BAB II KAJIAN TEORI 2.1.1 Pengertian Buku Cerita Bergambar (Drs, Tri Rama K).Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia .Kata cerita adalah tuturan yang membentangkan terjadinya suatu hal, karangan yang menyatakan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang. Sedangkan gambar artinya adalah dihiasi dengan gambar. Buku cerita bergambar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah Buku yang mempunyai gambar kartun yang
berisikan kisah atau cerita yang berkisahkan kisah atau cerita dimuat secara bersambung. Sedangkan menurut (Murti Bunata,2010) buku cerita bergambar
atau
cergam dapat menjadi suatu media dalam menyampaikan pesan melalui cerita dengan disertai ilustrasi gambar. Buku itu sendiri merupakan suatu media dalam menyampaikan informasi dan pesan. Menurut (Sri Kartini,2009) Buku cerita bergambar
mempunyai
ciri-ciri
sebagai berikut: 1. Bersifaat rekaan atau fiksi yang artinya salah satu cerita itu bersifat tidak nyata atau karangan. 2. Bersifat Naratif artinya suatu karangan itu menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. 3. Mempunyai tema, alur seting, penokohan. 4. Bersifat fantasi atau khayalan. Dengan macam-macam buku cerita bergambar sebagai berikut: a. Legenda yaitu cerita asal usul suatu tempat atau daerah. b. Fabel atau cerita yang diperankan oleh binatang,tentang binatang. c. Mite yaitu cerita tentang tentang dewa – dewi.
6
legenda namun lebih menceritakan
7
d. Sage adalah cerita lama yang banyak menceritakan kejadian mistik. Uraian diatas dapat dikaji bahwa buku cerita bergambar dapat dijadikan seperti sumber belajar bagi siswa dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran namun cerita buku bergambar dapat diamplikasikan dan dimanfaatkan untuk keperluan belajar bagi peserta didik. Dapat diambil kesimpulan bahwa buku cerita bergambar adalah Gambar kartun yang berkisahkan kisah atau cerita dimuat secara bersambung yang dapat menjadi sumber penyampaian informasi atau pesan dengan ciri-ciri tertentu dapat di golongkan menjadi beberapa jenis,sehingga buku cerita bergambar sangat cocok diamplikasikan untuk media belajar membaca bagi peserta didik. Teknik yang dapat digunakan dalam asesmen pembelajaran untuk mengukur kemampuan membaca siswa dengan menggunakan teknik tes dan non tes, antara lain: 1.
Non Tes Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif
dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes (Endang Poerwanti, 2008), yaitu: 1. Observasi Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar siswa, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen. 2. Wawancara Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian siswa.
8
3. Task Analysis (Analisis Tugas) Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan. 4. Komposisi dan Presentasi Siswa menulis dan menyajikan karyanya. 5. Proyek Individu dan Kelompok Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk individu maupun kelompok Ketercapaian tujuan pembelajaran akan diketahui melalui teknik atau cara pengukuran yang sistematis melalui tes, observasi, skala sikap. Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dinamakan dengan instrumen. Instrumen sendiri terdiri atas instrumen butir-butir soal apabila cara pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes, dan apabila pengukuran dilakukan dengan cara mengamati atau mengobservasi dapat menggunakan instrumen lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan teknik skala sikap dapat menggunakan instrumen butir-butir pernyataan. Instrumen sebagai alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki siswa haruslah valid, maksudnya adalah instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya skor siswa yang diperoleh dari skor tes, menyimak, diskusi,kerja lapangan dan presentasi. Tabel 2.1 Instrumen Penilaian Proses Membaca Intonasi No
Lafal
Kenyaringan
Nama Siswa 1 2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
9
Kriteria: 1.
= Kurang
2.
= Cukup
3. = Baik 4. =Baik Sekali Keterangan = Jumlah perolehan sekor X 100 = 12
x100
12
Jumlah Sekor Maksimal = 100 Keteranggan No 1.
Aspek Penilaian Intonasi
Rentan Sekor 4
a. Baik sekali Nada kalimat jelas b. Baik
3
Tinggi rendahnya nada kalimat jelas c. Cukup
2
Nada kalimat kurang jelas d. Kurang
Tinggi rendahnya nada kalimat kurang jelas
1
10
2
Lafal a. Baik sekali Bunyi bahasa lebih jelas b. Baik
4
Bunyi bahasa terlihat dengan jelas c. Cukup
3
Bunyi bahasa terlihat kurang jelas d. Kurang
2
Bunyi bahasa tidak jelas 1
3
Kenyaringan a. Baik sekali
Mempergunaan penekanan kata lebih jelas
4
b. Baik
Mempergunakan penekanan kata elas c. Cukup
3
Mempergunakan penekanan kata kurang jelas d. Kurang
Mempergunakan kata tidak jelas
2
1
11
2.1.2 Manfaat Buku Cerita Bergambar Guru di sekolah dasar mempunyai tugas yang kompleks. Tugas tersebut antara lain
adalah memahami dengan baik materi yang akan diajarkan,
memahami dan memanfaatkan dengan baik cara peserta didik belajar,memahami cara mengajarkan Bahasa Indonesia yang efektif,merupakan cara memanfatkan alat bantu belajar yang diperlukan,menerapkan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa dan mampu menentukan sistim pembelajaran yang baik. (Dwi Hastuti,2010) Kenalkan anak-anak dengan buku cerita.dengan buku cerita tresebut ternyata memiliki potensi yang besar untuk menumbuhkan minat baca pada anak.Menumbuhkan sikap gemar membaca anak tidak hanya menjadi tanggng jawab sekolah.Membangkitkan kegemaran akan membaca untuk usia adik-adik sangatlah penting. Dengan membaca maka anak-ank dapat melihat dunia dan dapat memperluas pengetahuan. Berdasarkan dengan buku cerita bergambar berbagai sumber pembelajaran Bahasa Indonesia ada banyak manfaat yang akan siswa dapatkan: a. Sebagai penghibur atau pelipur lara. b. Sebagai penambah wawasan. c. Menambah Kecerdasan. d. Sebagai bahan ajar untuk membaca. e. Membuat anak menjadi kreatif menerka isi cerita. Cerita bagi anak sangat mempengaruhi pola pikir
dan kecerdasan
anak,untuk menyimak dan merekam isi dan tujuan isi cerita Sri Kartini 2009). Berdasarkan uraian diatas dapat dikaji bahwa buku cerita bergambar memiliki banyak manfaat untuk siswa misalnya sebagai penambah wawasan menambah kecerdasan, sebagai bahan ajar yang tepat untuk membaca.
12
Guru perlu memahami dengan baik cara peserta didik belajar,memahami cara mengajarkan Bahasa Indonesia yang efektif, menerapkan cara memanfaatkan alat bantu belajar yang diperlukan.Pemanfaatan buku cerita bergambar sangat tepat untuk meningkatkan ketrampilan membaca pada siswa. 2.1.3.Penggunaan Buku Cerita Bergambar Trimo (2006) Buku cerita bergambar di perpustakaan sekolah dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran yang menarik bagi siswa. Adapun langkah-langkah penggunaan buku cerita bergambar diperpustakaan sekolah sebagai sumber pembelajaran sebagai berikut: a. Membuat tugas yang relevan sesuai dengan materi yang akan diajarkan. b. Menyiapkan ruangan Perpustatakaan. c. Memastikan bahwa diperpustakaan ada buku cerita bergambar. d. Menjelaskan materi yang akan diajarkan . e. Menjelaskan langkah- langkah dalam mengerjakan tugas di perpustakaan. f. Membuat kelompok belajar. g. Memberi pengarahan tentang tata cara mencari buku cerita bergambar di perpustakaan. h. Menyuruh siswa membaca buku bergambar yang dipilihnya. i.
Memberi evaluasi.
Langkah – Langkah penggunaan buku cerita bergambar menurut Sri Kartini 2009: a. Memastikan ada buku cerita bergambar di perpustakaan. b. Menyiapkan materi bahan ajar. c. Diskusi dalam kelompok belajar 3-4 orang. d. Kelompok memajangkan hasil diskusi. e. Praktik membacakan membacakan buku cerita bergambar yang dipilihnya f. Memberi evaluasi.
13
Langkah
–
langkah
pengunaan
buku
cerita
bergambar
menurut
Lindo,Maysake,2008: a. Menyiapkan ruang perpustakaan. b. Menyampaikan tata cara di ruang perpustakaan. c. Membacakan materi yang akan diajarkan. d. Membuat kelompok belajar. e. Memilih buku cerita bergambar yang akan dibaca. f. Evaluasi. Kelebihan menggunakan buku cerita bergambar menurut Sudjana,2007:68 a. Peran pokok dari buku cerita bergambar dalam introksional adalah kemampuanya dalam menciptakan minat peserta didik. b. Membimbing minat membaca yang menarik pada perserta didik. c. Melalui bimbingan guru buku cerita bergambar dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menambah minat baca. d. Buku cerita bergamabar menambah persaudaraan kata-kata pembacanya. e. Mempermudah anak didik menangkap hal-hal atau rumusan yang abstrak. f. Dapat mengembangkan minat baca anak. Kelemahan
menggunakan
buku
cerita
bergambar
menurut
Sudjana,2007:68 : a.
Guru harus menggunakan motivasi potensional dari buku cerita bergambar apabila minat baca telah dibangkitkan dan buku cerita bergambar harus dilengkapi.
b.
Kemudahan orang membaca buku cerita bergambar.
c.
Banyak aksi- aksi yanb menonjolkan kekerasan atau tingkah laku yang kurang baik.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikaji bahwa penggunaan buku cerita bergambar sangat beragam,misalnya penggunaan buku cerita bergambar sebagai penghantar tidur,sebagai bahan untuk belajar membaca, menggunakan buku cerita bergambar untuk pembelajaran bahasa bagi anak- anak maupun orang dewasa,dan
14
pengunaan buku cerita bergambar di perpustakaan pembelanjaran
yang
menarik
sekolah sebagai sumber
dengan langkah langkah pembelajaran yang
sesuai.sebagian guru dapat memanfaatkan buku cerita bergambar sebagai sumber belajar yang menarik agar dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa. Dapat diambil kesimpulan bahwa banyak cara untuk mengunakn buku cerita bergambar sesuai kebutuhan,namun bagi seorang guru yang terpenting dari uraian diatas adalah pemanfaatan buku cerita bergambar diperpustakaan sekolah bagi sumber pembelajaran yang menarik untuk pembelajaran siswa dengan langkah – lanmgkah sebagai berikut: a. Membuat tugas yang relevan sesuai dengan materi yang akan diajarkan. b. Menyiapkan ruangan Perpustatakaan. c. Memastikan bahwa diperpustakaan ada buku cerita bergambar. d. Menjelaskan materi yang akan diajarkan . e. Menjelaskan langkah- langkah dalam mengerjakan tugas di perpustakaan. f. Membuat kelompok belajar. g. Memberi pengarahan tentang tata cara mencari buku cerita bergambar di perpustakaan. h. Menyuruh siswa membaca buku bergambar yang dipilihnya. i.
Memberi evaluasi.
2.1.4. Pengertian Kemampuan Membaca Farida Rahim (Burns dkk, 1996) mengartikan Kemampuan
membaca
merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Namun anaknak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus menerus, dan anak anak yang melihat tingginya nilai (value) membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar di bandingkan dengan anak anak yang tidak menemukan keuntuntungan dari kegiatan membaca.
15
(Liando, Maysake, 2008 Penggunaan Buku Cerita Bergambar dalam pembelajaran membaca permulaan merupakan salah satu alternatif untuk pemecahan masalah pembelajaran membaca di Sekolah Dasar. Masalah yang berhubungan dengan pengaruh struktur kalimat terhadap proses membaca ada dalam bidang yang sangat khusus, yakni keterbacaan (Harjasujana dan Damaianti (2003:4). Berbicara tentang keterbacaan, setiap penyusun wacana atau buku bacaan, baik fiksi maupun nonfiksi, harus mendasarkan diri pada orientasi teoretis, yakni masalah struktur kalimat dan kosakata. Seperti dikemukakan oleh Sakri (1993:135), keterbacaan (readability) bergantung pada kosakata dan bangun kalimat yang dipilih oleh pengarang untuk tulisannya. Tulisan yang banyak mengandung kata yang tidak umum lebih sulit dipahami daripada yang menggunakan kosakata sehari-hari. Tentang hal ini telah dijelaskan pada penjelasan tentang kosakata baca. Demikian pula, bangun kalimat yang panjang dan kompleks akan menyulitkan pembaca yang tingkat perkembangan usianya berbeda. Kemampuan berbahasa ada emapt yaitu
kemampuan menyimak,
berbicara, membaca dan menulis. Kemampuan membaca dapat dilihat sebagai suatu proses dan sebagai hasil.untuk memperoleh pemahaman bacaan seorang pembaca memerlukan pengetahuan baik kebiasaan maupun non kebiasaan.Sebab pembaca harus mengenal konsep,dan kosa kata,serta latar yang tepat dari bacaan. Proses pemahaman bottom up dilakukan dengan memahami kata, fasa, kalimat, paragraf, dan wacana. Proses pemahaman bottom down dilakukan pemahaman wawancara secara utuh yang bersifat prediktif kemudiaan ditelaah makna paragraf, kalimat, fras, dan kata.Sementara proses pemahaman interaktif merupakan campuran dari proses tersebut. Bum (dalam Haryadi dan Zamzami,1996). Guru perlu memahami dengan baik materi yang akan diajarkan,memahami dan menggunakan dengan baik cara peserta didik belajar,memahami cara mengajarkan Bahasa Indonesia yang efektif,menerapkan cara menggunakan alat
16
bantu belajar yang diperlukan.menggunakan buku cerita bergambar sangat tepat untuk meningkatkan ketrampilan membaca. Dari uraian diatas dapat dikaji bahwa kemampuan membaca adalah berupa keterampilan penyediaan kembali dan penafsiran sandi.kegiatan dimulai dari pengenalan huruf,kata,ungkapan,frasa,kalimat,dan wacana serta menghubungkan dengan bunyi dan maknanya.maka kemampuan membaca sangatlah penting untuk menunjukkan keberhasilan belajar pada peserta didik. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca adalah ketrampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang lambang grafis dan perubahanya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman membaca secara diam-diam atau keras-keras. 2.1.5. Tahap Kemampuan Membaca Pada era globalisasi seperti sekarang ini telah terjadi kemajuan yang sangat pesat pada bidang teknologi dan informasi,Kemajuan ini menuntut dukungan budaya baca tulis yaitu :Perwujudan perilaku, yang mencakup kemampuan, kebiasaan ,kegemaraan, dan kebutuhan baca tulis. Namun hingga saat ini budaya baca tulis belum sepenuhnya berkembang dimasyarakat Indonesia itu karena Bangsa Indonesia akan berhasil dalam pembangunan dimassa depan.pengembangan budaya baca tulis mutlak diperlukan. Pendidikan di Sekolah Dasar,Bertujuan memberi bekal kemampuan dasar „‟baca tulis”, Pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai tingkat perkembanganya.Rofi‟uddin,A (2001). Dikaitkan
dengan
teori
combas
(Dalam
Rofi‟udin,A,2001)yang
mengatakan,memilah kemampuan membaca menjadi 3 tahap yaitu tahap persiapan,tahap perkembangan dan tahap transisi.
17
a. Dalam tahap persiapan ,anak mulai menyadari tentang fungsi barang cetak,konsep tentang cara kerja barang cetak,konsep tentang huruf. b. Dalam tahap perkembangan,anak mulai memahami pola bahasa yang terdapat dalam brang cetak.Anak mulai belajar memasangkan suatu kata dengan yang lain. c. Dan dalam tahap transisi,anak mulai mengubah kebiasan membaca yang bersuara menjadi membaca dalam hati.Anak dapat melakukan kegiatan membaca dalam hati. Tale dan Sulaby (Rofi‟udin,A 2001)) mengambarkan potret atau sosok anak kecil sebagai pelajar keberwacaanan dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Anak sudah mulai belajar membaca dan menulis sejak dini. 2. Anak kecil mempelajari fungsi keberwacaaan melalui observasi dan peran serta dalam kehidupan nyata yang menggunakan membaca dan menulis. 3. Kemampuan membaca dan menulis anak berkembang bersamaan dan berhubungan melalui pengalamanya dalam membaca dan menulis. 4. Anak belajar melalui perlibatan aktif dan materi,materi wacana dengan membangun pengertian mereka tentang membaca dan menulis. Berdasarkan uraian diatas dapat dikaji bahwa kemampuan membaca mempunyai tahpan –tahapan tertentu sesuai usia perkembangan anak.Anak mulai belajar membaca sejak usia dini, mereka belajar melalui observasi berkembang bersamaan melalui pengalaman belajar formal sejak kelas 1 SD.Maka dari itu sekolah dasar memiliki peran penting dalam menunjang kemampuan membaca oleh anak.
18
Dapat disimpulkan bahwa pemberian bekal kemampuan membaca sangatlah penting bagi anak-anak.Pengembangan kemampuan membaca dapat dilaksanakan mulai pemanfaatan sastra anak-anak sebagai sumber pembelajaran membaca dan menulis. 2.1.6 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Banyak factor yang mempengaruhi kemampuan membaca. Umumnya, kemampuan membaca yang dimaksud ditujukan oleh pemahaman seseorang pada bacaan yang dibacanya dan tingkat kecepatan yang dimiliki.( Lamb dan Arnold) Factor-faktor itu antara lain : a) Faktor Fisiologis Faktor fisiologis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar
membaca. Beberapa ahli
mengemukakan bahwa keterbatasan neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka. Guru hendaknya cepat menemukan tanda – tanda yang disebutkan di atas. Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Analisis bunyi, misalnya mungkin sukar bagi anak yang mempunyai masalah pada alat bicara dan alat pendengaran. Guru harus waspada terhadap beberapa kebiasaan anak, seperti anak sering menggosok – gosok matanya, dan mengerjap – ngerjapkan matanya ketika membaca. Jika menemukan siswa seperti di atas, guru harus menyarankan kepada orang tuanya untuk membawa si anak ke dokter spesialis mata. Dengan kata lain, guru harus sensitif terhadap gangguan yang dialami oleh seorang anak. Makin cepat guru mengetahuinya, makin cepat pula masalaha anak dapat diselesaikan. Sebaiknya, anak – anak diperiksa matanya terlebih dahulu sebelum ia mulai membaca permulaan. Walaupun tidak mempunyai gangguan pada alat penglihatannya, beberapa anak mengalami kesukaran belajar membaca. Hal itu dapat terjadi karena belum
19
berkembangnya kemampuan mereka dalam membedakan simbol – simbol cetakan, seperti huruf – huruf, angka – angka, dan kata – kata misalnya anak belum bisa membedakan b, p, dan d. Perbedaan pendengaran (auditory discrimination) adalah kemampuan mendengarkan kemiripan dan perbedaan bunyi bahasa sebagai faktor penting dalam menentukan kesiapan membaca anak. b) Faktor Intelektual Istilah inteligensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponsnya secara tepat. Terkait dengan penjelasan Heinz di atas, Wechster mengemukakan bahwa intelegensi ialah kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan. Penelitian Ehansky dan Muehl dan Forrell yang dikutip oleh Harris dan Sipay menunjukkan bahwa secara umum ada hubungan posirif (tetapi rendah) antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata – rata peningkatan remedial membaca. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rubin bahwa banyak hasil penelitian memperlihatkan tidak semua siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi eenjadi pembaca yang baik. c . Faktor Lingkungan Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan baca siswa. Faktor lingkungan itu mencakup (1) latar belakang dan pengalaman siswa dirumah, dan (2) sosial ekonomi keluarga siswa. Latar belakang dan pengalaman anak di rumah, Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak. Kondisi di rumah memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga menghalangi anak belajar membaca. Anak yang tinggal di dalam rumah tangga yang harmonis, rumah yang penuh dengan cinta kasih, yang orang tuanya memahami anak – anaknya, dan mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi, tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca.
20
Rubin (1993) mengemukakan bahwa orang tua yang hangat, demokratis, bisa mengarahkan anak–anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka menantang anak untuk berfikir, dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orang tua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik untuk belajar di sekolah. Di samping itu, komposisi orang dewasa dalam lingkungan rumah juga berpengaruh pada kemampuan membaca anak. Anak yang dibesarkan oleh kedua orang tuanya , orang tua tunggal, seorang pembantu rumah tangga, atau orang tua angkat akan memengaruhi sikap dan tingkah laku anak. Anak yang dibesarkan oleh ibu saja berbeda dengan anak yang dibesarkan oleh seorang ayah saja. Kematian salah seorang anggota keluarga umumnya akan menyababkan tekanan pada anak–anak. Perceraian juga merupakan pengalaman yang traumatis bagi anak–anak. Guru hendaknya memahami tentang lingkungan keluarga anak dan peka pada perubahan yang tiba –tiba terjadi pada anak. Rumah juga berpengaruh pada sikap anak terhadap buku dan membaca. Orang tua yang gemar membaca, memiliki koleksi buku, menghargai membaca, dan senang membacakan cerita kepada anak – anak mereka umumnya menghasilkan anak yang senang membaca. Orang tua yang mempunyai minat yang besar terhadap kegiatan sekolah di mana anak – anak mereka belajar, dapat memacu sikap positif anak terhadap belajar, khususnya belajar membaca. Kualitas dan luasnya pengalaman anak di rumah juga penting bagi kemajuan belajar membaca. Membaca seharusnya merupakan suatu kegiatan yang bermakna. Pengalaman masa lalu anak – anak memungkinkan anak – anak untuk lebih memahami apa yang mereka baca. d.
Faktor sosial ekonomi
Ada kecenderungan orang tua kelas menengah ke atas merasa bahwa anak – anak mereka siap lebih awal dalam membaca permulaan. Namun, usaha orang tua hendaknya tidak berhenti hanya sampai pada membaca permulaan saja. Orang tua harus melanjutkan kagiatan membaca anak secara terus – menerus. Anak lebih membutuhkan perhatian daripada uang. Oleh sebab itu orang tua hendaknya menghabiskan waktu mereka untuk berbicara dengan anak mereka agar anak
21
menyenangi membaca dan berbagi buku cerita dan pengaaman membaca dengan anak – anak. Sebaliknya, anak – anak yang berasal dari keluarga kelas rendah yang berusaha mengejar kegiatan – kegiatan tersebut akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk menjadi pembaca yang baik. Faktor sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan faktor yang membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa status sosioekonomi siswa mempengaruhi kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status sosioekonomi siswa semakin tinggi kemampuan verbal siswa. Anak – anak yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak – anak mereka berbicara akan mendukung perkembangan bahasa dan inteligensi anak. Begitu pula dengan kemampuan membaca anak. Anak – anak yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi. d)
Faktor Psikologis
Faktor lain yang juga memengaruhi kemajuan kemampuan membaca anak adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup (1) motivasi, (2) minat, dan (3) kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri. i.
Motivasi
Motivasi
adalah
faktor
kunci
dalam
belajar
membaca.
Eanes
mengemukakan bahwa kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Kuncinya adalah guru harus mendemonstrasikan kepada siswa praktik pengajaran yang relevan dengan minat dan pengalaman anak sehingga anak memahami belajar itu sebagai suatu kebutuhan. Crawley dan Mountain mengemukakan bahwa motivasi ialah sesuatu yang mendorong seseorang belajar atau melakukan suatu kegiatan. Motivasi belajar memengaruhi minat dan hasil belajar siswa. Suasana
belajar
yang
kondusif
dan
menyenangkan
akan
mengoptimalkan kerja otak siswa. Di samping itu, suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan akan lebih memotivasi siswa agar belajar lebih intensif.
22
Seseorang tidak berminat membaca kalau dalam keadaan tertekan. Untuk usia dini bisa diwujudkan dalam bentuk permainan, sedangkan pada siswa kelas tinggi bermain dapat dikembangkan melalui eksperimen. Misalnya, setelah membaca materi bacaan yang menjelaskan tentang petunjuk membuat pesawat terbang dari kertas, kemudian siswa mencoba memodifikasinya sehingga pesawatnya bisa terbang lebih jauh. ii.
Minat Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha – usaha seseorang
untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Seorang guru harus berusaha memotivasi siswanya. Siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap membaca, akan mempunyai minat yang tinggi pula terhadap kegiatan membaca. iii. Kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri Seorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Anak – anak yang mudah marah, menangis, dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan sesuatu, atau menarik diri, atau mendongkol akan mendapat kesulitan dalam pelajaran membaca. Sebaliknya, anak – anak yang lebih mudah mengontrol emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada
teks
yang
dibacanya.
Pemusatan
perhatian pada
bahan
bacaan
memungkinkan kemajuan kemampuan anak – anak dalam memahami bacaan akan meningkat. Percaya diri sangat dibutuhkan oleh anak – anak. Anak – anak yang kurang percaya diri di dalam kelas, tidak akan bisa mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya walaupun tugas itu sesuai dengan kemampuannya. Mereka sangat bergantung kepada orang lain sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan mandiri dan selalu meminta untuk diperhatikan guru. Berdasarkan uraian diatas dapat dikaji banyak sekali faktor faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca,misalnya motivasi dari diri sendiri,faktor dari lingkungan keluarga,kesesuaian bahan bacaan,pengetahuan tentang tata cara
23
membaca,pengetahuan
dan
pengalaman
seseorang
yang
dimiliki
sebelumnya.Namun sebagai pendidik harus dapat memilih bahan bacaan yang sesuai dengan perkembangan anak,untuk dapat digunakan sebagai sumber belajar agar dapat memotivasi anak untuk membaca,sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca anak. Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca anak sangatlah beragam ,mulai fator yang berasal dari diri sendiri ,keluarga, latar belakang sosial, budaya, ekonomi, pengetahuan tentang cara membaca. Guru hendaaknya dapat memilih bahan bacaan yang sesuai denagn usia dan menarik minat siswa untuk membaca, untuk dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran agar dapat meningkatkan kemampuan membaca. 2.1.7.Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar Pendekatan pembelajaran yang ditekankan untuk kelas 1,2 dan 3 SD adalah pendekatan tematik. Menurut Siskandar (2003) bagi guru SD kelas rendah (1,2 dan 3) yang siswanya masih berperilaku dan berpikir konkrit, pembelajaran sebaiknya dirancang secara terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran. Dengan cara ini maka pembelajaran untuk siswa kelas 1, 2 dan 3 menjadi lebih bermakana, lebih utuh dan sangat kontekstual dengan dunia anak-anak. Berdasarkan hal di atas maka akan lebih memahami tentang pembelajaran dengan pendekatan tematik perlu kiranya diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan teori mengenai pembelajaran terpadu. a. Arti pembelajaran terpadu Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemanduan itu siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakana bagi siswa. Bermakana disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsepkonsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata
24
pelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran terpadu tampak lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam belajar, sehinggga siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan. Hal ini sesuai dengan panduan KBK DEPDIKNAS (2003) yang menyatakan bahwa pengalaman belajar siswa menempati posisis penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Untuk itu guru dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan program pengalaman belajar dengan tepat. Setiap siswa memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah. Oleh sebab itu pengalaman belajar disekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan. b. Tujuan pembelajaran terpadu Pembelajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat : 1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna. 2. Mengembangkan
keterampilan
menemukan,
mengolah
dan
memanfaatkan informasi. 3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan. 4. Menumbuh kembangkan keterampilan sosial seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain. 5. Meningkatkan gairah dalam belajar 6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Kompetensi dasar merupakan standar minium yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang
25
difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk pembelajaran tematik diitujukan bagi bagi siswa kelas rendah (1, 2, dan 3) melalui tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Tematik Kelas II Semester II
Standar Kompetensi BAHASA INDONESIA 8.Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati.
Kompetensi Dasar 7.1 Membaca nyaring teks (15-20 kalimat)dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat) 7.2. Menyebutkan isi teks agak panjang (20-25 kalimat)yang dibaca dalam hati,
PKN 4.Membiasakan hidup bergotong royong
4.1 Melaksanakan pemeliharaan lingkungan alam. 4.2 Mengenal pentingnya hidup rukun,saling berbagi dan tolong menolong.
IPS
3. Memahami kedudukan dan peran angota dalam keluarga dan lingkungan tetangga.
3.2 Menceritakan pengalamanya dalam melaksanakan peran dalam angota keluarga. 3.3 Memberi contoh bentuk –bentuk kerja sama dilingkungan tetangga.
2.2 Hasil Kajian yang Relevan Penelitian dari Suparni (2008) Dalam pemanfaatan
buku cerita
bergambar terhadap kemampuan membaca kelas II di SDN Suroloyo ,yang peserta didiknya mengalami peningkatan kemampuan membaca dengan hasil ketuntasan pembelajaran mencapai 89%.
26
Penelitian dari Umi Sadah, 2010 Penggunaan buku cerita bergambar untuk meningkatkan kemampuan membaca awal anak kelompok B di TK PGRI Sladi-Kejayan oleh Umi Saadah Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dari pra tindakan kurang baik atau mencapai 47,65%, siklus I cukup baik atau mencapai 69,6%, pada siklus II menjadi sangat baik atau mencapai 85,1% dari jumlah siswa 20. Sedangkan hasil belajar siswa meningkat dari pra tindakan terdapat 25% siswa yang tuntas, siklus I terdapat 75% siswa yang tuntas belajar, dan pada siklus II menjadi 100% siswa yang tuntas belajar dari jumlah siswa 20. Penelitian dari Seva Andini Kusnawanto 2010 UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS I SD DENGAN METODE MUELLER hasil evaluasi menunjukkan ada peningkatan kemampuan membaca siswa kelas I. Hal itu dapat dilihat dari nilai yang diperoleh ketika siswa membacakan hasil kerjanya. Pencapaian ketuntasan hasil belajar kelas meningkat dari 78% pada siklus I menjadi 90% pada siklus II.
Penelitian dari
alifah 2010 Penggunaan media gambar seri untuk
meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas III SDN Palangsari II, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan.Hasil penelitian
ini
menunjukkan
bahwa:
Penerapan
pembelajaran
dengan
menggunakan media gambar seri tidak hanya dapat meningkatkan aspek kognitif saja, tetapi juga kelancaran membaca, keberanian dan semua aspek yang menyangkut perkembangan siswa dalam pembelajaran seperti kemampuan bekerja sama serta partisipasi siswa dalam pembelajaran itu, selain itu pembelajaran ini juga dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merancang serta mengelola pembelajaran secara individual, klasikal maupun berkelompok. 2) Penerapan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas III SDN Palangsari II, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan prestasi murid di setiap siklus, pada siklus I mencapai rata-rata 69,12 dan meningkat menjadi rata-rata 77,15 (100%) pada siklus II.
27
Menurut Theresia ( 2004 ) Mengatakan bahwa terdapat korelasi positif antara minat membaca di perpustakaan sekolah dengan prestasi belajar bidang studi IPS di SLTP Negeri 1 Jambu semester I tahun ajaran 2003 – 2004. Ini merupakan salah satu faktor dari adanya minat baca yang tinggi. Pada prinsipnya prestasi belajar siswa itu dipengaruhi untuk beberapa faktor, baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Maka jika di dukung dengan adanya minat membaca buku yang tinggi atau keinginan dari dalam diri siswa sendiri untuk belajar maka prestasi belajar siswa akan mudah di capai. Dari uraian di atas jelas bahwa antara minat membaca buku ada hubungan yang erat dengan prestasi belajar Didukung oleh maysake Lindo (2008),Penggunaan buku cerita bergambar (BCB) dalam pembelajaran membaca permulaan terbukti evektiv.Evektivitas tersebut terlihat pada hal berikut. Pertama,pemanfaatan BCB dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan gembira,bebas,aktiv,dan produktiv,sehingga kendala pisikologis yang sering menghambat siswa seperti rasa enggan,takut, malu dapat teratasi.Terlihat ketika siswa melaksanakan kegiatan membaca yang semula malu dan takut untuk membaca menjadi lebih bergairah.,gembira,dan semangat dalam melaksanakan kegiatan membaca.Kedua hasil membaca permulaan siswa meningkat,dari kurang mampu mengenal gambar menjadi tertarik untuk mengenalnya,dari kurang mampu membaca huruf,suku kata,kata,dan kalimat sederhana menjadi tertarik membacanya sampai bisa menguasai kalimat sederhana dengan baik.Dari kurang berminat
membaca,menjadi tertarik dan
penasaran inggin membaca dan memiliki BCB.Frekuensi baca menjadi meningkat dibnding ketika masih menggunakan buku paket,Ketiga,siswa terlatih untuk berani mengemukakan kesan pembelajaran dan berani membaca tanpa bimbingan guru. Dari uraian diatas dapat dikaji bahwa penggunaan buku cerita bergambar untuk belajar membaca terbukti efektif.Efektifitas tersebut terlihat dalam pengunaan buku cerita bergambar dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan gembira dan aktif.Buku cerita bergambar dalam pembelajaran memang layak
28
digunakan sebagai salah satu upaya seseorang guru dalam meningkatkan kemampuan membaca para siswanya dan meningkatkan kemajuan mutu pembelajaran dalam dunia pendidikan. Dapat disimpulkan buku cerita bergambar dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan gembira,bebas, aktif,dan produktif,sehingga kendala pisikologis yang szering menghambat siswa seperti rasa enggan,takut,malu dapat teratasi sehingga kemampuan membaca dapat meningkat yang berpengaaruh pada hasil ketuntasan hasil yang meningkat juga 2.3 Kerangka Berpikir Kemampuan membaca adalah berupa keterampilan penyediaan kembali dan
penafsiran
sandi.kegiatan
dimulai
dari
pengenalan
huruf,kata,ungkapan,frasa,kalimat,dan wacana serta menghubungkan dengan bunyi dan maknanya.maka kemampuan membaca sangatlah penting untuk menunjukkan keberhasilan belajar pada peserta didik.Kemampuan membaca diperoleh melalui proses pembelajaran yang menjadi tanggung jawab guru dan siswa. Pengetahuan yang diperoleh siswa dari membaca akan diterapkan dalam Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) sehingga ketika siswa di uji, siswa dapat menguasai materi dengan baik dan hasil prestasi belajar yang dicapai siswa dapat memuaskan di bandingkan dengan siswa yang minat bacanya rendah. Oleh karena itu dibutuhkan minat membaca yang kuat dari siswa agar siswa dengan sendirinya terdorong untuk membaca. Berdasarkan hasil tersebut di bawah ini bentuk kerangka pemikiran perbaikan pembelajaran untuk pemanfaatan buku bergambar
di perpustakaan
sekolah untuk meningkatkan kemampuan membaca di kelas II SD Negeri 04 Getas Temanggung.
29
Pembelajaran Tematik Kelas II Tema Peristiwa
Pembelajaran Konvensional Berpusat pada guru tanpa memberi metode ceramah
Siswa Pasif
Pembelajaran Tematik Hasil ≤ KKM Pengunaan Buku Cerita Bergambar
mempersiapkan tugas untuk siswa dengan tema peristiwa
Observasi Unjuk Kerja
menyiapkan ruang perpustakaan
Menyiapkan buku cerita bergambar di perpustakaan
perpusperpustakaan menjelaskan materi dengan tema peristiwa
Penilaian Proses
Menjelaskan langkah-langkah dalam mengerjakan tugas di perpustakaan
Kemampuan membaca ≥ KKM
Membuat 4 kelompok belajar yang masing-masing terdiri dari 4 orang siswa memberi pengarahan tentang tata cara mencari buku cerita bergambar di perustakaan
Membacakan buku cerita bergambar yang di pilihnya ddddddddddddddddipilihnyadipilihnyuadipilihnya Memberi Evaluasi
Penilaian Hasil
Sekema Kerangka Berpikir Kemampuan Membaca Dengan Menggunakan Buku Cerita Bergambar
30
2.4 Hipotesa Tindakan Berdasarkan uraian dan kajian teori,yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:‟‟upaya meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas II pada tema peristiwa dengan menggunakan buku cerita bergambar di perpustakan SDN 04 Getas Kaloran Temanggung semester 2 tahun 2011/2012‟‟.