BAB II KAJIAN PUSTAKA
Isu tentang tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat saat ini masih menjadi suatu tren di kalangan pebisnis dan perusahaan yang menuntut adanya kepedulian terhadap masyarakat sekitar perusahaan, terlebih pada masyarakat yang terkena langsung akibat proses produksi atau yang mengambil hasil alam dari lingkungan sekitar. Saat ini CSR telah diimplementasikan oleh beberapa perusahaan yang peduli akan lingkungan sekitar, bukan hanya memikirkan laba perusahaan, tetapi juga peduli terhadap lingkungan sosial perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) tidak lahir begitu saja, tetapi mengalami evolusi dan metamorfosis dalam rentang waktu yang cukup panjang, walau tidak mengetahui secara pasti tahapan perkembangan tersebut. Perusahaan dalam aktivitasnya pada masa lalu lebih banyak bergerak dalam konteks mengupayakan keuntungan bagi perusahaan itu sendiri. Tanggung jawab sosial yang diberikan perusahaan hanya bersifat charity saja, artinya tidak menjadi suatu kewajiban bagi perusahaan untuk memberikan bantuan bagi masyarakat. Pada saat industri berkembang setelah terjadi revolusi industri, perusahaan masih memfokuskan sebagai organisasi yang hanya mencari keuntungan, dan sumbangan yang diberikan kepada masyarakat hanya sebatas penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui produknya, dan pembayaran pajak kepada negara. Untuk itu, masyarakat tidak hanya menuntut agar perusahaan menyediakan barang dan jasa, tetapi juga menuntut agar perusahaan bertanggung
Universitas Sumatera Utara
jawab secara sosial, karena masyarakat melihat adanya penguasaan yang dilakukan perusahaan, misalnya eksploitasi sumber daya dan rusaknya lingkungan di sekitar operasi perusahaan, dapat dikatakan bahwa perusahaan telah melemahkan sehingga perusahaan berkuasa terhadap masyarakat untuk mendapatkan keuntungan belaka. (Arif Budimanta, Corporate Social Responsibility, 2007) Konsep menuju CSR ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1960-an, dimana nama ini lebih dikenal dengan istilah kedermawanan atau pilantrophy. Kegiatan filantropi yang dilakukan oleh perusahaan saat itu ternyata tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah tersebut, dan bahkan cenderung menimbulkan ketergantungan dan tidak memberdayakan masyarakat. Kapitalisme yang saat itu berkuasa, memang menimbulkan bahaya, yakni menciptakan kesenjangan sosial ekonomi, yang pada akhirnya berefek ke bidang-bidang lain. Perjalanan perusahaan yang bersifat kapitalisme akhirnya menimbulkan pemikiran untuk merubah terhadap situasi tersebut. Pemikiran ini muncul dalam ”The Future Capitalism” yang ditulis Lester Thurow tahun 1966, yang mengatakan bahwa kapitalisme yang menjadi mainstream saat itu tidak hanya membahas pada masalah ekonomi, tetapi juga adanya unsur sosial dan lingkungan (Yusuf Wibisono, 2007). Akhirnya, perusahaan banyak melakukan tindakan charity, dan seiring berjalannya waktu perusahaan telah melakukan banyak perubahan dan kepedulian terhadap masyarakat yang hal ini lebih banyak dikenal dengan istilah tanggung jawab sosial perusahaan yang bukan sekedar sebuah charity atau philanthropy tetapi sebuah tanggung jawab yang diberikan kepada masyarakat baik dalam hal sosial, pendidikan, lingkungan, dan pemberdayaaan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2.1.
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) Setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan
peningkatan kualitas hidup masyarakat. Begitu juga dengan dunia usaha berperan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sehat, dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup. Seperti yang diungkapkan oleh Porter dan Kramer yang dikutip oleh Edi Suharto, ”It is true economic and social objectives have long seen as distinct and often competing. But this is a false dhicotomy …. Companies do not function in isolation from the society around them. In fact, their ability to compete depends heavily on the circumstances of locations where they operate”. Pendapat yang menyatakan bahwa tujuan ekonomi dan sosial adalah terpisah dan bertentangan merupakan pendapat yang keliru. Perusahaan tidak berfungsi secara terpisah dari masyarakat sekitarnya. Faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung pada keadaan lokasi dimana perusahaan itu beroperasi. Dahulu, banyak pemimpin bisnis menolak pemikiran bahwa perusahaan mereka harus mencoba memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan selain menyediakan pekerjaan, memperoleh laba untuk membayar penanam modal, mempertanggung jawabkan pertumbuhan, membayar pajak, dan secara sukarela menyokong aktifitas nirlaba kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, dan ekonomi. Kondisi sumber daya alam yang rusak sebagai akibat dari pembangunan ekonomi yang kurang memperhatikan lingkungan, mendorong kesadaran dan kepekaan dari stakeholders perusahaan akan tanggung jawab perusahaan. Pembangunan ekonomi yang merusak lingkungan tidak dapat lagi dipertahankan, karena jika hal ini terus berlangsung, proses kehidupan itu sendiri akan terancam.
Universitas Sumatera Utara
Untuk itu lahir konsep Tanggung Jawab Sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR). Menurut Widiyanarti (2005) dalam Badaruddin, pendekatan CSR dilakukan secara holistic, artinya pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan tidak dalam kegiatan bisnis semata, melainkan juga bergerak dari sifat charity menuju ke arah CSR yang lebih menekankan pada keberlanjutan pengembangan masyarakat (Community Development). Program CSR bukan hanya dimaknai dengan ‘bagaimana perusahaan berperan terhadap masyarakat, tetapi juga dimaknai dengan bagaimana masyarakat berperan terhadap perusahaan tersebut’. Jadi, dalam hal ini ada suatu feed back yang dikehendaki oleh perusahaan dan masyarakat. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah kewajiban bagi pelaku bisnis untuk dapat mensinergikan kegiatan bisnisnya dengan tujuan dan nilainilai yang ada dalam masyarakat. Menurut World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) CSR merupakan komitmen berkelanjutan dari perusahaan untuk menjadi etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi di samping pengembangan kualitas hidup dari tenaga kerja dan keluarga mereka maupun masyarakat lokal dan lingkungan secara luas. Menurut Schermerhorn dalam Edi Suharto (2007:102), CSR sebagai suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal. CSR yang juga dikenal dengan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan merupakan sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan
Universitas Sumatera Utara
interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan. Di Indonesia sendiri, CSR telah sejak lama menggunakan definisi CSR sebagai
upaya
memaksimumkan
dari
entitas
dampak
bisnis
positif
meminimumkan
operasinya
dampak
terhadap
negatif
seluruh
dan
pemangku
kepentingan dalam bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan untuk mencapai tujuan pembangunan. Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa CSR adalah kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungan perusahaan (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan bedasarkan prosedur yang tepat dan professional agar tercapai tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial dapat dilakukan dalam berbagai situasi dengan mempertimbangkan hasil terbaik atau yang paling sedikit merugikan stakeholder nya. Sebuah organisasi dapat memutuskan tindakan atau perilaku yang paling etis dalam situasi tertentu dengan menerapkan prinsip-prinsip moral. Saidi dan Abidin dalam Suharto (2007:106) menyatakan tiga paradigma berbeda yang menjadi motivasi perusahaan melakukan CSR, yakni: corporate charity merupakan dorongan amal berdasarkan motivasi keagamaan, corporate philantrophy merupakan dorongan kemanusiaan yang biasanya bersumber dari norma dan etika universal untuk mendorong sesama dan memperjuangkan
Universitas Sumatera Utara
pemerataan sosial, serta corporate citizenship yaitu motivasi kewargaan demi mewujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial. Hal mengenai CSR lebih diungkapkan oleh Archie B. Carrol yang dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal dalam bukunya Corporate Social Responsibility yang menggambarkan piramida tanggung jawab sosial perusahaan mengenai perlunya perusahaan melakukan CSR, yakni: a.
Tanggung jawab ekonomis. Make a profit. Motif utama perusahaan adalah menghasilkan laba. Laba adalah fondasi perusahaan. Perusahaan harus memiliki nilai tambah ekonomi sebagai prasyarat agar perusahaan dapat terus hidup dan berkembang.
b.
Tanggung jawab legal. Obey the law. Perusahaan taat hukum. Dalam proses mencari laba, perusahaan tidak boleh melanggar kebijakan dan hukum yang telah ditetapkan pemerintah.
c.
Tanggung jawab etis. Be ethical. Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan praktek bisnis yang baik, benar, adil, dan fair. Norma-norma masyarakat perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi perusahaan.
d.
Tanggung jawab filantropis. Be a good citizen. Perusahaan dituntut agar dapat memberi kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua. Suatu perusahaan dalam melaksanakan CSR harus didasari oleh tiga prinsip
dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu 3P: a.
Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
Universitas Sumatera Utara
b.
People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Misalnya dengan pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana kesehatan dan pendidikan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat.
c.
Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan berkelanjutan keragaman hayati. Prinsip ini berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan pemukiman, dan pengembangan pariwisata (Edi Suharto, 2007).
2.2.
Bentuk-bentuk Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) Selama
ini
sering
sekali
konsep
CSR
disamaartikan
dengan
charity/philantropy. Charity/philantropy ini dikatakan sebagai konsep yang salah, atau biasa disebut dengan kedermawanan atau hadiah. Hal ini bukan merupakan program CSR, karena CSR yang sesungguhnya adalah program perusahaan terkait dengan bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat. Menurut Widyamukti, sebuah CSR memiliki dua bentuk, yakni tanggung jawab sosial secara aktif dan tanggung jawab sosial secara pasif. CSR aktif adalah perusahaan bertindak secara aktif dalam menyelenggarakan program CSR, berupa kegiatan-kegiatan sosial seperti pengembangan komunitas, atau kampanye sosial. Sedangkan CSR pasif adalah tanggung jawab sosial dimana aktivitasnya tidak ditunjukkan secara nyata, tetapi dapat dilihat dari proses produksi dan hasil produk
Universitas Sumatera Utara
perusahaan, misalnya suatu perusahaan dalam memproduksi barang menggunakan bahan ramah lingkungan, dan tidak menimbulkan kerusakan pada lingkungan. Dalam pelaksanaannya, bentuk-bentuk CSR tersebut biasanya dilakukan dengan kegiatan-kegiatan, yakni: pertama dalam bidang kesehatan, dengan menyediakan paramedis, memberikan sarana pemeriksaan gratis, serta pembuatan puskesmas pembantu. Kedua, pendidikan, dilakukan dengan cara pemberian beasiswa bagi anak yang tidak mampu sampai melakukan pelatihan yang tepat guna sehingga dapat dimanfaatkan langsung. Ketiga, pelestarian lingkungan, bentuk ini sangat penting untuk dilakukan perusahaan pertambangan, karena perusahaan telah mengambil hasil alam untuk proses produksi. Kegiatan ini dilakukan dengan membuat revegetasi lahan di areal bekas penambangan, serta mengolah terlebih dahulu limbah tambang untuk dibuang ke sungai sehingga masyarakat tetap dapat menggunakannya. Keempat, pemberdayaan masyarakat dengan memberikan bantuan modal usaha, pembentukan pasar atau jaringan pasar, serta memberikan pelatihan-pelatihan yang dapat mengubah kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, dan budaya. Bentuk-bentuk CSR yang dilakukan itu, menurut Widyamukti, bukan berupa kegiatan yang hanya dilakukan dan kemudian dibiarkan begitu saja, tetapi juga harus tetap tinggal dalam masyarakat. Artinya, kegiatan yang dilakukan itu harus memiliki manfaat dalam jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
2.3.
Corporate Social Responsibility (CSR) dan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya merupakan kegiatan terencana dan
kolektif dalam memperbaiki kehidupan masyarakat, terutama bagi kelompok lemah atau kurang beruntung agar mereka memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, mengemukakan gagasan, melakukan pilihan-pilihan hidup, melaksanakan kegiatan ekonomi, serta berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Pada umumnya pemberdayaan masyarakat dilakukan terhadap kelompok masyarakat lemah atau kurang berdaya, seperti yang dikarakteristikkan oleh Suharto (2006), yang dikatakan lemah dalam ekonomi yakni orang yang tidak memiliki pekerjaan, pendapatan, modal, dan aset yang mampu menopang kehidupannya, sehingga mereka memiliki kemampuan atau keberdayaan melalui program-program pelatihan, pemberian modal usaha, perluasan akses terhadap pelayanan sosial, dan peningkatan kemandirian. Pelaksanaan CSR yang dilakukan sering sekali tidak tepat, pelaksanaannya hanya mengandalkan inovasi dari pelaksana CSR, bukan berdasarkan kebutuhan masyarakat, sehingga tidak jarang program CSR bisa menjebak masyarakat kepada ketergantungan baru. Masyarakat tidak mandiri, dan tidak dapat mencari alternatif kehidupan untuk menyejahterakan diri. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh PIRAC, kegiatan CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan tujuan untuk pemberdayaan masyarakat ternyata malah membuat masyarakat menjadi tergantung pada bantuan-bantuan yang diberikan perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana program pemberdayaan tersebut dilakukan oleh Pertamina sehingga masyarakat bisa
Universitas Sumatera Utara
ikut terlibat dalam kemandirian dengan ketrampilan dan kemampuan yang dimilikinya. Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan oleh beberapa perusahaan dapat dikatakan berhasil dalam hal pemberdayaan masyarakat miskin, misalnya PT Bogasari yang memiliki program CSR melalui pendampingan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis terigu. Program yang sama dilakukan yakni PT Unilever yang memiliki program CSR dengan tujuan meningkatkan kualitas produksi, sekaligus menjamin kelancaran distribusi, seperti kecap Bango yang telah menjadi produk unggulnya. Kegiatan CSR yang dapat dikatakan berhasil juga dilakukan oleh Pertamina UP VI Balongan dalam memberdayakan masyarakat miskin. Program CSR yang dilakukan berupa CD (Community Development), RD (Relation Development), dan PKBL (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan). Salah satu contoh kegiatan yang dilakukan oleh UP VI Balongan adalah di bidang pendidikan, yakni menyukseskan program Bupati Indramayu untuk peningkatan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) dengan melaksanakan program pemberantasan buta aksara dengan memberikan bantuan fasilitas, sarana dan prasarana sekolah. Untuk memberdayakan masyarakat agar memiliki kemandirian dalam usaha sehingga dapat meningkatkan SDM masyarakat Indramayu, Pertamina UP VI Balongan memberikan pelatihan dan ketrampilan yang diharapkan dapat membantu mengurangi angka pengangguran dengan
memberikan
keahlian
untuk
usaha
diri
masing-masing.
(www.pertamina.com).
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan perusahaan yang operasinya bergerak dalam bidang lingkungan, yakni PT RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper) yang sudah mendapat penghargaan Award Excellency Poverty Allevation atau pengentasan kemiskinan pada 28 September 2007 yang lalu. Perusahaan ini lebih dinilai berhasil dalam menjalankan program pemberdayaan
melalui pertanian terpadu, perikanan, dan peternakan.
Tetapi kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh perusahaan tidak disamakan dengan praktik bisnis yang bijaksana sehingga mengorbankan kelestarian lingkungan untuk mendapatkan profit yang besar. Berikut ini adalah perusahaan yang telah menerapkan program CSR: Tabel 2.1. Perusahaan yang Menerapkan Program CSR no Perusahaan 1. Grup Bakrie
Dana CSR Rp. 125 miliar (2007)
2.
Grup Lippo
Rp 63 miliar (2007)
3.
Grup Sinar Mas
Rp 111 miliar/tahun
4.
PT Freeport
Rp 500 miliar/tahun
5.
PT HM Sampoerna
Rp 47,6 miliar (2006)
Program CSR Program rehabilitasi sejumlah gedung sekolah serta fasilitas umum atau rumah para korban bencana alam di seluruh Indonesia. Pengembangan bidang pendidikan, kesehatan, seni budaya, lingkungan,dan bencana alam. Community development, program beasiswa, pemberdayaan riset dan kegiatan sosial yang terkait dengan lingkungan kerja atau sifatnya lokal sekeliling unit usaha. Program kesehatan dengan membangun RS. Pengembangan sektor pendidikan melalui program beasiswa. Bantuan kredit usaha rakyat. Program air bersih dan pembuatan jamban. Memajukan pendidikan di Indonesia bekerja sama dengan Sampoerna Foundation United
Universitas Sumatera Utara
School Program di 5 SMA Negri di Jawa timur dan Yogyakarta. Merekonstruksi sekolah yang rusak akibat gempa di Yogyakarta. 6. PT INCO US$ 5,5 juta/tahun Pengembangan masyarakat di Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Tengah melalui sektor pendidikan, kesehatan, pengembangan ekonomi masyarakat, pertanian dan perikanan, infrastruktur dan pelayanan publik, sosial budaya, olah raga dan kampanye perdamaian. 7. PT Newmont Indo- US$ 4 juta/tahun Pengembangan masyarakat di nesia daerah Sumbawa, Nusa Tenggara. 8. PT Pertamina Rp 59,9 miliar (2007) Progam pengembangan bidang kesehatan, pendidikan dan pelatihan, pembangunan infrastruktur dan sarana umum, rumah ibadah dan bantuan bencana alam. 9. PT Kaltim Prima Rp 46 miliar (2007) Pengembangan sektor agrobisCoal nis, pendidikan, kesehatan, pendayagunaan usaha mikro kecil menengah, infrastruktur, pelestarian alam dan budaya, dan penguatan kapasitas kemasyarakatan dan pemerintahan. 10 Sampoerna Founda- Rp 118 miliar (2007) Program yang dilakukan tion terdiri dana tidak diantaranya adalah rekonstruksi terikat dan terikat sekolah laboratorium, bantuan temporer pendidikan, pendidikan dan pelatihan guru. 11 Bank Mandiri Rp 96,8 miliar Sebesar 50% dana untuk program kemitraan dan 50% sisanya untuk program bina lingkungan. 12 PT PN III Rp 14,1 miliar (2007) Menyelenggarakan program kemitraan dan bina lingkungan. Bantuan pendidikan dan pelatihan, membangun sarana ibadah. Peningkatan kesehatan, prasarana umum dan bantuan
Universitas Sumatera Utara
13 PT PN IV
Rp 10,6 miliar (2007)
14 PT PN VII
Rp 7,3 miliar (2007)
korban bencana alam. Program yg dilakukan meliputi pinjaman lunak untuk UKM, hibah pendidikan & training, bantuan bencana alam, bantuan kesehatan, sarana umum, sarana ibadah dan pelestarian alam. Program peminjaman modal kerja. Program kelompok binaan, membantu daerah bencana alam, pendidikan dan pelatihan, peningkatan kesehatan masyarakat, pengembangan sarana umum, sarana ibadah dan pelestarian alam.
Sumber: Majalah SWA, November 2008.
Salah satu wacana yang dikutip oleh Teguh Kurniawan membahas mengenai aktivitas CSR bersifat eksternal dan internal perusahaan. Aktivitas eksternal adalah pelaksanaan CSR yang ditujukan terhadap orang-orang yang di luar perusahaan, sedangkan aktivitas internal adalah aktivitas pelaksanaan CSR ditujukan terhadap orang-orang yang berada di dalam lingkup perusahaan. Berkaitan dengan hal itu, Pemberdayaan Masyarakat adalah aktivitas CSR Pertamina untuk memberdayakan masyarakat yang bersifat eksternal. Program tersebut dirancang dan dilaksanakan Pertamina untuk memberdayakan masyarakat agar lebih memiliki ketrampilan untuk jangka panjang. Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina memiliki misi, yaitu: •
mewujudkan kepentingan sosial PT Pertamina (Persero) dan kontribusi perusahaan terhadap pengembangan masyarakat berkelanjutan.
•
mengimplementasikan kepentingan perusahaan terhadap CSR untuk memberikan nilai tambah bagi stakeholders dalam upaya mendukung kemajuan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Melalui Pemberdayaan Masyarakat ini, Pertamina memberikan kesempatan kepada masyarakat dengan pemberian kursus/pelatihan, memberikan pinjaman modal usaha, pembentukan pasar atau jaringan pasar produk dan usaha, dan bantuan hibah untuk pembinaan dan pelatihan. Lebih lanjut menurut Saidi dan Abidin dalam Edi Suharto, ada empat model atau pola Tanggung Jawab Sosial (CSR) yang umumnya diterapkan di Indonesia: 1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager menjadi bagian dari tugas public relation. 2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. 3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan Tanggung Jawab Sosial melalui kerja sama dengan lembaga sosial/organisasi non pemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. 4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian, Pertamina menggunakan model keterlibatan langsung dalam melaksanakan program CSR nya dan juga mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Dimana kegiatan CSR Pertamina dilaksanakan oleh bagian CSR yang berada di bawah naungan Public Relation (humas) Pertamina.
2.4. Community Development Salah satu bentuk dari tanggung jawab sosial perusahaan yang sering diterapkan adalah community development. Community Development (CD) merupakan upaya melibatkan peran aktif masyarakat beserta sumber daya lokal yang ada, yang lebih menekankan pada proses, berjangka waktu panjang, serta bertumpu pada komunitas menuju pembangunan yang berkelanjutan. Menurut Saidi dan Abidin, pendekatan CD merupakan satu bentuk CSR yang banyak didorong oleh motivasi kewargaan, meskipun pada beberapa aspek lain masih merupakan motivasi filantropis. Perusahaan yang mengedepankan konsep CD akan lebih menekankan pembangunan sosial dan pembangunan kapasitas masyarakat lokal untuk maju dan berkembang, seperti program pemberian bantuan yang terkait dengan pelayanan masyarakat atau kepentingan umum, termasuk di dalamnya bantuan bencana alam, bantuan prasarana umum termasuk tempat ibadah dan peningkatan kesehatan bagi masyarakat setempat. Menurut Tamam Achda dalam Seminar Nasional A Promise of Gold Rating: Sustainable CSR, salah satu konsep CSR yang biasanya disebut dengan Community
Universitas Sumatera Utara
Development (CD) ini harus benar-benar untuk mengembangkan masyarakat dengan pembangunan yang berkelanjutan sehingga mempunyai pengaruh jangka panjang. Di Indonesia, program CD direkomendasikan pada peningkatan pendapatan (ekonomi) atau kesejahteraan masyarakat, masalah-masalah pekerjaan, peningkatan pendidikan, serta kesehatan masyarakat, yang tujuannya, adalah: meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menemukan alternatif ekonomi dalam jangka panjang, meningkatkan kualitas kehidupan serta kemandirian masyarakat baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Di samping peran perusahaan dalam pengembangan, masyarakat juga harus ikut serta dalam proses pembangunan yang berkelanjutan, seperti yang diungkapkan oleh John Dewey, bahwa seseorang mampu belajar dengan pengalaman yang didapat, dan mampu berbuat sesuai dengan apa yang dipelajari. Jadi, dalam hal ini, community development bukan hanya sekedar proses ’memberikan’ kepada masyarakat tetapi juga masyarakat mampu belajar sambil berbuat (learning by doing). Salah satu program Community Development ini adalah community empowering, yakni sebuah usaha untuk memberdayakan masyarakat sehingga memiliki akses yang baik untuk menunjang kemandiriannya, sebagai contoh program pemberian beasiswa, peningkatan kapasitas usaha masyarakat yang berbasis potensi setempat serta bantuan untuk pengembangan atau penguatan kelompok swadaya masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat di Kel. Jayamukti perlu adanya program-program untuk pengembangan dan pembinaan tersebut, dengan sisi kehidupan sosial dan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi yang masih memerlukan bantuan dengan cara perusahaan itu sendiri. Program CD yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan yang harus diusahakan berkesinambungan dengan kriteria keberhasilan yang jelas.
2.5.
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Pertamina Program PKBL Pertamina sebelumnya bernama PUKK yang sesuai dengan
SK Menteri Keuangan RI No.316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994, BUMN termasuk juga PT. Pertamina diwajibkan melakukan pembinaan terhadap usaha kecil koperasi dalam rangka mendukung program pemerintah. PUKK PT. Pertamina adalah lembaga pembinaan usaha kecil dan koperasi di lingkungan PT. Pertamina yang keberadaan dan kegiatannya merupakan penugasan pemerintah untuk ikut memberdayakan usaha kecil dan koperasi dan diprioritaskan pada daerah di sekitar wilayah operasi PT. Pertamina dan mitra bisnis dalam mendukung kelancaran kegiatan operasi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara