BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Salak Salak merupakan salah satu satu jenis buah tropis asli Indonesia yang banyak digemari masyarakat, karena rasa buahnya yang manis, masir dan enak. Selain dimakan sebagai buah segar, juga dapat diolah menjadi manisan dan asinan sehingga tahan disimpan dalam waktu yang relatif lama. Bentuk buah salak yang unik serta kulit buah yang bersisik sering disebut orang luar Indonesia sebagai “snake fruit” karena kulit buah yang menyerupai sisik ular. Untuk lebih mengetahui lebih jelas mengenai klasifikasi dan morfologi salak dapat dilihat pada sub bab selanjutnya. 2.1.1 Klasifikasi salak Tanaman salak termasuk kelompok tanaman palmae yang tumbuh berumpun, umumnya tumbuh berkelompok. Tanaman salak dapat ditanam di daerah dataran rendah mulia dari tanah ngarai, daerah pesisir dan tepi pantai sampai ke dataran tinggi di lereng-lereng bukit atau pegunungan sampai pada ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Untuk tumbuh, idealnya tanaman salak menghendaki tanah yang gembur, subur dan banyak mengandung humus. Berikut ini klasifikasi ilmiah dari tanaman salak jenis Salacca edulis : Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu/monokotil)
9
10
Ordo
: Arecales
Famili
: Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus
: Salacca
Spesies
: Salacca edulis
2.1.2 Morfologi Tanaman salak tumbuh merumpun, berbatang sangat pendek, tertutup oleh pelepah-pelepah daun, dan seluruh permukaan tanaman ditutupi daun-daun yang tajam. Siklus hidup tanaman salak tahunan (perennial), bahkan masyarakat Sibetan (Bali) menyebut tanaman salak tidak pernah tua. Hal ini menunjukkan bahwa bila tanaman salak sudah berumur tua dan produksinya menurun dapat diremajakan kembali dengan cara direbahkan, kemudian dipangkas untuk menumbuhkan tunas-tunas atau tanaman baru. Variasi genetik dalam pembungaan dibedakan dua macam tanaman salak, yaitu tanaman berumah satu dan berumah dua (Rukmana, 1999). Tanaman salak berumah satu (monoecious) ditandai dengan terdapatnya bunga jantan dan bunga betina pada satu pohon. Tanaman salak berumah dua (dioecious) ditandai dengan bunga jantan dan bunga betina terpisah masing-masing pada pohon yang berlainan. Penampilan fenotip pembungaan salak terdapat tiga tipe, yaitu sebagai berikut. 1.
Salak jantan, ditandai dengan tongkol bunga yang hanya terdapat bunga jantan saja.
2.
Salak tipe A, ditandai dengan tongkol bunga yang terdiri atas bunga jantan dan bunga sempurna (hermaphrodite).
11
3.
Salak tipe B, ditandai dengan tongkol bunga yang terdiri atas bunga jantan rudimenter dan bunga sempurna yang kelamin jantan rudimenter, hingga seolah-olah pohon betina. Pembungaan salak sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama
iklim atau musim. Pada musim hujan, tanaman salak cenderung menghasilkan tipe bunga A, sedangkan pada musim kemarau tipe bunga B. Adanya variasi tipe bunga menyebabkan buah salak menghasilkan biji beragam, yaitu ada salak berbiji satu, dua, dan berbiji tiga. Secara genetik, 60 % dari biji menghasilkan tanaman salak jantan dan 40% menjadi tanaman salak tipe bunga A atau tipe bunga B. Oleh karena itu, perbanyakan tanaman salak dengan biji sering dihasilkan turunan yang menyimpang dan sifat induknya, yaitu sebagian besar menjadi tanaman salak jantan. Bunga salak tersusun dalam landan yang disebut tongkol. Penyerbukan bunga salak dibantu oleh serangga penyerbuk seperti Curculionidae,
Siptera.
dan
Staphilinidae.
Hasil
penelitian
Puslitbang
Hortikultura (1994) dalam Rukmana (1999) menunjukkan bahwa serangga Curculionìdae berperan sebagai polinator pada persarian bunga salak. Investasi 10 ekor Curculionidae dapat menggantikan peran tenaga manusia dan persarian bunga salak. Buah salah bentuknya bulat atau bulat telur terbalik dengan ujung runcing. Buah terangkai rapat dalam tandan yang muncul dan ketiak-ketiak pelepah daun. Kulit buah tersusun dan sisik-sisik tipis, berwarna cokelat kekuning-kuningan sampai cokelat kehitam-hitaman. Daging buahnya tebal, berwarna putih atau putih kekuning-kuningan sampai kuning kecokelat-cokelatan dan tidak berserat. Butir buah tersusun dalam tandan (domprolan). Jumlah butir
12
buah tiap tandan bervariasi, tergantung pada jenis atau varietas salak. Rasa daging buah salak bervariasi, ada yang manís dan masir, manis masam sampai manís agak sepet. Biji salak berbentuk hampir bulat dan bersegi-segi, berkeping satu. dan berwarna cokelat sampai kehitam-hitaman. 2.1.3 Pedoman budidaya 2.1.3.1 Pembibitan Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman salak adalah penggunaan bibit unggul dan bermutu. Tanaman salak merupakan tanaman tahunan, karena itu kesalahan dalam pemakaian bibit akan berakibat buruk dalam pengusahaannya, walaupun diberi perlakuan kultur teknis yang baik tidak akan memberikan hasil yang diinginkan, sehingga modal yang dikeluarkan tidak akan kembali karena adanya kerugian dalam usaha tani. Untuk menghindari masalah tersebut, perlu dilakukan cara pembibitan salak yang baik. Pembibitan salak dapat berasal dari biji (generatif) atau dari anakan (vegetatif). Pembibitan secara generatif adalah pembibitan dengan menggunakan biji yang baik diperoleh dari pohon induk yang mempunyai sifat-sifat baik, yaitu: cepat berbuah, berbuah sepanjang tahun, hasil buah banyak dan seragam, pertumbuhan tanaman baik, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan. Keuntungan perbanyakan bibit secara generatif sebagai berikut. a. Dapat dikerjakan dengan mudah dan murah. b. Diperoleh bibit yang banyak. c. Tanaman yang dihasilkan tumbuh lebih sehat dan hidup lebih lama.
13
d. Untuk transportasi biji dan penyimpanan benih lebih mudah. e. Tanaman yang dihasilkan mempunyai perakaran kuat sehingga tahan rebah dan kekeringan. f. Memungkinkan diadakan perbaikan sifat dalam bentuk persilangan. Kekurangan perbanyakan secara generatif sebagai berikut. a. Kualitas buah yang dihasilkan tidak persis sama dengan pohon induk karena mungkin terjadi penyerbukan silang. b. Agak sulit diketahui apakah bibit yang dihasilkan jantan atau betina. 1) Persyaratan Bibit Untuk mendapatkan bibit yang baik harus dilakukan seleksi terhadap biji yang akan dijadikan benih. Syarat-syarat biji yang akan dijadikan benih : a. Biji berasal dari pohon induk yang memenuhi syarat. b. Buah yang akan diambil bijinya harus di petik pada waktu cukup umur. c. Mempunyai daya tumbuh minimal 85 %. d. Besar ukuran biji seragam dan tidak cacat. e. Biji sehat tidak terserang hama dan penyakit. f. Benih murni dan tidak tercampur dengan kotoran lain. 2) Penyiapan Bibit a. Pilih anakan yang baik dan berasal dari induk yang baik. b. Siapkan potongan bambu, kemudian diisi dengan media tanah.
14
3) Teknik Penyemaian Bibit a. Bibit dari Biji 1. Biji salak yang telah direndam dan dicuci, masukkan kedalam kantong plastik yang sudah dilubangi (karung goni basah), lalu diletakkan di tempat teduh dan lembab sampai kecambah berumur 20-30 hari. 2. Satu bulan kemudian diberi pupuk Urea, TSP dan KCl, masing-masing 5 gram, tiap 2-3 minggu sekali. 3. Agar kelembabannya terjaga, lakukan penyiraman setiap hari. b. Bibit dari Anakan dengan pesemaian bak kayu sebagai berikut. 1. Buat bak kayu dengan ukuran tinggi 25 cm, lebar dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan. 2. Diisi dengan tanah subur dan gembur setebal 15-20 cm. 3. Diatas tanah diiisi pasir setebal 5-10 cm. 4. Arah pesemaian Utara Selatan dan diberi naungan menghadap ke Timur. 5. Benih direndam dalam larutan hormon seperti Atonik selama 1 jam, konsentrasi larutan 0,01-0,02 cc/liter air 6. Tanam biji pada bak pesemaian dengan jarak 10 x 10 cm. 7. Arah biji dibenamkan dengan posisi tegak, miring/rebah dengan mata tunas berada dibawah. 4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian Untuk pembibitan dari biji, media pembibitan adalah polybag dengan ukuran 20 x 25 cm yang diisi dengan tanah campur pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Setelah bibit atau kecambah berumur 20-30 hari baru bibit
15
dipindahkan ke polibag. Pembibitan dengan sistem anakan, bambu diletakkan tepat di bawah anakan salak, kemudian disiram setiap hari. Setelah 1 bulan akar telah tumbuh dan anakan dipisahkan dari induknya, kemudian ditanam dalam polybag. Pupuk Urea, TSP, KCl diberikan 1 bulan sekali sebanyak 1 sendok teh. 5) Pemindahan Bibit Untuk bibit dari biji, setelah bibit salak berumur 4 bulan baru dipindahkan ke lahan pertanian. Untuk persemaian dari anakan, setelah 6 bulan bibit baru bias dipindahkan ke lapangan. 2.1.3.2 Pengolahan Lahan 1) Persiapan Penetapan areal untuk perkebunan salak harus memperhatikan faktor kemudahan transportasi dan sumber air. 2) Pembukaan Lahan a. Membongkar tanaman yang tidak diperlukan dan mematikan alang-alang serta b. menghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam. c. Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu besar. 2.1.3.3 Teknik Penanaman 1) Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm dengan jarak tanam 1 x 4 m; 2 x 2 m atau 1,5 x 2,5 m. Ukuran lubang dapat juga dibuat 50 x
16
50 x 40 cm, dengan jarak antar 2 x 4 m atau 3 x 4 m. Setiap lubang diberi pupuk kandang yang telah jadi sebanyak 10 kg. 2) Cara Penanaman Biji ditanam langsung dalam lubang sebanyak 3-4 biji per lubang. Sebulan kemudian biji mulai tumbuh 3) Lain-lain Untuk menghindari sinar matahari penuh, tanaman salak ditanam di bawah tanaman peneduh seperti tanaman kelapa, durian, lamtoro dan sebagainya. Apabila lahan masih belum ada tanaman peneduh, dapat ditanam tanaman peneduh sementara seperti tanaman pisang. Jarak tanam pohon peneduh disesuaikan menurut ukuran luas tajuk misalnya kelapa ditanam dengan jarak 10 x 10 m, durian 12 x 12 m dan lamtoro 12 x 12 m. 2.1.3.4 Pemeliharaan Tanaman Setelah selesai ditanam, tanaman salak perlu dipelihara dengan benar dan teratur sehingga diperoleh produksi kebin yang baik dan produktif. Pemeliharaan ini dilakukan sampai berakhirnya masa produksi tanaman salak. 1) Penjarangan dan Penyulaman Untuk memperoleh buah yang berukuran besar, maka bila tandan sudah mulai rapat perlu dilakukan penjarangan. Biasanya penjarangan dilakukan pada bulan ke 4 atau ke 5. Penyulaman dilakukan pada tanaman muda atau yang baru ditanam, tetapi mati atau pertumbuhannya kurang bagus atau kerdil, atau misalnya terlalu banyak tanaman betinanya. Untuk keperluan penyulaman kita perlu tanaman cadangan (biasanya perlu disediakan 10%) dari jumlah keseluruhan,
17
yang seumur dengan tanaman lainnya. Awal musim hujan sangat tepat untuk melakukan penyulaman. Tanaman cadangan dipindahkan dengan cara putaran, yaitu mengikutsertakan sebagian tanah yang menutupi daerah perakarannya. Sewaktu membongkar tanaman, bagian pangkal serta tanahnya kita bungkus dengan plastik agar akar-akar di bagian dalam terlindung dari kerusakan, dilakukan dengan hati-hati. 2) Penyiangan Penyiangan adalah membuang dan memebersihan rumput-rumput atau tanaman pengganggu lainnya yang tumbuh di kebun salak. Tanaman pengganggu yang lazim di sebut gulma ini bila tidak diberantas akan menjadi pesaing bagi tanaman salak dalam memperebutkan unsur hara dan air. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 2 bulan setelah bibit ditanam, penyiangan berikutnya dilakukan tiap 3 bulan sekali sampai tanaman berumur setahun. Setelah itu penyiangan cukup dilakukan setiap 6 bulan sekali atau 2 kali dalam satu tahun, dilakukan pada awal dan akhir musim penghujan. 3) Pembubunan Sambil melakukan penyiangan, dilakukan pula penggemburan dan pembumbunan tanah ke pokok tanaman salak. Hal ini dilakukan untuk menghemat ongkos kerja juga untuk efisiensi perawatan. Tanah yang digemburkan dicangkul membentuk gundukan atau bumbunan yang berfungsi untuk menguatkan akar dan batang tanaman salak pada tempatnya. Bumbunan jangan sampai merusak parit yang ada.
18
4) Perempalan dan Pemangkasan Daun-daun yang sudah tua dan tidak bermanfaat harus dipangkas. Juga daun yang terlalu rimbun atau rusak diserang hama. Tunas-tunas yang terlalu banyak harus dijarangkan, terutama mendekati saat-saat tanaman berbuah (perempalan). Dengan pemangkasan, rumpun tanaman salak tidak terlalu rimbun sehingga kebun yang lembab serta pengap akibat sirkulasi udara yang kurang lancar diperbaiki. Pemangkasan juga membantu penyebaran makanan agar tidak hanya ke daun atau bagian vegetatif saja, melainkan juga ke bunga, buah atau bagian generatif secara seimbang. Pemangkasan dilakukan setiap 2 bulan sekali, tetapi pada saat mendekati masa berbunga atau berbuah pemangkasan kita lakukan lebih sering, yaitu 1 bulan 1 kali. Apabila dalam rumpun salak terdapat beberapa anakan, lakukanlah pengurangan anakan menjelang tanaman berbuah. Satu rumpun salak cukup kita sisakan 1 atau 2 anakan. Jumlah anakan maksimal 3-4 buah pada 1 rumpun. Bila lebih dari itu anakan akan mengganggu produktivitas tanaman. Pemangkasan daun salak sebaiknya sampai pada pangkal pelepahnya. Jangan hanya memotong setengah atau sebagian daun, sebab bagian yang disisakan sebenarnya sudah tidak ada gunanya bagi tanaman. Pemangkasan pada saat lewat panen harus tetap dilakuakan. Alat pangkas sebaiknya menggunakan golok atau gergaji yang tajam. Pemangkasan yang dilaksanakan pada waktu dan cara yang tepat akan membantu tanaman tumbuh baik dan optimal.
19
5) Pemupukan Semua bahan yang diberikan pada tanaman dengan tujuan memberi tambahan unsur hara untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman disebut pupuk. Ada pupuk yang diberikan melalui daerah perakaran tanaman (pupuk akar). Pupuk yang diberikan dengan cara penyemprotan lewat daun tanaman (pupuk daun). Jenis pupuk ada 2 macam: pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik adalah pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, abu tanaman, tepung darah dan sebagainya. Pupuk anorganik adalah: Ure, TSP, Kcl, ZA, NPK Hidrasil, Gandasil, Super Fosfat, Bay folan, Green Zit, dan sebagainya. Pupuk organik yang sering diberikan ke tanaman salak adalah pupuk kandang. Umur tanaman : a) 0-12 bulan (1 x sebulan): Pupuk kandang 1000, Urea 5 gram, TSP 5 gram, KCl 5 gram. b) 12-24 bulan (1 x 2 bulan): Urea 10 gram, TSP 10 gram, KCl 10 gram. c) 24-36 bulan (1 x 3 bulan): Urea 15 gram, TSP 15 gram, KCl 15 gram. d) 36–dst (1 x 6 bulan): Urea 20 gram, TSP 20 gram, KCl 20 gram. 6) Pengairan dan Penyiraman Air hujan adalah siraman alami bagi tanaman, tetapi sulit untuk mengatur air hujan agar sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Air hujan sebagian besar akan hilang lewat penguapan, perkolasi dan aliran permukaan. Sebagian kecil saja yang tertahan di daerah perakaran, air yang tersisa ini sering tidak memenuhi kebutuhan tanaman. Dalam budidaya salak, selama pertumbuhan, kebutuhan akan air harus tercukupi, untuk itu kita perlu memberi air dengan waktu, cara dan jumlah yang sesuai.
20
7) Pemeliharaan Lain Setelah ditanam di kebun kita buatkan penopang dari bambu atau kayu untuk menjaga agar tanaman tidak roboh.
2.2 Konsep Persepsi 2.2.1 Definisi persepsi Persepsi adalah pengalaman tentang objek , peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh degan menyimpulkan dan melampirkan pesan (Rakhmat, 2004). Sedangkan persepsi menurut Sunaryo (2004) merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indera lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dipersepsikan. 2.2.2 Syarat terjadinya persepsi Syarat timbulnya persepsi yakni, adanya objek, adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi, adanya alat indera sebagai reseptor penerima stimulus yakni saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak dan dari otak dibawa melalui saraf motoris sebagai alat untuk mengadakan respons (Sunaryo, 2004). Secara umum, terdapat beberapa sifat persepsi, antara lain bahwa persepsi timbul secara spontan pada manusia, yaitu ketika seseorang berhadapan dengan dunia yang penuh dengan rangsangan. Persepsi merupakan sifat paling asli yang merupakan titik tolak perubahan. Dalam mempersepsikan tidak selalu dipersepsikan secara keseluruhan, mungkin cukup hanya diingat.
21
2.2.3 Macam-macam persepsi Terdapat dua macam persepsi, yaitu External Perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu dan Self Perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri. Dengan persepsi, individu dapat menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang keadaan diri individu (Sunaryo, 2004). 2.2.4 Faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang Menurut Siagian ( 1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu sebagai berikut. a. Diri orang yang bersangkutan, dalam hal ini orang yang berpengaruh adalah karakteristik
individual
meliputi
dimana
sikap,
kepentingan,
minat,
pengalaman dan harapan. b. Sasaran persepsi, yang menjadi sasaran persepsi dapat berupa orang, benda, peristiwa yang sifat sasaran dari persepsi dapat mempengaruhi persepsi orang yang melihatnya. Hal-hal lain yang ikut mempengaruhi persepsi seseorang adalah gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan lain-lain dari sasaran persepsi. c. Faktor situasi dalam hal ini tinjauan terhadap persepsi harus secara kontekstual artinya perlu dalam situasi yang mana persepsi itu timbul. Sementara
menurut
Walgito
(2002)
dalam
persepsi
individu
mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimulus mempunyi arti individu
22
yang bersangkutan dimana stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan hal itu faktor-faktor yang berperan dalam persepsi yaitu sebagai berikut. 1. Adanya objek yang diamati Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor), dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf penerima (sensori) yang bekerja sebagai reseptor. 2. Alat indera atau reseptor Alat indera (reseptor) merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu harus ada syaraf sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran dan sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf sensori. 3. Adanya perhatian Perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam suatu persepsi. Tanpa adanya perhatian tidak akan terbentuk persepsi. 2.2.5 Pengukuran Persepsi Mengukur persepsi hampir sama dengan mengukur sikap. Walaupun materi yang diukur bersifat abstrak, tetapi secara ilmiah sikap dan persepsi dapat diukur, dimana sikap terhadap obyek diterjemahkan dalam system angka. Dua metode pengukuran sikap terdiri dari metode Self Report dan pengukuran Involuntary Behavior.
23
1. Self Report merupakan suatu metode dimana jawaban yang diberikan dapat menjadi indikator sikap seseorang. Namun kelemahannya adalah bila individu tidak menjawab pertanyaan yang diajukan maka tidak dapat mengetahui pendapat atau sikapnya. 2. Involuntary Behaviour dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden, dalam banyak situasi akurasi pengukuran sikap dipengaruhi kerelaan responden. Jika merujuk pada pernyataan diatas, bahwa mengukur persepsi hampir sama dengan mengukur sikap, maka skala sikap dapat dipakai atau dimodifikasi untuk mengungkapkan persepsi sehingga dapat diketahui apakah persepsi seseorang positif, atau negative terhadap suatu hal atau obyek.
2.3 Konsep Agrowisata Menurut Maruti (2009), sebuah agrowisata adalah bisnis berbasis usahatani yang terbuka untuk umum. Tavare dalam Maruti, 2009 mendefinisikan agrowisata sebagai aktivitas agribisnis dimana petani setempat menawarkan tur pada usahataninya dan mengijinkan seseorang pengunjung menyaksikan pertumbuhan, pemanenan, pengolahan pangan lokal yang tidak akan ditemukan di daerah asalnya. Sering petani tersebut menyediakan kesempatan kepada pengunjung untuk tinggal sementara dirumahnya dan program pendidikan. Brscic (dalam Budiasa, 2011) mengemukakan bahwa agrowisata sebagai sebuah bentuk khusus pariwisata di lokasi usahatani rumahtangga yang dapat berdampak ganda terhadap aspek sosial ekonomi dan permukaan areal (landscape) pedesaan. Berdasarkan hasil penelitiannya tahun 2002, ditunjukkan
24
model pengembangan agrowisata di Istrian County, Croatia. Dari model tersebut dapat dilihat bahwa aktivitas rumah-tangga agrowisata terdiri atas dua bagian, yaitu aktivitas wisata dan aktivitas pertanian. aktivitas rumah-tangga agrowisata berdampak pada lingkungan pedesaaan. Bahwa agrowisata sebagai pasar potensial bagi produk-produk yang dihasilkan oleh produsen pertanian lainnya di desa tersebut. Di samping itu, rumah-tangga agrowisata dapat menjual barang dan jasa secara langsung atau tidak langsung melalui asosiasi turis, agen-agen turis atau operator-operator tur. Secara formal, (Wolfe dan Bullen dalam Budiasa, 2011) mendefinisikan agrowisata sebagai sebuah aktivitas, usaha atau bisnis yang mengkombinasikan elemen dan ciri-ciri utama pertanian dan pariwisata dan menyediakan sebuah pengalaman kepada pengunjung yang mendorong aktivitas ekonomi dan berdampak pada usahatani dan pendapatan masyarakat. Prince Edward Island Department of Agriculture & Forestry (2000) dan Kuehn et al. (2000), menyatakan bahwa agrowisata adalah sebuah pilihan bagi para petani yang ingin meningkatkan
pendapatan
usahatani
melalui
diversifkasi
operasional
usahataninya. Agrowisata juga dapat menyediakan lebih banyak aktivitas ekonomi terhadap petani dan Pasar pariwisata Pizam dan Pokela (Hsu, 2005) menggolongkan aktivitas agrowisata kedalam dua kategori, yaitu aktifitas usahatani (farming activities) dan aktivitas yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan
usahatani
(non-farming
activities).
Sedangkan,
Wood
(2006)
menggolongkannya ke dalam on-farm activities dan off-farm activities. Berbagai aktivitas agrowisata yang sering dijumpai Wolfe dan Bullen dalam Budiasa
25
(2011) adalah berburu dan memancing berbasis fee (fee hunting and fishing), festival dan pameran pertanian (agriculture related festival and fairs), tur usahatani (farm tours), wisata petik sayuran dan buah-buahan (U-pick vegetables and fruit), menunggang kuda (horseback riding), pasar ritel petani/usahatani (farmers/on-farm retail markets), berlibur di usahatani (farm/on farm vacations), menginap dan menikmati makan pagi di rumah petani (on-farm bed and breakfasts), menikmati anggur (wineries), menikmati keunikan binatang/burung di peternakan (on-farm petting zoos/bird watching), piknik di areal usahatani (onfarm picnic areas), bersepeda/berjalan di jalan usahatani (biking/hiking trails), dan program pendidikan usahatani (on-farm educational programs).
2.4 Persyaratan Pengembangan Pusat Agrowisata Agrowisata dapat dikembangkan oleh individu petani yang memiliki minimal dua hektar lahan, rumah petani, sumberdaya air dan berminat untuk menjamu wisatawan (turis). Selain individu petani atau sekelompok petani, koperasi pertanian, organisasi non-pemerintah (NGO), perguruan tinggi pertanian dapat mengembangkan pusat agrowisata (Maruti, 2009). Untuk mengembangkan pusat agrowisata tersebut, infrastruktur dan fasilitas dasar yang perlu disediakan oleh petani atau kelompok tani pada usahataninya, yaitu: rumah petani yang dilengkapi fasilitas akomodasi yang memenuhi persyaratan minimal hotel, sumberdaya air, green house dan koleksi tanaman yang diusahakan petani, peralatan memasak untuk memasak makanan yang diinginkan oleh wisatawan, kotak obat untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yang bersifat darurat, sumur atau kolam untuk aktivitas memancing atau berenang, dan fasilitas telepon.
26
Fasilitas lainnya yang dapat juga ditawarkan/ditunjukkan adalah (1) makanan khas daerah tersebut untuk breakfast, lunch, dan dinner; (2) atraksi pertanian yang dapat dilihat atau diikuti (melibatkan partisipasi wisatawan); (3) permainan tradisional yang dapat diikuti oleh wisawatan; (4) berbagai informasi tentang budaya, pakaian, kesenian, kerajinan, tradisi pedesaan, dan berapa kesenian yang dapat didemonstrasikan; (5) pedati atau kuda untuk dikendarai, (6) alat pancing untuk kegiatan memancing di kolam milik petani atau danau terdekat; (7) buah-buahan, jagung, kacang tanah, tebu dan sebagainya; (8) burung atau binatang lokal atau air terjun terdekat; (9) keamanan bagi wisatawan yang didukung oleh kerjasama dengan rumah sakit terdekat; (10) tarian khas daerah; dan (11) berbagai produk pertanianyang dapat dibeli oleh wisatawan. Lokasi adalah faktor terpenting untuk keberhasilan pengembangan pusat agrowisata. Lokasi tersebut harus secara mudah diakses dan memiliki keunikan dan latar belakang panorama yang indah. Akan lebih baik lagi kalau lokasi agrowisata itu dekat dengan tempat-tempat bersejarah, dam/danau, atau pun tempat berziarah. Petani atau kelompok tani seharusnya mendisain pusat agrowisatanya hanya dalam lingkungan yang alami perdesaan dengan latar belakang panorama alam yang indah untuk menangkap minat wisatawan perkotaan datang ke agrowisata tersebut, sehingga sehingga wisatawan yang berasal dari daerah perkotaan akan sangat menikmati panorama alam dan kehidupan perdesaan.
27
2.5 Strategi Pengembangan Analisis SWOT digunakan untuk identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan perusahaan (Rangkuti, 2005). Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, memanfaatkan peluang sekaligus mengatasi ancaman. Menurut Pearce dan Robinson (1997), yang dimaksud faktor-faktor analisis SWOT adalah : 1. Kekuatan (strengths) Kekuatan (Strengths) adalah sumber daya keterampilan atau keunggulan lain terhadap pesaing atau kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya, keuangan, citra perusahaan, kepemimpinan pasar, hubungan pembelipemasok dan faktor-faktor lain. 2. Kelemahan (weakness) Kelemahan (weakness) merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan, fasilitas, sumber daya, keuangan, kapabilitas manajemen, keterampilan pemasaran dan citra merek dapat merupakan sumber kelemahan. 3. Peluang (opportunity) Peluang (opportunity) merupakan situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan-kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang. Identifikasi segmen pasar yang awalnya terabaikan,
28
perubahan pada situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi serta membaiknya hubungan dengan pembeli atau pemasok dapat memberikan peluang bagi perusahaan. 4. Ancaman (threats) Ancaman (threats) adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan penggangguan utama pada posisi sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar antara pembeli dan pemasok, perusahaan teknologi serta peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan perusahaan. 2.5.1 Analisis lingkungan Dalam merumuskan strategi, maka terlebih dahulu harus melakukan analisis lingkungan dengan maksud untuk menyesuaikan dengan keunggulan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Identifikasi lingkungan mencangkup analisis dan diagnostik lingkungan sehingga penyusun strategi mampu mengetahui
kekuatan-kekuatan
dan
kelemahan-kelemahan
perusahaan
(Supriyono, 1998). Menurut Christensen (1973) bahwa lingkungan suatu perusahan dalam bisnis, seperti halnya pada organisasi lain, adalah pola semua kondisi-kondisi yang mempengaruhi kehidupan dan pengembangan perusahaan. Glueck (1980) mendefinisikan bahwa lingkungan meliputi faktor-faktor dalam dan luar perusahaan yang dapat menuntun ke arah kesempatan-kesempatan atau ancaman-ancaman pada perusahaan.
29
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, lingkungan perusahaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan internal dan eksternal. 2.5.1.1
Lingkungan internal Internal organisasi terdiri dari 2 komponen yaitu strength (kekuatan) dan
weakness (kelemahan). Dimana kekuatan dan kelemahan ini terdapat dalam suatu organisasi, kekuatan dan kelemahan ini menentukan arah mana yang terbaik buat organisasi tersebut. Menurut Siagian (1998), faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan organisasi diantaranya : saluran distribusi yang handal, posisi kas perusahaan, lokasi yang menguntungkan, keunggulan dalam penerapan teknologi yang canggih tetapi sekaligus tepat guna dan struktur atau tipe organisasi yang digunakan. Untuk kelemahannya dapat muncul dalam berbagai bentuk seperti kelemahan manajerial, fungsional, operasional, struktural atau bahkan yang bersifat psikologis. 2.5.1.2
Lingkungan eksternal Menurut David (2006), analisis lingkungan eksternal adalah suatu cara
yang digunakan oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menggali dan mengidentifikasi semua peluang (opportunity) dan ancaman (threats) yang akan mempengaruhi keberadaan organisasi tersebut. Faktor-faktor yang perlu dianalisis dalam lingkungan eksternal diantaranya : lingkungan ekonomi, sosial budaya, demografi, lingkungan politik, lingkungan pemerintah, lingkungan hukum, lingkungan teknologi, dan lingkungan kompetitif.
30
2.5.2 Perumusan strategi Perumusan strategi sering sekali ditunjukkan sebagai perencanaan strategis atau jangka panjang. Proses perumusan berhubungan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Agar ini tercapai, penyusun strategi harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman kunci) pada situasi sekarang (Hunger, J David, 2001). Beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam perumusan strategi yaitu sebagai berikut. 2.5.2.1
Matrik IE (Internal-Eksternal) Matrik Internal Eksternal (IE) bertujuan untuk memperoleh strategi bisnis
yang lebih detail, dapat dilihat pada Gambar 2.1. Diagram tersebut dapat mengidentifikasikan sembilan sel strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu. 1. Growth Strategy yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1,2, dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7 dan 8). 2. Stability Strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan (sel 4). 3. Retrenchment Strategy (sel 3, 6,9) adalah usaha untuk memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan.
31
Gambar 2.1 Matrik Internal Eksternal (Rangkuti, 2005) Menurut Rangkuti (2005), sembilan strategi yang terdapat pada matrik internal / eksternal seperti tersebut akan dijelaskan tindakan dari masing-masing strategi tersebut. 1. Strategi pertumbuhan (Growth Strategy) Di desain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, aset, profit, atau kombinasi dari ketiganya. Hal ini dapat dicapai dengan menurunkan harga, mengembangkan produk baru, menambah kualitas produk atau jasa, atau meningkatkan akses kepasar yang lebih luas. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan cara meminimalkan biaya (minimize cost), sehingga dapat meningkatkan profit. Cara ini merupakan strategi terpenting apabila kondisi perusahaan tersebut berada dalam pertumbuhan yang cepat dan terdapat kecenderungan pesaing untuk melakukan perang harga dalam usaha untuk meningkatkan pangsa pasar.
32
2. Strategi pertumbuhan melalui konsentrasi dan diversifikasi Ada dua strategi dasar, yaitu konsentrasi pada satu industri atau diversifikasi ke industri lain.
Jika perusahaan tersebut memilih strategi
konsentrasi, dia dapat tumbuh melalui integrasi horizontal (horizontal integration) maupun vertikal (vertical integration), baik secara internal melalui sumber dayanya sendiri atau secara eksternal dengan menggunakan sumber daya dari luar. Jika perusahaan tersebut memilih strategi diversifikasi, dia dapat tumbuh melalui konsentrasi atau diversifikasi konglomerat, baik secara internal melalui pengembangan produk baru, maupun eksternal melalui akuisisi. Contoh strategi pertumbuhan adalah sel 1, 2, 3, 5, 7, dan 8. 3. Konsentrasi melalui Intregasi Vertikal (sel 1) Pertumbuhan melalui konsentrasi dapat dicapai melalui integrasi vertikal dengan cara backward integration (mengambil alih fungsi distributor). Hal ini merupakan strategi utama untuk perusahaan yang memiliki posisi kompetitif pasar yang kuat (high market share) dalam industri yang berdaya tarik tinggi. Integrasi vertikal dapat dicapai melalui sumber data internal maupun eksternal. Integrasi vertikal pada umumnya terdapat dalam industri perminyakan, kimia dasar, mobil, serta produk yag memanfaatkan hasil hutan. 4. Konsentrasi melalui Integrasi Horizontal (sel 2 dan 5) Strategi pertumbuhan melalui integrasi horizontal adalah suatu kegiatan untuk memperluas perusahaan dengan cara membangun di lokasi yang lain, dan meningkatkan jenis produk serta jasa. Jika perusahaan tersebut berada dalam industri yang sangat atraktif (sel 2), tujuannya adalah untuk meningkatkan
33
penjualan dan profit, dengan cara memanfaatkan keuntungan economic of scale baik diproduksi maupun pemasaran. Sementara jika perusahaan berada dalam moderate attractive industri, strategi yang diterapkan adalah konsolidasi (sel 5). Tujuannya relatif lebih defensif, yaitu menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan profit. 5. Diversifikasi Konsentris (sel 7) Strategi pertumbuhan melalui diversifikasi umumnya dilaksanakan oleh perusahaan yang memiliki kondisi competitive position sangat kuat tetapi nilai daya tarik industrinya sangat rendah. Perusahaan tersebut berusaha memanfaatkan kekuatannya untuk membuat produk baru secara efisien karena perusahaan ini sudah memiliki kemampuan manufaktur yang baik. 6. Diversifikasi Konglomerat (sel 8) Strategi pertumbuhan melalui kegiatan bisnis yang tidak saling berhubungan dapat dilakukan perusahaan menghadapi competitive position yang tidak begitu kuat (average) dan nilai daya tarik industrinya sangat rendah. Tetapi pada saat perusahaan tersebut mencapai tahap matang, perusahaan yang hanya memiliki competitive position rata-rata cenderung akan menurun kinerjanya. Untuk itu strategi diversifikasi konglomerat sangat diperlukan. Tekanan strategi ini lebih pada financial synergy dari pada product market synergy (seperti yang terdapat pada strategi deversifikasi konsentris). 2.5.2.2
Matriks Grand Strategy Matriks Grand Strategy merupakan tahapan pencocokan (matching stage)
pada proses formulasi strategi. Matrik ini didasarkan pada dua dimensi evaluasi
34
yaitu posisi kompetitif (competitive position) dan pertumbuhan pasar (market growth). Strategi yang sesuai untuk dipertimbangkan suatu organisasi terdapat pada urutan daya tariknya dalam masing-masing kuadran matrik. Matriks Grand Strategy ini digunakan agar dapat diketahui posisi perusahaan diantara empat kuadran yang tersedia serta dapat diketahui strategi alternatif yang dapat digunakan untuk mengembangkan usaha.
Gambar 2.2 Matriks Grand Strategy (Rangkuti, 2005) Matriks ini terdiri dari empat kuadran, yaitu sebagai berikut. a. Kuadran I (strategi agresif) Apabila perusahaan berada pada kuadran dengan strategi agresif maka perusahaan berada pada posisi yang baik untuk menggunakan kekuatan internalnya guna memanfaatkan peluang eksternal, menggapai peluang internal, mengatasi kelemahan internal, menghindari ancaman eksternal.
35
b. Kuadran II (strategi kompetitif / diversifikasi) Perusahaan mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada kelemahan dan mempunyai ancaman yang lebih besar daripada peluang. c. Kuadran III (strategi defensif) Pada posisi ini perusahaan disarankan untuk memperbaiki kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Perusahaan memiliki kelemahan yang lebih besar daripada kekuatan dan memiliki ancaman yang lebih besar daripada peluang. Kondisi ini merupakan kondisi yang tidak menguntungkan karena perusahaan menghadapi berbagai kendala, sementara sumberdaya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan. b. Kuadran IV (strategi konservatif) Pada kudran ini dengan strategi konservatif mengimplikasikan untuk tetap berada pada dekat dengan kompetisi dasar perusahaan dan tidak mengambil resiko yang berlebihan. Strategi konservatif ini seringkali memasukkan penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, dan diversifikasi konsentrik (David, 2006). 2.5.2.3
Analisis SWOT Analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunities, Threats) adalah
identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2005). Matriks SWOT adalah alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan, dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
36
Pada matriks ini terdapat sembilan kotak di dalam satu persegi, dua kotak yang berada dipinggir atas merupakan faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan, kemudian dua kotak yang berada disamping kanan berisi faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman. Empat kotak yang berada ditengah berisi beberapa alternatif strategi yang berasal dari gabungan antara kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, sedangkan sebuah kotak yang berada dipojok kiri atas berupakan pembatas antara faktor internal dan eksternal. Beberapa alternatif strategi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Strategi S-O (Strength-Opportunities) Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan
seluruh
kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya. b. Strategi S-T (Strength-Threats) Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. c. Strategi W-O (Weakness-Opportunities) Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. d. Strategi W-T (Weakness-Threats) Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
37
2.6 Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) Teknik QSPM secara objektif mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik. QSPM menggunakan input dari analisis tahap 1 (matriks EFE dan IFE) dan hasil pencocokan dari analisis tahap 2 (matriks IE dan matriks SWOT) untuk menentukan secara objektif di antara alternatif strategi. Yaitu matriks EFE dan IFE yang membentuk tahap 1, digabung dengan matriks IE dan matriks SWOT, yang membentuk tahap 2, memberikan informasi yang dibutuhkan untuk membuat QSPM (tahap 3). Teknik ini menunjukan strategi alternatif mana yang paling baik untuk dipilih. Menurut Umar (2003), QSPM adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan key success factors internaleksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Adapun langkah-langkah pengembangan suatu QSPM adalah sebagai berikut : a.
Membuat daftar peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan perusahaan di kolom sebelah kiri QSPM. Informasi ini diambil dari matriks IFE dan EFE.
b.
Memberi bobot pada masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot ini identik dengan yang dipakai dalam matrik EFE dan IFE.
c.
Mengidentifikasi strategi alternatif yang diperoleh dari analisis SWOT. Kemudian mencatat strategi-strategi ini di bagian atas baris QSPM
d.
Menetapkan attractiveness score (AS) untuk setiap strategi berdasarkan peran faktor tersebut terhadap setiap alternatif strategi. Batasan nilai attractiveness score adalah: 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = secara logis menarik, 4 = sangat menarik.
38
e.
Menghitung total attractiveness score (TAS) dengan mengalikan bobot dengan attractiveness score (AS) Menghitung jumlah seluruh total attractiveness score (TAS) untuk setiap alternatif strategi. Dari beberapa nilai TAS yang didapat, nilai TAS dari alternatif strategi yang tertinggi menunjukan bahwa alternatif strategi itu yang menjadi pilihan utama. Nilai TAS terkecil menunjukan bahwa alternative strategi ini menjadi pilihan terakhir. Analisis SWOT digunakan untuk identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan perusahaan (Rangkuti, 2005). Menurut Pearce dan Robinson (1997), yang dimaksud faktor-faktor analisis SWOT adalah : 1. Kekuatan (strengths) Kekuatan (Strengths) adalah sumber daya keterampilan atau keunggulan lain terhadap pesaing atau kebutuhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. 2. Kelemahan (weakness) Kelemahan (weakness) merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan dan kapabilitas. 3. Peluang (opportunity) Peluang (opportunity) merupakan situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.
39
4. Ancaman (threats) Ancaman (threats) adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.
2.7 Penelitian Terdahulu Penelitian pada dasarnya adalah bertujuan untuk membentuk suatu strategi yang sesuai untuk mengembangkan agrowisata. Seperti pada penelitian kali ini yang bertujuan untuk merumuskan strategi yang tepat demi mengembangkan Agrowisata Salak. Oleh sebab itu dibutuhkan kajian penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Menurut Mudita (2009), membahas tentang strategi pengembangan tentang agrowisata Desa Tenganan yang berlandaskan Tri Hita Karana yang bertujuan menganalisis faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta merumuskan strategi alternatif dalam pengembangan agrowisata dan merumuskan stategi kebijakan dalam pengembangan agrowisata. Penelitian dilakukan di Desa Tenganan pengambilan sample menggunakan purposive sampling dan hasil yang didapat adalah : yang termasuk kekuatan diantaranya ada kesadaran masyarakat tentang potensi yang dimiliki untuk pengembangan agrowisata, faktor kelemahannya adalah ada tanggapan negatif sebagian masyarakat terhadap pengembangan agrowisata. Faktor ancaman terjadinya pola pikir individual dan material. Faktor peluang Adanya dukungan Pemda dalam pengembangan agrowisata. Alternatif Strategi yang dirumuskan pada strategi SO adalah pengembangan peran desa Adat dan Pemda dalam membangun aktivitas agrowisata, pada strategi ST adalah pengembangan motivasi
40
dalam pemberdayaan masyarakat dan keberlanjutan , pada strategi WO adalah membangun dukungan kerjasama dan keberpihakan kepada masyarakat. Strategi WT adalah membangun pemahaman dan ketahanan masyarakat. Strategi yang dirumuskan sebagai suatu kebijakan dalam pengembangan agrowisata Desa Tenganan : a) pengembangan agrowisata berbasis pada budaya petani, b) Pengembangan agrowisata dengan bernuansa alami, c) mempertahankan tanah atau lahan agama hindu, d) Pembangunan diwariskan, e) Pembangunan berpegang pada landasan hidup masyarakat, f) Pelaksanaan pembangunan berbasis peraturan adat atau awig-awig,
g) Pengembangan agrowisata
mengedepankan spesifik lokalita, h) Pembangunan berwawasan agribisnis, i) Pembangunan berpihak kepada petani. Menurut Indiyani (2010) membahas strategi pengembangan agrowisata di Desa Tihingan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung yang bertujuan untuk mengidentifikasi potensi agrowisata di Desa Tihingan guna merumuskan strategi dan program pengembangan agrowisata tersebut. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari observasi wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Data dianalisis dengan analisis Internal-Eksternal dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Tihingan memiliki agrowisata berupa lahan pertanian yang masih produktif dengan dikembangkan beberapa jenis tanaman hortikultura dan palawija. Berdasarkan analisis SWOT dihasilkan strategi alternatif yaitu strategi pengembagan produk agrowisata, strategi promosi, strategi pengembangan sarana, dan prasarana pokok maupun penunjang, strategi
41
peningkatan keamanan dan kenyamanan dan strategi pengembangan kelembagaan dan sumberdaya manusia pada obyek wisata Desa Tihingan. Menurut Sarjana (2014) membahas tentang strategi pengembangan wisata di Desa Belimbing Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan yang bertujuan untuk mengetahui potensi dan strategi pengembangan desa wisata wisata di Desa Belimbing Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan. Pengumpulan data dalam penelitian ini bersumber dari observasi, wawancara, metode kepustakaan, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan hasil analisis faktor internal dan analisis faktor eksternal di identifikasikan potensi yang dimiliki desa wisata di Desa Belimbing Kecamatan Pupuan ditinjau dari (a) kekuatan (keindahan SDA, keunikan SDA, Kelestarian SDA, atraksi wisata, kondisi lingkungan yang sejuk, berbagai jenis usaha masyarakat lokal, aksebilitas, sikap masyarakat, pendapatan masyarakat luas, pengamanan pihak aparat), (b) kelemahan (sarana dan prasarana, layanan pegawai pemda, keterampilan masyarakat dalam berbahasa inggris yang fasih, manajemen pengelolaan objek, dukungan dana, kebersihan lingkungan, pemanfaatan SDM sebagai pemandu wisata, dan penataan lingkungan), (c) peluang (kunjungan wisatawan, letak strategis dengan objek wisata lain, adanya kepastian hukum, konsep pengembangan pariwisata alami, lahan pertanian yang dijadikan objek wisata, kebutuhan wisata alternatif, daerah tujuan wisata di Bali, terjalinnya
kerjasama,
dukungan
pelaku
wisata,
otonomi
daerah
yang
diberlakukan pemerintah, nilai budaya masyarakat setempat), (d) ancaman (persaingan dengan daerah lain dalam pengembangan desa wisata, berubahnya pola pikir dan perilaku masyarakat, adanya pedagang acung, adanya penduduk
42
pendatang, dan tercemarnya lingkungan). Berdasarkan kesimpulan dari matriks SWOT, maka prioritas yang dapat dilakukan adalah mengembangkan desa wisata dan mempertahankan daya tarik dengan mempersiapkan paket wisata, mempersiapkan rute/peta tracking, dan penataan kawasan. Menurut Yulistriani (2009), membahas tentang strategi pengembangan agrowisata pada perkebunan teh PT. Mitra Kerinci Nagari Lubuk Gadang Selatan, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi, mengidentifikasi dan menganalisa faktor-faktor internal dan eksternal serta merumuskan strategi pengembangan agrowisata pada perkebunan teh PT. Mitra Kerinci yang didasarkan pada tiga daerah yaitu daerah asal, daerah antara dan daerah tujuan wisata. Masing-masing daerah ditinjau dari beberapa aspek yaitu aspek sumberdaya manusia, aspek promosi, aspek sumberdaya alam dan lingkungan, aspek sarana dan prasarana dan aspek kelembagaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Untuk
mengamati
variabel-variabel
yang
mempengaruhi
pengembangan Agrowisata dilakukan wawancara dengan pihak- pihak terkait (stakeholder Agrowisata) yang terdiri dari pengunjung dengan metode convenience sampling yaitu ketika responden yang dijadikan sampel sedang berada di lokasi penelitian dan stakeholder tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap mempengaruhi pengembangan Agrowisata dengan metode purposive (sengaja). Pemilihan informan kunci (para pakar) dilakukan secara sengaja (purposive) sebanyak empat orang pakar. Data dianalisis secara deskriptif
43
kuantitatif dan deskriptif kualitatif yaitu dengan menggunakan metode analisa matrik IFE (Internal Factor Evaluation), matrik EFE (Eksternal Factor Evaluation), matrik IE (Internal Eksternal) dan matrik SWOT (Strengths, Weakness,Opportunities,Threats). Hasil
analisa matrik
IFE menunjukkan
agrowisata PT. Mitra Kerinci cukup kuat dalam mengatasi kelemahan dan menggunakan kekuatan untuk pengembangan agrowisata, namun dari hasil analisa matrik EFE menunjukkan Agrowisata PT. Mitra Kerinci mempunyai respon yang rendah dalam menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang timbul. Hasil analisa matrik IE menghasilkan bahwa strategi terbaik yang dilakukan adalah startegi hold and mantain atau strategi stabilitas. Strategi yang bisa dilakukan pada posisi tersebut adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Hasil analisa matrik IFE, EFE, dan IE diperkuat dengan matrik SWOT yang menghasilkan beberapa strategi di daerah asal, daerah antara dan daerah tujuan. Di daerah tujuan wisata memerlukan sebuah divisi khusus pengelola Agrowisata agar program pengembangan lebih terarah, peningkatan sumberdaya manusia peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan promosi serta produk wisata. Didaerah antara perlu strategi peningkatan koordinasi antar lembaga wisata dalam meningkatkan pelayanan dan promosi wisata. Daerah asal perlu peningkatan kerjasama antar daerah dalam mempermudah akses wisata ke daerah tujuan wisata. Menurut Rinawati (2014), membahas tentang Strategi Pengembangan Agrowisata Perkebunan Gunung Mas PTPN VIII. Penelitian ini bertujuan untuk
44
mengidentifikasi karakteristik dan penilaian pengunjung, mengidentifikasi lingkungan faktor internal dan eksternal, merumuskan alternatif strategi untuk pengembangan usaha Agrowisata Perkebunan Gunung Mas PTPN VIII. Desain penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan metode study kasus. Informan dalam penelitian ini sebanyak 7 orang pengelola agrowisata yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Responden dalam penelitian ini sebanyak 100 orang pengunjung yang ditentukan dengan convenience sampling. Analisis data yang digunakan adalah matriks IE, matriks SWOT, dan matriks QSPM. Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik pengunjung Agrowisata Perkebunan Gunung Mas PTPN VIII yaitu berusia antara 20-29 tahun dengan pendidikan perguruan tinggi serta berprofesi sebagai karyawan dan memiliki pendapatan di atas Rp 3.000.000. Sebagian besar pengunjung berminat untuk berkunjung kembali. Secara keseluruhan penilaian pengunjung terhadap 7 bauran pemasaran dan pengelolaan layout sudah baik, namun untuk kegiatan berkuda dinilai kurang baik. Hasil identifikasi kondisi lingkungan internal terdiri dari 10 kekuatan dan 10 kelemahan, sedangkan kondisi lingkungan eksternal terdiri dari 11 peluang dan 11 ancaman. Pemetaan matriks IE menempatkan posisi Agrowisata Perkebunan Gunung Mas PTPN VIII pada sel II yang dapat dikelola menggunakan strategi tumbuh dan bina yang terdiri dari strategi intensif dan integrasi. Hasil analisis terhadap matriks SWOT menghasilkan 8 alternatif strategi pengembangan. Alternatif
strategi
pengembangan
usaha
yang
dapat
direkomendasikan
45
berdasarkan matriks QSPM yaitu meningkatkan kinerja pemasaran dan efektivitas promosi untuk menjaring pengunjung yang lebih banyak. Dari beberapa tinjauan penelitian terdahulu di atas, pada penelitian ini akan mengkaji tentang persepsi masyarakat dan strategi pengembangan agrowisata salak dengan menggunakan metode yang hampir sama dengan beberapa metode yang digunakan pada penelitian terdahulu. Akan tetapi pada penelitian ini terdapat sedikit perbedaan yaitu adanya pembahasan persepsi masyarakat yang bertujuan untuk mengetahui pendapat masyarakat tentang adanya pengembangan agrowisata salak di Desa Sibetan.