BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan dengan literary teks, karena teks sastra yang bagaimana pun memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan ragam bacaan lainnya. Biasanya rumusan tentang keidentikan ini diperoleh dari penelusuran tentang bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam drama terdapat pula unsur-unsur yang biasa dikenal dengan istilah fiksionalitas. Walaupun demikian terdapat pula perbedaan antara drama dengan karya fiksi lainnya seperti novel atau cerpen, terutama dari unsur pemaparannya. Pada drama dialog merupakan sarana primer di dalam karya fiksionalitas drama, permasalahan di dalam drama lebih terbatas pada latar tertentu, seperti waktu, tempat, dan suasana. Salah satu bentuk karya sastra fiksi adalah drama. Drama mengambil bentuk pada manusia (tokoh) yang diberikan segi-segi dan perannya. Dengan kata lain, manusia di dalam karya sastra seperti drama adalah subjek yang kehadirannya di dalam teks tidak sekedar ada atau sebagai lembaran belaka, tetapi sangat berperan sebagai penentu dan pembawa makna.
Unsur-unsur intrinsik karya sastra adalah unsur-unsur pembangun struktur karya sastra yang ada di dalam drama itu sendiri, yakni : (1) tema, (2) tokoh, (3) alur, (4) latar, (5) teknik penceritaan, dan (6) diksi. Dari enam unsur instrinsik karya sastra, pembahasan skripsi ini hanya dibatasi perihal penokohan yang ada di dalam karya fiksi drama Pagi Bening. Penokohan dan alur merupakan salah satu cara yang digunakan pengarang untuk memberi kesan menarik pada karyanya. Sehubungan dengan itu maka teori sastra yang dikutip pada bagian ini hanya teori tentang tokoh dan penokohan saja. 2.2 Pengertian Karakter, Dialog dan Tokoh Menganalis karakter adalah membaca dan mempelajari seluruh naskah. Hal ini berarti membaca dari halaman pertama sampai terakhir walaupun kelihatannya mudah tetapi banyak pemeran yang tidak mempelajari kata perkata, adegan peradegan dari keseluruhan naskah. Usaha dari pemeran adalah menganalisis seluruh naskah untuk menemukan karakter-karakter yang dibuat oleh penulis lakon. Dialog merupakan salah satu daya tarik dalam membina konflik-konflik dramatik menjadi sifat teater yang khas. Suara adalah lambing komunikasi yang dijadikan media untuk mengungkapkan rasa dan buah pikiran. Unsur dasar bahasa adalah suara. Pemilihan kata-kata memiliki peranan dalam aturan yang dikenal dengan istilah diksi. Selanjutnya, suara tidak hanya dilontarkan begitu saja tetapi dilihat dari keras lambatnya, tinggi rendahnya, dan cepat intonasi. Suara merupakan unsur yang harus diperhatikan oleh seseorang yan akan mempelajari teater.
Tokoh menunjuk pada orang atau pelaku yang terdapat dalam suatu cerita. Sedangkan karakter atau character dapat diartikan “perwatakan”. Menurut Stanton (melalui Nurgiantoro, 2000 : 165) karakter dapat diartikan ke dalam dua makna yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keiginan, emosi dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut. Dalam karya drama bentuk manusia (tokoh) diberikan perannya masing-masing. Dengan kata lain manusia di dalam karya sastra lainnya seperti puisi, prosa, merupakan subjek yang dinamis yang dihadirkan oleh pengarang, dan kehadiran manusia di dalam teks tidak sekedar ada atau sebagai lembaran belaka, tetapi sangat berperan sebagai penentu dan pembawa makna. Di dalam sastra drama terdapat tokoh yang menghidupkannya. Setiap cerita mempunyai tokoh di mana tokoh ini dianggap sebagai pembentuk peristiwa alur dalam alur cerita. Drama merupakan karya sastra yang harus mempunyai unsur intrinsik yang disebut tokoh dan penokohan, karena peristiwa demi peristiwa yang diceritakan di dalam sebuah drama, tanpa kecuali sudah pasti adalah peristiwa yang diandaikan sebagai peristiwa yang dialami oleh para tokoh ceritanya. Penokohan, gerak, dan cakapan adalah tiga komponen utama yang menjadi dasar terjadinya konflik (tikaian) dalam drama. Tokoh merupakan unsur yang penting dalam sebuah drama, yang dalam sebuah kisah memegang peranan penting, dikarenakan tokoh-tokoh tersebut mempunyai watak dan sifat tersendiri dalam melakoni atau cerita tertentu. Tokoh dalam drama disebut tokoh rekaan yang
berfungsi sebagai pemegang peran watak tokoh itulah sebabnya istilah tokoh juga disebut karakter atau watak. Istilah penokohan juga sering disamakan dengan istilah perwatakan atau karakterisasi (tidak sama dengan karakteristik) (Saliman : 1996 : 32). Tokoh-tokoh dalam drama dapat diklasifikasikan seperti berikut ini. 1.2.1
Berdasarkan Sifatnya, Tokoh Diklasifikasikan Sebagai Berikut.
1) Tokoh protagonis yaitu tokoh utama yang mendukung cerita. Biasanya ada satu atau dua tokoh protagonis. 2) Tokoh antagonis yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita. 3) Tokoh tritagonis yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis. Para tokoh dimaksud lebih-lebih tokoh protagonis dan tokoh antagonisnya harus digambarkan sebagai tokoh dengan profil yang utuh. Tokoh cerita harus digambarkan sebagai tokoh yang memiliki kepribadian, berwatak dan memiliki sifatsifat tertentu. Masih berkaitan dengan tokoh ini, ada istilah yang lajim digunakan yakni penokohan dan teknik penokohan. Penokohan merujuk kepada proses penampilan tokoh yang berfungsi sebagai pembawa peran watak tokoh cerita dalam drama, sedangkan teknik penokohan adalah teknik yang digunakan penulis naskah lakon, sutradara, atau pemain dalam penampilan atau penempatan tokoh-tokoh wataknya dalam drama. Perwatakan adalah karakter dari tokoh, dalam pengertian sifat atau ciri khas yang terdapat pada diri
tokoh yang dapat membedakan antara satu tokoh dengan tokoh yang lainnya. Unsur perwatakan dalam sebuah karya sastra lebih diutamakan dalam meninjau perkembangan jiwa tokoh itu sendiri. Gambaran watak seseorang tokoh dapat diketahui melalui apa yang diperankan dalam cerita tersebut kemudian jalan pikirannya serta bagaimana penggambaran pisik tokoh. Tokoh watak atau karakter dalam drama adalah bahan baku yang paling aktif dan dinamis sebagai penggerak alur cerita. Para tokoh dalam drama tidak hanya berfungsi sebagai penjamin bergeraknya semua peristiwa cerita, tetapi juga berfungsi sebagai pembentuk, dan pencipta alur cerita.
Aspek perwatakan (karakter) merupakan imajinasi pengarang dalam
membentuk suatu personalisis tertentu dalam sebuah karya sastra. Pengarang sebuah karya sastra harus mampu menggambarkan diri seorang tokoh yang ada dalam karyanya. Watak para tokoh digambarkan dalam tiga dimensi (watak dimensional). Penggambaran itu berdasarkan keadaan fisik, psikis, dan sosial (fisiologis, psikologis, dan sosiologis). Keadaan fisik biasanya dilukiskan paling awal, baru kemudian sosialnya. Pelukisan watak tokoh dapat langsung pada dialog yang mewujudkan watak dan perkembangan lakon, tetapi dapat juga dijumpai dalam catatan samping (side dialog). Gambaran lengkap profil tokoh utama yang utuh dimaksud meliputi 3 dimensi, yakni: fisiologis, psikologis, dan sosiologis.
1.
Dimensi fisiologis, meliputi penggambaran ciri-ciri fisik tokoh cerita, seperti:
jenis kelamin, bentuk tubuh, usia, ciri-ciri tubuh, keadaan tubuh, dan raut wajah, pakaian dan perhiasan. 2.
Dimensi sosiologis meliputi penggambaran ciri-ciri sosial tokoh cerita,
seperti: status sosial, jabatan, pekerjaan, peranan sosial, pendidikan, kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, pandangan hidup, ideologi, agama, aktifitas sosial, orpol/ormas yang dimasuki, kegemaran, keturunan dan suku bangsa. 3.
Dimensi psikologis meliputi penggambaran ciri-ciri psikologis tokoh cerita,
seperti: mentalitas, norma-norma moral, temperamen, perasaan, keinginan, sikap, watak/karakter, kecerdasan (IQ), keahlian dan kecakapan khusus.