BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teori 2.1.1
Model Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan pada
kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif siswa saling bekerja sama untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan tergantung pada kerja sama yang kompak dan serasi dalam kelompok itu (Suprijono, 2011:53). Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan–pertanyaan serta menyediakan bahan–bahan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas (Suprijono, 2011:54). Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah–masalah yang kompleks. Selanjutnya menurut Eggen and Kauchak (dalam Trianto 2007:41), bahwa pembelajaran kooperatif
6 6
merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel: 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Fase-Fase
Tingkah Laku Guru Fase 1: Guru menyampaikan semua tujuan Menyampaikan tujuan dan pelajaran yang ingin dicapai pada memotivasi siswa pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Fase 2: Guru menyajikan informasi kepada siswa Meyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan Fase 3: Guru menjelaskan kepada siswa Mengorganisasikan siswa ke bagaimana caranya membentuk dalam kelompok kooperatif kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan trasnsisi secara efisien. Fase 4: Guru membimbing kelompok-kelompok Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan bekerja dan belajar tugas mereka. Fase 5: Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar siswa tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6: Guru mencari cara-cara untuk Memberikan penghargaan menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Sumber: Ibrahim, dkk (dalam Trianto 2007:48). Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan suatu model pembelajaran yang didalamnya siswa dengan karakteristik dan kemampuan yang berbeda saling bekerja sama menyelesaikan suatu masalah atau tugas pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
7
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah think pair share. Think Pair Share (TPS) ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman di Universitas Maryland. Menurut Arends ( dalam Trianto 2007:61) menyatakan bahwa “think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu”. Ada tiga tahapan yang akan dilaksanakan oleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share antara lain : “ Pada tahap pertama (thinking), siswa diminta untuk memikirkan jawaban secara mandiri dari Lembar Kerja Siswa yang telah diberikan oleh guru. Tahap kedua (pairing), siswa dipasangkan dengan siswa lain untuk membentuk kelompok yang terdiri dari dua orang kemudian mendiskusikan permasalahan yang ada pada Lembar Kerja Siswa. Tahap ketiga (sharing), setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas untuk saling berbagi dengan kelompok lain” (Azizah, 2008:6). Think Pair Share (TPS) merupakan suatu pembelajaran kooperatif yang memberikan kepada siswa waktu untuk berfikir dan merespon. Hal ini menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan serta menumbuhkan sikap saling membantu satu sama lain. “Penggunaan Think Pair Share (TPS) ini juga memiliki hubungan yang erat dengan hasil belajar siswa karena siswa memperoleh pengetahuan secara langsung, maka konsep yang didapatkan akan selalu diingat dan siswa mudah memahami materi. Selain itu, siswa juga akan mampu untuk memecahkan masalah dengan berpikir mandiri sehingga dapat memberdayakan kemampuan yang ada pada dirinya. Pengetahuan yang didapat akan semakin baik karena siswa akan berpasangan dengan kelompoknya untuk berdiskusi dan berbagi pengetahuan dengan siswa lainnya. Hal demikian akan memungkinkan siswa untuk lebih meningkatkan proses konstruksi pengetahuan dalam rangka memaknai pengetahuan yang diperolehnya sendiri, sehingga pada akhirnya hasil belajar akan meningkat” (Mutiara, 2011:31).
8
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terdapat modifikasi, (Chotimah, 2009:35) membagi menjadi 3 variasi, sebagai berikut : Think pair share variasi 1 Langkah-langkah yang dilakukan,antara lain: 1. Langkah 1 : Berfikir (Think) Guru membagikan lembar kegiatan siswa (LKS) yang berbeda (LKS 1 dan LKS 2) yang berisi pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari kepada masing-masing siswa dan meminta siswa berpikir secara individu. Jawaban ditulis pada lembar jawaban think. 2. Langkah 2 : Berpasangan (Pair) Meminta siswa unruk berpikir secara berdua (pair) untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS 1 dan LKS 2. Jawaban ditulis pada lembar jawaban pair. 3. Langkah 3 : Berbagi (Share) Meminta peserta didik untuk berpikir secara berempat (share) untuk menjawab pertayaan yang terdapat dalam LKS 1 dan LKS 2 kemudian melaksanakan diskusi kelas. Jawaban ditulis pada lembar jawaban share (Chotimah, 2009:35). Think pair share variasi 2 Langkah-langkah yang dilakukan,antara lain: 1. Langkah 1 : Berfikir (Think) Guru membagikan lembar kegiatan siswa (LKS) yang sama yang berisi pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari kepada masing-masing siswa dan meminta siswa berpikir secara individu. Jawaban ditulis pada lemar jawaban think. 2. Langkah 2 : Berpasangan (Pair) Meminta siswa unruk berpikir secara berdua (pair) untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS. Jawaban ditulis pada lembar jawaban pair. 3. Langkah 3 : Berbagi (Share) Meminta peserta didik untuk berpikir secara berempat (share) untuk menjawab pertayaan yang terdapat dalam LKS kemudian melaksanakan diskusi kelas. Jawaban ditulis pada lembar jawaban share (Chotimah, 2009:46). Think pair share variasi 3 Langkah-langkah yang dilakukan,antara lain: 1. Langkah 1 : Berfikir (Think)
9
Guru membagikan lembar kegiatan siswa LKS yang berbeda (LKS 1, LKS 2, LKS 3, dan LKS 4) yang berisi pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari kepada masing-masing siswa dan meminta siswa berpikir secara individu. Jawaban ditulis pada lemar jawaban think. 2. Langkah 2 : Berpasangan (Pair) Meminta siswa unruk berpikir secara berdua (pair) untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS 1, LKS 2, LKS 3, dan LKS 4. Jawaban ditulis pada lembar jawaban pair. 3. Langkah 3 : Berbagi (Share) Meminta peserta didik untuk berpikir secara berempat (share) untuk menjawab pertayaan yang terdapat dalam LKS 1, LKS 2, LKS 3, dan LKS 4 kemudian melaksanakan diskusi kelas. Jawaban ditulis pada lembar jawaban share (Chotimah, 2009:58). Dari variasi-variasi model pembelajaran kooperatif tipe think pair share diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terdapat modifikasi menjadi 3 variasi dengan tahapan yang sama. Akan tetapi yang menjadi perbedaan dari ketiga variasi tersebut terletak pada pemberian jumlah lembar kegiatan siswa dan yang menjadi perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share secara umum dan modifikasi think pair share terletak pada tahap share. Tahap share secara umum
yakni berbagi dengan
keseluruhan kelas, sedangkan tahap share pada modifikasi yakni berbagi dengan kelompok berempat yang kemudian berbagi dengan keseluruhan kelas. Modifikasi pembelajaran kooperatif tipe think pair share memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut: Kelebihan 1. Siswa untuk bekerja sama dan mempertahankan pendapat serta dapat berinteraksi dalam memecahkan masalah, menemukan konsep yang ditemukan.
10
2. Semua siswa terlibat dalam kegiatan belajar mengajar (semua siswa aktif). 3. Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif dalam berlatih diskusi bagi siswa karena siswa melakukan diskusi dalam dua tahap sebelum berdiskusi dengan keseluruhan siswa yakni diskusi dengan pasangan dan diskusi dengan kelompok berempat. 4. Dapat meningkatkan perolehan akademik dan keterampilan berpikir secara individu maupun kelompok. Kekurangan 1. Memerlukan waktu yang lama. 2. Membangun kepercayaan diri memang bukan hal yang mudah. Berdasarkan penjelasan tentang model pembelajarn kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) maka dapat dikatakan bahwa model ini memberi waktu lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, menjawab permasalahan dan saling membantu. Sehingga dapat pula memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk berpikir dan merespon yang nantinya akan membangkitkan keaktifan siswa. Selain itu model pembelajaran Think Pair Share dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk bekarja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. 2.1.2
Aktivitas Belajar Aktivitas adalah segala kegiatan atau perilaku yang dilakukan oleh siswa
saat proses pembelajaran untuk mencalai hasil belajra yang lebih baik (Hamalik, 2009 :171) tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas , itulah sebabnya aktivitas
11
merupakan prinsip yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Belajar tidak hanya kegiatan membaca dan menulis, belajar merupakan suatu kegiatan yang didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas yang komplek. Karena itu aktivitas memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Aktivitas pembelajarn sebaiknya jangan didominasi oeh guru karena akan mengahambat siswa dalam mengembangkan bakat dan potensinya. Banyak jenis aktivitas yang dilakukan siswa dikelas dan di sekolah, Diedrich dalam Hamalik (2005:90) membagi kegiatan belajar siswa dalam 8 kelompok, yaitu : 1) Visual activities (kegiata-kegiatan visual) seperti membaca, mengamati, eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. 2) Oral activities (kegiatan-kegiatan lisan) seperti mengemukakan suatu fakta, menghubungkan suaru kajadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengeemukakan pendapt, wawancara, diskusi dan intrupsi. 3) Listening activities (kegiatan-kegiatan mendengarkan) seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato dan sebagainya. 4) Writing acitivites (kegiatan-kegiatan menulis) seperti menulis cerita, keterangan, laporan tes, angket, menyalin dan sebagainya. 5) Drwawing acitivities (kegiatan-kegiatan menggambar) seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya. 6) Motor acitivities (kegiatan-kegiatan motorik) seperti melakukan percobaan, membuat kontruksi, model, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya. 7) Mental acitivities (kegiatan-kegiatan mental) seperti mereningkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusann dan sebagainya. 8) Emosional activities (kegiatan-kegiatan emosional) seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenag, gugup dan sebagainya. Klasifikasi aktifitas belajar dari dierich diatas menujukkan bahwa aktivitas dalam pembelajaran cukup kompleks dan bervariasi. Aktivitas tidak hanya
12
terbatas pada aktifitas jasmani saja yang dapat secara lengsung diamati tetapi juga meliputi aktifitas rohani. Keadaan dimana siswa melaksanakan aktifitas belajar inilah yang disebut keaktifan belajar. Dalam penelitian ini aktivitas siswa yang diamati, yaitu sebagai berikut : 1.
Aktifitas mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru Maksud dari indikator ini adalah peserta didik mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.
2.
Aktifitas peserta didik pada tahap Think Maksud dari indikator ini adalah pada tahap think aktifitas peseta didik yang diamati adalah mengerjakan LKPD, berusaha mencari informasi dari buku untuk pemecahan masalah, dan menggunakan/ menerapkan langkahlangkah yang telah diberikan untuk menyelesaikan soal yang terdapat pada LKPD.
3.
Interaksi antar peserta didik pada saat berpasangan (Pair) Maksud dari indikator ini adalah pada tahap pair aktifitas yang diamati adalah interaksi yang dilakukan oleh pasangan peserta didik untuk mengungkapkan dan mendiskusikan jawaban dari hasil jawaban masingmasing .
4.
Interaksi antar peserta didik pada saat berkelompok (Share) Maksud dari indikator ini adalah pada tahap share aktifitas yang diamati adalah interaksi yang dilakukan oleh kelompok share untuk mendiskusikan
13
jawaban masing-masing secara berempat dan mencoba mengerjakan kembali soal dari hasil yang diperoleh sebelum dipresentasekan didepan kelas 5.
Aktifitas peserta didik dalam mengerjakan LKPD Maksud
dari
indikator
tersebut
adalah
dapat
menyelesaikan
soal/masalah pada LKPD. 6.
Aktifitas dalam bertanya Maksud dari indikator ini adalah peserta didik bertanya pada guru atau teman jika tidak memahami suatu materi.
7.
Aktifitas berdiskusi antar kelompok Maksud dari indikator ini adalah aktifitas yang di lakukan oleh kelompok baik dalam mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan kelompok lain.
8.
Aktifitas mempresentasekan Maksud dari indikator tersebut adalah aktifitas peserta didik pada saat mempresentasekan secara lisan dengan baik dan benar.
2.1.3 Hasil Belajar Belajar adalah perubahan tingkah laku akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi anatara stimulus dan respon (Budiningsi 2004:20). Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (1) stimulasi yang berasal dari
14
lingkungan, (2) proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas yang baru (Dimyati dkk, 2006:10). “Hasil belajar dalam ranah kognitif tercermin atau terwujud dalam aneka kemampuan intelektual siswa. Taksonomi bloom dalam ranah kognitif yang dimaksud yaitu: (1) Mengingat. Mengingat kembali data atau informasi; (2) Memahami. Memahami makna, terjemahan, perluasan atau penjabaran, dan penafsiran dari aneka perintah atau masalah; (3) Menerapkan. Menerapkan hasil belajar di kelas dalam situasi baru di luar kelas; (4) Menganalisis. Menguraikan informasi ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur untuk menjajaki atau menemukan pemahaman dan hubungan-hubungan; (5) Mengevaluasi. Memberikan pembenaran terhadap sebuah keputusan atau rangkaian tindakan tertentu; dan (6) Menciptakan. Menelurkan aneka gagasan, produk, atau cara melihat persoalan yang baru. Tarlinton 2003 (dalam Supraktiknya, 2012:7-8).
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sasaran evaluasi hasil belajar sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 3 yakni : ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik (Sudjana,1989:22). Berdasarkan beberapa pengertian tentang hasil belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas maka, dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran.
15
2.1.4
Tinjauan Materi tentang Kepadatan penduduk dan Permasalahan Lingkungan
1.
Dinamika Penduduk Jumlah penduduk di suatu daerah dari waktu ke waktu senantiasa berubah.
Perubahan jumlah penduduk di suatu daerah dari waktu ke waktu disebut dengan dinamika penduduk. Dinamika penduduk dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk yang didalamnya meliputi imigrasi dan emigrasi (Wasis dkk, 2008 : 235). a. Kelahiran Jumlah penduduk akan bertambah jika terdapat kelahiran. Angka kelahiran atau natalitas menunjukkan jumlah kelahiran bayi hidup setiap 1.000 penduduk di suatu daerah per tahun. Angka kelahiran di suatu daerah dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut. Jumlah bayi yang lahir 1 tahun Angka kelahiran =
Jumlah penduduk
X 100%
Kriteria atau penggolongan angka kelahiran adalah sebagai berikut: 1) Jika angka kelahiran menunjukkan lebih dari 30, maka angka kelahiran di tempat tersebut tergolong tinggi. 2) Jika angka kelahiran menunjukkan angka 20 – 30, maka angka kelahiran di tempat tersebut tergolong sedang. 3) Jika angka kelahiran menunjukkan angka kurang dari 20, maka angka kelahiran di tempat tersebut tergolong rendah.
16
b. Kematian Jumlah penduduk dapat berkurang jika ada kematian. Angka kematian atau mortalitas menunjukkan jumlah kematian per 1.000 penduduk di suatu daerah setiap tahun. Angka kematian di suatu tempat dapat dihitung berdasarkan rumus berikut. Jumlah penduduk meninggal 1 tahun Angka kematian =
Jumlah penduduk
X 100%
Kriteria atau penggolongan angka kematian adalah sebagai berikut. 1) Jika angka kematian menunjukkan lebih dari 18, maka angka kematian di tempat tersebut tergolong tinggi. 2) Jika angka kematian menunjukkan angka 14–18, maka angka kematian di tempat tersebut tergolong sedang. 3) Jika angka kematian menunjukkan angka kurang dari 14, maka angka kematian di tempat tersebut tergolong rendah. c. Perpindahan (Migrasi) Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain. Migrasi terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain sebagai berikut. 1) Emigrasi adalah keluarnya penduduk dari dalam negeri ke luar negeri untuk menetap. 2) Imigrasi adalah perpindahan penduduk negara lain ke negara tertentu untuk menetap.
17
3) Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain dalam suatu negara. 4) Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Faktor yang mendorong terjadinya suatu migrasi adalah sebagai berikut. a) Faktor keamanan. b) Faktor ekonomi, seperti kemudahan mencari lahan pekerjaan dan biaya hidup yang murah. c) Faktor kelengkapan sarana dan prasarana, seperti sarana pendidikan, hiburan, dan sarana pemenuhan kebutuhan komunikasi dan transportasi. d. Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk adalah perubahan penduduk yang menunjukkan peningkatan jumlah penduduk. Banyak hal yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Diantaranya adalah banyaknya anak yang meninggal sebelum dewasa, perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan yang tidak sama, serta pasangan yang tidak mempunyai anak. Jumlah penduduk suatu negara dapat dihitung dengan melakukan sensus penduduk (Sriyono dkk, 2004 :149). Pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan rumus : P = (l – m ) + (i – e )
Keterangan : P = pertumbuhan penduduk l = jumlah kelahiran m = jumlah kematian i = jumlah imigrasi e = jumlah emigrasi
18
Rumus tersebut hanya digunakan untuk menghitung penduduk pada tahun saat dilakukan perhitungan. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dapat mnimbulkan berbagai dampak. Dampak tersebut dapat dikelompokkan menjadi dampak positif dan dampak negatif. a.
Dampak positif Dampak positif ledakan penduduk adalah tersedianya tenaga kerja yang
melimpah
dapat
digunakan
dan
dipusatkan
untuk
mengerjakan
aspek
pembangunan. Misalnya untuk mengerjakan proyek besar yang harus segera selesai dalam waktu pendek. b.
Dampak negatif Dampak negatif ledakan penduduk antara lain menurunnya kesejahteraan
penduduk karena kemiskinan berkurangnya persediaan kebutuhan hidup, dan ruang gerak menjadi terbatas. Selain itu juga ledakan penduduk juga berpengaruh buruk terhadap lingkungan. Misalnya pencemaran tanah, air, dan udara. e. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk akan mempengaruhi kualitas penduduk. Kepadatan penduduk dapat meningkat pesat jika tingkat kelahiran tinggi, sedangkan tingkat kematian rendah. Apalagi jika ditambah dengan imigran yang datang. Hal-hal seperti ini dapat menimbulkan ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat melebihi daya dukung alam disebut ledakan penduduk (Lestari, 2006:141).
19
Untuk menghitung kepadatan penduduk yang menempati area (luasan wilayah) tertentu dalam suatu kurun waktu digunakan rumus sebagai berikut. Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk = Luas wilayah (km2) 2. Dampak Kepadatan Penduduk terhadap Lingkungan Pada daerah yang kepadatannya tinggi, usaha peningkatan kualitas penduduk lebih sulit dilaksanakan. Hal ini menimbulkan permasalahan sosial ekonomi, keamanan, kesejahteraan, ketersediaan lahan dan air bersih, kebutuhan pangan, dan dapat berdampak pada kerusakan lingkungan. Coba kamu perhatikan tingkat pencemaran yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor antara daerah pedesaan dengan daerah perkotaan. Tentu tingkat pencemaran udara di kota lebih tinggi. Tumbuhnya kawasan industri dan semakin padatnya pemukiman penduduk di daerah perkotaan menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan yang nyata (Wasis dkk, 2008:240). Peningkatan jumlah populasi manusia sangat berpengaruh terhadap daya dukung lingkungannya. Daya dukung lingkungan adalah kemampuan suatu lingkungan memberikan sumber daya alam kepada makhluk hidup yang hidup didalamnya secara normal. Ketersediaan sumber daya alam dimanfaatkan secara terus menerus, semakin lama akan semakin habis. Dengan demikian, peningkatan kepadatan populasi manusia yang tanpa batas, suatu saat akan melewati batas daya lingkungan (Purwoko dkk, 2008:223).
20
Kepadatan penduduk mempengaruhi beberapa aspek yang berkaitan dengan kehidupan penduduk berikut ini. a. Ketersediaan Udara Bersih Udara bersih merupakan kebutuhan mutlak bagi kelangsungan hidup manusia. Udara bersih banyak mengandung oksigen. Semakin banyak jumlah penduduk berarti semakin banyak oksigen yang diperlukan. Namun kebersihan udara tidak semata-mata ditentukan oleh kadar oksigen saja. Gas-gas lain yang ada di udara seperti karbon dioksida, oksigen nitrogen, dan oksigen belerang juga mempengaruhi kualitas udara. Apabila kandungan gas-gas ini meningkat, maka dapat dikatakan bahwa udara telah tercemar (Wasis dkk, 2008:240-241). Bertambahnya pemukiman, kawasan industri serta alat transportasi yang menggunakan bahan bakar bensin atau solar, membuat kadar CO2 di udara semakin tinggi. Gas CO2 berasal dari pembakaran yang dilakukan manusia dan hasil respirasi makhluk hidup. Kegiatan industri juga akan menyebabkan terjadinya pencemaran udara karena menghasilkan zat-zat sisa pembakaran yang tidak sempurna. Hal itu membuat langkanya udara bersih di kota-kota. Sebaliknya udara kotor semakin banyak dijumpai. Udara kotor dapat menimbulkan berbagai penyakit pernapasan (Sriyono dkk, 2004:157). b. Ketersediaan Pangan Dengan bertambahnya jumlah populasi penduduk, maka jumlah makanan yang diperlukan juga semakin banyak. Ketidakseimbangan antara bertambahnya jumlah penduduk dengan bertambahnya produksi pangan sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia. Akibatnya penduduk dapat kekurangan gizi atau bahkan
21
kurang pangan. Jadi kenaikan jumlah penduduk akan meningkat pula kebutuhan pangan dan lahan (Wasis dkk, 2008:241). Dalam buku karyanya yang berjudul Essay on The Principle of Population, Thomas Robert Maltus seorang sosiolog Inggris menulis:
“Bahan pangan
berperan penting dalam kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat daripada pertumbuhan pangan. Pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur, sedangkan pertambahan bahan makanan mengikuti deret hitung.” Peryataan ini menunjukkan bahwa semakin meningkat pertumbuhan penduduk, semakin tinggi pula kabutuhan pangan. Apabila pertumbuhan tidak dikendalikan, akan berakibat persediaan pangan tidak akan mampu mencukupi kebutuhan penduduk. Hal ini disebabkan pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan pangan (Sriyono dkk, 2004:158). c.
Ketersediaan Lahan Kepadatan penduduk mendorong peningkatan kebutuhan lahan, baik lahan
untuk tempat tinggal, sarana penunjang kehidupan, industri, tempat pertanian, dan sebagainya. Di kota-kota besar, lahan pertanian boleh dikatakan hampir tidak ada lagi. Sebagian besar lahan pertanian di kota digunakan untuk lahan pembangunan pabrik, perumahan, kantor, dan pusat perbelanjaan. Untuk mengatasi kekurangan lahan, sering dilakukan dengan memanfaatkan lahan pertanian produktif untuk perumahan dan pembangunan sarana dan prasarana kehidupan. Selain itu pembukaan hutan juga sering dilakukan untuk membangun areal industri, perkebunan, dan pertanian. Meskipun hal ini dapat dianggap sebagai solusi, sesungguhnya kegiatan itu merusak lingkungan hidup yang dapat mengganggu
22
keseimbangan lingkungan. Jadi peluang terjadinya kerusakan lingkungan akan meningkat seiring dengan bertambahnya kepadatan penduduk (Wasis dkk, 2008:242). Kepadatan penduduk yang tinggi mengakibatkan sulitnya mendapatkan fasilitas pemukiman yang layak. Rumah-rumah penduduk saling berdekatan dan berdempetan sehingga ruang gerak menjadi terbatas. Mereka yang tidak memiliki tempat tinggal terpaksa mendirikan gubuk liar. Para penghuni gubuk liar ini umumnya kurang dapat menjaga kebersihan lingkungan. Gubuk-gubuk itu biasanya didirikan di tepi-tepi sungai yang memang sudah tidak sehat. Akibatnya timbul pencemaran lingkungan berupa sampah menggunung, air sungai tergenang, dan udara berbau tidak sedap (Sriyono dkk, 2004:160). d. Ketersediaan Air Bersih Air bersih yang digunakan sehari-hari sebagian besar berasal dari air tanah, air permukaan, dan air atmosfer. Jumlah air di bumi ini tetap, sedangkan jumlah penduduk makin bertambah dari tahun ke tahun. Meskipun 2/3 dari luasan bumi berupa air, namun tidak semua jenis air dapat digunakan secara langsung. Oleh karena itu persediaan air bersih yang terbatas dapat menimbulkan masalah yang cukup serius. Air bersih dibutuhkan oleh berbagai macam industri, untuk memenuhi kebutuhan penduduk, irigasi, ternak, dan sebagainya. Jumlah penduduk yang meningkat juga berarti semakin banyak sampah atau limbah yang dihasilkan. 3. Permasalahan Lingkungan dan Upaya Mengatasinya Kepadatan populasi manusia berpengaruh pada kondisi ekosistem. Aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sering menimbulkan berbagai
23
macam permasalahan pada lingkungan. Aktivitas dan kehidupan manusia berpusat di rumah, sekolah, tampat kerja, dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, wilayah tersebut harus manjadi tempat yang aman dan sehat bagi manusia. Namun demikian, kenyatannya tidak jarang tempat-tempat itu tidak aman, bahkan menjadi penyebab sebagian besar kematian dan penyakit, terutama di negara berkembang. Salah satu penyebabnya adalah bahan beracun yang masuk ke lingkungan pemukiman. Bahan-bahan tersebut berasal dari sumber-sumber pencemar yang tanpa disadari telah membayakan kehidupan manusia. Peristiwa masuknya bahan pencemar ke lingkungan disebut pencemaran lingkungan (Sriyono dkk, 2004:163). Di daerah yang berpenduduk padat, sampah rumah tangga yang dihasilkan juga banyak. Karena terbatasnya tempat penampungan sampah, seringkali sampah dibuang di tempat yang tidak semestinya, misalnya di sungai. Akibatnya timbul pencemaran air dan tanah. Selain itu di daerah yang padat, kebutuhan transportasi juga bertambah sehingga jumlah kendaraan bermotor meningkat. Hal ini akan menimbulkan pencemaran udara dan suara. Jadi kepadatan penduduk yang tinggi dapat mengakibatkan timbulnya berbagai pencemaran lingkungan dan kerusakan ekosistem(Wasis dkk, 2008:244). a. Pencemaran Lingkungan dan Upaya Mengatasinya Lingkungan dikatakan rusak apabila keseimbangan ekosistem yang ada di dalamnya telah terganggu. Berbagai aktivitas manusia dan perkembangan teknologi telah menimbulkan kerusakan lingkungan dan berbagai macam pencemaran. Pencemaran adalah masuknya makhluk hidup, zat, atau energi ke
24
dalam lingkungan yang berakibat penurunan kualitas lingkungan hingga pada tingkatan tertentu. Zat yang dapat menyebabkan pencemaran disebut polutan. Suatu zat dikatakan bersifat polutan jika keberadaannya dapat membahayakan kesehatan dan kehidupan makhluk hidup, jumlahnya melebihi batas, dan berada pada waktu dan tempat yang tidak tepat. Berikut ini beberapa jenis kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. 1) Pencemaran Air dan Cara Mengatasinya Pencemaran air adalah masuknya polutan berupa zat cair dan padat ke dalam ekosistem perairan. Pencemaran air oleh bahan kimia dapat menyebabkan matinya makhluk hidup yang hidup didalamnya. Bila makhluk hidup seperti ikan ternakan
oleh
manusia
maka
dapat
mengakibatkan
keracunan
bahkan
mengakibatkan kematian. Berbagai macam polutan ysng mencemari perairan di antaranya deterjen, insektisida, minyak bumi, pupuk, logam berat, sisa-sisa bahan organik , dan sampah (Purwoko dkk, 2008:226). Air yang tercemar menunjukkan ciri-ciri tertentu seperti keruh atau berwarna, berbau, pH asam atau basa, mengandung berbagai bahan kimia berbahaya seperti logam berat, atau mengandung mikroorganisme yang dapat mengganggu pengguna air. Pencemaran air dapat terjadi baik di perairan darat (sungai, danau, rawa) maupun di perairan laut. Kerusakan perairan darat dapat disebabkan oleh limbah industri, rumah tangga, dan penggundulan hutan. Industri sering membuang bahan berbahaya dan beracun langsung ke perairan tanpa melalui unit pengolahan limbah. Limbah industri ini sering mengandung merkuri, arsen, dan kadmium. Zat-zat ini bersifat racun sehingga merusak kehidupan di
25
ekosistem perairan dan berbahaya bagi hewan atau manusia yang meminum air dari kawasan tersebut (Wasis dkk, 2008:245). Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran air adalah sebagai berikut. a) Limbah cair industri tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan, tetapi harus diolah dulu di unit pengolahan limbah. Setelah memenuhi persyaratan tertentu, limbah baru boleh dibuang ke alam. b) Penyuluhan dan pengawasan penggunaan pupuk pada lahan pertanian agar dilakukan secara efisien. c) Pengawasan terhadap batas minimal kandungan fosfat dalam detergen atau bahan pencuci dalam rumah tangga. Selain ketiga langkah di atas, masih banyak langkah-langkah lain yang dapat dilakukan untuk menjaga kualitas air di perairan. 2). Pencemaran Tanah dan Cara Mengatasinya Pencemaran tanah yaitu penurunan kualitas tanah akibat masuknya zat-zat pencemar ke dalam tanah. Sumber zat pencemar antara lain zat kimia penyusun pestisida yang sulit terurai, kaleng, kaca, plsatik, dan zat kimia lainnya. Bahan pencemar ada yang mudah didegradasi oleh mikroorganisme, misalnya sampah organik, dan ada yang sulit dihancurkan oleh mikroorganisme pengurai, misalnya plstik (Sriyono dkk, 2004:166). Pencemaran tanah sering berkaitan erat dengan pencemaran perairan. Penyebab pencemaran tanah misalnya limbah rumah tangga, limbah industri, nuklir, sampah perkotaan, kerusakan hutan, dan bencana alam. Setiap hari,
26
aktivitas manusia menghasilkan sampah, sehingga sampah yang terkumpul dalam sehari dapat mencapai berjuta-juta ton. Sebagian sampah, terutama sampah organik dapat dihancurkan menjadi tanah atas jasa organisme saprofit dan pengurai. Namun sebagian lagi tidak dapat diuraikan seperti pestisida, sisa oli mesin, deterjen, karet, kaleng, kaca, plastik, dan zat-zat lain yang sulit terurai secara alami. Bahan-bahan tersebut menetap di lingkungan sehingga menjadi bahan pencemar pada tanah. Kerusakan tanah juga dapat disebabkan oleh kerusakan hutan, misalnya karena aktivitas penebangan secara liar. Selain melenyapkan kekayaan keanekaragaman hayati, hutan yang telah gundul juga menyebabkan tanah di kawasan itu menjadi tidak subur dan berkurangnya persediaan air dalam tanah ( Wasis dkk, 2008:246).
Gambar: 2.1 Pencemaran tanah (Sumber: Sugiyarto, 2008:248)
Ketika hujan turun, air langsung jatuh ke tanah. Jika volume air hujan yang mencapai tanah lebih besar daripada kemampuan tanah menyerap air, air hujan langsung mengalir di permukaan tanah dan melarutkan tanah bagian atas yang biasanya subur. Tanah yang terbawa erosi ini akan mengendap di sungai, danau, maupun waduk sehingga menyebabkan pendangkalan. Usaha-usaha yang dapat
27
dilakukan untuk menanggulangi dan mencegah pencemaran tanah adalah sebagai berikut. 1. Mendaur
ulang
sampah-sampah
yang
masih
berpotensi
untuk
dimanfaatkan. Misalnya sampah kertas, plastik, dan logam dapat didaur ulang untuk dicetak menjadi bahan baru. 2. Membuang sampah pada tempatnya. 3. Memisahkan sampah yang mudah terurai dan yang sulit terurai. 4. Penggunaan pestisida sesuai dengan aturan. 5. Menghindari penebangan hutan secara liar. 3). Pencemaran Udara dan Cara Mengatasinya Pencemaran udara yaitu menurunkan kualitas udara sampai pada batas yang menganggu kehidupan. Hal ini disebabkan masuknya polutan ke dalam udara dengan cara melalui aktivitas manusia dan secara alami seperti kebakaran hutan atau gunung meletus. Beberapa gas dan partikel pencemar udara antara lain SO2, NO, CO, CO2, CFCs,H2S, debu tanah, karbon asbes, timbal asam sulfat, dan lainlain. Gas H2S berasal dari pembakaran minyak bumi dan batu bara, serta dari kawasan gunung berapi. Gas CO dan CO2 merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna dari mesin mobil (Lestari dkk, 2006:160). Udara dikatakan tercemar apabila kandungan gas-gas berbahaya yang ada dalam udara melebihi ambang batas kesehatan manusia. Gas yang dianggap berbahaya apabila melebihi kadar tertentu di udara misalnya SO2, NO, CO2, CO, dan CFC. Oksida belerang (SOx) dan oksida nitrogen (NOx) dapat menyebabkan hujan asam. Hujan asam adalah hujan yang keasaman airnya rendah (bersifat
28
asam), sehingga dapat mematikan ikan-ikan di perairan dan dapat merusak berbagai bahan yang terbuat dari logam serta bangunan dan patung-patung. Selain gas, debu yang mengandung partikel-partikel berbahaya seperti timbal, asbes, dan karbon juga dapat merugikan kesehatan manusia. Timbal banyak dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor karena timbal dalam bentuk TEL (tetra ethyl lead) banyak digunakan untuk menaikkan bilangan oktan bahan bakar.
Gambar: 2.2 Pencemaran udara (Sumber: Sugiyarto, 2008:219)
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran udara adalah sebagai berikut. 1. Tidak membakar bahan-bahan beracun di udara terbuka. 2. Pengurangan
atau
penghentian
penggunaan
zat
aerosol
dalam
penyemprotan ruang. 3. Menggunakan bahan bakar yang mengeluarkan sedikit asap, misalnya bahan bakar gas (elpiji). 4. Membatasi penggunaan freon dalam kehidupan sehari-hari. 5. Mendaur ulang freon dari mobil yang ber AC. 6. Penghentian penggunaan busa yang dibuat dengan CFC.
29
7. Membatasi emisi gas buang pada kendaraan bermotor dan mesin-mesin industri. 8. Kegiatan penghijauan lingkungan juga sangat diperlukan untuk membantu menjaga agar udara di sekitarmu tetap bersih. 4) Pencemaran suara dan Upaya Mengatasinya Pencemaran suara ditimbulkan suara bising dari suara mesin pabrik, mesin penggilingan padi, suara mesin las, suara pesawat, suara kenderaan bermotor yang berlalu lalang, dan suara kereta api. Suara bising itu dapat menyebabkan terganggunya pendengaran manusia dan lama-lama menimbulkan berbagai keluhan pada tubuh kita, misalnya pusing, mual, jantung berdebar-debar, sulit tidur, badan kaku, naiknya tekanan darah, hingga tuli. Pencemaran suara dapat dikurangi dengan melakukan beberapa usaha, seperti penerapan peraturan tentang pelarangan pendirian pabrik disekitar pemukiman penduduk, menanam pohonpohon atau tanaman yang dapat meredam suara, melengkapi mesin pabrik dan kendaraan bermotor dengan peredam suara, serta membangun bendara yang jaun dari pemkinan penduduk (Purwoko dkk, 2008:229). b. Daur Ulang Limbah Jumlah limbah yang dihasilkan setiap hari sangat banyak. Limbah dapat berwujud padat Umumnya limbah padat diangkut ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA), kemudian ditimbun atau dibakar. Namun cara-cara ini tidak tepat karena merugikan lingkungan dan kesehatan. Sebagian dari limbah masih dapat dimanfaatkan lagi, baik secara langsung maupun melalui proses daur ulang. Limbah yang dapat digunakan lagi (reuse) misalnya botol kaca, botol plastik, ban
30
bekas untuk pot tanaman, dan sampah dibuat pupuk dan gas bio, Sedangkan limbah yang bermanfaat setelah didaur ulang (recycle) meliputi berbagai jenis logam, plastik, kertas, dan kaca. Bahan-bahan ini dilebur,kemudian dicetak menjadi berbagai barang. Berkat kemajuan teknologi peleburan, kualitas barang hasil pengolahan limbah ini tidak kalah dengan barang yang dibuat dari bijih. Di negara maju sampah digunakan untuk menggerakkan turbin yang menghasilkan listrik. Caranya dapat dengan pembakaran langsung maupun melalui fermentasi yang menghasilkan gas metana. Daur ulang juga dapat menghemat sumber daya yang tidak dapat diperbarui. Para ahli memperkirakan cadangan bijih aluminium di bumi akan habis pada awal abad ke-23, besi akan habis sekitar tahun 2160, timbal, seng, air raksa, dan timah juga akan segera habis pada tahun 2020. Permintaan kertas yang meningkat telah mendorong percepatan penebangan hutan. Padahal hutan mesti dilindungi untuk mengatasi dampak buruk pemanasan suhu bumi (global warming) akibat pencemaran udara. Oleh karena itu daur ulang dijadikan upaya untuk menanggulangi krisis bahan baku. Energi yang diperlukan untuk memproses logam dengan cara daur ulang lebih sedikit dibandingkan logam yang diperoleh dari bijihnya, sehingga
cukup banyak
menghemat energi. Saat ini diperkirakan 50% kertas koran, 80% kardus, 30% aluminium, 50% baja, dan berbagai macam plastik diperoleh dengan cara daur ulang. Untuk mengatasi banyaknya jumlah limbah maka harus mengikuti gaya hidup ramah lingkungan dengan semboyan 4R yaitu Reduce, Reuse, Recycle dan Replant. Reduce yaitu memakai barang-barang dengan efisien sehingga mengurangi jumlah sampah yang dibuang, reuse yaitu menggunakan kembali
31
sampah-sampah masih bisa dipakai, recycle yaitu mendaur ulang sampah-sampah yang telah terpakai dan replant yaitu menanam kembali sampah organik (Wasis dkk, 2008:249-250). c.
Pengaruh penebangan hutan terhadap kerusakan alam Hutan
merupakan
habitat
yang
memiliki
keanekaragaman
hayati
(biodiversitas) yang cukup tinggi, di mana ada keberagaman ekosistem jenis dan variabilitas genetik binatang, tumbuh-tumbuhan, dan mikroorganisme yang hidup di dalamnya saling berinteraksi dengan lingkungan abiotiknya (Winarsih dkk, 2008:292). Menurut fungsinya, hutan dibagi menjadi dua, yaitu hutan lindung dan hutan pelestarian alam. Hutan lindung, merupakan suatu kawasan hutan dengan keadaan sifat alam yang berkemampuan untuk mengatur tata air, mencegah erosi, dan banjir serta memelihara kesuburan. Hutan lindung dan pelestarian alam bertujuan untuk melindungi dan melestarikan tipe-tipe ekosistem tertentu serta menjamin stabilitas tumbuhan dan hewan (Sugiyarto dkk, 2008:246). Tingginya laju pertumbuhan penduduk memicu pemanfaatan sumber daya alam tak terkendali dan mendorong pengalihan tata guna lahan. Misalnya untuk memenuhi kebutuhan bahan bangunan dan kertas, maka kayu di hutan ditebang. Untuk memenuhi kebutuhan lahan pertanian, maka hutan dibuka. Untuk memenuhi kebutuhan sandang, didirikan pabrik tekstil. Untuk mempercepat transportasi, diciptakan berbagai jenis kendaraan bermotor. Apabila tidak dilakukan dengan benar, aktivitas seperti contoh tersebut lambat laun dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan kerusakan ekosistem. Misalnya penebangan hutan yang tidak terkendali dapat mengakibatkan berbagai bencana seperti banjir dan
32
tanah longsor, serta dapat melenyapkan kekayaan keanekaragaman hayati di hutan tersebut. Apabila daya dukung lingkungan terbatas, maka pemenuhan kebutuhan penduduk selanjutnya menjadi tidak terjamin (Wasis dkk, 2008:243). Hutan kita telah dieksploitasi secara besar-besaran oleh pengusaha pemegang HPH (Hak Pengusaha Hutan), pemegang izin hak pemanfaatan hasil hutan (HPHH), pemegang izin pemanfaatan kayu (IPK), dan lainnya yang semakin memperburuk kualitasnya. Kerusakan hutan dapat mengakibatkan : 1. Kondisi kesuburan tanah menurun. 2. Air tanah berkurang. 3. Peningkatan suhu tubuh. 4. Flora dan fauna terancam. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi terjadinya kerusakan hutan antara lain: 1.
Penebangan hutan harus dikurangi dan penanaman pohon sebagai pengganti (reboisasi) ditingkatkan.
2.
Perlu pengelolaan yang menjamin hasil yang terus menerus.
3.
Dalam hal ini pemerintah membuat UU RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan.
2.1.5
Penelitian yang Relevan Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Asrina Uwe jurusan pendidikan kimia dengan judul “ Meningkatkan hasil belajar kimia melalui model
33
pembelajaran think pair share pokok bahasan tata nama senyawa dan persamaan reaksi di SMA negeri 2 gorontalo” . Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran tipe think pair share dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan pada siklus 1 hasil belajar sebesar 28,13% dan meningkat pada siklus II menjadi 90,63%. 2. Penelitian selanjutnnya dilakukan oleh Nur Handjani TR jurusan pendidikan biologi dengan judul “Meingkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada konsep benda dan sifatnya di SDN negeri 2 Labanu Kecamatan Tibawa”. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan pada siklus 1 hasil belajar sebesar 81,8% dan pada siklus II menjadi 90,9%. Perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pada penelitian sebelumnya digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share secara umum. Sedangkan, pada penelitian ini digunakan untuk meningkatkan aktivitas siswa dan menggunakan model pembelajaran kooperatip modifikasi think pair share variasi 1. 2.2 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: jika menerapkan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS), maka aktivitas peserta didik dan hasil belajar pada materi kepadatan penduduk dan permasalahan lingkungan akan meningkat.
34
35