BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Kecerdasan Emosional 2.1.1 Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional sangat penting dalam kehidupan karena pada hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam perkembangan individu. Menurut Baharudin (1999: 179) menyatakan bahwa” kecerdasan
emosional
adalah
kemampuan
atau
keterampilan
dalam
mengendalikan diri, memiliki semangat dan ketekunan yang tinggi, mampu memotivasi dirinya dalam mengerjakan sesuatu, dan mampu berinteraksi dengan orang lain”. Menurut Goleman (2006: 58-59 ) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional terdiri dari lima dimensi utama yaitu: (1) mengenali emosi diri, (2) mengelola emosi, (3) memotivasi diri sendiri, (4) mengenali emosi orang lain (5) membina hubungan. Berdasarkan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Kecerdasan emosional berperan penting dalam pembentukan watak dan kepribadian seseorang, bahkan sangat menentukan keberhasilan dan kualitas kehidupannya. Tidak hanya itu seseorang yang dapat mengelola emosinya akan mampu untuk berinteraksi dengan orang lain. Terkait dengan siswa sebagai peserta didik yang seharusnya memiliki kecerdasan emosional yang stabil sehingga lebih mudah dalam proses pembelajaran.
Penerapan kecerdasan emosional dalam proses pembelajaran memiliki arti yang sangat penting, sebab dapat menimbulkan gairah belaJar siswa di kelas. Agar penerapan kecerdasan emosi dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik, maka guru perlu untuk membangun hubungan yang baik dengan siswa. Melalui hubungan guru diyakini tidak hanya menggunakan logika tetapi selalu menggunakan emosi yang cerdas. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional yang baik harus memiliki rasa ingin tahu yang lebih baik. Keingintahuan tersebut dapat dilihat dari penguasaan materi – materi yang diajarkan. Selain itu, kecerdasaan emosi yang dimiliki siswa nampak juga dalam kecakapan dalam berkomunikasi baik dengan siswa, guru dan kepala sekolah. Melalui komunikasi yang baik materi yang diajarkan kepada siswa akan mudah dipahami, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Kecerdasan emosional siswa erat kaitannya dengan tanggung jawab siswa sebagai peserta didik dengan Indikator: Mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan.
2.2. Aspek - Aspek Kecerdasan Emosional Sesuai dengan uraian di atas aspek-aspek yang berkaitan dengan kecerdasan emosional diantaranya mengenali emosi diri, mengelola emosi, mengenali emosi orang lain, memotivasi diri dan membina hubungan. Kelima aspek tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
2.2.1 Mengenali Emosi Diri Emosi merupakan kegiatan dari pergolakan perasaan, pikiran ataupun nafsu. Goelman (2006: 411) menjelaskan emosi adalah kecenderungan untuk bertindak pada suatu perasaan dan pikiran dalam suatu keadaan biologis dan psikologis. Selanjutnya Goelman (2006: 411-412) mengelompokan golongan emosi sebagai berikut : Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal, berang, tersinggung. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, kesepian, putus asa, depresi berat. Rasa takut: cemas, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut, waspada, ngeri, takut sekali,fobia dan panic. Kenikmatan: bahagia, gembira, puas, riang, senang, takjub, terpesona, puas, senang, senang sekali. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, bakti, hormat, kasmaran. Terkejut: terkesiap, takjub, terpana. Jengkel: hina ,jijik, muak, mual, tidak suka,muntah. Malu: rasa salah, kesal hati, sesal, hina, aib. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang harus mengenali emosinya dan mengelola emosi tersebut. Mengenali emosi diri yaitu kesadaran diri untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kesadaran diri merupakan prasyarat bagi keempat wilayah utama lainnya. Ketidak mampuan untuk mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya adalah pilot yang andal bagi kehidupan mereka, karena mempunyai kepekaan lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat di artikan bahwa seorang siswa harus mampu mengelola perasaannya sendiri untuk dapat belajar dengan baik, karena perasaan seseorang sangat mendukung segala aspek dalam lingkungan belajar, seorang siswa yang mampu mengelola perasaannya akan dapat bergaul dan menerima suasana belajar mengajar.
2.2.2 Mengelola Emosi Emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Santrock (2007: 200) “ emosi adalah perasaan atau efek yang muncul ketika seseorang dalam
status
atau
interaksi
yang
penting
baginya,
terutama
bagi
kesejahteraannya.” Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi. Emosi pada pada prinsipnya menggambarkan perasaan manusia menghadapi berbagai situasi yang berbeda. Oleh karena emosi merupakan reaksi manusiawi terhadap berbagai situasi nyata maka sebenarnya tidak ada emosi baik atau emosi buruk. Emosi menjadi penting karena ekspresi emosi yang tepat terbukti bisa melenyapkan stress. Semakin tepat mengkomunikasikan perasaan, semakin nyaman perasaan tersebut. Keterampilan manajemen emosi memungkinkan individu menjadi akrab dan mampu bersahabat, berkomunikasi dengan tulus dan terbuka dengan orang lain. Mengelola emosi adalah salah satu pekerjaan yang cukup sulit. Sebagai ilustrasi adalah bagaimana sakitnya hati kita dan sulitnya meredakan kemarahan
yang meluap keubun-ubun jika kita dipersalahkan atas hal yang merupakan kesalahan orang lain. Namun jika emosi dapat dikuasai tentu emosi dapat dikelola dengan baik, artinya dapat tercipta keseimbangan emosi atau pengendalian emosi yang berlebihan. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Berkaitan dengan fungsi emosi Sobur (2003: 400) meyebutkan ada 4 fungsi emosi diantaranya: Pertama, emosi adalah pembangkit energy, tanpa emosi kita seolah-olah mati, karena dengan emosi seperti marah akan membangkitkan kita untuk menyerang seseorang. Kedua: emosi adalah pembawa informasi, jika kita sedang marah, maka kita dapat mengetahui bahwa diri kita sedang diserang oleh orang lain, begitu pula dalam keadaan sedih kita dapat mengetahui bahwa kita sedang kehilangan sesuatu. Ketiga: emosi merupakan pembawa pesan dalam komunikasi, bila seseorang sedang berbicara atau berpidato dengan menyertakan seluruh emosi maka hal ini diyakini akan lebih hidup, meyakinkan dan berpengaruh. Keempat: emosi juga merupakan sumber informasi dalam keberhasilan kita.hal ini dapat diketahui ketika kita mendambakan kesehatan dan mengetahuinya ketika kita sedang sehat bugar. Hal yang dapat disimpulkan dari penjelasan diatas adalah emosi seseorang akan sangat bermanfaat bila orang tersebut mampu untuk mengelolanya dengan
baik, namun sebelunya setiap individu harus mengenali emosinya terlebih dahulu agar dapat dikelola dengan baik dan tepat.
2.2.3 Mengenali Emosi Orang Lain Mengenali empati orang lain merupakan salah satu dimensi yang penting dari emosi. Empati merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan dan keinginan orang dari kacamata orang tersebut. Di samping itu empati merupakan kemampuan yang bergantung kepada kesadaran diri emosional, merupakan keterampilan bergaul dasar, dan juga dapat menciptakan kebahagiaan dalam kehidupan asmara. Sementara itu secara sederhana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), empati merupakan keadaan mental yang mempengaruhi jiwa seseorang sehingga menganggap pikirannya sama dengan pikiran orang lain. Empati adalah kemampuan seseorang dalam menghayati perasaan seseorang. Seseorang tidak hanyut dalam suasana orang lain, tetapi memahami apa yang dirasakan oleh orang lain. Beberapa faktor, baik secara psikologis maupun sosiologis yang mempengaruhi proses empati sebagai berikut, antara lain: 1.
Sosialisasi Dengan adanya sosialisasi memungkinkan seseorang dapat mengalami sejumlah emosi, mengarahkan seseorang untuk melihat keadaan orang lain dan berfikir tentang orang lain.
2.
Perkembangan kognitif Empati dapat berkembang seiring dengan perkembangan kognitif yang bisa yang bisa dikatakan kematangan kognitif, sehingga dapat melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.
3.
Mood dan feeling Situasi perasaan seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungannya akan mempengaruhi cara seseorang dalam memberikan respon terhadap perasaan dan perilaku orang lain.
4.
Situasi dan tempat Situasi dan tempat tertentu dapat memberikan pengaruh terhadap proses empati seseorang. Pada situasi tertentu seseorang dapat berempati lebih baik dibanding situasi yang lain.
5.
Komunikasi Pengungkapa empati dipengaruhi oleh komunikasi (bahasa) yang digunakan seseorang. Perbedaan bahasa dan ketidakpahaman tentang komunikasi yang terjadi akan menjadi hambatan pada proses empati. Ada beberapa manfaat yang dapat kita temukan dalam kehidupan pribadi
dan sosial jika kita mempunyai kemampuan berempati, diantaranya: a.
Menghilangkan Sikap Egois Orang yang telah mampu mengembangkan kemampuan empati dapat
menghilangkan sikap egois (mementingkan diri sendiri). Ketika dapat merasakan apa yang sedang dialami orang lain, maka kita tidak akan berbicara berbicara, berpikir dan berperilaku yang dapat diterima juga oleh orang lain serta akan
mudah memberikan pertolongan kepada orang lain. Kita akan berhati-hati dalam mengembangkan sikap dan perilaku kita sehari-hari, khususnya jika berada pada kondisi yang membutuhkan pertolongan kita. b. Menghilangkan Kesombongan Salah satu cara mengembangkan empati adalah membayangkan apa yang terjadi pada diri orang lain akan terjadi pula pada diri kita. Manakala kita membayangkan kondisi ini maka kita akan terhindar dari kesombongan atau tinggi hati karena apapun akan bisa terjadi pada diri kita jika Tuhan berkehendak. Kita tidak akan merendahkan orang lain karena kita telah mengetahui perasaan dan memahami apa yang sebenarnya terjadi, sehingga orang yang mempunyai kemampuan empati akan cenderung memiliki jiwa rendah hati dan senantiasa memahami kehidupan ini dengan baik. c. Mengembangkan Kemampuan Evaluasi dan Kontrol Diri Empati adalah salah satu usaha kita untuk melakukan evaluasi diri sekaligus mengembangkan kontrol diri yang positif. Kemampuan melihat diri orang lain baik perasaan, pikiran maupun perilakunya merupakan bagian dari bagaimana kita akan merefleksikan keadaan tersebut dalam diri kita. Jika kita telah mempunyai kemampuan ini maka kita telah dapat mengembangkan kemampuan evaluasi diri yang baik dan akhirnya kita dapat melakukan kontrol diri. Kita akan senantiasa berhati-hati dalam melakukan perbuatan atau memahami lingkungan sekitar kita. Dengan berempati kepada orang lain maka kita mampu mengelola emosi diri sendiri terhadap emosi orang lain, seseorang akan lebih mengenal karakter
dari seorang individu lainnya dengan mengenal emosi dan perilaku dari orang itu pula.
2.2.4
Memotivasi Diri Dimensi selanjutnya adalah memotivasi diri sendiri. Motivation yang
berarti dorongan dan motivasi. Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi yang mencapai tujuan. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi di dalam diri pribadi. Selanjutnya motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan effective, dan juga ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Selanjutnya Siswanto (2005 : 120) merumuskan motivasi sebagai berikut : 1. Setiap perasaan atau kehendak dan keinginan yang sangat mempengaruhi kemauan individu, sehingga individu tersebut didorong untuk erperilaku dan berkehendak. 2. Pengaruh kekeuatan yang menimbulkan perilaku individu. 3. Setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkanberubahnya perilaku seseorang 4. Proses yang menentukan gerakan atau perilaku individu kepada tujuannya Selanjutnya Purwanto (2003: 61) menyatakan bahwa “ motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks didalam suatu organism yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan atau perangsang.” Dimyati (2010: 81) menjelaskan bahwa motivasi atau dorongan merupakan kekuatan yang berorientasi pada pencapaian tujuan. Berdasarkan penjelasan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan kegiatan seorang individu dalam meningkatkan tingkah laku untuk pencapain tujuan. Dalam kegiatan belajar-
mengajar perlu adanya motivasi belajar. Motivasi belajar sangat memegang peran penting dalam
memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar
sehingga mempunyai motivasi tinggi dalam melaksanakan kegiatan belajar. Di sekolah seringkali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos dan sebagainya. Peran seorang guru dapat dinilai tidak berhasil dalam memberikan motivasi yang tepat
untuk mendorong agar ia bekerja dengan
segenap tenaga dan pikirannya. Perlu diketahui bahwa, nilai buruk seorang siswa pada suatu mata pelajaran tertentu belum tentu menandakan bahwa siswa tersebut anak yang bodoh terhadap mata pelajaran tersebut. Biasanya ada siswa yang malas pada mata pelajaran, tetapi sangat rajin pada mata pelajaran yang lainnya. Banyak bakat anak yang tidak berkembang karena tidak memperoleh motivasi yang tepat, jika seorang siswa memperoleh motivasi yang tepat, maka akan tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga. Uno dan Raufm (2008: 105) membedaklan motivasi menjadi dua bagain yaitu: motivasi instrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berasal dari luar. Kedua jenis motivasi ini sangat erhubungan bagi seorang siswa karena semuanya berhubungan dalam kehidupan siswa tersebut. Selanjutnya Brown dalam Uno dan Raufm (2008: 105-106) menjelaskan seorang siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi dapat dilihat sebagai berikut: terarik kepada guru artinya membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik pada mata pel;ajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi, ingin selalu bergabung dengan kelompok kelas, ingin identitas dirinya diakui oleh orang lain, tindakannya selalu
terkontrol, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali serta selalu terkontrol oleh lingkungan. Berdasarkan penjelasan para ahli maka motivasi seorang siswa diperoleh dari dari luar dan dari dalam. Dari luar dapat diartikan lingkungan dan teman bermain dari siswa itu sendiri, sedangkan dari dalam adalah keluarga dari siswa itu sendiri.
2.2.5 Membina Hubungan Dimensi terakhir dari emosi adalah membina hubungan. Seni membina hubungan dengan orang lain erat kaitannya dengan keterampilan memahami emosi orang lain. Agar terampil membina hubungan dengan orang lain, kita harus mampu mengenal dan mengelola emosi mereka. Untuk mengelola emosi orang lain kita perlu lebih dahulu mampu mengendalikan diri, mngendalikan emosi yang mungkin berpengaruh buruk dalam hubungan sosial, menyimpan dulu kemarahan dan mengekspresikan perasaan diri. Membina hubungan dengan orang lain merupakan dimensi yang paling berpengaruh, seperti dijelaskan sebelum kita membina hubungan dengan orang maka kita perlu untuk mengenali emosi kita terlebih dahulu, mengenali emosi orang lain agar kita dapat membina hubungan dengan baik. Hal ini di harapkan agar setiap individu mampu berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan tingkah laku dari individu tersebut.
2.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Menurut
Agustian
(2007)
faktor-faktor
yang
berpengaruh
dalam
peningkatan kecerdasan emosi yaitu:
2.3.1
Faktor Psikologis Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu.
Faktor internal ini akan membantu individu dalam mengelola, mengontrol, mengendalikan dan mengkoordinasikan keadaan emosi agar terakomodir secara efektif. Menurut Goleman (2006 :38) kecerdasan emosi erat kaitannya dengan kecerdasan rasional. Keberhasilan seseorang ditentukan oleh keduanya, karena intelektualitas tidak dapat bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan emosional.
2.3.2
Faktor Pelatihan Emosional Suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menciptakan
kebiasaan, dan kebiasaan rutin tersebut akan menghasilkan pengalaman yang berujung pada pembentukan nilai (value). Reaksi emosional apabila diulang-ulang pun akan berkembang menjadi suatu kebiasaan. Pengendalian diri tidak muncul begitu saja tanpa dilatih. Melalui dorongan, keinginan, maupun reaksi emosional yang negatif dilatih agar tidak dilampiaskan begitu saja. Seseorang yang memiliki kebaikan hati yang terbentuk melalui kebiasaan-kebiasaan baik menghadirkan suara hati yang jernih sebagai landasan penting bagi pembangunan kecerdasan emosi.
2.3.3 Faktor Pendidikan Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana belajar individu untuk mengembangkan kecerdasan emosi. Individu mulai dikenalkan dengan berbagai bentuk emosi dan bagaimana mengelolanya melalui pendidikan. Pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan masyarakat. Sistem pendidikan di sekolah tidak boleh hanya menekankan pada kecerdasan akademik saja, memisahkan kehidupan dunia dan akhirat, serta menjadikan ajaran agama sebagai ritual saja. Pelaksanaan kegiatans yang berulang-ulang dapat membentuk pengalaman keagamaan yang memunculkan kecerdasan emosi. Puasa sunah Senin Kamis mampu mendidik individu untuk memiliki kejujuran, komitmen,
visi,
kreativitas,
ketahanan
mental,
kebijaksanaan,
keadilan,
kepercayaan, peguasaan diri atau sinergi, sebagai bagian dari pondasi kecerdasan emosi.
2.4
Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Bimbingan dan konseling yang diberikan di sekolah bertujuan untuk
membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangannya yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Hubungannya dengan kecerdasan emosional pada siswa karena seluruh aspek pencapaian bimbingan mengarah pada pengembangan diri sendiri, seluruh bidang bimbingan tetap diarahkan pada diri pribadi siswa tersebut, sehingganya pengeloloaan pribadi individu setiap siswa harus secara matang agar siswa mampu untuk mengatasi hambatan dan kesulitan
yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kecerdasan emosional yang paling utama adalah mengenali emosi diri sendiri sehingga pribadi individu mampu untuk mengelola emosinya dalam segala bidang, bila emosi pribadi seseorang mampu untuk di kelola dengan baik maka akan terciptalah pribadi individu yang cerdas di segala bidang dalam lingkungan di sekitarnya.