BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Persepsi 1. Pengertian Persepsi Menurut Alex Sobur, secara etimologis persepsi atau dalam bahasa inggris perception berasal dari bahasa Latin perception; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Kata “persepsi” biasanya dikaitkan dengan kata lain, menjadi; persepsi diri, persepsi sosial (Calhoun & Acocella, 1990; Sarwono, 1997; Gerungan, 1987), dan persepsi Interpersonal (Rakmat, 1994). Tegiuri (dalam Muhadjir, 1992) menawarkan istilah “la connaisance d’atrui” atau mengenal orang lain. Dalam kepustakaan berbahasa Inggris, istilah yang banyak digunakan adalah “social perception”. Objek fisik umumnya memberi stimulus fisik yang sama, sehingga orang mudah membuat persepsi yang sama. Pada dasarnya, objek berupa pribadi
memberi stimulus
yang sama pula,
namun
kenyataannya tidaklah demikian. Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt, 1978).1
1
Alex sobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 445 15
16
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya. 2 Sedangkan menurut Sarlito Wirawan Sarwono, Persepsi adalah objek-objek di sekitar kita, kita tangkap melalui alat-alat indra dan diproyeksikan pada bagian tertentu di otak sehingga kita dapat mengamati objek tersebut.3 Persepsi pada hakikatnya merupakan proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
persepsi
adalah
proses
yang
berhubungan
dengan
penginderaan seperti: melihat, membaui, mendengar, merasakan, menanggapi, menyentuh, dan menerima.4 2. Jenis-Jenis Persepsi Menurut Bimo Walgito ada beberapa jenis persepsi yaitu: persepsi melalui indera pendengaran, persepsi melalui indera penciuman, persepsi melalui indera pengecapan dan persepsi melalui indera kulit atau perasa.5
2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Ke-empat (Jakarta: PT, Gramedia, 2008), hlm. 1061 3 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 85 4 Mifta Toha, Perilaku Organisasi: Konsep dasar dan Aplikasinya (Jakarta: PT. Raja Graffindo Persada, 2000), cet: ke-6, hlm. 232 5 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi (Yogyakarta: Andi Offest, 20040, hlm. 124
17
Sedangkan
menurut
Irwanto
bukunya
yang
berjudul
“Psikologi Pengantar” ada dua jenis persepsi yaitu: a. Persepsi positif, yaitu persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan dan tanggapan yang selaras dengan objek persepsi yang diteruskan dengan upaya pemanfaatannya. b. Persepsi negative, yaitu persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan dan tanggapan yang tidak selaras dengan objek persepsi. Hal ini akan diteruskan dengan kepastian untuk menerima atau menolak dan menentang segala usaha obyek yang dipersiapkan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa persepsi berasal dari panca indera, apabila persepsi tersebut selaras dengan
pengetahuan
maka
hal
tersebut
dikatakan
sebagai
pengetahuan persepsi positif, akan tetapi jika objek persepsi tidak selaras dengan pengetahuan maka hal tersebut akan menjadi persepsi negatif. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Carole Wade dan Carol Tavris, beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu: a. Kebutuhan. Ketika kita membutuhkan sesuatu, atau memiliki ketertarikan akan suatu hal, atau meninginkannya, kita akan dengan mudah mempersepsikan suatu berdasarkan kebutuhan ini;
18
b. Kepercayaan. Apa yang kita anggap sehingga benar dapat mempengaruhi interpretasi kita terhadap sinyal sensorik yang ambigu; c. Emosi. Emosi dapat mempengaruhi interpretasi kita mengenai suatu informasi sensorik; d. Ekspetasi. Pengalaman masa lalu sering mempengaruhi cara kita mempersiapkan sesuatu.6 Menurut
Abdul
Rahman
Shaleh,
factor-faktor
yang
berpengaruh pada persepsi antara lain: a. Perhatian yang selektif, yaitu individu memusatkan perhatiannya pada rangsangan-rangsangan tertentu saja; b. Ciri-ciri rangsangan, seperti rangsangan yang bergerak akan lebih menarik perhatian; c. Nilai dan kebutuhan individu; d. Pengalaman dahulu. Sedangkan
menurut
Alex
sobur,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi persepsi dibagi dua, yaitu: a. Faktor-faktor intern Faktor-faktor intern yang berkaitan dengan diri sendiri : i.
Kebutuhan psikologi Kebutuhan psikologis seseorang mempengaruhi persepsinya. kadang-kadang, ada hal yang “kelihatan” (yang sebenarnya tidak ada), karena kebutuhan psikologis.
6
Carole Wade dan Carol Tavris, Psikologi, alih bahasa Widyasinta (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 228
19
ii.
Latar belakang Latar belakang mempengaruhi hal-hal yang dipilih dalam persepsi. Orang-orang dengan latar belakang tertentu mencari orang-orang dengan latar belakang yang sama.
iii.
Pengalaman Pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari orang-orang, hal-hal, dan gejala-gejala yang mungkin serupa dengan penagalaman pribadinya.
iv.
Kepribadian seorang yang introvert mungkin akan tertarik kepada orang-orang yang serupa atau sama sekali berbeda. Berbagai faktor dalam kepribadian mempengaruhi seleksi dalam persepsi.
v.
Sikap dan kepercayaan umum Orang-orang yang mempunyai sikap tertentu terhadap karyawan wanita atau karyawan yang termasuk kelompok bahasa tertentu, besar kemungkinan akan melihat berbagai hal kecil yang tidak diperhatikan oleh orang lain.
vi.
Penerimaan diri Penerimaan diri merupakan sifat penting yang mempengaruhi persepsi. Beberapa telah menunjukkan bahwa mereka yang lebih ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu daripada mereka yang kurang ikhlas menerima realita dirinya. 7
b. Faktor-faktor ekstern 1.) Intensitas Pada umumnya, rangsangan yang lebih intensif, mendapatkan lebih banyak tanggapan daripada rangsangan yang kurang intens. Iklan memanfaatkan factor ini sangat baik.
7
Alex Sobur, Psikologi Umum, Op, Cit. hlm. 452-453
20
2.) Ukuran Pada umumnya, benda-benda yang lebih besar lebih menarik perhatian. 3.) Kontras Biasanya, hal-hal lain dari yang biasa kita lihat akan cepat menarik perhatian. Jika orang bisa mendengar suara tertentu dan sekonyong-konyong ada perubahan dalam suara itu, hal itu akan menarik perhatian. 4.) Gerakan Hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian daripada halhal yang diam. 5.) Ulangan Biasanya hal-hal yang berulang-ulang dapat menarik perhatian. 6.) Keakraban Hal-hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian. 7.) Sesuatu yang baru Faktor ini kedengarannya bertentangan dengan faktor keakraban. Akan tetapi, hal-hal baru juga menarik perhatian. Jika orang sudah bisa dengan kerangka yang sudah dikenal, sesuatu yang baru menarik perhatian.8
4. Proses Terjadinya Persepsi Menurut Pareek sebagaimana yang dikutip oleh Alex sobur dalam bukunya yang berjudul “Psikologi dalam Lintasan Sejarah”, mengklasifikasikan proses persepsi ke dalam enam tahapan, yaitu: 9
8
Alex Sobur, Psikologi Umum, Op. Cit, hlm. 454-455 Alex Sobur, Psikologi umum dalam Lintasan sejarah, cet. ke-2 (Bandung: Pustaka Setia, 2003), hlm. 446 9
21
a. Proses menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber; b. Proses menyeleksi rangsangan untuk diproses lebih lanjut; c. Proses pengorganisasian yang dilaksanakan dengan: Pengelompokan, yaitu berbagai rangsangan yang telah diterima dikelompokkan dalam suatu bentuk; Bentuk timbul dan latar. Dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan rangsangan atau gejala lainnya berada di latar belakang; Kemantapan persepsi; d. Proses penafsiran untuk memberikan arti pada berbagai data dan informasi yang diterima; e. Proses pengecekan untuk mengecek apakah penafsirannya benar atau salah; f. Proses reaksi, baik tersembunyi yang berupa pembentukan pendapat atau sikap maupun reaksi terbuka yang
berupa
tindakan nyata sehubungan dengan persepsi itu. Menurut Walgito, terjadinya prosesi melalui suatu proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut:10 a. Suatu obyek sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini
10
Bimo Walgito, Op. Cit, hlm. 91
22
berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman. b. Stimulus suatu obyek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan ke otak melalui syaraf sensoris, proses pentransferan stimulus ke otak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal. c. Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari objek yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut proses psikologis. Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses dimana individu mengetahui alat inderanya. 11 Sedangkan menurut Alex Sobur dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Umum” proses terjadinya persepsi yaitu:
Gambar.1 Variabel Psikologis di antara Rangsangan dan Tanggapan Penalaran Rangsangan
Persepsi
Pengenalan
Tanggapan Perasaan
Dari segi Psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk 11
Ibid, Bimo Walgito., hlm. 91
23
mengubah tingkah laku seseorang harus mulai dari mengubah persepsinya. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama berikut : a.) Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. b.) Interpretasi, sehingga
yaitu
proses
mempunyai
arti
mengorganisasikan bagi
seseorang.
informasi Interpretasi
dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti pengalaman masa lalu, system
nilai
yang
dianut,
motivasi,
kepribadian,
dan
kecerdasaan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengategorikan informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana. c.) Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai. 12
12
Alex Sobur, Op, Cit, hlm. 447
24
B. Penambang Batu Pasir Penambang adalah proses, cara, perbuatan menambang (bawah tanah= cara menambang yang dilakukan dibawah permukaan tanah). Batu pasir adalah isi dari permukaan bawah tanah. Jadi penambang batu pasir adalah proses, cara atau perbuatan menambang yang dilakukan dibawah permukaan tanah kemudian menghasilkan batu pasir.13
C. Fungsi Pendidikan Bagi Anak 1. Pengertian Pendidikan Anak Menurut Miftahul Huda, Pendidikan adalah usaha perlahanlahan untuk mengembangkan sesuatu menuju kesempurnaanya. Pendidikan pada prinsipnya adalah menanamkan akhlak yang luhur pada jiwa anak didik, memberinya petunjuk bimbingan sehingga menjadi karakter kejiwaannya,
maka arti jiwa inilah akan
memberikan kemanfaatan bagi masyarakatnya.14 Menurut Moh. Rosyid Pendidikan adalah salah satu unsur yang paling utama untuk mencerdaskan bangsa dan untuk menghilangkan buta huruf, baik itu pendidikan formal maupun
13
KBBI, Daring (Edisi III) http :// pusatbahasa.Diknas.go.id Miftahul Huda, Identitas Pendidikan Anak (Tafsir Tematik Qs. Luqman) (Malang: UIN Malang Press, 2009), hlm. 19 14
25
pendidikan informal. Pendidikan formal atau sekolah memegang peran penting dalam sosialisasi anak. 15 Menurut
Sudarwin
Danim,
Pendidikan
anak
proses
pemartabatan manusia menuju puncak optimasi potesi kongnitif, afektif, dan psikomotorik yang dimilikinya. Menurut M.J Langeved, pendidikan adalah setiap pergaulan atau hubungan mendidik yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak. 16 Pendidikan anak juga diterangkan dalam Al-Quran, di dalam ayat-ayat Al-Qur‟an berkaitan dengan pendidikan anak ada dua macam pernyataan yang digunakan untuk mengistilahkan anak, yaitu: al-aulad dan al-banan. Istilah al-aulad biasanya dikaitkan dengan konotasi makna anak secara pesimistis, sehingga anak memerlukan perhatian khusus. Hal ini dapat dilihat pada ayat berikut: “Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh), mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga).”(QS. 34:37) 15
Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta, 2010), hlm. 116-117 16 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan (Landasan Teori, dan 234 Metafora Pendidikan) (Bandung: ALFABETA, 2010), hlm. 3-4
26
Ayat tersebut sebagai titik tolak untuk mencurahkan tenaga dan pikiran dalam rangka memperbaiki anak melalui pendidikan, sehingga mereka dapat menjadi wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan sebaliknya menjadi fitnah (merepotkan) khususnya bagi orangtua dan umumnya bagi masyarakat. Sedangkan istilah al-banan mengandung pemahaman anak secara optimis, sehingga menimbulkan kebanggaan dan ketentraman khusus dalam hati. Ayat yang membahas hal tersebut adalah sebagai berikut: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. 18: 46) Jadi, anak dapat menjadi impian yang menyenangkan, manakala dididik dengan baik, dan sebaliknya akan menjadi petaka jika tidak dididik.17 Pendidikan menurut Suparlan Suhartono adalah segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan sesuatu hal yang telah diketahui itu.18
17
Miftahul Huda dan Muhammad Idris, Nalar Pendidikan Anak (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2008), hlm. 76-77 18 Suparlan Suhartono, Wawasan Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hlm. 43
27
Dari uraian di atas, maka pendidikan dapat diartikan sebagai:
Sesuatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan;
Suatu penghargaan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam pertumbuhannya;
Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat;
Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju kedewasaan.19
2. Tujuan Pendidikan Anak Tujuan pendidikan untuk tingkat SLTP sebagai berikut : a. Meningkatkan kompetensi dasar siswa di bidang akademis, sesuai dengan tuntutan kurikulum. b. Mengembangkan potensi intelektual, moral, dan spiritual siswa. c. Menumbuhkembangkan potensi sosial dan kebangsaan siswa. d. Mempersiapkan siswa secara mantap untuk dapat menlanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya.20 Menurut Moh. Suardi tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil
19
pendidikan
yang
dicapai
peserta
didik
setelah
Ihsan Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), cet-
2 hlm. 4-5 20
oleh
Pppkpetra.or.id/tujuan-pendidikan-Smp.html
28
diselenggarakan kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau latihan, diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan itu.21 Sedangkan tujuan pendidikan anak secara umum telah banyak ditemukan oleh pakar pendidikan sebagaimana berikut ini: a) M. Ngalim Purwanto, Pertama: Tujuan umum dari pendidikan ialah membawa anak kepada kedewasannya, yang berarti bahwa ia harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri. Kedua, Tujuan umum pendidikan ialah tujuan di dalam pendidikan pendidikan yang seharusnya menjadi tujuan orang tua atau pendidik lain, yang telah ditetapkan oleh pendidik dan selalu dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang terdapat pada anak didik itu sendiri dan dihubungkan dengan syarat-syarat dan alat-alat untuk mencapai tujuan umum. Maksud dari tujuan umum yang telah dijelaskan diatas adalah: 1. Sifat pembawaan anak didik: umumnya dan jenis kelaminnya, watak dan kecerdasaannya. 2. Kemungkinan-kemungkinan
dan
kesanggupan-
kesanggupan keluarga anak didik itu, miskin atau kaya, terpelajar atau tidak dll. 21
Moh. Suardi, Pengantar Pendidikan (Teori dan Aplikasi) (Jakarta Barat: PT INDEKS, 2012), hlm. 6
29
3. Tempat dalam masyarakat dalam masyarakat yang menjadi tujuan anak didik itu. 4. Tugas badan-badan dan tempat pendidikan. Keluarga atau rumah tangga, sekolah, badan-badan keagamaan, badan-badan
sosial,
dan
sebagainya
sudah
tentu
mempunyai tugas yang berbeda-beda dalam mendidik anak-anak.
Masing-masing
akan
memperhtikan
kepribadian anak-didik dari sudutnya sendiri-sendiri. 5. Kemampuan-kemampuan
yang
ada
pada
pendidik
sendiri. Seperti pernah diuraikan, hidup si pendidik turut menentukan arah tujuan pendidikan.22 b) Menurut Sudarwan Danim tujuan pendidikan anak
secara
umum adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk: 1. Berfikir kritis dan analisis dalam mengintegrasikan dan mensintesis pengetahuan, dan menarik kesimpulan dari materi yang kompleks. 2. Membuat pertimbangan etis dan penilaian berdasarkan pada pengembangan sistem nilai pribadi, pemahaman atas warisan budaya bersama, dan pengetahuan tentang kesuksesan atau kegagalan masa lalu, serta konsekuensi dari peran individu dan pilihan masyarakat.
22
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), cet ke-2, hlm. 19-21
30
3. Memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa
dan
lintas
budaya
Negara,
serta
hidup
bertanggungjawab dalam dunia yang saling tergantung. 4. Mendapatkan dasar ilmu pengetahuan umum dan kapasitas memperluas basis kehidupan. 5. Berkomunikasi efektif secara tertulis, lisan, dan bentuk simbolik lainnya. 6. Memahami fenomena alam dan dunia fisik, serta proses konsep ilmiah yang dikembangkan dan dimodifikasi. 7. Mengapresiasi seni dan karya budaya. 8. Mengembangkan ketrampilan kuantitatif yang diperlukan dalam perhitungan matematis, analisis, dan pemecahan masalah. 9. Memahami prinsip-prinsip penting untuk kesejahteraan mental dan fisik secara terus-menerus. 23 c) Dalam pandangan islam tujuan umum pendidikan (anak) berikut ini dikemukaan beberapa pendapat para pakar pendidikan islam antara lain sebagai berikut: 1.) Naquib al-Attas mengemukakan bahwa tujuan umum pendidikan (anak) adalah untuk menghasilkan manusiamanusia yang baik. Pengertian baik berkaitan dengan
23
Sudarwan Danim, Op. Cit, http://www.uww.edu/, hlm. 42
31
adab yang meliputi kehidupan spiritual dan material yang dapat memberikan kebaikan kepada manusia. 24 2.) „Atiyah al-Abrasyi mengemukakan lima tujuan umum pendidikan islam: a. Untuk membentuk akhlak yang mulia. kaum muslimin sudah dipakai bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Oleh karena itu mencapai
akhlak
yang
mulia
adalah
tujuan
pendidikan yang sebenarnya. b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya mengarahkan kepada segi keagamaaan atau segi kenduniaan saja, tetapi mencakup kedua-keduannya secara kebersamaan. c. Memperhatikan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan dalam pendidikan. Oleh karena itu pendidikan Islam tidak hanya bersifat agama atau akhlak dan spiritual semata, tetapi menaruh perhatian kepada tujuan kurikuler dan aktivitasnya. d. Menumbuhkan semangat ilmiah pada setiap pelajar, berusaha memuaskan rasa ingin tahu mereka dan
Imam Suraji, Prinsip-prinsip Pendidikan Anak dalam Persepkitf Al-Qur’an dan Hadits (Pekalongan: STAIN PEKALONGAN PRESS, 2002), hlm. 155. Dikutip dalam buku Muhammad al-Naqquib al-Attas, Islam dan Sekulerisme, terj. Karsidjo Djojosuwarno, (Bandung: Pestaka, 1981), hlm. 221 24
32
memberi kesempatan kepada mereka untuk mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri. e. Menyiapkan pelajar dalam segi professional, seperti teknik dan pertukaran sebagai persiapan untuk mencari
rizki
dalam
upaya
memenuhi
kehidupannya. 25 3.) Muhammad Munir Mursi mengemukakan empat tujuan umum pendidikan islam yaitu: a. Terbentuknya manusia seutuhnya, yaitu manusia berakhlak mulia. b. Tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat. c. Menumbuhkan kesadaran manusia untuk menjadi orang yang taqwa dan beribadah kepada Allah. d. Menguatkan ukhuwah Islamiyah dikalangan kaum muslim. 26
Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
tujuan pendidikan anak secara khusus atau semantara adalah harus disesuaikan
dengan tahap-tahap perkembangan pisik, psikis, dan
akal anak. Oleh karena itu, rumusan tujuan khusus atau sementara
25
Ibid, Imam Suraji, hlm. 156. Dikutip dalam buku Attiyah al-Abrasyi, Dasardasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A. Gani (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), hlm. 1-4 26 Ibid, hlm. 156. Dikutip dalam Buku, Munir Mursi, At-Tarbiyah al-Islamiyah Usuluha wa Tatwwauruha fi al-Bilad al-‘Arabiyah, (kairo: „alam al-Kurub, 1977), hlm. 18-20
33
pendidikan anak pada fase awal masa kanak-kanak (umur 2-6 tahun) berbeda dengan fase akhir masa kanak-kanak (umur 6-12 tahun). Walaupun berbeda tetapi isinya harus tetap saling berkaitan agar dalam pencapainnya tidak mengalami hambatan. Tujuan khusus atau sementara pendidikan anak pada fase awal masa kanak-kanak adalah mengenalkan dan meletakkan dasar dalam pembentukan keimanan, akhlak, kepribadian, kesehatan, ketrampilan, dan akal anak. Sedang tujuan khusus atau sementara pendidikan anak pada fase akhir masa kanak-kanak adalah membentuk dan mengembangkan keimanan, akhlak, kepribadian, kesehatan, ketrampilan, dan akal anak. Agar pada fase ini (umur12 tahun) anak sudah dapat mengetahui tugas, kewajiban dan tanggugjawabnya dalam kehidupan sehari-hari. 27
3. Jenis-jenis Pendidikan Anak Menurut Suwarno jenis-jenis pendidikan antara lain: a) Menurut tujuannya: 1. pendidikan pancasila; 2. pendidikan islam; 3. pendidikan hindu; 4. pendidikan katolik. b) Menurut lembaga pendidikan: 1. pendidikan keluarga; 2. pendidikan sekolah; 3. pendidikan masyarakat. c) Menurut aspek pendidikan: 1. pendidikan intelektual; 2. kecerdasan; 27
Ibid, hlm. 158
3.
pendidikan
moral;
kesusilaan;
4.
34
pendidikanestesis (keindahan); 5. pendidikan agama; 6. pendidikan sosial; 7. pendidikan kewarganegaraan (patriotik); 8. pendidikan jasmani; 9. pendidikan kerampilan (skill). d) Menurut keadaan perkembangan peserta didik: 1. pendidikan prenatal; 2. pendidikan bayi; 3. pendidikan anak; 4. pendidikan anak sekolah; 5. pemdidikan pamuda; 6. pendidikan orang dewasa. Dari penjelasan diatas dapat dilihat jenis pendidikan dapat diuraikan dengan rinci menurut masalahnya. Dan jenis-jenis diatas dapat dijadikan dasar untuk membahas tentang jenis-jenis pendidikan dan dipadukan dengan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Klasifikasikan ini penting mengingat jenis dan jenjang pendidikan akan berbeda-beda menurut falsafah dan tujuan dan tujuan yang hendak dicapainya. Dalam UU No. 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah, pada Bab V Pasa 6 dinyatakan tentang jenis pendidikan dan pengajaran, yakni: 1. Menurut Jenisnya, pendidikan dan pengajaran dibagi atas: a.) Pendidikan dan pengajaran taman kanak-kanak. b.) Pendidikan dan pengajaran rendah. c.) Pendidikan dan pengajaran menengah. d.) Pendidikan dan pengajaran tinggi.
35
2. Pendidikan dan pengajaran luar biasa diberikan dengan khusus untuk mereka yang memerlukan. Pada Pasal 7 dijelaskan tentang maksud dilaksanakan jenisjenis pendidikan itu. Pengajaran dan pendidikan taman kanak-kanak dimaksudkan untuk menentukan pertumbuhan jasmani dan rohani anak-anak sebelum masuk ke sekolah rendah (Suwarno, 1985: 138). Pendidikan dan pengajaran rendah bertujuan mengembangkan bakat anak didik serta memberikan dasar-dasar pengetahuan, kecakapan, dan ketangkasan baik lahir maupun batin. Pendidikan dan pengajaran menengah sudah membedakan antara pendidikan umum dan vak. Selain melanjutkan ke pendidikan tinggi, pendidikan dan pengajaran jenis ini juga mengembangkan kemampuan
atau
kesanggupan
anak
untuk
bermasyarakat.
Pendidikan dan pengajaran jenis ini mendidik tenaga ahli sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja, serta mempersiapkan anak didik pada pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi dimaksudkan untuk memberi kesempatan kerja kepada pelajar agar menjadi orang yang dapat memberi pimpinan kepada masyarakat dan dapat memelihara kemajuan ilmu dalam masyarakat. Kemajuan masyarakat, perkembangan untuk memberi Iptek yang semakin cepat, serta semakin menguatkannya era globalisasi akan mempengaruhi peran lingkungan dalam pendidikan. Di samping
36
itu terjadinya pergeseran peran seperti telah tampak pada keluarga modern. Keluarga modern dituntut pula meningkatkan mutu perannya. 28
4. Fungsi Pendidikan Bagi Anak Fungsi pendidikan bagi anak ialah memberi tuntunan, bantuan, pertolongan kepada peserta didik. Di dalam pengertian memberi tuntunan telah tersimpul suatu dasar pengakuan bahwa anak (pihak yang diberi tuntunan) memiliki daya-daya (potensi) untuk berkembang. Potensi ini secara berangsur-angsur tumbuh dan berkembang dari dalam diri anak. Untuk menjamin berkembangnya potensi-potensi agar menjadi lancar dan terarah, diperlukan pertolongan, tuntunan dari luar. Jika unsur pertolongan tidak ada, maka potensi terebut tetap tinggal potensi belaka yang tak sempat diaktualisasikan. 29 Menurut
Abdul
Kadir
fungsi
pendidikan
adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, kepribadian serta peradaban yang bermartabat dalam hidup dan kehidupan atau dengan kata lain pendidikan berfungsi memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang benar sesuai dengan norma yang dijadikan landasannya. 30
28
Moh. Suradi, Op, Cit. hlm. 8-9 Moh. Rosyid, Op. Cit, hlm. 11 30 Abdul Kadir, Dasar-dasar pendidikan (Jakarta: Prenadamedia, 2012), hlm 29
37
Pendidikan juga berfungsi untuk membangun manusia yang beriman, cerdas, kompetitif, dan bermartabat. Beriman, mengandung makna bahwa manusia mengakui adanya eksistensi Tuhan dan mengikuti ajaran dan menjauhi ajaran dan menjauhi laranganlarangannya. Kecerdasan spiritual yang dimiliki siswa tercermin dari keimanan, ketaqwaan akhlak mulia, budi pekerti luhur, altruis (semangat membantu orang lain secara cuma-cuma), motivasi tinggi, optimis, dan kepribadian unggul. Kecerdasan emosional dan spiritual tercermin dari sensitivitas dan apresiasi akan kehalusan dan keindahan seni budaya; beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang: membina dan menumpuk hubungan timbal balik, demokratis, empatik, simpatik, menjunjung tinggi HAM, ceria dan percaya diri, menghargai kebinekaan, berwawasan kebangsaan, serta kesadaran akan hak dan kewajiban. Kecerdasan intelektual tercermin dari kompetensi dan kemandirian dalam bidang IPTEKS, serta insan intelektual yang kritis, kreatif, dan imajinatif. Cerdas secara kinestik berkaitan dengan sosok pribadi sebagai insan yang sehat, bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil, dan trengginas atau cekatan, serta insane adiraga. 31 Kesimpulannya fungsi pendidikan adalah menghilangkan penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Diasumsikan bahwa orang yang berkependidikan akan terhindar dari kebodohan
31
Sudarwan Danim, Op. Cit, hlm. 45-46
38
dan kemiskinan, karena dengan modal ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang diperbolehkannya melalui proses pendidikan, orang akan mampu mengatasi berbagai problema kehidupan yang dihadapinya. Kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki seseorang tentu sesuai dengan tingkat pendidikan yang diikutinya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka diasumsikan semakin tinggi pengetahuan, ketrampilan, kemampuannya. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa fungsi pendidikan adalah membimbing anak ke arah tujuan yang kita nilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak didik ke tujuan itu. 32
32
Moh. Suardi, Op. Cit, hlm. 7