BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kemiskinan Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Itu artinya BPS tidak hanya memahami kemiskinan hanya sebatas ketidakmampuan secara ekonomi saja, tetapi kemiskinan juga kegagalan dalam pemenuhan hak-hak dasar” dan “perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Selaras dengan BPS , Nasikun (1995) juga berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kemiskinan adalah sebuah fenomenal asset, multidemensial dan terpadu. Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi kekurangan sandang, pangan dan papan. Hidup dalam kemiskinan seringkali juga berarti akses yang rendah terhadap berbagai ragam sumberdaya dan aset produktif yang sangat diperlukan untuk dapat memperoleh sarana pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup yang paling dasar, antara lain informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kapital. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kemiskinan sendiri dapat diartikan sebagai kondisi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar kehidupan dan keterbatsan mengakses sumber daya kehidupan, yang berdampak tercipta kekurangan, penderitaan dan kesesangraan bagi yang mengalaminya. Sehingga kemiskinan bukan lagi hanya masalah ekonomi saja tetapi juga termasuk masalah sosial.
9 Universitas Sumatera Utara
Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tidak memiliki faktor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan, dan lain-lain. 2.
Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
3. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat SD. 4. Kebanyakan
tinggal
di
desa
sebagai
pekerja
bebas.
Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai keterampilan.(http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/mkdu_isd/bab8il mu_pengetahuan_teknologi_dan_kemiskinan) Menurut Baswir dan Sumodiningrat (dalam Setiadi dkk, 2011), secara sosioekonomis, terdapat dua bentuk kemiskinan yaitu : 1. Kemiskinan Absolut Kemiskinan Absolut adalah kemiskinan di mana orang-orang miskin memiliki tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan, atau jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum. Kebutuhan minimum antara lain dapat diukur dengan kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan, GNP per kapita, dan pengeluaran konsumsi. Bank Dunia mendefenisikan kemiskinan absolute sebagai, hidup dengan pendapatan di bawah $ 1perhari. Dari penjelasan tersebut disimpulkan bahwa kemiskinan absolut meruapakan kemiskinan
10 Universitas Sumatera Utara
yang diukur oleh suatu standar konsisten yang telah ditetapkan, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat/negara. 2. Kemiskinan Relatif Kemiskinan
Relatif adalah
kemiskinan
yang dilihat
berdasarkan
perbandingan antara tingkat pendapatan dan tingkat pendapatan lainnya. Contoh, seseorang yang tergolong kaya (mampu) pada masyarakat desa tertentu, bisa jadi yang termiskin pada masyarakat desa lainnya. Selain itu terdapat bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus juga menjadi penyebab kemiskinan, yaitu ; a. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang miskin. Kelompok masyarakat ini manjadi miskin karena tidak memiliki sumber daya yang memadai baik sumber daya alam, manusia , maupun pembangunan. Menurut Baswir, kemiskinan natural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor amaliah seperti karena cacat, sakit, usia lanjut, ata karena bencana alam. b. Kemiskinan Kultural
mengacu pada sikap hidup seseorang atau
kelompok, masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya di mana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan. Kelompok masyarakat ini tidak mudah diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan mengubah tingkat kehidupannya. c. Kemiskinan Struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktorfaktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi
11 Universitas Sumatera Utara
dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu. Menurut Sumodiningrat mengatakan bahwa munculnya kemiskinan struktural
disebabkan
karena berupaya
menanggulangi
kemiskinan
struktural, yaitu dengan direncanakan bermcam-macam program dan kebijakan. Berdasarkan bentuk-bentuk kemiskinan di atas beberapa penyebab kemiskinan diantaranya karena kebijakan pembangunan yang belum merata, karena budaya , dan juga karena ketimpangan dalam memperoleh akses baik terhadap pendidikan, kesehatan, kekuasaan, dan sumber daya lainnya. Hal yang sama patut di duga terjadi pada pemulung yang hidup dalam kemiskinan dikarenakan keterbatasan dalam mengakses sumber daya. Demikianlah hal nya menurut Koncoro (1997) penyebab kemiskinan adalah sebagai berikut: 1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan ketimpangan distribusi pendapatan, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah. 2.
Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun rendah.
3.
Kemiskinan muncul disebabkan perbedaan akses dan modal
2.2 Konsep Aset Penghidupan (Livehood Asset) DFID (dalam SMERU, 2008:3) dalam upaya memahami kondisi kemiskinan dan kehidupan masyarakat, penelitian ini menerapkan kerangka
12 Universitas Sumatera Utara
penghidupan berkelanjutan (Sustainable Livelihood) yang dikembangkan oleh Departement for Internasional Development-DFID. Kerangka penghidupan berkelanjutan berfokus pada rangkaian asset atau jenis-jenis modal yang dimiliki dan dimanfaatkan oleh masyarakat ,termasuk masyarakat miskin. Pendekatan Sustainable Livelihood (PSL) adalah cara berpikir dan bekerja untuk pembangunan yang berkembang secara evolusi dan dalam tujuan untuk mengefektifkan
segala
usaha-usaha
mengakhiri
kemiskinan.
Pendekatan
sustainable livelihoods menempatkan masyarakat sebagai pusat pembangunan. Kemiskinan dilihat langsung dari kacamata masyarakat miskin itu sendiri, dengan melihat potensi/kekuatan yang dimliki masyarakat yaitu berupa sumber daya/aset kehidupan. Fokus pada masyarakat ini sama pentingnya baik pada makro (seperti pengentasan
kemiskinan,
pembaruan
ekonomi
atau
pembangunan
yang
berkelanjutan) maupun pada tingkat mikro (seperti pada kemiskinan keluarga pemulung). Menurut Saragih (2007)
Livelihood dapat dimaknai sebagai strategi
mencari nafkah, yaitu berbagai upaya yang dilakukan seseorang untuk memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimilikinya untuk mendapatkan penghasilan
sehingga
mampu
mempertahankan
kelangsungan
hidupnya.
Pendekatan Sustainable Livelihoods berusaha mengidentifikasi hambatanhambatan paling besar yang dihadapi oleh manusia, dan peluang-peluang yang paling menjanjikan dan terbuka bagi, masyarakat, terlepas darimana asalnya (misalnya disektor mana, pada wilayah mana atau tingkat apa, dari lokal sampai internasional). Pendekatan ini dibangun di atas pengertian atau definisi masyarakat sendiri mengenai hambatan dan peluang tersebut dan, bila
13 Universitas Sumatera Utara
memungkinkan,
pendekatan
ini
selanjutnya
bisa
membantu
masyarakat
membicarakan/menyadari hambatan dan peluang tersebut (Saragih,dkk, 2007:7). Tinjauan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penghidupan berkelanjutan masyarakat miskin dilakukan dengan pendekatan “Pentgonal Aset”, yaitu dengan melihat aset yang dimiliki masyarakat miskin yang dalam hal ini adalah keluarga pemulung. Aset adalah sesuatu yang dimiliki (berkuasa mengkontrol) atau dapat diakses untuk menjalankan penghidupan. Aset merupakan modal untuk melaksanakan kegiatan sehingga tujuan penghidupan bisa dicapai. Setiap suatu unit keluarga atau komunitas tertentu melangsungkan hidup dan penghidupannya dengan bertumpu pada berbagai aset yang dimilikinya atau yang secara materil dan imaterial melekat pada unit dimaksud. DFID mengelompokkan aset penghidupann ke dalam lima kelompok yang disebut Pentagonal Aset. Pentagonal Aset terdiri dari
modal alam (natural
capital), modal manusia (human capital), modal keuangan (financial kapital), modal fisik (infrastruktur), dan modal sosial (social capital) (DFID:2001 dalam Saleh,S.E, 2014). 1. Sumber daya manusia (human capital) Modal manusia (human capital) mengacu pada tenaga kerja yang tersedia untuk rumahtangga: dengan pendidikan, ketrampilan, dan kesehatan. Aset utama yang dimiliki oleh masyarakat perdesaan adalah tenaga kerja mereka sendiri. Tenaga kerja sebagai aset rumah tangga harus terbebas dari berbagai macam penyakit atau masalah kesehatan yang dapat mengurangi produktifitasnya (Ellis, 2000). Senada yang dikemukakan oleh Baiquni (2007) bahwa manusia sebagai modal rumah tangga yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan
14 Universitas Sumatera Utara
untuk mengusahakan penghidupan yang lebih baik. Pengembangan kualitas manusia sangat menentukan, mengingat manusialah yang akan mengelola semua aset untuk didayagunakan dan dilestarikan keberlanjutannya. Modal manusia adalah komponen terpenting dalam penghidupan, pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya diperlukan untuk mengolah empat aset penghidupan lainnya. Manusia juga memiliki kemampuan untuk mengembangkan strategi pemanfaatan tiap-tiap jenis aset secara optimal. Sekaligus perilaku manusia sangat mempengaruhi keberlanjutan sumber penghidupan (aset) lainnya. Sepertiyang diungkapkan oleh Baiquni (2007) bahwa pengembangan sumberdaya manusia sangat menentukan, mengingat manusialah yang akan mengelola semua aset untukdidayagunakan dan dilestarikan keberlanjutannya.(Saleh,S.E, 20014:30). Dalam hal ini sumber daya manusia (human capital) yang akan dikaji pada keluarga pemulung
adalah tingkat pendidikan pemulung,ketrampilan
tertentu yang dimiliki pemulung termasuk
keterampilan pemulung
(skill) dalam
mengolah hasil memulung. 2. Sumber Daya Alam (natural capital) Modal alam bisa disebut dengan sumberdaya alam adalah merupakan persediaan alam yang menghasilkan dayadukung dan nilai manfaat bagi penghidupan manusia. Mencakup; tanah dan produksinya, air dan sumber daya air di dalamnya (ikan), pohon dan hasil hutan, binatang buruan, serat dan pangan yang tidak dibudidayakan, keanekaragaman hayati, sesuatu kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan. Modal ini mewakili sumber daya alam dan sumber daya hayati yang melingkupi suatu masyarakat. (DFID, 2001 dalam Saleh,S.E, 2014:31 )
15 Universitas Sumatera Utara
Modal alam (Natural Capital) lebih menggambarkan kepemilikan atau penguasaan bersama atas sumberdaya alam seperti iklim, kesuburan tanah, dan sumber air sebagai modal produksi. Hal ini bervariasi pada setiap wilayah, baik ketersediaan
maupun
karakteristiknya,
sehingga dapat
membentuk
pola
penghidupan masyarakat. Dalam modal alam, sebuah perbedaan penting di buat antara sumberdaya alam terbarukan dan sumberdaya alam non terbarukan. (Baiquni, 2007 dalam Saleh,S.E, 2014:31) Dari pengertian diatas, modal alam ini disebut juga sebagai lingkungan yang merupakan gabungan dari berbagai faktor biotik dan abiotik di sekeliling manusia. Modal ini dapat berupa sumberdaya yang bisa diperbaharui maupun tidak bisa diperbaharui. Contoh dari modal sumberdaya alam adalah air, pepohonan, tanah, stok kayu dari kebun atau hutan, stok ikan di perairan, maupun sumber daya mineral seperti minyak, emas, batu bara dan lain sebagainya. Pada akhirnya sumberdaya alam bisa menghasilkan keuntungan jika penduduk mempunyai akses yang aman. 3. Sumber daya ekonomi atau keuangan ( financial capital) Modal finansial adalah sumber-sumber keuangan yang dapat digunakan dan dimanfaatkan masyarakat dalam mencapai tujuan penghidupan mereka, yaitu meliputi; Cadangan atau persediaan; meliputi sumber keuangan berupa tabungan, deposito, atau barang bergerak yang mudah diuangkan. Selain yang bersumber dari milik pribadi, juga termasuk sumber keuangan yang disediakan oleh bank atau lembaga perkreditan. Aliran dana teratur; sumberdana ini meliputi uang pensiun, gaji, bantuan dari negara, kiriman dari kerabat yang merantau, dsb. (DFID, 2001 dalam Saleh,S.E, 2014 :32)
16 Universitas Sumatera Utara
Modal ini mewakili unsur sumber-sumber keuangan yang ada di masyarakat(seperti penghasilan, tabungan atau simpanan, pinjaman modal usaha, sertifikat surat berharga, saham, kredit/hutang /hibah baik fomal maupun informal, kiriman dari keluarga yang bekerja di luar daerah, dana pensiun, keuntungan usaha, upah/gaji,dan sebagainya) yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang derajat kehidupan masyarakat. Dalam hal ini yang menjadi sumber daya ekonomi (financial capital) dalam keluarga pemulung adalah pendapatan yang diperoleh pemulung, pengeluaran keluarga pemulung, tabungan/ivestasi yang dimiliki oleh keluarga pemulung. 4. Sumber daya sosial (social capital) Konsep modal sosial pertama kali dikemukakan oleh James Coleman, menurutnya, modal sosial bukan entitas tunggal tetapi bermacam-macam entitas berbeda yang memiliki dua karakteristik umum: mereka semua terdiri atas beberapa aspek struktur sosial, dan mereka memudahkan beberapa tindakan individu-individu yang ada dalam stuktur tersebut. Seperti modal lainnya, modal sosial bersifat produktif, yang memungkinkan pencapaian beberapa tujuan yang tidak dapat dicapai tanpa keberadaannya. (Coleman, 2010:418).Putnam, dalam Field (2010:51) menyatakan bahwa modal sosial adalah bagiandari kehidupan sosial-jaringan, norma dan kepercayaan – yang mendorong partisipasi dan tindakan bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan bersama. Modal sosial merupakan suatu aset yang dapat digunakan oleh rumahtangga untuk mempertahankan kelangsungan hidup. (de Haan, 2000, Carney, 1999 dalam Saleh, S.E 2014 ).
17 Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini modal sosial yang dimaksud dalam keluarga pemulung sendiri adalah solidaritas berdasarkan kebutuhan ekonomi yang mengandalkan kepercayaan baik antar pemulung dengan penampung/tokeh barang bekas , jaringan, pertukaran informasi, hubungan yang berbasis rasa saling percaya dan saling mendukung antar sesama pemulung, keluarga, maupun tetangga 5. Sumber daya fisik (physical capital) Modal fisik adalah prasarana dasar dan fasilitas lain yang dibangun untuk mendukung proses penghidupan masyarakat. Prasarana yang dimaksud meliputi pengembangan lingkungan fisik yang membantu masyarakat dalam melaksanakan tugas kehidupan lebih produktif. Prasarana umumnya merupakan fasilitas umum yang digunakan tanpa dipungut biaya langsung. Terkecuali prasarana tertentu seperti perumahan, listrik, jalan tol dan air minum. Sarana terntentu seperti gedung, kendaraan, dan sebagainya , umumnya dapat digunakan secara pribadi atau kelompok melalui sistem sewa. . (DFID, 2001dala Saleh, S.E, 2014)
modal fisik memperlihatkan
penguasaan lahan, luas lahan, jenis tanaman budidaya, dan kepemilikan bangunan seperti rumah, kenderaan, perabotan dan peralatan rumahtangga, pabrik serta teknologi produksi. Dalam konteks kewilayahan modal fisikal ini berupa infrastruktur jalan, irigasi, dan fasilitaspublik. (Baiquni, 2007 dalam Saleh, S.E 2104 ).
18 Universitas Sumatera Utara
Berikut adalah bagan dari pentagonal aset:
Aset Manusia (Human Capital) Aset Alam (Natural Capital)
Aset Sosial (Social Capital) MASYARAKAT MISKIN
Aset Fisik (Physical Capital)
Aset keuangan (Financial Capital) Gambar 1.1 Skema Pentagon aset
Pada gambar 1.1
menekankan pentingnya pemahaman akan beragam
kondisi penghidupan rumahtangga dan jenis-jenis aset yang menopangnya. Segilima aset menggambarkan bahwa antar komponen aset penghidupan memiliki beragam hubungan dan keterkaitan satu sama lain. Bentuk segilima dan garis yang saling
menghubungkan
dengan
titik
pusat
ditengah
bidang
tersebut
menggambarkan variasi tingkat kepemilikan dan akses rumah tangga terhadap aset. Tingkat aksesibilitas terhadap aset penghidupan berbeda-beda pada tiap individu, rumahtangga dan masyarakat, demikian pula nilai manfaat dari aset tersebut bagi penghidupan, banyak faktor yang mempengaruhinya. Selanjutnya dianalogikan, di posisi titik tengah atau terdalam dari segilima menunjukkan tingkat akses individu atau rumahtangga terhadap sumberdaya/modal adalah = nol, atau tidak memiliki akses sama sekali. Sedangkan bagian terluar dari segilima adalah kondisi ideal, dimana seseorang atau rumah tangga memiliki akses yang optimal terhadap sumberdaya/ modal yang mereka butuhkan. Dengan analogi
19 Universitas Sumatera Utara
segilima ini, kita dapat menggambarkan beragam kondisi perubahan tingkat aksesibilitas terhadap sumberdaya/modal penghidupan. Kelima sumber daya/aset tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya, misalnya orang/komunitas yang hanya memiliki uang banyak tetapi tidak memiliki aset kekerabatan maka akan hidup didalam komunitas yang tidak aman. Keluarganya dan dirinya mungkin terancam hidupnya, atau jika dia atau keluarganya menghadapi bencana maka tidak ada dari kerabatnya yang akan membantunya. Satu jenis aset bisa juga bermakna ganda, artinya bisa sekaligus menjadi aset tangible dan intangible, misalnya memiliki tanah atau sapi misalnya dibeberapa komunitas tertentu akan juga meningkatkan status sosial (aset tangible) sehingga perannya didalam proses pengambilan keputusan di masyarakat semakin meningkat. Besar atau kecilnya, keragaman, dan keseimbangan antar aset sangat mempengaruhi keberlanjutan hidup suatu masyarakat. Semakin sedikit atau terbatas kepemilikan aset maka akan semakin rentan bagi suatu masyarakat masuk dalam kemiskinan, sementara itu tidak semua masyarakat mendapatkan akses yang sama untuk memiliki atau mendapatkan aset, apalagi bagi masyarakat miskin yang aksesnya pada kepemilikan aset sangat terbatas. Maka dari itu menurut (SMERU, 2008:3)
pendekatan ini berupaya untuk memahami konteks yang
membuat kondisi-kondisi aset tersebut rentan mengalami penurunan, pengurangan atau kerusakan serta memahami komponen struktur dan proses (kondisi lembaga dan kelembagaan) yang mempengaruhi keberadaan dan keberlangsungan strategi penghidupan yang diterapkan oleh masyarakat miskin.
20 Universitas Sumatera Utara
2.3 Defenisi Konsep Dalam sebuah penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah defenisi abstrak mengenai gejala atau realita atau suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Moleong, 1997).Selain itu konsep juga berfungsi sebagai panduan bagi peneliti untuk menindak lanjuti penelitian tersebut serta menghindari timbulnya kekacauan akibat kesalahan tapsir dalam penelitian. Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini antara lain: 1. Pemulung Pemulung adalah individu/sekelompok orang yg mencari nafkah dengan cara mencari dan
memungut serta memanfaatkan barang bekas dan menjualnya
kepada pengusaha yang akan mengelolanya kembali menjadi barang komoditas. Dalam hal ini, yang menjadi salah satu alasan peneliti untuk memilih meneliti pemulung karena pemulung umumnya dipandang sebagai pekerjaan yang kurang elit dan tergolong sebagai komunitas yang termarjinalkan sehingga indentik dengan kemiskinan. 2. Keluarga Keluarga adalah satuan unit terkecil dalam masyarakat yang tinggal bersama dalam suatu rumah tangga yang diikat oleh hubungan perkawinan dan memiliki hubungan darah. 3. Keluarga Orang Tua Utuh Keluarga dengan orang tua utuh adalah keluarga yang memiliki kedua orakelng tua dan menjalankan fungsi keluarga bagi anggota keluarga tersebut. Dalam hal ini keluarga pemulung dengan orang tua utuh yang dimaksud
21 Universitas Sumatera Utara
adalah kedua orang
tua bekerja sebagai pemulung dan juag keluarga
pemulung yang salah satu oarng tua memulung
dan yang lainnya juga
bekerja, namun masih dalam pekerjaan sektor informal juga. 4. Orang Tua Tunggal (Single Parent) Menurut Duval & Miller (1985) single parent adalah orang tua yang memelihara dan membesarkan anak- anaknya tanpa kehadiran dan dukungan dari pasangannya. Park (2008) membedakan single-parent menjadi 4 kategori yaitu Keluarga dengan ayah sebagai single parent karena bercerai, Keluarga dengan Ayah sebagai single parent karena kematian dan hal lain, Keluarga dengan Ibu sebagai single parent karena bercerai. Keluarga dengan Ibu sebagai single parent karena kematian dan hal lain. Dalam hal ini yang dimaksud orang tua tunggal (single parent) ialah orang tua tunggal baik ayah atau ibu dan juga setiap individu yang seorang diri mengasuh dan membesarkan anak dan anggota keluarga lainnya, baik itu nenek/kakek, bibi/paman, dan bermata pencaharian sebagai pemulung. 5. Kemiskinan Kemiskinan
yang dimaksud dalam suatu kondisi kekurangan, dan
ketidakmampuan akan
penuhan kebutuhan dasar manusia, akibat dari
kurangnya penghasilan, minimnya akses untuk memiliki aset penghidupan sehingga minimbulkan ketergantungan dan penderitaan. Dalam hal ini pemulung dikategorikan kelompok miskin, walaupun terdapat juga pemulung yang produktif dan penghasilannya mumpuni. Oleh karena itu pemulung yang dikategorikan miskin disini dapat dilihat dari penghasilan serta kondisi rumah si pemulung itu sendiri.
22 Universitas Sumatera Utara
6. Pentagonal Asset Pentagonal Asset adalah konsep pendekatan Sustainable Livehood Aproach atau Pendekatan Penghidupan berkelanjutan dengan menggunakan pentagonal asset atau lima aset yaitu diantaranya sumber daya manusia (human capital), sumber daya alam (nature capital), modal finansial (financial capital), modal fisik ( physical capital), dan modal sosial (social capital). Kelima aset/ modal penhidupan ini digunakan untuk mengukur dan mengakaji kemiskinan yang terjadi pada keluarga miskin yang dalam hal ini adalah keluarga pemulung.
23 Universitas Sumatera Utara