BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Strategi 2.1.1 Pengertian Strategi Strategi adalah perekat yang bertujuan untuk membangun dan memberikan preposisi nilai yang konsisten dan membangun citra yang berbeda kepada pasar sasaran ( Kotler 2004 : 191). Dalam strategi inilah suatu penentu bagi perusahaan untuk melihat dan merumuskan cara mereka bersaing, bertahan dan berkembang. Untuk dapat berkembang perusahaan harus memiliki strategi yang baik, dimana strategi ini melihat kondisi eksternal dan internal perusahaan agar dapat mengembangkan usahanya dengan tepat. Strategi yang ditetapkan perusahaan berbeda-beda, sekalipun perusahaan tersebut menghasilkan produk yang sama, akan tetapi strategi mereka bersaing dan berkembang pastilah memiliki perbedaan. Dalam menetapkan strategi perusahaan tidak boleh sembarangan karena strategi mencakup kegiatan untuk mempertahankan perusahaan dan memajukan perusahaan tersebut, apabila strategi pada suatu perusahaan tidak terfokus dan jelas maka arah tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan juga tidak jelas, indikator perusahaan tersebut berhasil juga tidak dapat dipastikan.
2.1.2 Tipe - tipe Strategi Menurut Rangkuti (2013:) strategi dibagi kedalam tiga kelompok yaitu strategi manajemen, strategi investasi, dan manajemen bisnis. Strategi manjemen ini adalah strategi yang dilakukan langsung oleh divisi manajemen dengan berorientasi terhadap pengembangan strategi secara lebih luas atau makro. Misalnya adalah , strategi pengembangan produk, strategi penetapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya. Strategi investasi adalah strategi yang fokus pada masalah investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Misalnya, apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi investasi, dan sebagainya. Strategi terakhir menurut Rangkuti ialah strategi bisnis yang sering juga disebut secara fungsional karena strategi ini beriorentasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.
2.2 Strenght , Weakness, Opportunity, Theats 2.2.1 Pengertian Strenght, Weakness, Opportunity, Theats Menurut Rangkuti (2013 : 19) analisis SWOT (strenght, weakness, opportunity, threats) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis SWOT adalah hasil dari suatu kajian akan kegiatan observasi yang menganalisis persaingan dan reaksinya terhadap pasar. Dalam hal inilah perusahaan akan merumuskan dan menganalisis segala aktivitas dan kegiatan internal perusahaan dan kegiatan eksternal yang mempengaruhi perusahaan. Dari hasil analisis internal dan eksternal, perusahaan menggabungkan hasil observasi tersebut dan membuat suatu kesimpulan tentang kelebihan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan tersebut pada saat ini dan orientasinya pada masa depan. Melalui analisis SWOT perusahaan dapat melihat apakah kekuatan pada perusahaan dapat meraih peluang yang lebih maksimal pada perusahaan dan meminimalkan kelemahan serta ancaman yang mungkin akan datang. Analisis SWOT banyak digunakan oleh perusahaan yang sedang berkembang untuk menentukan kearah mana bisnis perusahaan akan beroperasi, tujuan utama perusahaan dan bagaimana cara menuju kearah tujuan dan indikator apa yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam mewujudkan misi dan visinya. Hasil dari analisis SWOT ini akan memetakan posisi perusahaan terhadap lingkungannya dan menyediakan pilihan strategi umum yang sesuai, serta dijadikan dasar dalam menetapkan sasaran-sasaran organisasi selama 3-5
tahun kedepan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan dari para stakeholder (Situmorang 2008 : 253). Apabila ekternal dan internal telah dirangkum maka akan dipetakanlah hasil analisis matriks posisi perusahaan dengan cara berikut : a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman. b. Posisi perusahaan ditentukn dengan analisis sebagai berikut c. Kalau peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya ancaman lebih besar daripada peluang maka nilai y< 0. d. Kalau kekuatan lebih besar dari kelemahan maka nilai x > 0 dan sebaliknya apabila kelemahan lebih besar dari kekuatan maka nilai x < 0.
Diagram 2.2.1 Analisis SWOT
Eksternal Faktor Kuadran III
Kuadran I
Strategi Turn - Around
Strategi Agresif Internal Faktor
Kuadran IV
Kuadran II
Strategi Defensif
Strategi Diversifikasi
Kuadran I a) Merupakan posisi sangat menguntungkan b) Perusahaan mempunyai kekuatan dan peluang sehingga ia dapat memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal Kuadran II a) Meskipun
menghadapi
berbagai
ancaman,
perusahaan
mempunyai
keunggulan sumber daya b) Perusahaan-perusahaan pada posisi seperti ini dapat menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang c) Dilakukan melalui penggunaan strategi diverifikasi produk atau pasar Kuadran III a) Perusahaan menghadapi peluang pasar yang besar tetapi sumber dayanya lemah. Karena itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal fokus
strategi perusahaan pada posisi seperti ini ialah meminimalkan
kendala-kendala internal perusahaan. Kuadran IV a) Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan b) perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumber daya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.
2.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal adalah analisis yang mempengaruhi perusahaan dari lingkungan luar perusahaan, dimana lingkungan luar ini yang akan membrikan peluang pada perusahaan dan ancaman juga. Pada lingkungan eksternal, perusahaan akan lebih melihat perkembangan yang terjadi diluar, misalkan ekonomi, politik, hukum dan banyak lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung akan langsung berdampak pada perusahaan tersebut. Peluang adalah faktor eksternal yang akan didapat seiring berjalannya waktu dan kondisi dipasar, peluang adalah lingkungan yang harus dimanfaatkan oleh organisasi dengan baik agar menunjang kemajuan perusahaan. selain peluang, waktu pada perusahaan juga akan mendatangkan ancaman yang akan dihindari atau dihadapi. Ancaman adalah suatu kondisi yang mungkin akan membahayakan kelancaran aktivitass organisasi, atau bahkan menghancurkan organisasi tersebut. Maka, perusahaan yang baik haruslah memetakan peluang dan ancaman pada poisi yang seharusnya agar dapat dimanfaatkan dengan baik.
2.2.3 Analisis Lingkungan Internal Pada semua jenis usaha pasti memiliki suatu keunggulan (kekuatan) dan kelemahan, karena tidak satupun kuat atau lemah pada semua bidang. Strenght (kekuatan) adalah suatu keunggulan pada perusahaan tersebut yang mampu membawa perusahaan tersebut dikenal dan maju, kekuatan adalah hal yang harus dipertahankan oleh perusahaan untuk mempertahankan pelanggan, kekuatan pada
setiap usaha berbeda-beda, misalnya saja pada usaha yang bergerak dibidang jasa, pada usaha ini kualitas pelayanan adalah suatu prioritas yang harus dicapai oleh usaha tersebut untuk mendapatkan loyalitas pelanggan, sedangkan dalam bidang barang dagangan, suatu perusahaan harus memiliki kualitas, harga yang relatif dan penampilan yang menarik. Kekuatan pada usaha bisnis itu dapat berupa keahlian, sumberdaya, teknologi yang superior, dan lain-lain. Kelemahan (weakness) merupakan kekurangan perusahaan atau suatu kondisi yang menghambat perusahaan untuk lebih baik. Dimana kekurangan inilah yang harus terus diperbaiki oleh perusahaan untuk dapat berkembang. Kelemahan pada usaha bisnis, misalnya, saja pada sistem manajemen yang kurang baik sehingga tidak memberikan kontribusi yang signifikan pada hasil yang diinginkan oleh perusahaan, kurangnya riset yang dilakukan oleh perusahaan pada pasar sehingga produk dan cara pemasaran yang dilakukan tidak mendapatkan hati masyarakat jaringan distribusi yang kurang, reputasi perusahaan kurang baik, arah strategi usaha kurang jelas, fasilitas yang disediakan oleh perusahaan kurang atau sudah usang. Kelemahan pada perusahaan inilah yang berusaha diperbaiki dan ditutupi oleh perusahaan dengan meningkatkan keunggulan dan memanfaatkan faktor ekternal yaitu peluang yang ada dipasar sehingga perusahaan dapat lebih berkembang. Oleh sebab itu strategi dibuat untuk memperbaiki ketidakmampuan perusahaan dan menghindari kelemahan perusahaan berdasarkan kekuatan perusahaan.
2.2.4 Pendekatan Dalam Analisis Strenght, Weakness, Opportunity, Threats Analisis SWOT adalah kondisi internal dan eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Dalam merancang strategi dan program kerja, SWOT terbagi atas dua macam pendekatan dalam menganalisis. Pendekatan pertama, pendekatan kualitati matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah faktor eksternal (peluang dan ancaman), sedangkan kotak sebelah kiri adalah faktor internal (kekuatan dan kelemahan). Empat kotak lainnya merupakan isu-isu strategis yang timbul sebagai titik pertemuan antara faktor-faktor internal dan eksternal . EKSTERNAL INTERNAL
OPPORTUNITY
THREATS
STRENGHT WEAKNESS Matriks SWOT 2.2.4 Yang kedua adalah pendekatan kuantitatif analisis SWOT, data SWOT kualitatif diatas dapat dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Pada pendekatan kuantitatif analisis SWOT maka akan dilakukan peratingan dan pembobotan pada S-W-O-T.
2.3 Agribisnis Peternakan 2.3.1 Pengertian Agribisnis Peternakan Saragih, adalah pakar ekonomi pertanian pada tahun 2000-an yang mempopulerkan istilah agribisnis pada bidang pertanian. Umumnya agribisnis diartikan sebagi kegiatan secara keseluruhan yang terkait dengan suatu usaha dari hulu sampai hilir.
Menurut suharno (2012) agribisnis peternakan diartikan
sebagai tingkah laku bisnis dalam subsektor peternakan yang mencakup penyediaan sarana produksi peternakan, busidaya peternakan, penanganan pasca panen, dan pemasaran. Keuntungan usaha peternakan yang besar berada diluar usaha budidaya peternakan, misalnya saja peternakan domba, pendapatan peternakan domba tergantung kemampuan pabrik menampung bulu domba tersebut. Apabila pabrik sedikit yang berminat pada bulu domba maka budidaya domba akan mengalami kesia-sian karena tidak cukup menghasilkan. Oleh karena itu, peternak harus melihat kondisi pasar untuk melihat peluang dalam memasarkan produknya. Informasi dari pasar inilah yang akan membuat peternak tahu apakah harus meningkatkan produksinya untuk mendapatkan keuntungan lebih atau mengurangi produksi karena permintaan dari pasar yang kurang. Pada praktek dilapangannya peternak harus mengatur strategi yang tepat untuk mengembangkan usahanya, misalnya saja peternak harus tahu apa yang akan dipelihara, dan apa hasil dari pemliharaan tersebut dan kemana hasil tersebut dipasarkan. Selain itu peternak juga harus melihat alternatif produk sampingan
yang dapat dimanfaatkan. Misalnya saja ayam yang sudah mati tersebut dapat dijual kepada peternakan ikan lele, dan kotoran ayam dapat digunakan untuk kompos tanaman dijual kepada petani tanaman, dan begitu seterusnya sampai semua hasil peternakan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan bisnis.
2.3.2 Jenis-jenis Agribisnis Peternakan Di Indonesia terdapat berbagai macam peternakan yang menghasilkan protein hewani bagi masyarakaat Indonesia, baik yang diolah oleh rumah tangga maupun hasil olahan pabrik. Peternakan sapi perah, merupakan penghasil susu segar yang mulai diperkenalkan oleh penjajah belanda. Selain dijual dalam bentuk susu segar , hasil susu sapi perah juga diolah oleh pabrik-pabrik susu yang berada di indonesia kedalam beberapa jenis susu bubuk dan cair dengan variasi rasa tambahan. Ada juga yang mengolah susu segar tersebut menjadi youghurt dan permen susu. Peternakan sapi potong adalah jenis peternakan yang menghasilkan daging untuk dikonsumsi. Daging sapi ini biasanya dijual dalam bentuk yang masih segar dipasaran tradisional maupun dalam bentuk yang sudah dibekukan dalam pasar modern. Sapi potong juga banyak dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan untuk dibuat menjadi abon daging sapi, dan olahan rumah tangga seperti bakso, rawon, rendang dan lain-lain.
Peternakan kerbau merupakan jenis peternakan yang menghasilkan daging yang biasanya menjadi pelegkap upacara adat atau hari-hari besar. Selain itu banyak kerbau di Indonesia dimanfaatkan tenaganya untuk membantu petani dalam membajak sawah. Peternakan kambing dan domba umumnya juga menghasilkan daging untuk dikonsumsi. Namun kedua binatang ini mempunyai keistimewaan tersendiri bagi pengrajin karena kulitnya dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku industri kerajinan dan bulu domba untuk tekstil. Peternakan babi merupakan peternakan penghasil daging yang dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja karena merupakan jenis binatang yang bagi agama muslim merupakan binatang yang tidak halal. Selain konsumennya yang dari kalangan tertentu saja, lokasi peternakan ini juga hanya ada dibeberapa daerah tertentu saja. Peternakan ayam kampung juga merupakan agribisnis yang bergerak pada kegiatan penghasil daging yang paling populer dimasyarakat. Selain dagingnya yang enak ayam kampung juga bulunya dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri pengrajin. Itik merupakan ternak yang dwiguna karena selain menghasilkan daging untuk dikonsumsi itik juga menghasilkan telur yang dapat dikonsumsi dan bulu yang dapat digunakan untuk industri pengrajin. Ayam ras petelur adalah ayam yang dulunya berasal dari Eropa dan Amerika ini adalah penghasil telur nomor satu di Indonesia. Telur ayam ini
banyak dipilih karena selain telurnya yang enak , telur ayam ras petelur ini juga lebih murah ketimbang telur bebek. Ayam Ras Pedaging adalah jenis ayam yang dipelihara dalam kurun waktu 30-40 hari untuk dikonsumsi, sehingga ayam ini sangat menguntungkan apabila dibudidayakan sebagai penghasil daging. Jenis ayam pedaging yang biasanya dibudidayakan di Indonesia antara lain CP 707, Starbro, Hybro.
2.3.3 Sejarah Perkembangan Ayam Broiler Ayam broiler atau lebih dikenal dengan ayam ras pedaging merupakan ayam jenis unggulan yang merupakan hasil persilangan dari ayam-ayam yang memiliki kemampuan cepat bertumbuh dengan ayam produktivitas yang tinggi. Ayam broiler sendiri mulai populer di Indonesia pada tahun 1980-an pada saat pemerintah mencanangkan program BIMAS ayam, yaitu program pengembangan ayam ras secara besar-besaran. Ada tiga masa perkembangan ayam broiler sebelum akhirnya mendapatkan hati konsumen seperti sekarang ini. Perkembangan ayam ras dimulai pada masa prapelita (1950) dimana pemerintah mencanangkan sebuah program Rencana Kesejahtraan Istimewa (RKI) atau lebih sering disebut dengan plan kasimo. Yaitu suatu program yang dibiayai oleh pemerintah pusat untuk pembangunan ternak-ternak diberbagai provinsi. Pada saat penggalangan pembangunan ternak-teknak tersebut , ayam ras merupakan salah satu ternak yang dibudidayakan. Menurut suharno, semenjak program tersebut mulai berjalan masyarakat secara perlahan mengenal ayam
impor, antara lain leghorn, white rock, rhode island red (RIR), new hamshire, noord holland blauw, austrolop, minorca, dan vantress. Dan seiring berjalannya waktu hanya ada tiga jenis ayam yang bertahan sampai tahun 1960, yaitu ayam leghorn putih, RIR, dan autrolop. Namun , berangsur-angsur ayam tersebut ikut juga menghilang dari pasaran. Perkembangan ayam ras tersebut mulai mengalami kendala pada masa selanjutnya sehingga pemerintah pusat mengalihkan pembangunan peternakan ini kepada pemerintah daerah, namun pemerintah daerah kewalahan dan tidak sanggup karena usaha peternakan membutuhkan dana yang cukup besar sehingga pada tahun 1961 usaha peternakan mulai jatuh pada perusahaan swasta yang memiliki modal besar. Para pengusaha swasta ini pun mulai mengimbor ayam ras jenis baru seperti hyline, hanson, H & N, dan babrock. Pada saat pemerintah mulai mencanangkan program Pembangunan Lima Tahun (Pelita), ayam broiler merupakan salah satu usaha yang ikut menjadi program yang diperhatikan oleh pemerintah. ayam broiler merupakan ayam yang memiliki produktivitas yang tinggi dibandingkan ayam jenis lain sehingga pemerintah lebih memperhatikannya. Perhatian pemerintah terhadap ayam ras dibuktikan dengan adanya program bimbingan massal (Bimas) pada tahun 1976 yang dimulai di Bogor dan DIY. Untuk 2 tahun anggaran (tahun 1972-1974) program ini menyediakan 444 paket kredit yang nilainya 58,940 juta rupiah. Dengan berhasilnya program bimas pada kota DIY dan Bogor, program kredit dilanjutkan kepada daerah lain baik diwilayah jawa maupun luar jawa.
Program ini menguntungkan petani sehingga dilanjutkan dengan bimas broiler mulai tahun 1980. Para peternak kecil pun dianggap layak mendapatkan paket program ini dengan memberikan 500 ekor ayam /periode atau 2.500 ekor ayam/ tahun (tiap periode terdiri dari 7-8 minggu). Paket-paket tersebut juga termasuk biaya kandang, pengadaan bibit, pengadaan pakan, vaksin dan lain-lain dengan total nilai kredit sebesar Rp. 1.000.000.00/paket.
Kredit tersebut dulunya
disalurkan oleh bank BRI dan dan jalan lain untuk memperlancar program ini juga didirikan KPPU ( Koperasi Produksi Peternakan Unggas) yang ikut berperan dalam kelancaran produksi ternak. Meskipun keuntungan yang diperoleh peternak cukup bagus, program bimas ini menemui sejumlah maslah dilapangan terutama sejak memasuki pelita III banyak peternak mandiri
yang lahir dari unsur wiraswasta murni tanpa
bantuan kredit yang menyebabkan kekurangan bahan baku pakan, dan pada saat pakan naik sedangkan jual daging dan telur mengalami penurunan dipasaran. Para peternak mulai mengeluh kepada pemerintah terhadap kendala-kendala yang mulai mereka hadapi pada Februari 1981. Sebagai jawaban atas keluhan peternak maka pemerintah menerbitkkan Keppres No. 50/1981 pada tangga 2 November 1981 tentang pembinaan usaha peternakan ayam ras. Inti dari materi keppres tersebut adalah sebagai beriku : a) Perorangan / badan hukum yang menjalankan usaha peternakan ayam petelur hanya diperkenankan mempunyai jumlah ayam petelur dewasa
sebanyak-banyaknya 5.000 ekor, sedangkan ayam pedaging maksimal 750 ekor/ minggu. b) Perorangan / badan hukum yang memiliki ayam petelur / ras pedaging melebihi jumlah yang ditentukan diatas harus menguranginya secara bertahap. c) Untuk menjamin tersedianya produksi telur dan daging ayam dilakukakn usaha-usaha sebagai berikut 1. Meningkatkan usaha ayam ras yang sudah ada untuk mencapai skala usaha peternakan kecil yang maksimal 2. Mendorong terbentuknya peternakan-peternakan ayam ras baru dengan melalui bimas dan non bimas. Sekalipun telah ada keppres ini, ternyata keadaan tidak semulus yang diharapkan dengan terjadinya pelanggaran sehingga Menteri Pertanian RI menerbitkan SK Mentan No. TN. 406/Kpts/5/1984 tanggal 28 mei 1984. Mentan mengatur pola kerjasama antara perusahaan peternak sebagai inti dan peternak sebagai plasma. Kerjasama ini kemudian populer dengan sebutan Perusahaan inti Rakyat (PIR). Ternyata PIR juga tidak dapat meredam apa yang terjadi dilapangan sehingga keppres No.50/1981 dicabut dan diganti denga keppres No. 22/1990. Keppres baru tersebut memaparkan tentang kebijakan pembinaan usaha ayam broiler. Sejak Keppres No.22/1990 diterbitkan muncul peternakan-peternakan dengan skala besar yang dikelola dengan cara modern, baik dalam hal
pembudidayaan maupun dalam hal pemasaran. Perkembangan tersebut dapat dilihat
dengan
peningkatan
populasi
ayam
broiler
pertahunnya
10%.
Perkembangan ayam ras ini disebabkan oleh meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap daging dan telur yang merupakan sumber protein hewani yang sangat murah. Pada bulan Juli 1997, kondisi ekonomi Indonesia mengalami krisis yang membawa perubahan besar di Indonesia. Krisis ekonomi tersebut bedampak pada usaha perunggasan yang ada di Indonesia. Pada saat krisis tersebut harga pakan meningkat sementara harga daging dan telur turun secara terus-menerus karena berkurangnya minat beli masyarakat. Dan keadaan semakin tidak terkendali saat terjadi kerusuhan dan perubahan peta plitik dan pergantian pemerintahan pada tahun 1998. Banyak peternakan yang gulung tikar dan cuti dari aktivitas agribisnis peternakan, sehingga mengakibatkan harga pakan dan DOC pun turun dan populasi ayam broiler pada saat itu hanya tersisa 500.000 ekor perhari. Para produsen bibit ayam (DOC) pun ikut terkena imbasnya. Kemerosotan srbrsar 70% tersebut cuku sulit karena terjadi hanya dalam hitungan bulan, yakni akhir tahun 1997 sampai awal 1998. Dalam upaya penyelamatan bisnis ayam broiler dari guncangan krisis menjadi bahan diskusi oleh beberapa kalangan diantaranya Fakultas Peternakan IPB dan Forum Masyarakat Peternakan Indonesia (Masterindo) , sementara itu pemerintah melakukan upaya penyelamatan dengan crash program impor bungkil
kedelai dan tepung ikan dengan subsidi nilai tukar. Tujuan subsidi tersebut untuk membantu pabrik pakan mendapatkan bahan baku yang murah sehingga akan dapat dijangkau oleh peternak. Namun usaha pemerintah ini dinilai tidak megenai sasaran. Titik balik industri perunggasan dimulai pada akhir tahun 1998. Setelah mengalami kemerosotan pada saat krisis, harga produk ungga merosot tajam naik keatas sehingga memberikan keuntungan yang sangat besar bagi peternak. Hal tersebut membangkitkan kembali gairah bisnis ayam broiler. Inovasi produk peternakan juga mendapat hati konsumen seperti chicken nugget karya Sierad produce ditahun 1998. Dengan terjadinya titik balik bisnis ayam broiler ternyata mengubah pola bisnis yang sebelum krisis dengan pola kemitraan dan pola mandiri menjadi pola kemitraan yang bervariasi tanpa campur tangan pemerintah seperti sebelum terjadinya krisis. Pola kemitraan ini dikembangkan antara lain oleh PT Charoen Pokphand Group, Japfa Group, Sierad Group,dan Wonokoyo Group. Umur Keppres No.22/1990 ternyata sama dengan Keppres No. 50/1981. Tahun 2000, presiden BJ Habibie menandatangani Keppres No. 85/2000 yang menyatakan tidak berlakunya lagi Keppres No.22/1990. Dengan pencabutan Keppres, masyarakat kembali mengikuti UU No. 6/1967 dan PP No. 16/1977. Dan stelah lama berusaha untuk diperbaiki, pada tahun 2009 disempurnakanlah DPR. UU No. 18 tahun 2009 mengganti UU No. 6/1967.
2.3.4 Sistem Pemeliharaan Ayam Broiler Dalam memulai budidaya ayam broiler peternak harus memilih bibit atau DOC yang bagus agar mengalami peertumbuhan yang baik. Ayam broiler adalah jenis ayam yang pertumbuhannya sangat cepat dalam waktu 30 hari sudah mencapi berat 1,5kg. Ayam broiler biasanya berbuluh putih dengan daging dada yang padat dan kaki yang gemuk kokoh. Pemeliharaan ayam broiler dilakukan pada kandang yang berlantai panggung. Hal ini dilakukan agar ayam bersih dan mengurangi bau amoniak pada ayam broiler. Dan dinding kandang dibuat terbuka dengan menggunakan bahan bambu agar sirkulasi angin dapat berputar dengan baik. Setelah pasca panen maka kandang ayam akan divacumkan selama 2 minggu untuk dibersihkan, dilakukan pencucian kandang, pengapuran dinding dan lantai, pembilasan kandang dengan menggunakan desinfektan pada seluruh bagian kandang, membuat pemanas seminggu sebelum DOC datang, memasang peralatan pakan untuk anak ayam dan terakhir memasang tirai untuk menjaga kehangatan pada saat DOC sudah datang. Sebelum DOC datang umumnya pemanas sudah disiapkan sejam sebelumnya, dan makanan serta air gula merah juga sudah disediakan dan suhu dalam kandang harus diatur 32°C selama minggu awal. Seiring bertambahnya umur ayam maka ayam harus divaksinasi dan mulai ditimbang untuk melihat peningkatan Kg-nya. Perubahan pakan dari halus sampai menjadi besar juga disesuaikan dengan umur ayam, pemberian vitamin ayam juga dilakukan setiap
sore diselang-seling dengan pemberian obat apabila ayam mengalami gejala penyakit. Apabila ayam sudah mencapai berat 0,8-1kg biasanya sudah dilakukan pengurang untuk mengurangi kepadatan kandang sampai akhirnya seluruh ayam dipanen saat beratnya mencapai 2kg .
2.3.5 Sistem Agribisnis Ayam Broiler Sistem agribisnis ayam broiler memiliki empat subsistem agribisnis sebagai berikut: Pertama, upstream off farm agribusiness (subsistem agribisnis hulu) ayam broiler yaitu kegiatan yang menghasilkan breeding farm (industry pembibitan) dengan seluruh pendalaman srukturnya, industri pakan, industri obatobatan/ vaksin dan industri alat serta peralatan peternakan. Pada usaha ini peternakan tidak menghasilkan daging namun menghasilkan ternak unruk dipelihara. Ada empat usaha pembibitan (suharno 2012 : 11) yaitu : 1.
Pembibitan untuk menghasilkan PL (Pure Line) atau ayam galur murni
2.
Pembibitan untuk menghasilkan GGPS (Great Grang Parent Stock) atau ayam bibit “buyut”
3.
Pembibitan untuk menghasilkan GPS ( Grand Parent Stock) atau ayam bibit nenek
4.
Pembibitan untuk menghasilkan PS (Parent Stock) atauayam induk. Keturunan parent stock ini disebut Final Stock. Jenis bibit terakhir inilah yang disebut sebagai ayam niaga dan DOC –nya dipelihara peternak untuk dibudidayakan.
Kedua,
budidaya
agribisnis
ayam
broiler,
yaitu
kegiatan
yang
menghasilkan ayam ras potongan atau telur konsumsi. Subsistem inilah yang di masa lalu kita lihat sebagai peternakan ayam broiler. Namun ada perbedaan sistem ayam broiler yang dipelihara di Indonesia dengan yang dipelihara diluar negeri, perbedaannya pada lama pemeliharaan. Umumnya di Indonesia lama pemeliharaan 4-6 minggu, sedangkan diluar negeri 7-8 bulan . perbedaan ini terjadi karena masyarakat Indonesia lebih menyukai ayam berukuran kecil. Ketiga, downstream off-farm (subsistem agribisnis hilir) ayam broiler, yaitu kegiatan pengolahan pascapanen ayam ras potong dan telur konsumsi beserta kegiatan perdagangannya. Termasuk kedalam subsistem ini adalah agroindustri hilir ayam ras seperti RPA/TPA, industri pengalengan daging ayam ras, dan industri-industri yang menggunakan telur ayam ras sebagai bahan bakunya. Keempat, (supporting institutions) subsistem jasa penunjang agribisnis ayam ras, yaitu seluruh kegiatan yang menyediakan jasa yang dibutuhkan agribisnis ayam ras. Termasuk didalamnya distribusi. Di Indonesia ada dua jalur distribusi ayam, yang pertama, yaitu jalur distribusi tradisional, yaitu dari kandang langsung menuju pasar atau tempat pemotongan tradisional yang dijual dalam bentuk ayam segar. Kedua, jalur distribusi modern , yaitu dari kandang lalu ketempat pemotongan lalu kepenyimpanan ayam beku, dan penjualan ayam beku. Ayam pada jalur distribusi ini dijual dalam bentuk beku. Apabila melihat fakta dilapangan, pemasaran ayam broiler di Indonesia masih dikuasai oleh pasar dalam negeri. Untuk peternak skala kecil biasanya
langsung memasarkan produknya sendiri kepasaran, namun peternakan besar pemasarannya melalui cara tata niaga, yaitu produsen – pengumpul – pedagang besar – pengecer – konsumen.