa atau atlit sangat memerlukan daya ledak otot tungkai agar dapat menghasilkan kekuatan dan kecepatan yang baik sehingganya seorang atlit lari dapat berlari dengan kecepatan yang secepat-cepatnya.
1.1.5 Hakekat Kecepatan Speed (Kecepatan) Adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan yang sama dengan baik, dalam waktu yang tersingkat. Kecepatan adalah besaran vektor yang menunjukkan seberapa cepat benda berpindah. Besar dari vektor ini disebut dengan kelajuan dan dinyatakan dalam satuan meter per sekon (m/s atau ms-1). http://id.wikipedia.org/wiki/Kecepatan
15
(14-11-2012). Kecepatan sprint adalah ukuran waktu tercepat saat berlari sprint pada lintasan lari yang biasanya berjarak 100 meter. http://id.answer.yahoo.coms (16-11-2012). Dalam kegiatan olahraga, Jerver, mendefinisikan bahwa kecepatan adalah kemampuan untuk bergerak dengan kecepatan yang paling cepat. Kecepatan menurut Suharsono adalah kemampuan organisme atlet dalam melakukan gerakan-gerakan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Sedangkan menurut Sajoto dikatakan bahwa kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan keseimbangan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Macam-macam kecepatan yaitu: a.
Kecepatan umum yaitu kapasitas untuk melakukan beberapa macam gerakan (reaksi mototrik) dengan cara yang cepat.
b.
Kecepatan khusus yaitu kecepatan untuk melakukan suatu latihan atau keterampilan pada kecepatan tertentu, biasanya sangat tinggi. Seorang atlet pelari sprint dituntut harus dapat berlari mendahului lawan-
lawannya pada pertandingan berlangsung, saat itu juga sang atlet harus mengerahkan kecepatannya untuk mnecapai finish dan menjadi sang juara. Maka sangat mutlak seorang pelari harus memiliki kecepatan dalam berlari. Atlet-atlet pada cabang olahraga lainnyapun dituntut untuk memiliki kecepatan dalam melakukan setiap gerakannya, karena pada dasarnya setiap gerakan dalam olahraga terutama dalam olahraga permainan diperlukan suatu gerakan yang cepat. Gerakan yang cepat ini nantinya dapat mendukung terhadap reaksi-reaksi yang dipengaruhi oleh rangsangan-rangsangan dari luar pada objek-
16
objek yang ada dalam pertandingan, misalnya dalam bola voli seorang spiker yang diberi umpan oleh tosser harus sesegera mungkin menyambut bola yang diumpan ke arahnya untuk menghasilkan pukulan yang baik dan keras sehingga menembus pertahanan lawan, seperti yang diungkapkan Harsono bahwa: “Kecepatan anggota tubuh seperti lengan atau tungkai adalah penting pula guna memberikan akselerasi kepada obyek-obyek eksternal seperti bola sepakbola softball, raket tenis, cakram, bola voli, dan sebagainya”. Pada olahraga bola voli kecepatan ini diperlukan untuk melakukan gerakan-gerakan yang memerlukan kecepatan, misalnya kecepatan dalam reaksi, dan aplikasinya lebih kepada daya dukungan untuk kondisi fisik power.
1.1.6 Hubungan Kecepatan Lari 30 Meter Tungkai
dengan Daya Ledak Otot
Lari jarak pendek adalah berlari dengan kecepatan penuh sepanjang jarak yang harus ditempuh, atau sampai jarak yang telah ditentukan.Pelarinya bisa juga disebut dengan sprinter, walau dalam praktek terlihat jelas perbedaanya, perbedaan antara berlari dan melompat adalah 1. Berlari, daya tolakan sebagian besar mengarah ke depan dan jeda layang di udara tidak terlalu lama juga tidak terlalu tinggi. 2. Melompat, daya tolakan dapat ke depan, atas, belakang dan jeda layang di udara lebih lama juga lebih tinggi. Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Sulaiman Abdullah, 2010: 33) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
17
mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar adalah, apa yang di berikan atau apa yang diajarkan oleh guru terhadap siswa, siswa tersebut dapat memahami dan dapat dikembangkan sebagai contoh yang positif dan mengamalkan ilmu tersebut. Dalam lari 30 meter, daya ledak otot tungkai sangat diperlukan oleh seorang pelari pada saat melakukan gerakan start,khususnya pada langkah pertama pada saat aba-aba “yaak!” atau pada saat pistol dibunyikan, yaitu tungkai pelari diharapkan mampu mengerahkan tenaga yang sekuat-kuatnya dalam waktu singkat yang ditumpukan pada otot tungkai. Selain itu daya ledak otot tungkai juga berperan dalam mengangkat paha pada saat gerakan lari, hal ini dapat menyebabkan bertambahnya daya atu tenaga untuk mendorong tungkai. Hubungan antara kecepatan lari 30 meter dengan daya ledak otot tungkai adalah bahwa makin kuat daya ledak otot tungkai maka semakin cepat. Sebaliknya makin kurang daya ledak otot tungkai maka makin rendah kecepatannya. Dari penjelasan teori pada halaman sebelumnya maka dapat mengambil kesimpulan bahwa hasil kecepatan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa di mana ia mampu menerima apa yang di sampaikan oleh guru dalam melakukan lari 30 meter. Adalah menguji keadaan siswa dalam melakukan lari 30 meter sehingga mencapai hasil yang maksimal.
18
2.2 Kajian Yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dapat dikemukakan berikut ini. Penelitian yang dilakukan oleh Khomsin tahun 2005, yang berjudul “Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai dan Kekuatan Otot Lengan Dengan Prestasi Lari 100 meter Pada Mahasiswa Putra Prodi PKLO Semester IIB FIK UNNES”. Permasalahan yang dikaji adalah “Apakah terdapat hubungan daya ledak otot tungkai dan kekuatan otot lengan dengan prestasi lari 100 meter pada Mahasiswa Putra Prodi PKLO Semester IIB FIK UNNE". Berdasarkan permasalahan di atas diperoleh hasil penelitian sebagai berikut. Hasil analisis data yang diperoleh bahwa: 1) hasil perhitungan hubungan sederhana rxly = 0,69 sedangkan harga rxlytab pada db 29 = 0,36 (rxly > rxly). Hasil ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara daya ledak otot tungkai dengan prestasi lari 100 meter; 2) hasil perhitungan hubungan sederhana rx2y = 0,55 sedangkan harga rx2ytab pada db 29 = 0,36 (rxly > rxly) hasil ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dengan prestasi lari 100 meter; dan 3) hasil perhitungan hubungan ganda rxl,2y = 0,89 sedangkan harga rxltab pada db 29 = 0,36 (rxly > rxly), dari hasil uji F untuk mengetahui keberartian hubungan yang signifikan antara daya ledak otot tungkai dan kekuatan otot lengan dengan prestasi lari 100 meter. Berdasarkan penelitian di atas bahwa relevansi dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. Penelitian yang dilakukan oleh Khomshin dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengukur kecepatan. Perbedaannya yaitu pada Khomshin lebih melihat sejauh mana Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai dan
19
Kekuatan Otot Lengan dengan prestasi Lari 100 Meter, sedangkan pada penelitian ini akan melihat apakah terdapat hubungan daya ledak otot tungkai dengan kecepatan lari 30 meter.
2.3 Kerangka Berpikir Upaya meningkatkan prestasi olahraga atletik khususnya dalam cabang lari 30 meter, dimana daya ledak otot tungkai sangat menentukan kemampuan dalam kecepatan seorang atlet tergantung dari beberapa faktor seperti: disiplin, kemampuan penguasaan teknik, taktik, persiapan mental dan kemampuan fisik. Di antara faktor-faktor tersebut, faktor yang paling utama untuk mendukung peningkatan kecepatan adalah kemampuan daya ledak otot tungkai. Khususnya dalam melakukan lari 30 meter. Daya ledak otot tungkai ini diperoleh melalui vertical jump (melompat ke atas). Selain itu dalam lari, tidak hanya membutuhkan teknik-teknik dasar akan tetapi daya ledak otot tungkai juga sangat berperan dalam kecepatan lari. Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan daya ledak otot yang baik akan mendukung kemampuan khususnya dalam melakukan lari. Dengan demikian penulis berasumsi, daya ledak otot tungkai mempunyai hubungan yang signifikan dengan kecepatan lari 30 meter sehingga mencapai hasil yang maksimal.
2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada landasan teori, kerangka berpikir yang telah dijelaskan pada halaman sebelumnya maka peneliti dapat merumuskan hipotesis dalam
20
penelitian ini sebagai berikut: “Terdapat hubungan antara daya ledak otot tungkai dengan kecepatan lari 30 meter pada siswa kelas VIII SMPN III Satu Atap Bone”.