BAB II KAJIAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas tentang beberapa hal yang menjadi landasan dalam penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan beberapa kajian matematika, antara lain tentang Fungsi, Fungsi Genap, Fungsi Ganjil, Limit, Turunan, Turunan Fungsi Trigonometri dan Fungsi Hiperbolik, Persamaan Diferensial, Persamaan Diferensial Biasa, Integral Tentu, Integral Parsial, Teorema Nilai Rata-Rata Integral, Persamaan Diferensial Parsial, Masalah Nilai Awal dan Syarat Batas, Masalah SturmLiouville dan Fungsi Eigen, Orthogonal Fungsi Eigen, Metode Separasi Variabel,
Deret Fourier, Sifat-Sifat Perambatan Panas. Berikut ini penjelasannya. A. Fungsi Definisi 2.1 Fungsi (Dale Varberg & Edwin J Purcell, 2010 : 76): Sebuah fungsi π adalah suatu aturan korespondensi yang menghubungkan setiap objek π₯ dalam satu himpunan, yang disebut daerah asal, dengan sebuah nilai tunggal π(π₯) dari suatu himpunan kedua yag disebut daerah hasil. Contoh 2.1: π΄ = {(1, 1), (2, 4), (3, 6), (4, 7), (5, 8)} π΅ = {(1, 6), (2, 7), (2, 8), (3, 9), (4, 10)} πΆ = {(1, 4), (2, 5), (3, 6)} Berdasarkan Definisi (2.1), himpunan π΄ dan πΆ merupakan fungsi, sedangkan himpunan π΅ bukan merupakan fungsi. Hal ini dikarenakan setiap domain di
6
himpunan A memasangkan tepat satu dengan sebuah nilai tunggal di kodomain. Begitu juga untuk himpunan πΆ, namun hal yang berbeda untuk satu nilai domain pada himpunan π΅ yang mempunyai dua anggota di kodomain. Sehingga hal tersebut tidak sesuai dengan definisi fungsi. Selanjutnya akan dibahas tentang fungsi genap dan fungsi ganjil, berikut ini penjelasannya. Definisi 2.2 Fungsi Genap (Walter A. Strauss, 1992 : 110): Sebuah fungsi genap adalah fungsi yang dapat dinyatakan seperti Persamaan (2.1) π(βπ₯) = π(π₯)
(2.1)
artinya bahwa grafik π¦ = π(π₯) akan simetris terhadap sumbu π¦. Definisi 2.3 Fungsi Ganjil (Walter A. Strauss, 1992 : 110): Sebuah fungsi ganjil adalah fungsi yang dapat dinyatakan seperti Persamaan (2.2) π(βπ₯) = βπ(π₯).
(2.2)
artinya bahwa grafik π¦ = π(π₯) akan simetris terhadap titik asal. Contoh 2.2: π(π₯) = π₯ 3
(2.3)
π(π₯) = π₯ 2016
(2.4)
π(π₯) = π ππ(4π₯)
(2.5)
7
π(π₯) = πππ (14π₯)
(2.6)
π(π₯) = 0.
(2.7)
Berdasarkan Definisi (2.3), Persamaan (2.3) pada Contoh (2.2) merupakan fungsi ganjil, karena π(βπ₯) = (βπ₯)3 = βπ₯ 3 = βπ(π₯). Persamaan (2.5) juga merupakan fungsi ganjil, karena π(βπ₯) = π ππ(β4π₯) = βπ ππ(4π₯) = βπ(π₯). Persamaan (2.4) dan Persamaan (2.6) merupakan fungsi genap, karena π(βπ₯) = (βπ₯)2016 = π₯ 2016 = π(π₯)
dan
π(βπ₯) = πππ (β14π₯) =
πππ (14π₯) = π(π₯). Persamaan (2.7) merupakan fungsi genap sekaligus fungsi ganjil karena π(βπ₯) = π(π₯) = 0. B. Limit Definisi 2.4 Limit : (Dale Varberg & Edwin J Purcell, 2010 : 118): Diberikan πππ π(π₯) = πΏ yang artinya untuk setiap π > 0 yang nilainya sangat π₯βπ
kecil, terdapat πΏ > 0, sedemikian sehingga |π(π₯) β πΏ| < π dengan syarat 0 < |π₯ β π| < πΏ atau dengan kata lain 0 < |π₯ β π| < πΏ β |π(π₯) β πΏ| < π. Contoh 2.3:
Akan dibuktikan bahwa lim
π₯β2
2π₯ 2 β3π₯β2 π₯β2
= 5.
Analisis pendahuluan: Akan ditentukan nilai dari πΏ, sedemikian sehingga
8
2π₯ 2 β3π₯β2
0 < |π₯ β 2| < πΏ β |
π₯β2
β 5| < π
sehingga
|
2π₯ 2 β 3π₯ β 2 β 5| < π π₯β2
β|
(2π₯ + 1)(π₯ β 2) β 5| < π π₯β2
β |(2π₯ + 1) β 5| < π β |2π₯ β 4| < π β |2(π₯ β 2)| < π β |2||π₯ β 2| < π
β |π₯ β 2| <
π 2
(2.8)
π
Berdasarkan Persamaan (2.8) diperoleh nilai dari πΏ = . 2
Bukti baku: π
Andaikan nilai dari π > 0, dan dipilih nilai dari πΏ = , sehingga didapatkan 2
|
(2π₯ + 1)(π₯ β 2) 2π₯ 2 β 3π₯ β 2 β 5| = | β 5| = |2π₯ + 1 β 5| π₯β2 π₯β2 = |2(π₯ β 2)| = 2|π₯ β 2| < 2πΏ = π
(Dale Varberg & Edwin J Purcell, 2010 : 120).
9
C. Turunan Misalkan π merupakan titik tetap yang terletak pada kurva π¦ = π(π₯) dan π merupakan titik yang berdekatan dengan π yang melalui π¦ = π(π₯) seperti tampak pada Gambar (2.1). π¦
π₯
Gambar 2.1 Ilustrasi Garis singgung
Kemiringan garis yang melalui titik π dan π pada Gambar (2.1) adalah
π = πβ²(π₯) =
βπ(π₯) βπ₯
π = πβ²(π₯) =
π(π₯ + β) β π(π₯) (π₯ + β) β π₯
π = πβ²(π₯) =
π(π₯ + β) β π(π₯) β
Apabila nilai π dekat dengan π, maka nilai limit dari β β 0, sehingga Persamaan (2.9) dapat dituliskan π(π₯ + β) β π(π₯) . ββ0 β
π β² (π₯) = lim
10
(2.9)
Definisi 2.5 Turunan (Dale Varberg & Edwin J Purcell, 2010 : 163): Turunan pertama fungsi π(π₯) dinotasikan πβ(π₯) yang nilainya pada sembarang π₯ adalah π(π₯ + β) β π(π₯) ββ0 β
πβ²(π₯) = πππ
dengan syarat nilai limit dari π(π₯) ada. Notasi dari turunan disimbolkan dengan notasi Leibniz
ππ¦ π 2 π¦ π 3 π¦
,
,
ππ₯ ππ₯ 2 ππ₯ 3
... atau notasi
prima π¦ β² , π¦", π¦β²β²β², β¦ atau bisa dinotasikan sebagai π·π₯ π¦, π·π₯2 π¦, π·π₯3 π¦ , β¦. atau πβ(π₯), π"(π₯), πβ²β²β²(π₯) β¦. Contoh 2.4: Akan ditentukan turunan pertama dari π(π₯) = 4π₯ β 14. Menurut Definisi (2.5), sehingga (4(π₯ + β) β 14) β (4π₯ β 14) ββ0 β
πβ²(π₯) = lim
(4π₯ + 4β β 14) β (4π₯ β 14) ββ0 β
πβ²(π₯) = lim
4π₯ + 4β β 14 β 4π₯ + 14 ββ0 β
πβ²(π₯) = lim
4β = 4. ββ0 β
π β² (π₯) = lim
Jadi, turunan pertama dari π(π₯) adalah 4.
11
D. Turunan Fungsi Trigonometri dan Hiperbolik Teorema 2.1 Turunan Fungsi Sin (Dale Varberg & Edwin J Purcell, 2010 :182): Jika π(π₯) = π ππ π₯, maka πβ(π₯) = πππ π₯. Bukti: Berdasarkan Definisi (2.5), sehingga π(π₯ + β) β π(π₯) ββ0 β
πβ²(π₯) = πππ
π ππ(π₯ + β) β π ππ π₯ ββ0 β
π β² (π₯) = πππ
π ππ π₯ πππ β + πππ π₯ π ππ β β π ππ π₯ ββ0 β
π β² (π₯) = πππ
π β² (π₯) = πππ (β π ππ π₯ ( ββ0
1 β πππ β π ππ β ) + πππ π₯ ( )) β β
π β² (π₯) = (β π ππ π₯) (πππ ( ββ0
1 β πππ β π ππ β )) + (πππ π₯) (πππ ( )) ββ0 β β
π β² (π₯) = (β π ππ π₯). 0 + (πππ π₯). 1 = πππ π₯ Terbukti. Teorema 2.2 Turunan Fungsi Cos (Dale Varberg & Edwin J Purcell, 2010 :182): Jika π(π₯) = πππ π₯, maka πβ(π₯) = βπ ππ π₯.
12
Bukti: Berdasarkan Definisi (2.5), sehingga π(π₯ + β) β π(π₯) ββ0 β
πβ²(π₯) = lim
πππ (π₯ + β) β πππ π₯ ββ0 β
π β² (π₯) = lim
πππ π₯ cos β β sin π₯ sin β β cos π₯ ββ0 β
π β² (π₯) = lim
π β² (π₯) = lim (β cos π₯ ( ββ0
1 β cos β sin β ) β π ππ π₯ ( )) β β
π β² (π₯) = (β πππ π₯) (lim ( ββ0
1 β cos β sin β )) β (π ππ π₯) (lim ( )) ββ0 β β
π β² (π₯) = (β πππ π₯). 0 β (π ππ π₯). 1 = βπ ππ π₯ Terbukti. Teorema 2.3 Turunan Fungsi Sinh (Dale Varberg & Edwin J Purcell, 2010 : 541): Jika π(π₯) = π ππβ π₯, maka πβ(π₯) = πππ β π₯. Bukti:
Bentuk lain dari π ππβ π₯ adalah
π(π₯) =
π π₯ βπ βπ₯ 2
, sehingga
π π₯ β π βπ₯ 2
13
π π₯ β π βπ₯ π(π₯) = 2 π π₯ π βπ₯ π(π₯) = β 2 2 1 1 π(π₯) = π π₯ β π βπ₯ 2 2 1 1 πβ(π₯) = π π₯ + π βπ₯ 2 2
πβ(π₯) =
π π₯ + π βπ₯ 2
πβ(π₯) = πππ β π₯ Terbukti. Teorema 2.4 Turunan Fungsi Cosh (Dale Varberg & Edwin J Purcell, 2010 : 541): Jika π(π₯) = πππ β π₯, maka πβ(π₯) = π ππβ π₯. Bukti:
Bentuk lain dari πππ β π₯, adalah
π(π₯) =
π π₯ +π βπ₯ 2
π π₯ + π βπ₯ 2
π π₯ π βπ₯ π(π₯) = + 2 2
14
, sehingga
1 1 π(π₯) = π π₯ + π βπ₯ 2 2 1 1 πβ(π₯) = π π₯ β π βπ₯ 2 2
πβ(π₯) =
π π₯ β π βπ₯ 2
πβ(π₯) = π ππβ π₯ Terbukti. Berikutnya akan dibahas tentang integral tentu. Integral tentu pada BAB III digunakan untuk menentukan luasan perambatan panas pada suatu interval tertutup, berikut penjelasannya. E. Integral Tentu Diberikan sebuah fungsi pada interval [π, π] kemudian dipartisi terhadap sumbu π₯ sebanyak π seperti tampak pada Gambar (2.2) berikut ini.
βπ₯1
π₯1
Titik Partisi π₯0 Titik Sampel Partisi
βπ₯2
π₯1β
βπ₯π
....
π₯2 π₯2β
....
Gambar 2.2 Partisi Sumbu π₯
15
π₯πβ1
π₯π = π π₯πβ
Pada Gambar (2.2) merupakan partisi sumbu π₯ dengan titik titik partisi π = π₯0 < π₯1 < π₯2 < β― < π₯πβ1 < π₯π = π. Apabila disketsakan pada sumbu π₯ dan sumbu π¦, diperoleh bentuk partisi berupa persegi panjang, maka jumlahan semua persegi panjang dengan banyaknya partisi π disebut Jumlahan Riemann. Pada Prinsipnya konsep Integral merupakan Jumlahan Riemann. Langkah-langkah penyelesaian sebagai berikut ini. 1. Partisi fungsi π(π₯) menjadi beberapa bagian misalkan banyak partisi π, dalam hal ini semakin banyak partisinya semakin bagus, karena nilainya akan mendekati nilai eksak atau dengan kata lain errornya sangat kecil. 2. Apabila kita akan menentukan hasil dari π(π₯) pada interval [a,b], maka tentukan jarak di setiap partisinya βπ₯π = π₯π β π₯πβ1 , dengan π = 1,2,3 β¦ . π. 3. Setelah itu tentukan nilai dari π(π₯πβ ). 4. Kemudian gunakan konsep jumlahan luas persegi panjang yaitu βππ=1 π(π₯πβ )(βπ₯π ) (Dale Varberg & Edwin J Purcell, 2010:363). Definisi 2.6 Integral Tentu (Dale Varberg & Edwin J Purcell, 2010: 363): Andaikan f suatu fungsi yang didefinisikan pada selang tertutup [a,b]. Jika π
πππ β π(π₯πβ )βπ₯π
|π|β0
π=1
π
ada, kita katakan f adalah terintegralkan pada [a,b]. Lebih lanjut β«π π(π₯) ππ₯ disebut integral tentu (atau integral Riemann) f dari a ke b, diberikan oleh
16
π
π
β« π(π₯)ππ₯ = πππ β π(π₯πβ )βπ₯π . |π|β0
π
π=1
Contoh 2.5: Akan ditentukan luas daerah π(π₯) = π₯ + 2 pada interval [β1,2]. Apabila grafik π(π₯) = π₯ + 2 disketsakan dalam koordinat kartesius, maka tampak pada Gambar (2.3). π¦
π(π₯) = π₯ + 2
2
π₯ π
β1
2
Gambar 2.3 Fungsi π(π₯) = π₯ + 2 dipartisi sebanyak π
Apabila pada interval [β1,2] dipartisi sebanyak π bagian, maka diperoleh jarak antar partisi βπ₯π =
2β(β1) π
=
3 π
dengan βπ₯π = π₯π β π₯πβ1 , π = 1,2,3, β¦ π.
Dengan partisi pada interval [π, π] adalah π = π₯0 < π₯1 < π₯2 < π₯3 β¦ < π₯πβ1 < π₯π = π.
17
π₯0 = β1 3 π₯1 = β1 + βπ₯ = β1 + ( ) π 3 π₯2 = β1 + 2βπ₯ = β1 + 2 ( ) π 3 π₯3 = β1 + 3βπ₯ = β1 + 3 ( ) π ... 3 π₯πβ1 = β1 + (π β 1)βπ₯ = β1 + (π β 1) ( ) π 3 π₯π = β1 + πβπ₯ = β1 + π ( ) = 2 π karena π₯πβ merupakan titik-titik di ujung sebelah kanan di setiap partisinya, 3
sehingga diperoleh π₯π = π₯πβ = β1 + π ( ) dan π(π₯πβ ) = π₯πβ + 2 = (β1 + π
3
3
π
π
π ( ) ) + 2 = 1 + π ( ). Oleh karena itu diperoleh 2
π
πππ β π(π₯πβ )βπ₯π β«(π₯ + 2) ππ₯ = |π|β0 β1
π=1
π
3 3 = πππ β (1 + π ( )) ( ) |π|β0 π π π=1
18
π
π
π=1
π=1
3 9 = lim ((β ( )) + (( 2 ) β π )) |π|β0 π π
3 9 = lim (( ) π + ( 2 ) (1 + 2 + 3 + β― + π)) πββ π π 3 9 π(π + 1) = lim (( ) π + ( 2 ) ( )) πββ π π 2 9 1 9 1 = lim (3 + (1 + )) = 3 + = 7 . πββ 2 π 2 2 2
1
Jadi, hasil dari β«β1(π₯ + 2) ππ₯ = 7 satuan luas. 2
Teorema 2.5 Teorema Dasar Kalkulus (Dale Varberg & Edwin J Purcell, 2010 : 372): Misalkan π kontinu pada interval [π, π] dan misalkan πΉ antiturunan dari π, sehingga π
β« π(π₯)ππ₯ = πΉ(π) β πΉ(π). π
Bukti: Misalkan π: π = π₯0 < π₯1 < π₯2 < π₯3 < β― < π₯πβ1 < π₯π = π adalah partisi pada interval [π, π], sehingga
19
πΉ(π) β πΉ(π) = (πΉ(π₯π ) β πΉ(π₯πβ1 )) + (πΉ(π₯πβ1 ) β πΉ(π₯πβ2 )) + β― + (πΉ(π₯2 ) β πΉ(π₯1 )) + (πΉ(π₯1 ) β πΉ(π₯0 )) π
πΉ(π) β πΉ(π) = β(πΉ(π₯π ) β πΉ(π₯πβ1 )). π=1
Menurut Teorema nilai rata-rata turunan πΉ pada selang [π₯πβ1 , π₯π ] adalah πΉ(π₯π ) β πΉ(π₯πβ1 ) = πΉ β² (π₯πβ )(π₯πβ1 , π₯π ) = π(π₯πβ )βπ₯π Sehingga diperoleh π
πΉ(π) β πΉ(π) = β(π(π₯πβ )βπ₯π ). π=1
Apabila partisinya diambil sangat kecil |π| β 0, maka π
π
πΉ(π) β πΉ(π) = lim β(π(π₯πβ )βπ₯π ) = β« π(π₯)ππ₯. |π|β0
π=1
π
Terbukti. Contoh 2.6: π
Akan ditentukan hasil dari β«0 πππ ((2π β 1)π₯)ππ₯. Berdasarkan Teorema (2.5), sehingga diperoleh π
β« πππ ((2π β 1)π₯)ππ₯ = ( 0
π 1 ) π ππ((2π β 1)π₯)] 2π β 1 0
20
π
β« πππ ((2π β 1)π₯)ππ₯ = (( 0
π
β« πππ ((2π β 1)π₯)ππ₯ = (( 0
1 ) π ππ((2π β 1)π)) β 0 2π β 1
1 1 ) π ππ((2π β 1)π)) = ( ).0 = 0 2π β 1 2π β 1
π
Jadi, hasil dari β«0 πππ ((2π β 1)π₯)ππ₯ = 0. F. Integral Parsial Misalkan π(π₯) = π’(π₯)π£(π₯), maka turunan pertama dari π(π₯) adalah π β² (π₯) = π’β² (π₯)π£(π₯) + π’(π₯)π£ β² (π₯).
(2.10)
Apabila Persamaan (2.10) diintegralkan, maka
β« πβ²(π₯) ππ₯ = β«(π’β² (π₯)π£(π₯) + π’(π₯)π£ β² (π₯))ππ₯
π’(π₯)π£(π₯) = β«(π’β² (π₯)π£(π₯)) ππ₯ + β«(π’(π₯)π£ β² (π₯)) ππ₯
β«(π’(π₯)π£ β² (π₯)) ππ₯ = π’(π₯)π£(π₯) β β«(π’β² (π₯)π£(π₯)) ππ₯
(2.11)
karena ππ£ = π£β(π₯)ππ₯ dan ππ’ = π’β(π₯)ππ₯, sehingga Persamaan (2.11) menjadi
β« π’(π₯)ππ£ = π’(π₯)π£(π₯) β β« π£(π₯)ππ’.
(2.12)
Persamaan (2.12) merupakan rumus integral parsial (Dale Varberg & Edwin J Purcell, 2010 : 579).
21
Contoh 2.7: Akan ditentukan hasil dari β« π π₯ π ππ 4π₯ ππ₯. Berdasarkan Persamaan (2.12), sehingga diperoleh 1 1 β« π π₯ π ππ 4π₯ ππ₯ = β π π₯ πππ 4π₯ + β« π π₯ πππ 2π₯ππ₯ + π 4 4 1 1 1 1 β« π π₯ π ππ 4π₯ ππ₯ = β π π₯ πππ 4π₯ + ( π π₯ π ππ 4π₯ β β« π π₯ π ππ 4π₯) + π 4 4 4 4 1 1 1 β« π π₯ π ππ 4π₯ ππ₯ = β π π₯ πππ 4π₯ + π π₯ π ππ 4π₯ β β« π π₯ π ππ 4π₯ + π 4 16 16 17 4 1 β« π π₯ π ππ 4π₯ ππ₯ = β π π₯ πππ 4π₯ + π π₯ π ππ 4π₯ + π 16 16 16
β« π π₯ π ππ 4π₯ ππ₯ = β
β« π π₯ π ππ 4π₯ ππ₯ =
4 π₯ 1 π πππ 4π₯ + π π₯ π ππ 4π₯ + π 17 17
1 π₯ π (β4πππ 4π₯ + π ππ 4π₯) + π. 17
Jadi, hasil dari
β« π π₯ π ππ 4π₯ ππ₯ =
1 π₯ π (β4πππ 4π₯ + π ππ 4π₯) + π. 17
G. Teorema Nilai Rata-Rata Integral Teorema ini digunakan untuk membuktikan bahwa dalam suatu perambatan panas pada suatu interval tertutup, dan proses perambatan panasnya diasumsikan kontinu, maka terdapat minimal satu titik yang terdapat dalam interval tertutup tersebut.
22
Teorema 2.6 Teorema Nilai Rata-Rata Integral (Dale Varberg & Edwin J Purcell, 2010 : 387): Jika fungsi π kontinu pada interval [π, π], maka terdapat suatu bilangan π yang terletak diantara π dan π, sedemikian sehingga π
β« π(π‘) ππ‘ = π(π)(π β π). π
Bukti: Andaikan didefinisikan suatu fungsi πΊ(π₯) sebagai berikut π₯
πΊ(π₯) = β« π(π‘)ππ‘ , π β€ π₯ β€ π π
Berdasarkan teorema nilai rata-rata turunan yang mengatakan bahwa andaikan didefinisikan πΊ(π₯), maka terdapat nilai π pada interval (π, π), sehingga πΊ(π) β πΊ(π) = πΊβ²(π)(π β π) π
(2.13)
β« π(π‘)ππ‘ β 0 = πΊβ²(π)(π β π) π
π₯
karena πΊβ²(π₯) = π·π₯ (β«π π(π‘)ππ‘). Hal ini akan berakibat nilai dari πΊβ²(π) = π(π), sehingga Persamaan (2.13) menjadi π
β« π(π‘)ππ‘ π(π) = π πβπ
23
Terbukti.
H. Persamaan Diferensial Definisi 2.7 Persamaan Diferensial (Ross,L.S, 1984:3): Persamaan Diferensial adalah persamaan yang memuat turunan-turunan dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap satu atau lebih variabel bebas. Secara umum Persamaan Diferensial dibedakan menjadi dua, yaitu Persamaan Diferensial Biasa(PDB) dan Persamaan Diferensial Parsial(PDP). Definisi 2.8 Persamaan Diferensial Biasa (Ross, L.S, 1984:4): Persamaan diferensial biasa (PDB) adalah persamaan yang memuat turunanturunan dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap satu variabel bebas. Definisi 2.9 Persamaan Diferensial Parsial (Ross, L.S, 1984:4): Persamaan Diferensial parsial (PDP) adalah persamaan yang memuat turunan-turunan parsial dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap lebih dari satu variabel bebas.
Persamaan Diferensial Parsial biasanya dinotasikan dengan
ππ’ ππ₯
untuk turunan
pertama fungsi atas variabel tak bebas π’ terhadap variabel bebas π₯. Untuk turunan parsial kedua, ketiga sampai turunan ke π berturut-turut dinotasikan sebagai
π2π’ π3 π’ π4π’
ππ π’
ππ₯
ππ₯ π
2,
ππ₯
3,
ππ₯
4,β¦
. Persamaan Diferensial Parsial juga dapat
dinotasikan π’π₯π₯ , β2 π’ untuk turunan kedua fungsi atas π’ terhadap π₯. Contoh 2.8:
24
ππ¦ + 5π¦ = π π₯ ππ₯
(2.14)
ππ₯ ππ¦ + = 2π₯ + π¦ ππ‘ ππ‘
(2.15)
π2π’ π2π’ 2 =π ππ‘ 2 ππ₯ 2
(2.16)
π2π’ π2π’ ππ’ = 2 β2 2 ππ₯ ππ‘ ππ‘
(2.17)
Berdasarkan Contoh (2.8), sesuai dengan Definisi (2.8) dan Definisi (2.9) tentang Persamaan Diferensial biasa dan Persamaan Diferensial Parsial, dapat disimpulkan bahwa Persamaan (2.14) dan Persamaan (2.15) merupakan Persamaan Diferensial biasa. Hal itu karena Persamaan (2.14) terdapat satu variabel bebas yaitu π₯, dan satu variabel tak bebas yaitu π¦, sedangkan Persamaan (2.15) terdapat satu variabel bebas yaitu π‘, dan ada dua variabel tak bebas yaitu π₯, π¦. Persamaan (2.16) dan Persamaan (2.17) merupakan Persamaan Diferensial parsial, karena Persamaan (2.16) terdapat dua variabel bebas yaitu π₯, π‘ dan satu variabel tak bebas π’. Untuk Persamaan (2.17) terdapat dua variabel bebas yaitu π₯, π‘ dan satu varibel tak bebas π’. Selanjutnya akan dibahas tentang persamaan Diferensial parsial (PDP). Definisi 2.10 (James W.B & Ruel V. Churchill 1993:24): Bentuk umum Persamaan Diferensial parsial linear orde 2 adalah
25
π΄π’π₯π₯ + π΅π’π¦π¦ + πΆπ’π₯π¦ + π·π’π₯ + πΈπ’π¦ + πΉπ’ = πΊ
(2.18)
dengan π’ = π’(π₯, π¦), dimana π΄, π΅, πΆ, . . . . πΊ merupakan konstanta atau fungsi dalam π₯ dan π¦. Apabila nilai dari πΊ = 0, maka Persamaan (2.18) dikatakan sebagai persamaan Diferensial parsial homogen. Jika nilai πΊ β 0, maka Persamaan (2.18) dikatakan Persamaan Diferensial parsial nonhomogen. Selanjutnya akan dibahas tentang Prinsip Superposisi. Teorema 2.7 Prinsip Superposisi (Dennis G Zill, 2005:130): Jika π¦1 , π¦2 , π¦3 , β¦ π¦π adalah solusi dari Persamaan Diferensial homogen berorde π dari Persamaan (2.17) pada interval I, maka kombinasi linearnya adalah π¦ = π1 π¦1 (π₯) + π2 π¦2 (π₯) + π3 π¦3 (π₯) + β― + ππ π¦π (π₯) dimana ππ untuk π = 1,2, . . . . π adalah konstanta, juga solusi dalam interval I. Bukti : Misalkan
πΏ
didefinisikan
sebagai
operator
Diferensial
dan
π¦1 (π₯),π¦2 (π₯), π¦3 (π₯), β¦ π¦π (π₯) adalah solusi dari persamaan homogen, sehingga πΏ(π¦(π₯)) = 0. Jika didefinisikan π¦ = π1 π¦1 (π₯) + π2 π¦2 (π₯) + π3 π¦3 (π₯) + β― + ππ π¦π (π₯), maka linearitas dari πΏ adalah πΏ(π¦) = πΏ(π1 π¦1 (π₯) + π2 π¦2 (π₯) + π3 π¦3 (π₯) + β― + ππ π¦π (π₯)) πΏ(π¦) = π1 πΏ(π¦1 (π₯)) + π2 πΏ( π¦2 (π₯)) + π3 πΏ(π¦3 (π₯)) + β― + ππ πΏ(π¦π (π₯))
26
karena nilai dari πΏ(π¦(π₯)) = 0, maka πΏ(π¦) = π1 . 0 + π2 . 0 + π3 . 0 + β― + ππ . 0 = 0 (Terbukti). I. Solusi Persamaan Diferensial Parsial
1. Masalah Nilai Awal dan Syarat Batas Untuk ilustrasi yang lebih mudah, dalam hal ini diambil tinjauan sebuah batang logam dengan panjang π yang dipanasi dengan suhu tertentu. Misalkan π’(π₯, 0) menyatakan suhu pada posisi π₯ saat waktu π‘ sama dengan nol dan 0 < π₯ < π , sehingga suhu saat π‘ = 0 untuk setiap posisi dikatakan masalah nilai awal. Secara umum syarat batas dibedakan menjadi tiga yaitu syarat batas Dirichlet, syarat Neumann, dan syarat batas Robin atau Campuran dari syarat batas Dirichlet dan Neumann. Syarat batas Dirichlet adalah syarat batas yang kedua ujung batang logam dipertahankan nol derajat, dalam hal ini yang digunakan untuk mempertahankan suhunya nol derajat adalah benda yang bersifat isolator. Misalkan π’(π₯, π‘) merupakan suhu pada posisi π₯ saat waktu ke π‘. Apabila syarat batas Dirichlet dituliskan dalam bentuk notasi matematika, maka π’(0, π‘) = π’(π, π‘) = 0 dengan π‘ > 0. Syarat batas Neumann adalah syarat batas yang perubahan suhu di kedua ujung batang logam dipertahankan 0 derajat. Misalkan
ππ’(π₯,π‘) ππ₯
merupakan
perubahan suhu terhadap posisi. Apabila syarat batas Neumann dituliskan dalam notasi matematika, maka
ππ’(0,π‘) ππ₯
=
ππ’(π,π‘) ππ₯
27
= 0 dengan π‘ > 0.
Syarat batas Robin adalah syarat batas yang perubahan suhu pada posisi π₯ = 0 dipertahankan nol derajat, sedangkan suhu pada posisi π₯ = π dipertahankan nol derajat. Apabila dituliskan dalam notasi matematika, maka ππ’(0,π‘) ππ₯
= π’(π, π‘) = 0 dengan π‘ > 0. Syarat batas Robin disebut juga syarat batas
campuran. Hal ini dikarenakan, syarat batas Robin merupakan kombinasi linear dari dari syarat batas Dirichlet dan Neumann (Dean G. Duffy, 2003 : 648). 2. Masalah Sturm-Liouville dan Fungsi Eigen Definisi 2.11 Masalah Sturm-Liouville (Dean G. Duffy, 2003:501):
Diberikan Persamaan Diferensial linear berorde 2 berikut ini π ππ¦ [π(π₯) ] + [π(π₯) + ππ(π₯)]π¦ = 0 ππ₯ ππ₯
π(π₯)
π2 π¦ ππ¦ + πβ² (π₯) + [π(π₯) + ππ(π₯)]π¦ = 0, untuk π β€ π₯ β€ π 2 ππ₯ ππ₯
(2.19)
dengan syarat batas πΌπ¦(π) + π½π¦ β² (π) = 0 dan πΎπ¦(π) + πΏπ¦ β² (π) = 0. Dalam hal ini nilai dari π(π₯), π(π₯), dan π(π₯) merupakan fungsi bilangan real atas π₯, π adalah suatu parameter. Nilai dari πΌ, π½, πΎ, πΏ merupakan suatu konstanta real, sedangkan nilai dari π(π₯) dan π(π₯) merupakan suatu fungsi yang kontinu dan positif yang terletak pada interval π β€ π₯ β€ π, sehingga Persamaan (2.19) disebut sebagai Masalah Sturm-Liouville. Ketika π(π₯) atau π(π₯) hilang di salah satu ujung interval [π, π] atau pada interval tak terbatas, masalah ini merupakan masalah Sturm-Liouville tunggal. Dengan mempertimbangkan solusi untuk masalah reguler Sturm-Liouville, diperoleh
28
solusi π¦ = 0 untuk semua nilai π. Namun, solusi nontrivial ada jika diambil nilai tertentu, nilai ini disebut nilai karakteristik atau nilai eigen. Nilai yang sesuai solusi nontrivial adalah disebut fungsi karakteristik atau fungsi eigen. (Dean G. Duffy, 2003 : 502).
Selanjutnya, akan ditentukan akar-akar karakteristik dari Persamaan (2.19). Secara umum, akar-akar karakteristik dari suatu persamaan diferensial linear homogen orde 2 dibedakan menjadi 3, yaitu: 1. Akar-akar karakteristik riil berbeda Misalkan akar dari persamaan karakteristik pada Persamaan (2.19) adalah π dan π, maka solusi umum dari Persamaan (2.19) adalah π¦ = π1 π ππ₯ + π2 π ππ₯ = π1 πππ β(ππ₯) + π2 π ππβ(ππ₯). 2. Akar-akar karakteristik riil kembar Misalkan akar dari persamaan karakteristik pada Persamaan (2.19) suatu akar riil kembar yaitu π, maka solusi umum dari Persamaan (2.19) adalah π¦ = π1 π ππ₯ + π2 π₯π ππ₯ . 3. Akar-akar karakteristik bilangan kompleks Misalkan akar dari persamaan karakteristik pada Persamaan (2.19) adalah π + ππ dan π β ππ, maka solusi umum dari Persamaan (2.19) adalah π¦ = π1 πππ (ππ₯) + π2 π ππ(ππ₯) (Ross,L.S, 1984 :126).
29
Contoh 2.9: Akan ditentukan solusi umum dari Masalah Sturm-Liouville pada Persamaan (2.20) π"(π₯) β π 2 π(π₯) = 0.
(2.20)
Persamaan karakteristik pada Persamaan (2.20) adalah π2 β π 2 = 0 (π β π)(π + π) = 0 π1,2 = Β±π sehingga solusi umum Persamaan (2.20) adalah π(π₯) = π3 π ππ₯ + π4 π βππ₯
π(π₯) = (
π1 + π2 ππ₯ π1 β π2 βππ₯ )π )π + ( 2 2
π1 π2 π1 π2 π(π₯) = ( ) π ππ₯ + ( ) π ππ₯ + + ( ) π βππ₯ β ( ) π βππ₯ 2 2 2 2 π1 π1 π2 π2 π(π₯) = ( ) π ππ₯ + ( ) π βππ₯ + ( ) π ππ₯ β ( ) π βππ₯ 2 2 2 2
π(π₯) = π1 (
π ππ₯ + π βππ₯ π ππ₯ β π βππ₯ ) + π2 ( ) 2 2
π(π₯) = π1 πππ β(ππ₯) + π2 π ππβ(ππ₯). Jadi, solusi umum dari Persamaan (2.20) adalah
30
π(π₯) = π1 πππ β(ππ₯) + π2 π ππβ(ππ₯). Contoh 2.10: Akan ditentukan solusi umum dari Masalah Sturm-Liouville pada Persamaan (2.21) π"(π₯) β 2ππβ²(π₯) + π 2 π(π₯) = 0.
(2.21)
Persamaan karakteristik dari Persamaan (2.21) adalah π2 β 2ππ + π 2 = 0 (π β π)2 = 0 π1,2 = π Jadi, solusi umum dari Persamaan (2.21) adalah π(π₯) = π1 π ππ₯ + π2 π₯π ππ₯ . Contoh 2.11: Akan ditentukan solusi umum dari Masalah Sturm-Liouville pada Persamaan (2.22) π"(π₯) + π 2 π(π₯) = 0.
(2.22)
Persamaan karakteristik dari Persamaan (2.22) adalah π2 + π 2 = 0 π = Β±ββπ 2
31
π1,2 = Β±ππ sehingga solusi umum Persamaan (2.22) adalah π(π₯) = π3 π ππ₯π + π4 π βππ₯π π(π₯) = π3 (πππ (ππ₯) + π π ππ(ππ₯)) + π4 (πππ (ππ₯) β π π ππ(ππ₯)) π(π₯) = π3 πππ (ππ₯) + ππ3 π ππ(ππ₯) + π4 πππ (ππ₯) β π4 π π ππ(ππ₯) π(π₯) = π3 πππ (ππ₯) + π4 πππ (ππ₯) + ππ3 π ππ(ππ₯) β π4 π π ππ(ππ₯) π(π₯) = (π3 + π4 )πππ (ππ₯) + π(π3 β π4 ) π ππ(ππ₯) π(π₯) = π1 πππ (ππ₯) + π2 π ππ(ππ₯) Jadi, solusi umum dari Persamaan (2.22) adalah π(π₯) = π1 πππ (ππ₯) + π2 π ππ(ππ₯). 3. Ortogonal Fungsi Eigen Diberikan fungsi π(π₯) yang terdefinisi pada interval π < π₯ < π. Kita dapat menuliskan π(π₯) dalam bentuk fungsi eigen π¦π (π₯), sehingga β
(2.23)
π(π₯) = β ππ π¦π (π₯). π=1
Setelah itu kalikan Persamaan (2.23) dengan π(π₯)π¦π (π₯) dengan π adalah bilangan bulat dan integralkan Persamaan (2.23)dengan batas bawah π dan batas atas π. Persamaan (2.23) dapat dituliskan menjadi
32
π
π
β
(2.24)
β« π(π₯)π(π₯)π¦π (π₯)ππ₯ = β ππ β« π(π₯) π¦π (π₯)π¦π (π₯)ππ₯ π=1
π
π
Bentuk Orthogonal yang berada di ruas kanan di Persamaan (2.24) nilainya akan sama dengan 0, kecuali nilai π = π, sehingga Persamaan (2.24) menjadi π
π
β« π(π₯)π(π₯)π¦π (π₯)ππ₯ = ππ β« π(π₯) π¦π (π₯)π¦π (π₯)ππ₯ π
π π
ππ =
(2.25)
β«π π(π₯)π(π₯)π¦π (π₯)ππ₯ π
2 (π₯)ππ₯ β«π π(π₯) π¦π
kemudian Persamaan (2.25) disebut sebagai Koefisien Fourier secara umum (Dennis & Michael, 2009:401). 4. Metode Separasi Variabel Metode Separasi Variabel merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah persamaan Diferensial parsial. Pada prinsipnya metode ini adalah mengkonversikan masalah persamaan Diferensial parsial
ke
dalam
persaman
Diferensial
biasa.Langkah-langkah
penyelesaian(Dean G. Duffy, 2003 : 574): 1. Subtitusi fungsi dari solusi Persamaan diferesial parsial dan pisahkan fungsi yang memuat satu variabel diruas yang berbeda dengan operasi setiap fungsinya adalah perkalian. 2. Ambil konstanta pemisah, misalkan β π dengan π merupakan bilangan riil. 3. Pisahkan
masing-masing
variabel,
diferensial biasa.
33
sehingga
diperoleh
Persamaan
4. Berdasarkan langkah 3, pisahkan menjadi 3 kemungkinan, yaitu nilai π < 0, π = 0 dan π > 0 dengan mengambil subtitusi pada syarat batas. 5. Berdasarkan langkah 4 tentukan nilai eigen dan fungsi eigen. 6. Selesaikan masalah persamaan diferensial biasa untuk variabel yang lain dengan menggunakan nilai eigen yang diperoleh pada langkah 5. 7. Gunakan prinsip superposisi untuk memperoleh solusi umum persamaan diferensial linear homogen orde 2. Contoh 2.12: π2π’ π2π’ 2 = π . ππ‘ 2 ππ₯ 2
(2.26)
dengan syarat batas Dirichlet π’(0, π‘) = π’(π, π‘) = 0. Langkah penyelesaian: 1. Ambil subtitusi fungsi dari solusi Persamaan diferesial parsial dan pisahkan fungsi yang memuat satu variabel diruas yang berbeda dengan operasi setiap fungsinya adalah perkalian. Ambil substitusi π’(π₯, π‘) = π(π₯)π(π‘), sehingga diperoleh π(π₯)π"(π‘) dan
π2 π’ ππ₯ 2
π2π’ ππ‘ 2
=
= π"(π₯)π(π‘), kemudian hasilnya disubtitusikan ke
Persamaan (2.26), maka diperoleh π2π’ π2π’ 2 =π ππ‘ 2 ππ₯ 2
34
π(π₯)π"(π‘) = π 2 (π"(π₯)π(π‘))
(2.27)
2. Ambil konstanta pemisah, misalkan β π dengan π merupakan bilangan riil. Sehingga, Persamaan (2.27) menjadi π(π₯)π"(π‘) = π 2 (π"(π₯)π(π‘)) = βπ.
(2.28)
3. Pisahkan masing-masing variabel, sehingga menjadi Persamaan diferensial biasa. π"(π‘) π"(π₯) = = βπ. 2 π π(π‘) π(π₯)
(2.29)
Berdasarkan Persamaan (2.29), sehingga diperoleh Masalah Sturm-Liouville π"(π₯) = βπ π(π₯)
(2.30)
π"(π‘) = βπ. π 2 π(π‘)
(2.31)
4. Berdasarkan langkah 3, pisahkan menjadi 3 kemungkinan, yaitu nilai π < 0, π = 0 dan π > 0 dengan mengambil subtitusi pada syarat batas. Kemungkinan 1: untuk nilai π = βπ 2 < 0, sehingga Persamaan (2.30) menjadi π"(π₯) β π 2 π(π₯) = 0. Solusi umum Persamaan (2.32) adalah π(π₯) = π1 πππ β(ππ₯) + π2 π ππβ(ππ₯). Syarat batas π(0) = 0 β π(π₯) = πΆ1 πππ β(ππ₯) + πΆ2 π ππβ(ππ₯)
35
(2.32)
π(0) = πΆ1 πππ β(π. 0) + πΆ2 π ππβ(π. 0) 0 = πΆ1 . 1 + πΆ2 . 0 πΆ1 = 0 syarat batas π(π) = 0 β π(π₯) = πΆ1 πππ β(ππ₯) + πΆ2 π ππβ(ππ₯) π(π) = 0. πππ β(ππ) + πΆ2 π ππβ(ππ) 0 = πΆ2 karena πΆ1 = πΆ2 = 0, sehingga untuk nilai π = βπ 2 < 0 diperoleh solusi trivial. Kemungkinan 2: untuk nilai π = 0, sehingga Persamaan (2.30) menjadi π"(π₯) = 0.
(2.33)
Apabila kedua ruas pada Persamaan (2.33) diintegralkan, maka diperoleh
β« π"(π₯)ππ₯ = β« 0 ππ₯
πβ²(π₯) = π2
β« πβ²(π₯)ππ₯ = β« π2 ππ₯
π(π₯) = π1 + π2 π₯. Syarat batas π(0) = 0 β π(π₯) = πΆ1 + πΆ2 π₯ π(0) = πΆ1 + πΆ2 . 0 πΆ1 = 0 syarat batas π(π) = 0 β π(π₯) = πΆ1 + πΆ2 π₯
36
π(π) = 0 + πΆ2 . π πΆ2 = 0 karena πΆ1 = πΆ2 = 0, sehingga untuk nilai π = 0 diperoleh solusi trivial. Kemungkinan 3: untuk nilai π = π 2 > 0, sehingga Persamaan (2.30) menjadi π"(π₯) + π 2 π(π₯) = 0.
(2.34)
Solusi umum Persamaan (2.34) adalah π(π₯) = π1 πππ (ππ₯) + π2 π ππ(ππ₯) syarat batas π(0) = 0 β π(π₯) = πΆ1 πππ (ππ₯) + πΆ2 π ππ(ππ₯) π(0) = πΆ1 πππ (π. 0) + πΆ2 π ππ(π. 0) 0 = πΆ1 . 1 + πΆ2 . 0 πΆ1 = 0 syarat batas π(π) = 0 β π(π₯) = πΆ1 πππ (ππ₯) + πΆ2 π ππ(ππ₯) π(π) = 0. πππ (ππ) + πΆ2 π ππ(ππ) 0 = πΆ2 π ππ(ππ). Agar diperoleh solusi nontrivial, maka nilai πΆ2 β 0. Tetapi nilai dari π ππ(ππ) = 0 ππ = ππ, π = 1,2,3 β¦.
37
(2.35)
5. Berdasarkan langkah 4, tentukan nilai eigen dan fungsi eigen. Nilai dari π pada Persamaan (2.35) bergantung dengan π, sehingga π = ππ . Oleh karena itu Persamaan (2.35) dapat dituliskan ππ π = ππ, π = 1,2,3 β¦. ππ =
Karena
nilai
ππ , π = 1,2,3 β¦. π π(π₯) = πΆ1 πππ (ππ₯) + πΆ2 π ππ(ππ₯),
dari
dengan
πΆ1 = 0, sehingga π(π₯) = πΆ2 π ππ(ππ₯). Nilai dari π bergantung pada π, hal tersebut berakibat nilai dari π(π₯) juga bergantung pada π. Jadi, fungsi eigen dari Persamaan (2.34) adalah ππ
ππ (π₯) = πΆ2 π ππ (
π
π₯) dengan π = 1,2,3,4 β¦.
(2.36)
6. Selesaikan masalah persamaan diferensial biasa untuk variabel yang lain dengan menggunakan nilai eigen yang diperoleh pada langkah 5. Selanjutnya akan ditentukan solusi dari Persamaan π"(π‘) = βπ. π 2 π(π‘)
(2.37)
Mengingat nilai π yang memenuhi adalah π = π 2 > 0 dan nilai π bergantung pada π. Hal itu berakibat nilai dari π(π‘) juga bergantung pada π, sehingga
ππ 2
ππ = ππ2 = ( ) , π = 1,2,3 β¦. Persamaan (2.37) dapat π
dituliskan menjadi π"(π‘) + π 2 π 2 π(π‘) = 0
38
dan diperoleh solusi dari Persamaan (2.37) adalah π(π‘) = πΆ3 πππ (πππ‘) + πΆ4 π ππ(πππ‘) ππ (π‘) = (πΆ3 )π πππ (
ππππ‘ ππππ‘ ) + (πΆ4 )π π ππ ( ) π π
(2.38)
7. Gunakan prinsip superposisi untuk memperoleh solusi umum persamaan diferensial linear homogen orde 2. Berdasarkan Persamaan (2.36) dan Persamaan (2.38) nilai dari π(π₯), π(π‘) bergantung pada π, sehingga nilai dari π’(π₯, π‘) juga bergantung pada π. Oleh karena itu, π’(π₯, π‘) = π(π₯). π(π‘) dapat dituliskan menjadi
π’π (π₯, π‘) = ((πΆ3 )π πππ (
ππππ‘ ππππ‘ ππ ) + (πΆ4 )π π ππ ( )) (πΆ2 π ππ ( π₯)) π π π
(2.39)
dengan π = 1,2,3 β¦ Apabila Persamaan (2.39) diubah dengan menggunakan prinsip superposisi, maka didapatkan β
π’(π₯, π‘) = β ((πΆ3 )π πππ ( π=1
ππππ‘ ππππ‘ ππ ) + (πΆ4 )π π ππ ( )) (πΆ2 π ππ ( π₯)) π π π
(Walter A. Strauss, 1992 : 83). 5. Deret Fourier
Definisi 2.12 Deret Fourier ( Dennis G Zill & Warren Wright 2013: 427): Deret fourier pada fungsi π yang terdefinisi pada interval (βπ, π)adalah β
π0 πππ₯ πππ₯ π(π₯) = + β (ππ πππ ( ) + ππ π ππ ( )) 2 π π π=1
dengan
39
π
1 π0 = β« π(π₯)ππ₯ π βπ
π
1 πππ₯ ππ = β« π(π₯)πππ ( ) ππ₯ π π βπ
π
1 πππ₯ ππ = β« π(π₯)π ππ ( ) ππ₯ π π βπ
Contoh 2.13: βπ₯, jika β 1 < π₯ < 0 Akan ditentukan deret Fourier dari π(π₯) = { π₯, jika 0 < π₯ < 1. Berdasarkan Definisi (2.12) tentang deret Fourier, sehingga diperoleh nilai dari 0
1
1 1 2 0 1 2 1 π0 = ( β« βπ₯ππ₯ + β« π₯ππ₯ ) = β π₯ ] + π₯ ] = 1 1 2 2 β1 0 β1
0
0
1
1 ππ = ( β« βπ₯πππ (πππ₯)ππ₯ + β« π₯πππ (πππ₯)ππ₯) 1 β1
0
ππ =
0 1 βπ₯ 1 π₯ 1 π ππ(πππ₯) β 2 πππ (πππ₯)] + π ππ(πππ₯) + 2 πππ (πππ₯)] π π π π β1 0
ππ =
2 ((β1)π β 1) (ππ)2 0
1
1 ππ = ( β« βπ₯π ππ(πππ₯)ππ₯ + β« π₯π ππ(πππ₯)ππ₯) = 0 1 β1
0
40
ππ =
0 1 π₯ 1 βπ₯ 1 πππ (πππ₯) β 2 π ππ(πππ₯)] + π ππ(πππ₯) + 2 πππ (πππ₯)] = 0 π π π π β1 0
Jadi, deret Fourier dari π(π₯) adalah β
π0 πππ₯ πππ₯ π(π₯) = + β (ππ πππ ( ) + ππ π ππ ( )) 2 π π π=1
β
1 2 ((β1)π β 1)πππ (πππ₯)) π(π₯) = + β ( (ππ)2 2 π=1
1 4 π(π₯) = β 2 2 π
β
β
(
π=1,3,5β¦
πππ (πππ₯) ) π2
(Mayer Humi & William B. Miller, 1992:80). J. Sifat-Sifat Perambatan Panas Menurut Holman(2010:6), dalam proses perambatan panas terdapat beberapa sifat yang perlu diperhatikan, diantaranya. 1. Panas hanya mengalir dari suhu yang tinggi menuju suhu yang rendah. 2. Kecepatan
perambatan
panas
dipengaruhi
oleh
konduksi
bahan
penyusunnya. 3. Ketebalan batang logam, panjang batang logam, luas penampang, dan volume penampang.
41