BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Bertahan Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29) mendefinisikan
strategi
bertahan
sebagai
kemampuan
seseorang
dalam
menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya, strategi penanganan masalah ini
pada dasarnya
merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola aset yang dimilikinya. Pendapat lain mengenai strategi bertahan dikemukakan oleh Snel dan Staring (dalam Setia, 2005:6) yang menyatakan strategi bertahan sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh individu dan rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi. Petani merupakan pekerja yang tekun dan tidak pernah menyerah dalam kondisi apapun walaupun penuh keterbatasan, mereka tetap bisa bertahan hidup. Petani akan mengoptimalkan segala sumber daya yang mereka miliki agar tetap bisa menjaga kelangsungan hidup keluarganya. Secara spesifik strategi penghidupan yang diterapkan oleh para petani dapat dibagi menjadi tiga dimana salah satu strategi tersebut adalah strategi survival atau strategi bertahan hidup yang umumnya diterapkan oleh petani miskin, berlahan sempit dan para buruh tani, seperti yang dikemukaan oleh White (dalam Baiquni, 2007:47) yang menyatakan bahwa strategi survival atau strategi
6 Universitas Sumatera Utara
bertahan hidup merupakan strategi petani yang memiliki lahan yang sempit atau bekerja di lahan orang lain dan tergolong miskin. Petani dengan strategi survival biasanya mengelola sumber alam yang sangat terbatas atau terpaksa menjadi buruh tani dan pekerja kasar dengan imbalan yang rendah biasanya hanya cukup untuk sekedar menyambung hidup tanpa bisa menabung untuk pengembangan modal. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemiskinan merupakan faktor yang mendorong petani melakukan strategi bertahan sebagaimana pendapat yang dikemukakan Baiquni (2007:221) yang menyatakan bahwa rumah tangga petani yang menerapkan strategi survival pada umumnya berada pada garis kemiskinan yang dicirikan oleh kepemilikan lahan atau aset sumber daya yang terbatas. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi bertahan hidup petani adalah suatu tindakan atau cara petani kecil yang tergolong miskin untuk tetap bisa bertahan hidup di tengah keterbatasan yang mereka miliki. Keluarga petani dalam menjalani kehidupan sehari-hari akan menerapkan berbagai macam strategi untuk bertahan hidup. Menurut Suharto (2009:31) strategi bertahan hidup dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai strategi. Strategi bertahan hidup dapat digolongkan menjadi 3 kategori yaitu srategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan. Berikut akan dijelaskan secara lebih rinci strategi-strategi bertahan hidup yang umumnya digunakan petani kecil.
7 Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Strategi Aktif Strategi aktif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara memanfaatkan segala potensi yang dimiliki. Menurut Suharto ( 2009:31) strategi aktif merupakan strategi yang dilakukan keluarga miskin dengan cara mengoptimalkan segala potensi keluarga (misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja dan melakukan apapun demi menambah penghasilannya). Strategi aktif yang biasanya dilakukan buruh tani khususnya di Desa Gongsol adalah dengan diversifikasi penghasilan atau mencari penghasilan tambahan dengan cara melakukan pekerjaan sampingan. Menurut Stamboel (2012:209) diversifikasi penghasilan yang dilakukan petani miskin merupakan usaha agar petani dapat keluar dari kemiskinan, diversifikasi yang bisa dilakukan antara lain berdagang, usaha bengkel maupun industri rumah tangga lainnya. Sedangkan menurut Andrianti (dalam Kusnadi, 2000:192) salah satu strategi yang digunakan oleh rumah tangga untuk mengatasi kesulitan ekonomi adalah dengan mendorong
para isteri untuk ikut mencari
nafkah. Maka di Desa Gongsol pada saat ini yang menjadi buruh tani tidak hanya kaum laki-laki saja. Akan tetapi kaum perempuan juga ikut bekerja untuk membantu ekonomi keluarga mereka sehingga dapat terpenuhi. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud strategi aktif adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan seseorang atau keluarga dengan cara memaksimalkan segala sumber daya dan potensi yang dimiliki keluarga mereka.
8 Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Strategi Pasif Strategi pasif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara meminimalisir pengeluaran keluarga sebagaimana pendapat Suharto (2009:31) yang menyatakan bahwa strategi pasif adalah strategi bertahan hidup dengan cara mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya biaya untuk sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya). Strategi pasif yang biasanya dilakukan oleh buruh tani adalah dengan membiaskan hidup hemat. Hemat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sikap berhati-hati, cermat, tidak boros dalam membelanjakan uang. Sikap hemat merupakan budaya yang telah dilakukan oleh masyarakat desa terutama masyarakat desa yang tergolong dalam petani miskin. Menurut Kusnadi (2000:8) strategi pasif adalah strategi dimana individu berusaha meminimalisir pengeluaran uang, strategi ini merupakan salah satu cara masyarakat miskin untuk bertahan hidup. Pekerjaan sebagai petani kecil yang umumnya dilakukan oleh masyarakat desa membuat pendapatan mereka relatif kecil dan tidak menentu sehingga petani kecil di pedesaan lebih memprioritaskan kebutuhan pokok seperti kebutuhan pangan daripada kebutuhan lainnya. Pola hidup hemat dilakukan petani kecil atau para buruh tani agar penghasilan yang mereka terima bisa untuk mencukupi kebutuhan pokok keluarga mereka. Dalam penelitian ini para buruh tani di Desa Gongsol menerapkan hidup hemat dengan cara berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka. Sikap hemat terlihat pada kebiasaan keluarga buruh tani yang membiasakan untuk makan dengan lauk seadanya dan hanya membeli daging ketika hari besar seperti perayaan natal, hari raya idul fitri dan tahun baru.
9 Universitas Sumatera Utara
Pola hidup hemat ini menjadi strategi pasif untuk melengkapi strategi bertahan secara aktif yang dilakukan buruh tani. Karena tidak akan ada manfaat jika para buruh tani di Desa Gongsol bekerja dengan giat akan tetapi mereka tetap boros. Untuk itu diperlukannya strategi pelengkap yakni strategi pasif. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud strategi pasif adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara selektif, tidak boros dalam mengatur pengeluaran keluarga. 2.1.3 Strategi Jaringan Strategi
jaringan
adalah
strategi
yang
dilakukan
dengan
cara
memanfaatkan jaringan sosial. Menurut Suharto ( 2009:31) strategi jaringan merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara menjalin relasi, baik formal maupun dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya meminjam uang kepada tetangga, mengutang di warung atau toko, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya). Menurut Kusnadi ( 2000:146) strategi jaringan terjadi akibat adanya interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat, jaringan sosial dapat membantu keluarga miskin ketika membutuhkan uang secara mendesak. Secara umum strategi jaringan sering dilakukan oleh masyarakat pedesaan yang tergolong miskin adalah dengan meminta bantuan pada kerabat atau tetangga dengan cara meminjam uang. Budaya meminjam atau hutang merupakan hal yang wajar bagi masyarakat desa karena budaya gotong royong dan kekeluargaan masih sangat kental di kalangan masyarakat desa.
10 Universitas Sumatera Utara
Strategi jaringan yang biasanya dilakukan para buruh tani di Desa Gongsol adalah memanfaatkan jaringan sosial yang dimiliki dengan cara meminjam uang pada kerabat, para pemilik lahan atau meminjam pada bank dan memanfaatkan bantuan sosial lainnya. Bantuan sosial yang biasa diterima buruh tani bisa dalam bentuk pinjaman modal atau dalam bentuk bantuan bahan sembako. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Stamboel (2012:244) yang mengatakan bahwa modal sosial berfungsi sebagai jaring pengaman sosial bagi keluarga miskin. Bantuan dalam skala keluarga besar, komunitas atau dalam relasi pertemanan telah banyak menyelamatkan keluarga para buruh tani. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud strategi jaringan adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara meminta bantuan kepada kerabat, pemilik lahan, tetangga dan relasi lainnya baik secara formal maupun informal ketika para buruh tani di Desa Gongsol dalam kesulitan sehingga ketiga strategi ini saling melengkapi. 2.2
Faktor Pemilik Lahan Dalam Memilih Para Buruh Tani Menjalin kerjasama antara kedua bela pihak yang didasari oleh latar
belakang yang berbeda tentu akan memerlukan faktor-faktor lain untuk dapat memperkuat alasan seseorang untuk dapat menerima orang lain dalam menjalin hubungan kerja sama diantara mereka. Seperti yang dilakukan para pemilik lahan yang ada di Desa Gongsol dalam memilih buruh tani yang berbeda etnis dengan mereka yang akan bekerja di lahan mereka tentu akan mempertimbangkan beberapa hal diantaranya:
11 Universitas Sumatera Utara
2.2.1
Kepercayaan ( trust ) Trust atau rasa percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan
untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Putnam, 1993). Kepercayaan merupakan komponen penting dari adanya masyarakat. Kepercayaan dapat mendorong seseorang untuk bekerjasama dengan orang lain untuk memunculkan aktivitas ataupun tindakan bersama yang produktif. Menurut Francis Fukuyama, trust adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial. Kemampuan berasosiasi menjadi modal yang sangat penting bukan hanya bagi kehidupan ekonomi, tetapi juga bagi setiap aspek eksistensi sosial yang lain. Tetapi, kemampuan ini sangat tergantung pada suatu titik temu norma-norma dan nilainilai bersama. Jika titik temu etis normatif ini ditemukan maka pada gilirannya kepentingan-kepentingan individual akan tunduk pada kepentingan-kepentingan komunitas kelompok. Dari nilai-nilai bersama ini akan bangkit apa yang disebut kepercayaan (Fukuyama, 1995). Kepercayaan
umumnya
dikaitkan
dengan
keterbatasan
perkiraan
dan
ketidakpastian yang berkenaan dengan perilaku orang lain dan motif mereka (Gambetta, 1988). Sako (1992) melihat kepercayaan dalam bentuk bisnis dan menemukan tiga bentuk kepercayaan yaitu Pertama, kepercayaan kompetensi
12 Universitas Sumatera Utara
menunjuk keyakinan bahwa mitra dagang akan memperlihatkan kewajiban mereka berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang diakui dan mereka miliki. Kedua, kepercayaan kontraktual mencakup suatu keyakinan bahwa orang atau pihak yang terlibat pada suatu perjanjian tertulis akan menepati janji yang telah diikrarkan bersama tentang suatu interaksi seperti tanggal pengiriman, spesifikasi produk, kerahasiaan, perjanjian yang bersifat umum dan garis besar saja. Ketiga, kepercayaan niat baik menunjuk pada harapan bersama pihak yang terlibat memiliki komitmen terbuka satu sama lain untuk melakukan sesuatu yang terbaik bagi keuntungan bersama (Damsar, 2009:203-204). Kepercayaan merupakan hubungan antara dua belah pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu belah pihak melalui interaksi sosial. Lawang menyimpulkan inti konsep kepercayaan sebagai berikut: a. Hubungan sosial antara dua orang atau lebih, termasuk dalam hubungan ini ada institusi, yang dalam pengertian ini diwakili orang. b. Harapan yang ada akan tergantung dalam hubungan ini, yang kalau direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak. c. Interaksi yang memungkinkan hubungan dan harapan itu berwujud (Damsar, 2009:186) Trust (kepercayaan) sudah dilakukan oleh masyarakat Etnis Karo dan masyarakat
Etnis
Nias. Masyarakat
Karo
memiliki
kepercayaan
kepada
masyarakat Nias sehingga mempekerjakan masyarakat Etnis Nias sebagai buruh tani di lahan milik mereka.
13 Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Teori Pertukaran Sosial Pertukaran sosial yang dikemukakan oleh George Homans bahwa teori pertukaran sosial berlandaskan pada prinsip ekonomi elementer bahwa orang menyediakan barang dan jasa dari transaksi ekonomi tersebut. Seseorang dapat menukarkan pelayanannya untuk memperoleh uang guna mencukupi kebutuhan sehari-harinya, sehingga menjadikan adanya suatu pernyataan bahwa interaksi sosial mirip dengan transaksi ekonomi. Sistem sosial yang terorganisir dalam suatu masyarakat membentuk suatu kelompok. Sebagaimana Homans memberikan tiga konsep utama untuk menggambarkan kelompok kecil tersebut yakni: 1. Interaksi adalah kegiatan apapun yang merangsang atau dirangsang oleh kegiatan orang lain. 2. Kegiatan adalah perilaku actual yang digambarkan pada tingkat yang konkrit, sebagian dari gambaran mengenai kelompok apa saja harus meliputi catatan mengenai kegiatan-kegiatan para anggota saja. 3. Perasaan tidak hanya didefinisikan sebagai suatu keadaan subyektif tetapi sebagai suatu tanda yang bersifat eksternal atau bersifat perilaku yang menunjukkan keadaan internal. Elemen-elemen di atas membentuk suatu keseluruhan yang terorganisir, saling mempengaruhi dan dipengaruhi secara timbal balik dalam suatu interaksi. Pada dasarnya suatu sistem sosial mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat secara keseluruhan hingga membentuk integrasi. Bentuk kerjasama yang baik antar elemen dengan fungsinya masing-masing. Terkait dengan bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berinteraksi maka terbentuklah adanya sistem.
14 Universitas Sumatera Utara
Secara general sistem merupakan hubungan antara bagian satu dengan bagian lain membentuk suatu keseluruhan dan saling bergantung satu sama lain. Jika dalam bagian tersebut membentuk suatu kesatuan maka keadaan tersebut dinamakan dengan integrasi. Integratif sendiri dapat tercipta jika antar bagian atau elemen tersebut saling bekerja sama sesuai dengan fungsinya masing-masing. Tetapi jika integrasi ini mengalami tingkatan yang rendah maka dapat menimbulkan terjadinya perpisahan atau perpecahan. Teori pertukaran dalam sistem sosial ekonomi yang terjadi dalam masyarakat maka Homans menyatakan proses pertukaran melalui beberapa pernyataan proporsional yang saling berhubungan. Proposisi-proposisi tersebut adalah: 1) Proposisi sukses Untuk semua tindakan yang dilakukan seseorang, semakin sering tindakan khusus seseorang diberi hadiah, semakin besar kemungkinan orang melakukan tindakan itu. 2) Proposisi pendorong Jika dalam seperangkat stimulus merupakan peristiwa dimana tindakan seseorang mendapatkan suatu hadiah. 3) Proposisi nilai Semakin tinggi nilai hasil tindakan seseorang bagi dirinya, makin besar kemungkinan ia melakukan tindakan itu. Dalam proposisi ini Homans meletakkan tekanan dari exchange teorinya. Pertukaran tidak terjadi bila nilai sesuatu yang dipertukarkan itu sama. Oleh sebab itu exchange terjadi bila cost yang diberikan akan menghasilkan
15 Universitas Sumatera Utara
benefit yang besar, dimana kedua belah pihak sama-sama mendapat untung dan keuntungan tersebut mengandung unsur psikologis. 2.3 Defenisi Konsep Dalam hal ini digunakan beberapa konsep yang relevan dengan penelitian yang nantinya akan dilakukan. Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut: 1. Strategi Bertahan Strategi ini sebagai kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya, strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola aset yang dimilikinya. Dalam strategi ini ada beberapa macam yang harus dilakukan, yaitu: A. Strategi Aktif Strategi aktif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara memanfaatkan segala potensi yang dimiliki. Strategi aktif yang biasanya dilakukan adalah dengan menambah sumber penghasilan
atau mencari
penghasilan tambahan dengan cara melakukan pekerjaan sampingan. B. Strategi Pasif Strategi pasif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara meminimalisir pengeluaran keluarga sebagaimana pendapat Suharto (2009:31) yang menyatakan bahwa strategi pasif adalah strategi bertahan hidup dengan cara mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya biaya untuk sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya).
16 Universitas Sumatera Utara
C. Strategi Jaringan Menurut Kusnadi ( 2000:146) strategi jaringan terjadi akibat adanya interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat, jaringan sosial dapat membantu keluarga miskin ketika membutuhkan uang secara mendesak. Strategi jaringan yang biasanya dilakukan adalah memanfaatkan jaringan sosial yang dimiliki dengan memanfaatkan kepercayaan dari para kerabat dan pemilik lahan. D. Pertanian Pertanian adalah kegiatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Pertanian merupakan mata pencaharian utama masyarakat di pedesaan. 2. Etnis Nias Etnis Nias adalah satu dari sekian banyak etnis pribumi di Indonesia. Tanah asalnya terletak di luar Pulau Sumatera namun termasuk dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara. Beberapa bermigrasi ke berbagai daerah, salah satunya adalah ke daerah Tanah Karo. 3. Etnis Karo Salah satu etnis Bangsa Indonesia yang mendiami wilayah Sumatera Utara khusunya daerah dataran tinggi. Dengan mendiami dataran tinggi tentu mata pencaharian utama etnis ini adalah bertani. Dalam bertani mereka tidak mengerjakan lahan sendiri tetapi dibantu oleh para buruh tani. 4. Buruh Tani (Aron dalam bahasa Karo) Buruh tani atau dalam bahasa Etnis Karo disebut Aron adalah seseorang yang bekerja di bidang pertanian dengan cara melakukan pengelolaan tanah yang
17 Universitas Sumatera Utara
bertujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri atau menjual kepada orang lain. 5. Pemilik Lahan Pemilik lahan adalah seseorang yang menguasai atau mempunyai hak atas tanah. Pemilik lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat Etnis Karo yang memiliki lahan dan mempekerjakan masyarakat dari etnis lain, yaitu Nias.
18 Universitas Sumatera Utara