BAB II KAJIAN PUSTAKA A.
Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan efektif dan efisien (Suyitno;2006). Nur dan Wikandari, (2000) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif lebih mengacu pada model pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Ibrahim, dkk (2000), mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan, dan pengembangan keterampilan sosial. b. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan kelebihan model pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) Siswa dilibatkan secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka. 2) Siswa dilatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dan dikembangkan dalam kehidupan di masyarakat. 3) Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya. 4) Siswa dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya. 5) Siswa diberi kesempatan untuk memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung.
4
5
c. Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Kooperatif terdapat bermacam-macam tipe, salah satunya adalah Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Aqib (2008) mengatakan bahwa macam pembelajaran kooperatif adalah : 1) Students Teams – Achievement Division (STAD) STAD merupakan kerja tim yang anggota kelompoknya heterogen dan dalam kegiatan pembelajaran tim dituntut untuk selalu melakukan perbaikan agar berhasil dalam menghadapi kuis. 2) Teams – Game – Tournament (TGT) Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. 3) Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengerjalan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman – teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman – teman di Universitas John Hopkins (Sudrajat; 2008). Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw didasari oleh pemikiran filosofis “ Getting Better Together” yang berarti untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam belajar hendaknya dilakukan secara bersama – sama. Dalam bukunya Nur (1999) juga dijelaskan bahwa peserta didik lebih mudah menemukan dan memahami konsep – konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Sudrajat; 2008).
6
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu model belajar yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Hisyam Zaini dkk (2007) mengatakan kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar sekaligus mengajarkan kepada orang lain. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw ini juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata – mata harus diperoleh oleh guru, melainkan bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya. Jadi keberhasilan belajar dalam model ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila dilakukan secara bersama – sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan pembelajaran yang terdiri dari tim-tim belajar yang heterogen beranggotakan 4 sampai 5 orang peserta didik. Materi pembelajaran diberikan kepada peserta didik dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mengajari bagian tersebut kepada anggota tim yang lain. Jigsaw merupakan teknik pertukaran kelompok dengan kelompok, namun ada perbedaan penting yakni setiap siswa mengajarkan sesuatu. Tiap siswa mempelajari sesuatu, yang bila digabungkan dengan materi yang dipelajari siswa lain membentuk pengetahuan atau ketrampilan yang padu (Siberman ;2004). Setiap kelompok akan menerima lembar ahli yang berbeda sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Setiap anggota kelompok yang mendapat lembar ahli yang sama, bertemu untuk berdiskusi disebut kelompok ahli. Kemudian siswa kembali kepada kelompok asal untuk menerangkan kepada anggota kelompok asal apa yang didapatkan dalam kelompok ahli. 3. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Sudjana (2009) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah dia menerima pengalaman belajar. Sejalan dengan Sudjana, Jihad dan Haris (2009) mengatakan bahwa hasil belajar adalah segala sesuatu yang dimiliki siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Dimyati dan Mudjiono (1994), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang
7
dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya. Abdurrahman (1999) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar. Menurut Winkel (1989) hasil belajar adalah perubahan sikap atau tingkah laku setelah anak melalui proses belajar. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkatan perkembangan mental yang mengukur suatu proses tentang pengambilan keputusan untuk mengukur atau menilai kemampuan diri sendiri dengan pengukuran pada tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif, serta psikomotorik. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran kemampuan siswa dalam mengikuti program belajar dalam waktu tertentu. Hasil belajar ini sering dicerminkan sebagai nilai yang menentukan berhasil apa tidak siswa telah belajar diiringi oleh tingkah laku yang lebih baik lagi. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Bloom dalam Sudjana (2009), mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu kognitif, motivasi, dan kualitas belajar. Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seseorang itu adalah Faktor-faktor Internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam sebagai contoh Jasmaniah yang meliputi kesehatan, cacat tubuh. Psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan. Kelelahan yang juga ikut menjadi bagian dari faktor internal. Faktor Eksternal yang merupakan faktor hasil belajar yang terakhir dimana dipengaruhi oleh keadaan yang dialami di luar tempat belajar yang biasa dilihat pada, Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan); Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah); serta Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul).
8
B.
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal (dari luar individu) adalah pencapaian tujuan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar diri siswa. Faktor internal yang mempengaruhi kegiatan belajar ini adalah faktor psikologis, yang meliputi motivasi, perhatian, pengamatan, dan tanggapan. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan, dan pembentukan sikap (Sudjana; 2009). Penelitian yang relevan 1. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mardhiyah(2010) dengan judul “Meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 pada mata pelajaran matematika melalui metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di SDN Purworejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Semester 1 Tahun Ajar 2009/2010”. Penelitian ini di laksanakan di SDN Purworejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, setelah dilakukan penelitian diperoleh hasil siklus 1 dengan rata-rata kelas sebesar 75,81 kemudian diadakan tindak lanjut meningkat menjadi 76,96. Pada siklus 2 yang menjadi perbaikan dari siklus 1 rata-rata kelas menjadi 77,22, ketuntasan belajar yang diperoleh setelah penelitian adalah 100%. 2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Suratmi (2010) dengan judul “upaya meningkatkan prestasi belajar matematika melalui penerapan model cooperatif learning tipe jigsaw pada siswa kelas IV SDN Dengan Kecamatan Winong Kabupaten Pati Semester 1 Tahun Ajar 2011/2012”. Penelitian ini dilakukan di SDN Degan Kecamatan Winong Kabupaten Pati, setelah dilakukan penelitian diperoleh hasil siklus 1 tuntas 59% dengan rata-rata siswa sebesar 7,4 dan siklus 2 yang menjadi perbaikan dari siklus 1 tuntas 100% rata-rata siswa menjadi 9,0 dari KKM yang ditentukan sekolah 7,5. 3. Pada penelitian yang dilakukan oleh Setiyani (2011) dengan judul “upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw pada mate pelajaran siklus akuntansi pokok bahasan jurnal khusus kelas X akuntansi Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011 SMK PELITA Salatiga”. Penelitian ini dilakukan SMK PELITA Salatiga, setelah dilakukan penelitian diperoleh hasil belajar siswa yang tuntas meningkat menjadi 73% pada siklus 1 dan pada siklus II meningkat menjadi 93%.
9
C.
4. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nenomnanu (2011) dengan judul “upaya peningkatkan hasil belajar matematika pada pokok bahasan persamaan lingkaran denagn menggunakan kooperatif tipe jigsaw bagi siswa kelas XI SMA EFATA SoE Kabupaten TTS Provinsi NTT Semester 1 Tahun Ajar 2010/2011”. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar. Kerangka Pikir Hasil observasi sebelumnya menunjukkan bahwa masih rendahnya hasil belajar siswa kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Salatiga, hal ini ditunjukkan dengan masih adanya siswa yang belum mencapai nilai KKM 70 sejumlah 26 siswa. Asumsi dasar yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa adalah penggunaan model pembelajaran yang didominasi dengan model pembelajaran konvensional. Sesuai dengan hal tersebut, maka perlu diadakan suatu tindakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Tindakan yang dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih variatif, salah satunya adalah model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dalam penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas X Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Salatiga. Penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut: Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi akhir
Guru belum menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Guru menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw
Dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw hasil belajar meningkat
Hasil belajar siswa rendah, hanya 28% atau 10 siswa tuntas KKM Siklus I : Menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada pokok bahasan pernyataan dan bukan pernyataan serta konjungsi, disjungsi, implikasi, biimplikasi dan ingkarannya
Siklus II: Menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe Jjigsaw pada pokok bahasan invers, konvers, kontraposisi serta penarikan kesimpulan
Gambar 1. Bagan kerangka berpikir