6
BAB II KAJIAN TEORETIS
2.1
Pengertian Menulis Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam
bentuk bahasa tulis untuk tujuan, misalnya memberi tahu, meyakinkan, atau menghibur. Hasil dari proses kreatif ini biasa disebut dengan istilah karangan atau tulisan. Kedua istilah tersebut mengacu pada hasil yang sama meskipun ada pendapat mengatakan kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda.Istilah menulis sering melekatkan pada proses kreatif yang berjenis ilmiah. Sementara istilah mengarang sering dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis non ilmiah. Menulis dan mengarang sebenarnya dua kegiatan yang sama karena menulis berarti mengarang (baca: menyusun atau marangkai bukan menghayal) kata menjadi kalimat, menyusun kalimat menjadi paragraf adalah suatu persoalan. Pokok persoalan di dalam tulisan disebut gagasan atau pikiran. Gagasan tersebut menjadi dasar bagi berkembangnya tulisan tersebut. Gagasan pada sebuah tulisan bisa bermacam-macam, bergantung pada keinginan penulis-penulis. Melalui tulisannya, penulis bisa mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, pendapat, kehendak dan pengalaman. McCrimmon (2008: 141) mengungkapkan pengertian menulis sebagai kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal
7
yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tadi (Lado dalam Tarigan, 1983: 21). Selain itu,
menulis
sebagai
suatu
proses
menyusun,
mencatat
dan
mengkomunikasikan makna dalam tataran ganda, bersikap interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan sistem tandatanda konvesional yang dapat dibaca. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan lambang-lambanng bahasa untuk menyimpulkan sesuatu baik berupa ide ataupun gagasan kepada orang lain ataupun pembaca yang dilakukan dengan menggunakan bahasa tertulis. Penguasaan bahasa tulis mutlak diperlukan dalam kehidupan modern sekarang ini, ternyata keterampilan menulis kurang mendapat perhatian. Mahasiswa dan mahasiswi sebagai calon guru yang salah satu tugasnya melatih keterampilan menulis siswa,tentu perlu memahami dengan baik keterampilan menulis ini. Pemahaman konsep menulis menjadi penting bagi kita karena dalam praktek keseharian banyak orang terampil dalam membaca tetapi mengalami kesulitan dalam menulis. Namun demikian ternyata banyak orang yang kekurangan ide atau bisa jadi idenya banyak tetapi tetap saja kesulitan dalam menulis. Dunia informasi telah berkembang demikian pesat dengan pesatnya perkembangan dunia informasi
8
khususnya perkembangan kegiatan tulis menulis,tentu menuntut kita agar mengembangkan tradisi menulis. Tradisi menulis dapat diartikan sebagai sutu kebiasaan untuk menyatakan gagasan atau pendapat secara tertulis. Disekolah materi menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa Indonesia kurang ditangani sungguh-sungguh akibatnya kemampuan berbahasa Indonesia siswa menjadi kurang memadai. Kita sebagai calon guru di Sekolah Dasar atau di Madrasah Ibtidaiyah tentunya kita harus mengetahui Jenis, tujuan, dan permasalahan dalam pengajaran menulis di Sekolah Dasar serta mengatasi permasalahan yang ditemukan dalam pengajaran menulis di Sekolah Dasar dan pendekatan pembelajaran menulis di SD. Namun dengan semakin berkembangnya teknologi seperti saat ini, menulis juga bisa dilakukan dengan menggunakan komputer atau laptop. Banyak definisi pengertian menulis yang dipaparkan oleh para ahli. Untuk selengkapnya mengenai pengertian menulis menurut para ahli, silakan simak artikel di bawah ini. Kemampuan yang dimiliki setiap individu berbeda-beda. Setiap kemampuan saling berhubungan membentuk suatu tindakan. Akhmad Sudrajat membagi kemampuan menjadi dua jenis, yaitu: a) actual ability, dan b) potential ability. Actual ability atau kecakapan nyata merupakan kecakapan yang diperoleh karena belajar yang dapat segera didemonstrasikan atau diuji sekarang. Potential ability atau kecakapan potensial merupakan aspek kecakapan yang masih terkandung dalam diri individu dan diperoleh dari faktor keturunan. Lebih lanjut menurut Robbins dalam menyatakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor, yaitu a)
9
kemampuan intelektual (intelectual ability), merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental, b) kemampuan fisik (physical intellectual), merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina, kekuatan, dan karakteristik fisik. 2.1.1
Tujuan Menulis Semulia-mulianya orang menulis adalah demi tercapainya kehidupan yang
lebih baik bagi seisi dunia. Jurnal ilmiah, karangan populer, fiksi, atau roman picisan sekali pun, ditulis dengan tujuan supaya manusia, setidak-tidaknya segolongan kecil, terinspirasi dan tergerakkan. Orang boleh saja menulis tanpa tujuan, tetapi lazimnya orang menulis guna mencapai tujuan tertentu, seperti: 1. Memberi (Menjaul) informasi Sebagian besar tulisan dihasilkan dengan tujuan memberi (baca: menjual) informasi, teristimewa bila hasil karya tulis tersebut diperjualbelikan. Pada sisi positif lain, tulisan juga bersifat memperkenalkan atau mempromosikan sesuatu, termasuk suatu kejadian (berita) atau tempat (pariwisata) 2. Mencerahkan Jiwa Bacaan sudah menjadi salah satu kebutuhan manusia modern, sehingga karya tulis selain sebagai komoditi juga layak dipandang sebagai salah satu sarana pencerahan pikiran dan jiwa. 3. Mengabadikan Sejarah Sejarah harus dituliskan agar abadi sampai ke generasi selanjutnya.
10
4. Ekspresi Diri Tulisan juga merupakan sarana mengekspresikan diri, baik bagi perorangan maupun kelompok. 5. Mengedepankan Idealisme Idealisme umumnya dituangkan dalam bentuk tertulis supaya memiliki daya sebar lebih cepat dan merata. 6. Mengemukakan Opini dan Teori Buah pikiran pun hampir selalu diabadikan dalam bentuk tulisan. 7. "Menghibur" Baik temanya humor maupun bukan, tulisan umumnya juga bersifat "menghibur" Dalam Charlie (2006 : 111). Dari pernyataan di atas dengan kata lain, tulisan hanya terdapat dalam peradaban dan peradaban tidaklah ada tampa tulisan. Hal ini memuat segalah aspek di bidang kehidupan regional, nasional dan internasional. Dengan perkataan lain, kuantitas dan kualitas para pengarang beserta hasil karyanya turut menentukan maju tidaknya sesuatu bangsa/negara. Tulisan dipergunakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meyakinkan, melaporkan serta memengaruhi lorang lain, dan maksud serta tujuan tersebut hanya bisa tercapai dengan baik oleh orang-orang (Para penulis) yang dapat menyususn pikirannya serta mengutarakannhya dengan jelas (mudah dipahami), kejelasan
tersebut bergantung pada pikiran, susunan/organisasi,
penggunaan kata-kata dan struktur kalimat yang cerah. Memang benar bahwa tulisan berdasar pada ujaran dan memperoleh vitalitas atau daya hidupnya dari
11
ujaran. Akan tetapi tulisan meliputi lebih dari sekedar pemindahan sedangkan percakapan merupakan kegiatan dua arah dan tulisan satu arah. Memang benar bahwa kita biasanya kita menulis kepada seseorang akan tetapi orang itu tidak hadir lagi dan tidak mungkin akan memberikan sesuatu umpan balik. Lagi pula tulisan tidak memiliki beberapa hal yang justru menjumpai bahwa kita menulis guna untuk menginformasikan perasaan ataupun gagasan. Respon yang diharapkan penulis dapat diterima oleh pembaca. Oleh karena itu, sebelum membuat tulisan, seorang penulis harus menentukan terlebih dahulu tujuan apa yang hendak ia capai dalam tulisannya. Tujuan penulisan yang dikemukakan Hugo Harting ditulis oleh Tarigan (1994:24) adalah: 1. Assignment purpose (Tujuan pengasaan) penulisan dilakukan karena ditugaskan bukan kerena kemauan sendiri. 2. Altruistik
purpose
(tujuan
altruistik)
penulis
bertujuan
untuk
menyenangkan dan menolong para pembaca untuk memahai, menghargai perasaan dan penalarannya dengan karyanya tersebut. 3. Persuasive purpose (tujuan persuasive) penulisan yang bertujuan untuk meyakinkan para pembaca terhadap gagasan yang di uraikan. 4. Informasi purpose (tujuan informasi/penerapan) penulisan yang bertujuan memberikan informasi atau penerangan kepada pembaca. 5. Self- Ekspresive purpose (tujuan pernyataan diri) penulisan yang bertujuan untuk memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca.
12
6. Creative purpose (tujuan kreatif) penulisan yang bertujuan untuk mencapai nilai-nilai artistic atau nilai-nilai kesenian. 7. Problem-Solving
Purpose
(tujuan
pemecahan
masalah)
Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi dan menelitik secara cermat pikiran dan gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima pembaca. 2.1.2
Manfaat Menulis Menulis merupakan salah satu kegiatan yang paling spektakuler. Mengapa
begitu? Banyak manfaat menulis yang bisa kita peroleh, termasuk sebagai terapi diri untuk meraih kesuksesan. Terapi Satu kata yang identik dengan penyembuhan diri dan proses pernormalan kembali suatu kinerja tubuh sebagaimana mestinya, baik yang bersifat fisik maupun psikis. Terapi identik dilakukan oleh ahli klinis, seperti dokter, psikiater, maupun psikolog. Terapi digunakan sebagai langkah untuk mengaktifkan kembali kinerja tubuh yang dianggap mempunyai masalah. Jadi, terapi dimaksudkan agar mempercepat proses penyembuhan yang Sebagian orang menganggap, manfaat menulis
adalah untuk menuliskan peristiwa unik dan
berkesan agar dapat dikenang dikemudian hari. Sebenarnya, ini bukan pendapat yang salah. Namun, ada satu hal yang tidak kita sadari ketika menulis diari, yaitu sebagai terapi diri yang efektif. Ini bukan hal yang aneh lagi, karena dengan menulis kita bisa memetik banyak manfaat, antara lain:
13
1. Menghilangkan stres Hal ini bisa dimengerti karena dengan menulis kita bisa mencurahkan perasaan kita tanpa takut diketahui orang lain. Tidak semua orang bisa dengan mudah menceritakan masalahnya pada orang lain. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh watak masing-masing orang. Pembagian kepribadian secara tradisional kita kenal ada dua, yaitu introvert dan ekstrovert 2. Sebagai media merencanakan target yang ingin dicapai Menulis dapat kita gunakan untuk merencanakan hal-hal apa saja yang ingin kita capai di masa yang akan datang. Perencanaan ini dimaksudkan agar kita dapat meraih target yang diharapkan. Dengan menuliskan berbagai hal yang ingin dicapai, itu akan membantu kita dalam memompa semangat dan meraih target tersebut. 3. Untuk menuliskan komitmen Komitmen merupakan hal pokok yang diperlukan oleh setiap orang meraih segala tujuan. Peneguhan janji dalam bentuk komitmen ini diperlukan agar kita senantiasa mempunyai tekad yang kuat dalam meraih tujuan kita. Apa jadinya sebuah tujuan tanpa komitmen yang kuat.Berbagai rencana itu dan ide brilian pun akan menjadi percuma, hanya karena kita tidak mempunyai komitmen. 4. Sebagai pengontrol target Menuliskan setiap perkembangan atas semua pencapaian target merupakan langkah selanjutnya setelah kita merencanakan dan berkomitmen dalam meraih setiap target kita. Menulis akan membantu kita dalam melihat hasil dari proses pencapaian usaha, yang kita lihat dengan target yang ingin kita capai.
14
5. Alat memformulasikan ide baru Setelah menuliskan setiap perkembanngan yang terjadi dalam diari, tentu kita dapat melihat berbagai hal yang akan membuat kita menjadi lebih jeli dalam melihat segala hal yang terjadi. Ide dan rencana awal yang kita buat belum tentu sesuai dengan kondisi yang ada. 6. Sebagai gudang inspirasi Menulis adalah tempat untuk menuliskan berbagai ide yang muncul supaya memudahkan kita dalam menemukan solusi baru yang lebih efektif dalam menyelesaikan sebuah masalah. Diari adalah sumber inspirasi bagi pemunculan ide-ide baru. Ide baru yang muncul tentang cara mencapai target, komitmen, maupun mimpi baru yang ingin kita capai, tidak boleh dianggap remeh. 7. Alat penyimpan memori Kemampuan manusia untuk mengingat peristiwa, pengetahuan, maupun hal unik lainnya tentu terbatas. Orang tentu tidak dapat mengingat semua kejadian yang berlangsung dalam hidupnya sekaligus. Bahkan, manusia jenius sekalipun tentu mengalami kelupaan untuk beberapa peristiwa dalam hidupnya. 8. Alat memudahkan penyelesaian masalah Setiap permasalahan yang berhasil kita selesaikan akan melatih kita dalam menyelesaikan masalah berikutnya.Cara penyelesaian masalah itu bisa saja menjadi acuan kita dalam menyelesaikan masalah serupa atau yang hampir sama. 9. Sebagai media refleksi dan kebijksanaan
15
Menuliskan segala perasaan, masalah, dan konflik yang terjadi dalam hidup akan membuat orang semakin bijaksana. Karena, dengan menulis diari kita akan belajar berkompromi dengan setiap masalah yang ada. 2.1.3
Pengertian Afiks Imbuhan (afiks) ialah awalan, akhiaran atau sisipan yaitu bentuk morfem
terikat yang di tempelkan pada salah satu kata, baik kata dasar maupun kata jadian. Dengan datangnya istilah yang berasal dari Bahasa Inggris untuk menyebut unsur pembentukan kata itu tampaknya persoalan istilah menjadi selesai sebab ada afiks, prefiks, sufiks, dan konfiks. Afiks dalam istilah umum untuk menyebutkan keseluruhan unsur pembentukan kata itu. Prefiks untuk menyebut afiks yang di letakan pada awal kata. Sufiks untuk menyebutkan afiks pada akhir kata. Infiks untuk menyebut unsur yang di letakan di tengah kata, dan konfiks untuk menyebut awalan dan akhiran yang di imbuhkan secara bersamaan pada sebuah kata dasar (Abdul, 1993: 11). Kata dasar + imbuhan = kata berimbuhan atau kata jadian. Afiks yang di tetapkan di bagian kata dasar di sebut prefiks atau awalan. Misalnya prefiks (Pe-) pada kata perasa. Bila tempatnya di belakang kata dasar di sebut sufiks atau akhiran. Misalnya sufiks (- an) pada kata mainan. Bila tempatnya di tengah kata disebut infiks atau sisipan. Misalnya (-el) pada kata gelembung. Gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk suatu kesatuan secara serentak di sebut konfis. Misalnya konfiks (pe–an) pada perasaan (Adnan–21). Dalam perkembangan kemudian memang ada juga istilah lain yang menyebut unsur pembentukan kata yang di imbuhkan atau di bubuhkan pada kata
16
dasar yaitu imbuhan atau bubuhkan. Dengan datangnya istilah yang berasal dari Bahasa Inggris ini untuk menyebut unsur pembentukan kata tampaknya persoalan istilah menjadi selesai sebab ada afiks, prefiks, sufiks dan konfiks. Namun persoalan kita sekarang apa tandanya sebuah gabungan afiks adalah sebuah afiks dan ada pula yang menjadi ciri bagi yang bukan sebuah konfiks. Kata-kata yang di calonkan menjadi kata yang dibentuk dengan konfiks adalah semua kata yang memiliki prefiks dan sufiks. Dalam Bahasa Indonesia kata-kata yang demikian sadalah mengandung afiks. Apakah bentuk gabungan afiks harus dilihat dari makna yang di miliki oleh gabungan afiks dalam proses morfologi untuk kata dasar atau bentuk kata yang di imbuhkan. Kalau gabungan afiks itu adalah sebuah konfiks. Maka masing-masing afiks itu memiliki makna tersendiri, maka gabungan afiks itu bukan sebauh konfiks melainkan kombinasi afiks Kri Dalaksana (1989 : 29). Imbuhan merupakan bentuk terikat yang ditambahkan pada bentuk lain yang berimplikasai pada perubahan makna grametikalnya. Batasan imbuhan dalam Bahasa Indonesia dikemukakan pula oleh Ramlan (1993: 56). Imbuhan atau afiks menurut Ramlan adalah satuan grametika yang dalam suatu kata memiliki kesanggupan untuk melekat pada satuan lain untuk bentuk kata atau pokok kata guru. Perubahan grametikal dalam Bahasa Indonesia tidak selalu disebut penambahan imbuhan di samping imbuhan, juga mengenal penambahan klitika yang memiliki kemiripan dengan imbuhan. Oleh karena itu, ada sebagaian
17
pemakaian Bahasa Indonesia yang tidak membedakan antara imbuhan dan klitika. Untuk menjadi acuan peneliti, imbuhan ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Sebagai imbuhan selalu bermakna grametikal. 2. Sebuah imbuhan merupakan morfem terikat yang tidak dapat menjadi satuan dasar. 3. Sebuah imbuhan memiliki kesanggupan untuk melekat dengan satuan lain. Jika diamati dari seluruh anggota imbuhan Bahasa Indonesia kesanggupan menempel pada bagian lain memiliki sifat berbeda-beda. Oleh karena itu para ahli Bahasa Indonesia membagi ke dalam dua kategori yaitu : 1. Imbuhan atau afiks yang produktif 2. Imbuhan atau afiks yang tidak produktif 3. Untuk membentuk satuan kata kompleks (Keraf, 1984 : 19; Badudu, 1976: 20; dan Ramlan 1993: 29). Kategori imbuhan produktif dan tidak produktif dilihat dari kebebasannya melekat (Kri Dalaksana 1984: 4) imbuhan – el, - em, - er misalnya tidak produktif karena tidak secara bebas membentuk satuan. Sebaliknya dapat melekat dengan berbagai bentuk kata dasar yang hampir tidak ada batas. Bahkan dapat melekat pada
kata-kata
yang
telah
berimbuhan.
Misalnya:
memberhentikan,
membelajarkan dan sebagainya. Imbuhan-imbuhan itu tidak memiliki makna apaapa. Dengan demikian imbuhan-imbuhan itu bermakna apabila digabungkan dengan bentuk lain.
18
Verhaar (1988 : 60) afiks. Afiks selalu berupa morfem terikat yang dapat ditambahkan pada awal kata (Prefiks, sufiks) dalam proses yang di sebut prefiksasi pada akhir kata dalam proses sufiksasi untuk sebagian pada awal kata dan sebagian pada akhir kata (konfiks) ambifiks, simulfiks, dalam proses disebut komfiksasi, ambifikasi, simulfiksasi, atau di dalam kata itu sendiri sebagai suatu sisipan (Infiks) dalam proses yang disebut Infiksasi. Banyak ahli Bahasa Indonesia yang mencoba memberi batasan imbuhan (afiks) Kri Dalaksana (1984: 2) memberi ulasan tentang imbuhan. Menurut beliau, imbuhan merupakan bentuk terikat yang ditambahkan pada bentuk lain yang berimplikasi pada perubahan makna grametikalnya. Dalam Bahasa Indonesia penambahan imbuhan tersebut selalu melekat pada sesuatu dasar atau satuan bebas. Kata-kata bermain, makan, kesamaan, dan seruling misalnya, merupakan satuan yang merupakan satuan-satuan yang telah mengalami penambahan imbuhan. Ke empat satuan tersebut di atas mempunyai satuan dasar yakni satuan/ main/satuan/makan/satuan/sama/satuan/seruling,satuan baru yang menempel pada satuan-satuan di sebut imbuhan. 2.1.4
Jenis-Jenis Afiks Menurut Suparno posisi afiks (imbuhan) dapat dibedakan atas 3 jenis,
yaitu : 1. Awalan (Prefiks) 2. Sisipan (Infiks) 3. Akhiran (Sufiks)
19
Awalan Prefiks adalah bentuk morfem terikat yang dibubuhkan diawal kata dasar maupun kata itu sesudah yang merupakan kata jadian antara lain di -, me-, ber-, pe-, per-, ter-, se-, dan ke-, yang pada akhirnya pada penggunaan kata morfem ini bisa merekat setelah dibubuhkan. Sisipan (Infiks) adalah morfem bentuk terikat yang di bubuhkan atau lebih tepat di sisipkan ditengah kata dasar antara lain el-, em-, er-, yang pada akhirnya sisipan pada tengah kata dasar, sedangkan akhiran (sufiks) adalah bentuk morfem terikat yang di bubuhkan pada akhir kata, baik kata itu adalah kata dasar maupun kata jadian yang antara lain –i, -an, -kan, -man, -wan, -wati, -is, -isme, dan –nya (dalam Nur Azman 1999/2000: 49). 2.1.5
Proses Afiksasi Di mana telah dijelaskan di atas bahwa afiksasi yaitu proses pembentukan
kata dengan cara pembubuhan afiks (Prefiks, sufiks atau konfiks). Imbuhan (afiks) pada prisipnya merupakan proses pembentukan kata yang ditambahkan pada awal kata yang disebut (Prefiks) yang ditambahkan pada sisipan kata yang disebut (Infiks) dan imbuhan yang ditambahkan pada akhiran kata yang disebut (sufiks). Dan imbuhan yang ditambahkan pada awalan kata dan akhiran kata yang disebut dengan gabungan awalan dan akhiran (konfiks). Proses pembentukan kata dengan cara membubuhkan imbuhan pada suatu bentuk kata, baik bentuk asal maupun bentuk dasar disebut afiksasi (Sanrang, 1986: 96). Hal ini sesuai dengan pendapat Kri Dalaksana (1984: 26) bahwa afiksasi adalah pembentukan kata atau proses morfologis yang dilakukan dengan
20
menghubungkan kata atau pokok kata dengan afiks, menyisip di tengah kata atau ditambahkan di awal atau di akhir kata. a. Prefiks (awalan) Dikatakan diatas bahwa prefiks adalah bentuk morfem yang dibubuhkan pada awal kata dasar. Namun masih banyak masalah yang dihadapi oleh para pengajar atau peserta didik khususnya kelas V SDN II Kabila Kab. Bone Bolango dalam memahami prefiks pe-. Banyak kasus yang kita temukan bahwa prefiks pe- ini banyak memiliki arti dalam penggunaannya, misalnya saja dalam kasus pengrumahan dan perumahan, kedua bentuk ini sama-sama benar. Pengrumahan adalah istilah halus untuk pemecatan dari suatu pekerjaan, sedangkan perumahan berarti masalah atau kelompok rumah. Dalam kasus penjabat dan pejabat bentuk ini adalah sama-sama tetapi dengan pengertian yang agak kacau, ada yang mengatakan penjabat adalah orang yang bertugas secara tetap. Sedangakan pejabat orang yang bertugas untuk sementara sebagai pengganti selama pegawai atau petugas yang sebenarnya berhalangan. Dalam kasus pengrajin atau perajin, maka pengrajin dianggap sebagai bentuk yang salah karena awalan pe- bila diletakan pada kata yang dimulai dengan konsonan / r / tidak harus ada sengaunya. Pada kasus ini bentuk bersengau disalahkan, karena menyalahi kaidah persengauan. Menurut Mess 1945 (dalam Chaer, 1993: 50) bunyi sengau boleh dikatakan terdapat pada hampir semua bahasa-bahasa Austronesia. Dalam Bahasa
21
Indonesia bunyi sangau itu muncul dalam proses pengambuhan dengan awalan me- dan awalan pe- termasuk konfiks. Bunyi sengau mana yang muncul bergantung pada fonem awal kata dasarnya. Kalau diarahkan secara keseluruhan menjadi sebagai berikut : Kata dasar dimulai dari konsonan / l, r, w, y, m, n, ny, dan ng maka bunyi sengau tidak muncul. Kita lihat contoh-contoh berikut : Me- / Pe- +
Lempar
Melempar
Pelempar
Rawat
Merawat
Perawat
Waris
Mewarisi
Pewaris
Yakin
Meyakini
-
Marah
Memarahi
Pemarah
Naik
Menaiki
Penaik
Nyanyi
Menyanyi
Penyanyi
Nganga
Menganga
-
Kata dasar dimulai dengan konsonan / b, p, Dan f / maka yang muncul adalah sengau Bialbial / m / contoh :
Me- / Pe- +
Bawa
Membawa
Pembawa
Potong
Memotong
Pemotong
Fitnah
Memfitnah
-
Veto
Memveto
-
Rawat
Merawat
Perawat
22
Kalau kata dasar dimulai dengan konsonan / d / dan / t / maka yang muncul adalah nasal deutal / n / contoh :
Me- / pe- +
Dengar
Mendengar
Pendengar
Tolong
Menolong
Penolong
Dalam kata dasarnya dimulai dengan konsonan / c, j, sy, dan s / maka yang muncul adalah sengau pelatal / ny / contoh : Me- / Pe- +
Curi
Mencuri
Pencuri
Jahit
Menjahit
Penjahit
Syarat
Mensyarat
-
Sikat
Mensyikat
Penyikat
Pembubuhan prefiks Pe- hanya dibubuhkan pada bentuk kata dasar yang berkelas kata Verba dan Adjektif (dalam Iper Dunis 2002: 56) 1.
Pe- + vebra Pe-
2.
+
Bakar
Pembakar
Pe-
Potong
Pemotong
Pe-
Bawa
Pembawa
Pe- + adjektif Contoh : PePe-
+
Marah
Pemarah
Malu
Pemalu
23
Pada umumnya dari semua kata kerja berawalan Me-, Me-, kan-, dan Me- i dapat diterbitkan pada sebuah kata benda berawalan Pe-, dan arti yang dikandungnya adalah orang yang melakukan kerja seperti disebutkan kata dasarnya. Atau alat untuk pekerjaan itu. Jika kata benda berawalan Pe- itu diterbitkan dari kata kerja tak beraktifitas (kata kerja dasar), atau kata sifat dasar, maka realisasinya adalah bentuk awalan Pe-, Pem-, Pen-, Peny-, Peng-, dan Pengge. Dari uraian ini dapat diambil kesimpulan bahwa awalan atau prefiks Pe-, ini sangatlah berpengaruh pada satu pola kalimat ataupun pada kata yang memiliki imbuhan ini karena imbuhan Pe-, bisa memberikan arti yang berbeda pada kata atau kalimat tertentu. b. Infiks (Sisipan) Sisipan (Infiks) adalah morfem bentuk terikat yang dibubuhkan atau lebih tepat di sisipkan di tengah kata dasar antara lain –el, - em, dan er. Sisipan –em Guruh
Gemuruh
Tali
Temali
Tapak
Telapak
Tunjuk
Telunjuk
Gigi
Gerigi
Suling
Seruling
Sisipan –el
c. Sufiks (Akhiran an) Sufiks –an, termasuk suatu ketatabahasaan yang harus dibenahi. Karena masih banyak juga para tenaga pendidik ataupun anak didik SD yang salah menggunakan sufiks pada sebuah kalimat atau dalam kata tertentu. Biasanya penerapan sufiks –an hanya menyatakan hasil, perbuatan, tindakan. Maka kata
24
selalu diperhadapkan sejauh mana sufiks –an dapat mendukung makna hasil atau persyaratan apa yang harus dimiliki sebuah kata dasar agar sufiks –an diimbuhkan kepadanya memberikan makna hasil yang baik. Misalnya saja pada kata sufiks – an pada kata pimpinan, latihan dan simpulan. Kata pimpinan diturunkan dari kata dasar pemimpin. Secara lengkap jaringan afiksasi yang terjadi pada kata dasar pimpin adalah kata dasar pimpin dengan makna melakukan pimpin untuk orang lain. Sedangkan memimpin menurunkan makna pemimpin dengan arti memimpin. Pada kalimat pertama jelas pimpinan bermakna “ yang memimpin “, sedangkan pada kalimat kedua menyatakan makna hasil memimpin. Kata latihan diturunkan dari kata kerja berlatih atau melatih, yang diturunkan dari kata latih. Sedangkan kata simpulan di turunkan dari kata kerja menyimpulkan dan yang terakhir ini di turunkan lagi dari kata dasar simpul. Kata simpul sebagai bentuk baru yang diturunkan dari verba menyimpulkan memang lebih tepat penggunaannya dari kata kesimpulan yang sebanarnya bermakna hasil simpul bukan menyimpulkan. Sufiks –an juga hanya dapat dibubuhkan pada bentuk dasar yang berkelas kata verba. Contoh :
Iris
+
-an
= Irisan
Bawa
-an
= Bawaan
Tanam
-an
= Tanaman
Kerja
-an
= Kerjaan
Gigit
-an
= Gigitan
25
(Dalam Iper Dunis 2002 : 61) Berdasarkan uraian ini ternyata usaha untuk menerbitkan penggunaan afiks hanya untuk menyatakan nominal hasil banyak sekali hambatnya karena ternyata sufiks –an tidak hanya memiliki makna hasil tetapi juga memiliki sejumlah makna lain, sejalan dengan ciri-ciri sigmatik bentuk dasarnya. d. Konfiks Menurut Kri Dalaksana (1989: 29) adalah gabungan afiks yang menyatakan satu makna. Misalnya saja dalam bentuk konfiks pe –an. Pembentukan kata benda dengan konfiks pe- dan –an kalau kata benda berkonfiks pe –an itu diterbitkan dari kata kerja yang beribuhan me-, me- kan, atau me-i, maka konfiks itu direalisasikan menjadi pe –an, pem –an, pen –am, peny –an, penge –an. Contoh :
Memahat
( pe- + -an )
Pemahatan
Melebur
Peleburan
Menamai
Penamaan
Menyamakan
Penyamaan
Mengobati
Pengobatan
Mendekati
Pendekatan
Mengecat
Pengecatan
Mengumpulkan
Pengumpulan
Mengairi
Pengairan
Jadi makna yang dikandung oleh kata benda, bentuk pe –an ini bergantung juga pada bentuk kata kerja lainnya.
26
Untuk itu para pendidik harus memberikan suatu pembelajaran yang bisa memberi semangat terhadap anak didik terutama dalam memberikan imbuhan pada suatu kata baik awalan, sisipan, maupun akhiran, sehingga mereka mengerti apa maksud dari kata yang mengalami konfiks atau penggabungan imbuhan tersebut. 2.1.6
Fungsi Afiks Menurut Hasan fungsi imbuhan ada 3 yaitu : 1. Membentuk kata terbitan 2. Mengubah golongan kata 3. Menciptakan perkataan baru Fungsi ini berlaku pada pemakaian imbuhan pe- dan –an. Namun Nur
Azman (1999/2000), bahwa imbuhan pe- dan –an memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Fungsi awalan Membentuk kata kerja menjadi kata benda. Contoh : Jepit
Penjepit (alat untuk penjepit)
Besar
Pembesar (pejabat)
Membentuk kata keadaan Penakut
Pemalas
Pemberani
Penidur
Pemalu
27
2. Fungsi akhiran Membentuk kata benda Contoh :
Makanan
Lapangan
Satuan
Tiduran
Kemudian
Membentuk kata keadaan Contoh :
Sendirian
Dengan melihat fungsi yang ada bahwa imbuhan pe- + -an sama memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda yaitu membentuk suatu kata dengan mempunyai suatu makna yang berbeda. Untuk itu seorang pendidik harus lebih memberikan pengajaran kepada anak didik terutama pada materi imbuhan afiks khususnya pada kelas V SD. 2.1.7
Contoh Afiks a. Prefiks (Awalan) Kata dasar mulai konsonan / l, r, w, y, m, ny, dan ng, maka bunyi sengau tidak muncul. Kita lihat contoh berikut : Me- / pe +
Lempar
Melempar
Pelempar
Rawat
Merawat
Perawat
Waris
Mewarisi
Pewaris
Yakin
Meyakini
Peyakin
Marah
Memarahi
Pemarah
Naik
Menaiki
Penaik
Nyanyi
Menyanyi
Penyanyi
Nganga
Menganga
Penganga
28
b. Infiks (Sisipan) Sisipan –emGuruh
Gemuruh
Tali
Temali
Telapak
Tunjuk
Telunjuk
Gerigi
Suling
Seluring
Iris
+
Sisipan –elTapak Sisipan –erGigi c. Sufiks Contoh :
-an
= Irisan
Tanam
-an
= Tanaman
Bawa
-an
= Bawaan
Kerja
-an
= Kerjaan
Gigit
-an
= Gigitan
d. Konfiks Contoh : Memahat
( pe- + -an )
Pemahatan
Pelebur
Peleburan
Menamai
Penamaan
Penyamakan
Penyamaan
Mengobati
Pengobatan
Mendekati
Pendekatan
Mengecat
Pengecatan
Mengumpulkan
Pengumpulan
29
Setelah memahami kegiatan ini, dapat menggambarkan tantangan, kemauan dan desakan untuk memahami dan menguasai suatu bahasa, karena bahasa bukanlah warisan ataupun turunan. 2.1.8
Pengertian Kalimat Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan
suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah contoh kalimat secara umum : – Joy Tobing adalah pemenang lomba Indonesian Idol yang pertama. – Pergi! – Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman keras itu. – The Samsons sedang konser tunggal dipinggir pantai ancol yang sejuk dan indah. Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. 2.1.9
Unsur-unsur Kalimat Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK : – Subjek / Subyek (S) –
Predikat (P) – Objek / Obyek (O) – Keterangan (K) 1. Predikat (P) Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal, dan numeral.
30
2. Subjek (S) Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain bisa juga mengisi kedudukan subjek. Pada sepuluh contoh kalimat di atas, kata atau frasa Yasmina, Anda dan saya, letusan Gunung Merapi, makanan itu, ayah saya, anak kami, peserta audisi itu, dia, dan Pak Nurdin berfungsi sebagai subjek. 3. Objek (O) Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkategori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkategori nominal. 4. Pelengkap (PEL) Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimatkalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai pelengkap bukan objek. 5. Keterangan (K) Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predikat, objek, maupun pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL.
31
2.1.10 Contoh-contoh Kalimat 1. Predikat (P) Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini: a. Yasmina Duduk-duduk di ruang tamu. b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang c. Letusan gunung merapi keras sekali d. Makanan itu mahal e. Ayah saya guru bahasa indonesia f. Anda guru? g. Anak kami tiga h. Peserta audisi itu puluhan ribu orang i. Dia dari medan j. Pak nurdin ke saudi Pada sepuluh kalimat di atas, terdapat bagian yang dicetak miring. Ada yang berbentuk kata maupun frasa (lebih dari satu kata). Kata atau frasa yang dicetak miring tersebut berfungsi sebagai predikat. Kalimat a dan b adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori verbal, disebut kalimat verbal. Kalimat c dan d adalah contoh kalimat dengan predikat berkategori adjektival, disebut kalimat adjektival. Kalimat e dan f adalah contoh kalimat dengan predikat berkategori nominal, disebut kalimat nominal. Kalimat g dan h adalah contoh kalimat dengan predikat
32
berkategori numeral, disebut kalimat numeral. Kalimat i dan j adalah contoh kalimat dengan predikat berkategori preposisional, disebut kalimat preposisional. 2. Subjek (S) Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Subjek yang tidak berupa nominal, bisa ditemukan pada contoh kalimat seperti ini: 1.
Merokok merupakan perbuatan mubajir
2.
Berwudhu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat
3.
Tiga adalah sebuah angka
4.
Sakit bisa dialami semua orang
3. Objek (O) Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Berikut contoh objek dalam kalimat: a. Dr. Ammar memanggil suster Ane b. Adik dibelikan ayah sebuah buku c. Kami telah membicarakan hal itu Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2) 4. Pelengkap (PEL) Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai pelengkap bukan objek. Contoh:
33
a.
Indonesia berdasarkan pancasila
b.
Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c.
Kaki Cecep tersandung batu.
5. Keterangan (K) Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predikat, objek, maupun pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. Contoh: a. Di perpustakaan kami membaca buku itu. b. Kami membaca buku itu di perpustakaan. c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu. d. Tono mencabut paku dengan tang. e. Dengan tang Tono mencabut paku. f. Tono /dengan tang/ mencabut paku. 2.2
Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian: Lisnawati Waode (2005) dalam penelitiannya dengan judul
Meningkatkan Kemampuan Menggunakan Awalan Dan Akhiran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Lauwonu. Dengan Rumusan Masalah adalah faktor apakah yang menghambat kemampuan murid dalam menggunakan awalan dan akhiran. Kemampuan menggunakan awalan dan akhiran pada kelas V Sekolah Dasar Negeri Lauwonu dapat meningkat dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam pada observasi awal.
34
Adapun perbedaan dari peneliti sebelumnya dengan penelitian yang peneliti lakukan sekarang terdiri dari beberapa hal, yang pertama jumlah murid Waode Lisnawati 18 siswa sedangkan peneliti sekarang dengan jumlah murid 25. Peneliti sekarang melakukan penelitian dengan menggunakaan metode dengan model penerapan Deskriktif Kualitatif yang berfokus pada proses pembelajaran seorang guru. Hal ini memfokuskan pada aspek penilaian diantaranya tanya jawab kepada guru dan siswa. Namun peneliti sebelumnya melakukan penelitiannya melalui model penerapan penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan yang telah dilakukan peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis penulisan afiks dalam sebuah kalimat dapat meningkat. Hal ini dikarenakan hasil penelitian dari Kamria Kamba bahwa penulisan Afiks di kelas V di SDN 11 Kabila sangatlah mudah dengan melalui observasinya dan dibuktikan dengan hasil tes Murid beserta wawancaranya.