BAB II KAJIAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1
Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi merupakan salah satu bagian terpenting dari seluruh informasi yang diperlukan oleh pihak manajemen. Sistem informasi akuntansi berhubungan dengan data keuangan yang dihasilkan melalui kegiatan perusahaan. Fungsi utama dari sistem informasi akuntansi yang berstruktur dan berkualitas yang tepat waktu, relevan, lengkap, dan akurat. Secara keseluruhan pengguna sistem informasi akuntansi yang berkualitas sangat berguna bagi pihak perusahaan dalam menentuksn langkah-langkah kebijaksanaan yang diambil dan juga untuk mempermudah dalam pengawasan terutama terhadap aktivitas perusahaan. Dalam setiap aktivitasnya baik perusahaan yang berskala kecil maupun besar berharap agar perusahaan dapat menjalankan aktivitasnya dengan memadai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Perusahaan dalam system menghadapi persaingan ekonomi yang semakin meningkat, merupakan salah satu hal yang sangat penting sebagai sebuah pendukung untuk melakukan aktivitas secara efektif dan efisien. Dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, system informasi akuntansi mempunyai peranan penting. Sistem informasi akuntansi berfungsi untuk melayani kebutuhan
24
25
informasi dari berbagai tingkatan. Informasi ini akan digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengendalian. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang sistem informasi akuntansi, terdapat pengertian system informasi akuntansi menurut beberapa ahli, diantaranya menurut hopwood yang dialih bahasakan oleh baridwan (2005:5) system informasi akuntansi berasal dari system informasi, akuntansi secara terpisah sebagai berikut : “Sistem adalah sekumpulan sumber daya yang berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Informasi adalah data yang telah diolah sehingga dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan yang tepat. Akuntansi adalah sebagai salah satu system informasi, mengidentifikasi mengumpulkan dan mengkomunikasikan informasi ekonomi mengenai suatu badan usaha kepada beragam orang.” Sedangkan Wilkinson (2000:13) yaitu sebagai berikut : “Sebuah system informasi adalah suatu system informasi formal dalam setiap arti luas, ruang lingkup perusahaan tertentu. Pada system informasi akuntansi semua meresap dalam yang berlaku untuk semua kegiatan perusahaan dan memberiakn informasi kepada semua pengguna perusahaan.” Menurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood yang dialih bahasakan oleh Julianto Agung (2002:1) mengemukakan pengertian system : “System informasi akuntansi merupakan kumpulan sumber daya seperti manusia dan peralatan yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi”.
26
Pengertian lainnya menurut Barry E Cushing yang dialih bahasakan edy winarso (2007:23) adalah sebagai berikut : “Sistem informasi akuntansi didefinisikan sebagai kumpulan dari manusia dan sumber daya modal didalam suatu organisasi yang bertanggung jawab untuk menyediakan informasi keuangan dan juga informasi yang didapat dari pengumpulan dan pengolahan data transaksi.” Suatu organisasi sangat tergantung pada informasi sebagai dasar untuk melaksanakan aktivitasnya, informasi dihasilkan oleh sistem informasi yang merupakan alat untuk memprosesnya. Sistem informasi akuntansi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, begitu pula dengan organisasi, akan senantiasa memerlukan informasi terutama sistem informasi akuntansi. Karena hampir semua bidang kegiatan dalam organisasi tidak terlepas dari dukungan informasi yang menunjang kelancaran setiap program yang telah ditetapkan dalam organisasi. Menurut Azhar Susanto (2008:72) mengemukakan pengertian sistem informasi akuntansi adalah : “Sistem informasi akuntansi adalah kumpulan (integritas) dari sub-sub sistem atau komponen baik fisik maupun non fisik yang saling berhubungan dan berkerjasama satu sama lain secar harmonis untuk mengelola data transaksi yang berkepentingan dengan masalah keuangan menjadi informasi keuangan”. Menurut Robert A.Laitch dan K.Roscoe Bavis dalam Kusrini dan Andri Koniyo (2007:82) mengemukakan pengertian Sistem Informasi Akuntansi adalah:
27
“Suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengelola transaksi harian, mendukung operasi bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan”. Menurut James A.Hall yang dialihbahasakan oleh Dewi Firiasari dan Deni Arnos Wary (2007), mengemukakan pengertian Sistem Informasi Akuntansi adalah : “Serangkaian prosedur formal dimana data dikumpulakan, diperoses menjadi informasi dan distribusi ke para pengguna”. Dengan memperhatikan definisi-definisi diatas, maka dapat penulis jelaskan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan kumpulan dari manusia serta pengumpulan dan pengelolaan data untuk menyajikan informasi yang relevan, tepat waktu, dapat dipercaya, yang berguna bagi para pemakai informasi dan berguna dalam pengambilan keputusan manajemen. Jadi pada dasarnya sistem informasi akuntansi merupakan suatu usaha untuk menyediakan informasi akuntansi atau keuangan dimana dalam menghasilkan informasi tersebut diperlukan suatu proses pengolahan data.
2.1.1.2 Komponen – Komponen Sistem Informasi Akuntansi Agar informasi yang dihasilkan oleh pengolah data akuntansi benar-benar menghasilkan informasi keuangan yang berguna dan dapat dipercaya sesuai dengan tujuan sistem informasi akuntansi maka tidak lepas dari komponen sistem informasi akuntansi.
28
Adapun komponen sistem informasi akuntansi yang dikemukakan oleh Azhar Susanto (2008:58) adalah sebagai berikut : 1. Hardware (Perangkat Keras) 2. Software (Perangkat Lunak) 3. Brainware (Manusia) 4. Proedure (Prosedur) 5. Database (Basis Data) 6. Communication Network (Jaringan Komunikasi) 1. Hardware (Perangkat Keras) Hardware ini merupakan peralatan phisik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan,
memasukan, memproses,
menyimpan,
dan
mengeluarkan hasil pengolahan data dalam bentuk informasi. Hardware terdiri dari beberapa bagian diantara: a. Bagian Input (Input Device) Bagian input merupakan alat-alat yang dapat digunakan untuk memasukan data ke dalam komputer. Alat input data diantaranya keyboard (digunakan dalam input data yang berbentuk teks ke dalam komputer), mouse (alat yang digunakan sebagai pointer), scanner (alat yang digunakan untuk memasukan data yang berbentuk image), dan digitizer (alat yang digunakan untuk menggambar langsung ke dalam komputer).
29
b. Bagian Pengolahan Utama dan Memori Bagian ini dapat memudahkan dalam membuat laporan-laporan di perusahaan. Bagian ini terdiri dari berbagai komponen diantaranya: 1. Processor (CPU) merupakan jantungnya sistem komputer. tapi walaupun demikian processor ini tidak akan memberikan manfaat tanpa komponen pendukung lainya. 2. Memori, memori sebagai penyimpanan pada dasarnya dapat dibagi menjadi memori utama dan memori kedua atau tambahan. Fungsi memori utama adalah untuk menyimpan program, data, sistem operasi, sebagai penyangga, dan menyimpan gambar. 3. Bus merupakan kabel-kabel yang tersusun dengan rapih dan dugunakan untuk menghubungkan antara CPU dan primary storage. Bus digunakan untuk mentransfer data atau informasi dari memori ke berbagai macam peralatan input, output, atau dengan kata lain bus merupakan suatu sirkuit yang digunakan sebagai jalur transformasi antara dua atau lebih alat-alat dalam sistem komputer. 4. Cache Memory, berfungsi sebagai buffer (media penyesuai) antara CPU yang berkecepatan tinggi dengan memory yang memiliki kecepatan rendah. Tanpa cache memory CPU harus menunggu data dan instruksi diterima dan main memory barun proses selanjutnya bisa dilakukan. Cache memory diletakan diantara CPU dengan main memory.
30
5. Mother board/main board merupakan papan rangkaian tercetak yang berfungsi sebagai tempat penampungan komponen-komponen pendukung suatu sistem komputer. 6. Driver card merupakan papan rangkaian tercetak yang berfungsi memperluas kemampuan suatu komputer. c. Bagian output (Output Device) Peralatan ouput merupakan peralatan-peralatan yang digunakan untuk mengeluarkan informasi hasil pengolahan data. Ada beberapa macam peralatan output yang biasa digunakan yaitu: 1. Printer, yaitu peralatan yang digunakan untuk mengeluarkan informasi hasil pengolahan data ke kertas atau transfaransi. 2. Layar monitor, merupakan alat yang digunakan untuk menayangkan hasil pengolahan data atau informasi dalam bentuk visual. 3. Head Mount Display (HMD) merupakan alat yag digunakan untuk menayangkan hasil pengolahan data atau informasi dalam bentuk visual pada monitor yang ditempatkan didepan mata. 4. Liquid Display Projector (LCD), merupakan alat yang digunakan untuk menayangkan hasil pengolahan data atau informasi dengan cara memancarkanya atau memproyeksikanya ke dinding atau bidang lainya yang vertikal. 5. Speaker, merupakan alat yang digunakan untuk mengeluarkan hasil pengolahan data atau informasi dalam bentuk suara.
31
d. Bagian Komunikasi Peralatan komunikasi adalah peralatan-peralatan yang digunakan agar komunikasi data bisa berjalan dengan baik. Ada banyak jenis peralatan komunikasi, beberapa diantaranya adalah: Network Card untuk LAN dan Wireles LAN, HUB/switching dan access point wirele LAN, fibr optik dan Router dan Range Extender, berbagai macam modem (Internal,External.PCMIA) dan wireless card bus adapter, pemancar dan penerima, very small aparatur satelit (VSAT) dan satelit. 2. Software (Perangkat Lunak) Software merupakan kumpulan dari program-program yang digunakan untuk menjalankan komputer. Tanpa software komputer tidak dapat melaksanakan fungsinya. Software dapat dikelompokan menjadi dua yaitu perangkat lunak sistematis (Sistem Software) dan perangkat lunak aplikasi (Application Software). a.
System Software Perangkat lunak sistem merupakan kumpulan dari perangkat lunak yang digunakan untuk mengendalikan sistem komputer yang meliputi sistem operasi (Operating system), Interpreter dan Compiler (Kompiler). -
Opertaing System Opertaing System berfungsi untuk mengendalikan hubungan antar komponen-komponen
yang
terpasang
dalam
suatu
sistem
32
komputer misalnya antara keyboard dengan CPU, dengan layar monitor dan lain-lain. -
Interpreter Interpreter
Merupakan
software
yang
berfungsi
sebagai
penterjemah bahasa yang dimengerti oleh manusia ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komputer secara langsung atau file. b. Application System Perangkat lunak aplikasi atau sering disebut “paket aplikasi” merupakan software jadi yang siap untuk digunakan. Software ini dibuat oleh perusahaan perangkat lunak tertentu (Software house) baik dari dalam maupun dari luar negeri maupun yang umumnya berada di Amerika. Macam-macam application software: -
Sistem Informasi Akuntansi (Quicken, Peachtree)
-
Word Processing (Word 2000, Wordpro, Wordperfect)
-
Spreadsheet (Excel 2000, Lotus 123, Quatropro)
-
Presentasi (Powerpoint, Frelance, Ashton)
-
Workgroup (Office 2000, Notesuite, Power Office)
-
Komunikasi (Pc anywhere, Close up, Carbon copy)
-
Internet (Frontpage, Go Live, Dreamwaver)
-
Audit (ACL (Audit by Computer) )
-
Utility (McAVE (Anti Virus) Win Zip (Kompres File), Norton Comander (System).
33
3. Brainware (Sumber daya Manusia) Brainware atau Sumber daya manusia (SDM) merupakan bagian terpenting dari komponen sistem informasi dalam bisnis yang dikenal sebagai sistem informasi akuntansi. Komponen SDM ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan komponen lainya didalam suatu sistem informasi sebagai hasil dari perencanaan, analisis, perancangan, dan strategi implementasi yang didasarkan kepada komunikasi diantara sumber daya manusia yang terlibat dalam suatu organisasi. Sumber daya manusia (SDM) sistem informasi atau sistem informasi akuntansi merupakan sumber daya yang terlibat dalam pembuatan sistem informasi akuntansi, pengumpulan dan pengolahan data, pendistribusian dan pemanfaatan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi tersebut, beberapa kelompok SDM suatu organisasi yang terlibat dalam beberapa aktifitas dipisah secara garis besar dapat dikelompokan kelompokan ke dalam pemilik dan pemakai sistem informasi. a.
Pemilik Sistem Informasi Pemilik
sistem
informasi
merupakan
sponsor
terhadap
dikembangkanya sistem informasi. Mereka biasanya bertanggung jawab terhadap biaya dan waktu yang digunakan untuk pengembangan serta pemeliharaan sistem informasi, mereka juga berperan sebagai pihak penentu dalam menentukan diterima atau tidaknya sistem informasi.
34
b. Pemakai Sistem Informasi Para pemakai sistem informasi sebagian besar merupakan orang-orang yang hanya akan menggunakan sistem informasi yang telah dikembangkan seperti operator dan manajer (end user). Para pemakai akhir sistem informasi tersebut menetukan: -
Masalah yang harus dipecahkan
-
Kesempatan yang harus diambil
-
Kebutuhan yang harus dipenuhi, dan
-
Batasan-batasan bisnis yang harus termuat dalam sistem informasi. Mereka
juga
mencakup memperhatikan tayangan aplikasi
dikomputer baik dalam bentuk form input maupun outputnya. 4. Procedure (Prosedur) Prosedur adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama. Prosedur penting dimiliki bagi suatu organisasi agar segala sesuatu dapat dilakukan secara seragam. Jika prosedur telah diterima oleh pemakai sistem informasi maka, prosedur akan menjadi pedoman bagaimana fungsi sistem informasi tersebut harus dioperasikan. 5. Database (Basis Data) Database merupakan bagian dari manajemen sumber daya informasi yang membantu perusahaan agar sumber daya informasi yang dimilikinya mencerminkan secara akurat sistem phisik yang diwakilinya.
35
6. Communication Network (Jaringan Komunikasi) Jaringan Komunikasi adalah penggunaan media elektronik atau cahaya untuk memindahkan data atau informasi dari satu lokasi ke satu atau beberapa lokasi lain yang berbeda.
2.1.1.3 Fungsi dan Tujuan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen memerlukan sistem informasi akuntansi agar mencapai tujuan perusahaan. Dalam memenuhi fungsinya sistem informasi akuntansi harus mempunyai tujuan utama maupun tujuan khusus yang keduanya dapat menghasilkan informasi-informasi yang berguna dalam perancangan dan pengendalian. Tujuan utama sistem informasi akuntansi menurut Wilkinso dalam Heri Setiawan (2004;8) adalah sebagai berikut: “To provide accounting information to a wide veriety of user” Tujuan khusus dari sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut: 1. To support the days to day operation. 2. To support decisions making by internal decision makers. 3. To fill obligation relating to stewardship. Berdasarkan pernyataan diatas tujuan utama dalam penyususnan system informasi akuntansi untuk : 1. Meningkatkan kualitas informasi. 2. Untuk meningkatkan pengendalian internal 3. Serta meminimalkan biaya yang keluar.
36
Adapun tujuan system informasi akuntansi menurut AICPA yang dikutip steinbart dan dialih bahasakan oleh Mulyadi ( 2006: 249 ) yaitu : 1. Mengidentifikasi dan mencatat semua catatan transaksi yang valid. 2. Mengklasifikasikan transaksi secara tepat. 3. Mencatat transaksi pada nilai moneter yang tepat. 4. Mencatat transaksi dalam periode akuntansi yang tepat. 5. Menampilkan secara tepat semua transaksi dan pengungkapan yang berkaitan dalam laporan keuangan. Tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan system informasi akuntansi adalah : 1. Untuk peningkatan mutu pengolahan data menjadi informasi yang efektif dan efisien. 2. Untuk meningkatkan pengendalian intern, sehingga system informasi yang dihasilkan dapat dipercaya dan dapat melindungi harta perusahaan. 3. Untuk mengurangi seminimal mungkin biaya pemeliharaan catatan. Dengan memperhatikan tujuan-tujuan diatas tersebut, maka dapat membantu dalam perencanaan sistem informasi akuntansi terutama dalam hal analisa dan desain sistem tersebut pada dasarnya merupakan proyeksi dari tujuan utama dan tujuan khusus sistem informasi akuntansi, yaitu cepat,
37
efisien, dan aman serta dapat membantu dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengendalian. Adapun fungsi utama Sistem Informasi Akuntansi yang dikemukan Azhar Susanto (2008:8) adalah sebagai berikut : 1. Mendukung aktivitas sehari-hari Suatu perusahaan agar tetap bisa eksis perusahaan tersebut harus terus beroperasi dengan melakukan sejumlah aktivitas bisnis yang peristiwanya disebut sebagai transaksi seperti melakukan pembelian, penyimpanan, proses produksi dan penjualan. Transaksi akuntansi menghasilkan data akuntansi untuk diolah oleh sistem pengolahan transaksi (SPT) yang merupakan bagian atau sub dari sistem informasi akuntansi, data-data yang bukan merupakan data transaksi akuntansi dan data transaksi lainnya yang tidak ditangani oleh sistem informasi lainnya yang ada di perusahaan. Dengan adanya sistem informasi akuntansi diharapkan dapat melancarkan operasi yang dijalankan perusahaan. 2. Mendukung proses pengambilan keputusan Tujuan yang sama pentingnnya dari sistem informasi akuntansi adalah untuk memberikan informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan harus dibuat dalam kaitannya dengan perencanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan. 3. Membantu dalam memenuhi tanggung jawab pengelolaan perusahaan Setiap perusahaan memenuhi tanggung jawab hukum. Salah satu tanggung jawab yang penting adalah keharusannya member informasi kepada
38
pemakai yang berada diluar perusahaan atau stakeholder yang meliputi pemasok, pelanggan, pemegang saham, kreditor, insvestor besar, serikat kerja, analis keuangan, assosiasi industri atau bahkan publik secara umum. Adapun fungsi utama system informasi akuntansi yang dikemukakan Steinbert yang dialih bahasakan oleh Mulyadi ( 2006:3 ) yaiutu sebagai berikut : 1. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam berbagai aktivitas tersebut, agar pihak manajemen, para pegawai, dan pihak-pihak luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang hal-hal yang telah terjadi. 2. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi pihak manajemen
untuk
membuat
keputusan
dalam
aktivitas
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. 3. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga assetaset organisasi. Termasuk data organisasi, untuk memastikan bahwa data tersebut tersedia serta di butuhkan. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan system akuntansi berfungsi : 1. Ketersediaan persediaan 2. Sebagai alat persediaan dan pengawasan guna tercapainya target produksi
39
3. Koefisien biaya produksi terhadap bahan baku, tenaga kerja dan biaya overhead 4. Ketepatan waktu. System informasi akuntansi adalah alat bantu perusahaan dalam meningkatkan aktivitas-aktivitasnya. Banyak persaingan terjadi memungkinkan perusahaan dituntut untuk lebih maju lagi dalam penyampaian informasi yang tepat dan akurat. Dari uraian diatas dapat dijelaskankan bahwa tujuan sistem informasi akuntansi cukup penting bagi manajemen untuk memperoleh informasi khususnya informasi keuangan yang diperlukan baik bagi perencanaan dan pengendalian kegiatan maupu untuk melaksanakan pertanggung jawaban.
2.1.1.4 Unsur-unsur Sistem Informasi Akuntansi Agar informasi yang dihasilkan oleh pengolahan data akuntansi benarbenar menghasilkan informasi keuangan yang berguna dan dapat dipercaya sesuai dengan tujuan sistem informasi akuntansi maka tidak lepas dari unsur-unsur sistem informasi akuntansi. Adapun unsur-unsur sistem
informasi akuntansi
yang dikemukakan oleh Azhar Susanto dalam buku sistem informasi akuntansi (2008) adalah sebagai berikut; “Sistem informasi akuntansi merupakan seperangkat sumber daya manusia dan modal dalam suatu organisasi yang dibangun untuk menyajikan informasi keuangan yang diperoleh dari pengumpulan dan pemprosesan data keuangan.”
40
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa sistem informasi akuntansi memiliki unsur-unsur sebagai berikut : 1. Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber daya manusia merupakan potensi manusia atas peraanya dalam pelaksanaan suatu sistem. 2. Alat Merupakan samua sarana dan prasarana yang digunakan dalam menjalankan
pelaksanaan
suatu
sistem
informasi
didalam
suatu
perusahaan. 3. Metode Metode terdiri atas : a) Organisasi, merupakan pertanggung jawaban dari bagian-bagian yang terlibat dalam pelaksanaan sistem informasi akuntansi dalam suatu perusahaan. b) Prosedur, merupakan suatu urutan-urutan akuntansi dari suatu pekerjaan tata usaha yang biasanya melibatkan beberapa petugas yang diadakan untuk menjamin pelaksanaan yang seragam dari transaksi yang berulang-ulang didalam suatu perusahaan. c) Formulir, merupakan alat bantu berupa daftar isian yang berfungsi d) sebagai alat bantu atas terjadinya transaksi. Didalam merancang suatu formulir, prinsip-prinsip ini perlu diperhatikan :
Menggunakan tembusan
Untuk memenuhi babarapa tujuan sekaligus untuk mengurangi
41
pekerjaan klerikal, maka dengan adanya tembusan beberapa tujuan dapat tercapai dengan sekilas pekerjaan saja.
Pencantuman nomor urut cetak
Nomor urut cetak digunakan untuk mengaawasi pemakaian dan
untuk mengidentifikasikan transaksi bisnis. Nomor urut cetak ini akan
dicantumkan
didalam
catatan
akuntansi,
sehingga
memudahkan pencarian kembali dokumen yang mengandung informasi yang dicatat dalam catatan tersebut.
Rancangan formulir yang sederhana dan ringkas
Formulir
yang
dirancang
sederhana
dan
ringkas
akan
menghindarkan perekaan data yang tidak perlu sehingga akan membantu pencatatanya kedalam buku jurnal dan buku pembantu.
Cantumkan nama dan alamat perusahaan
Formulir untuk antar bagian didalam perusahan tidak perlu memuat nama dan alamat perusahaan. Namun, untuk formulir yang dikirim keluar perusahaan, nama, alamat
perlu dicantumkan unuk
memudahkan pengidentifikasian asal formulir tersebut
bagi
perusahaan peneriman. 4. Pencatatan Merupakan pengumulan dan pengelompokan data akuntansi yang biasanya dicatat didalam suatu buku catatan untuk memudahkan proses pengolahan data selanjutnya. Buku catatan tersebut adalah :
42
1.
Jurnal merupakan buku catatan pertama (book of original entry).
2.
Buku besar merupakan buku catatan akhir (book of final entry).
5. Pelaporan Merupakan output dari suatu sistem pengolahan data akuntansi yang telah melibatkan koordinasi manusia, alat dan metode dalam suatu perusahaan.
2.1.1.5 Pengendalian Dalam Sistem Informasi Akuntansi Tujuan dari sistem akuntansi tidak akan tercapai jika sistem pengendalian terganggu, suatu sistem merupakan subjek dari miss-manajemen, kesalahankesalahan, kecurangan-kecurangan dan penyelewengan-penyelewengan umum lainya sehingga sistem informasi harus mempunyai pertahanan terhadap gangguan-gangguan tersebut, dan pertahanan ini harus dilakukan secara terus menerus. Pertahanan dari sistem informasi sering dengan pengendalian keamanan sistem informasi (informatoin system controll security). Gangguan-gangguan yang terjadi biasanya dilakukan secara sengaja ataupun tidak sengaja. Gangguan tidak sengaja dapat terjadi karena kesalahankesalahan teknis (tekhnical error), gangguan-gangguan lingkungan (environment hazards) dan arena kesalahan-kesalahan manusia itu sendiri (human errors). Kesalahan-kesalahan manusia (human errors) yang terjadi karena misalnya memasukan data yang salah, menghapus data secara tidak disengaja dan sebagainya. Kesalahan-kesalahan yang disengaja dilakukan oleh manusia untuk tujuan tertentu misalanya untuk mencuri data, merusak data atau hanya sekedar iseng.
43
Jika tujuannya untuk merusak dan merugikan sistem informasi, orang yang melakukan ini disebut dengan cracker, sedangkan tujuanya untuk iseng tanpa merusak atau mencuri data hanya ingin menunjukan bahwa dia dapat masuk ke sistem tanpa otorisasi, orang yang melakukan disebut hacker. Kegagalan-kegagalan yang sengaja untuk menggangu sistem informasi ini termasuk dalam katagori computer abuse atau computer crime atau computer fraud atau computer related crime. Computer crime merupakan kegiatan yang melanggar hukum atau ilegal, misalanya pencurian uang dengan mangubah catatan komputer, perusakan software atau data secara tidak sah. computer related crime merupakan kegiatan menggunakan teknologi komputer untuk melakukan kejahatan, misalnya dengan menggunakan internet untuk membeli barang dengan menggunakan kartu kredit curian. Setiap perusahaan harus melakukan tindakan pencegahan untuk melindungi sistem informasi mereka. Pengendalian yang diterapkan pada komputer berguna dan dapat mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Pengendalian operasi komputer merupakan pekerjaan bagian komputer untuk meyakinkan bahwa sistem informasi telah dijalankan dengan benar dan konsisten dalam menyimpan dan memproses data. Menurut Jogi Hartono (2003:544) mengelompokan pengendalian terhadap komputer sebagai berikut : “Pengendalian-pengendalian di sistem informasi adalah pengendalian secara umum (general control) dan pengendalian aplikasi (applications controls)”.
44
James A.hall (2009:181) mengelompokan pengendalian sistem informasi berbantuan komputer sebagai berikut : ”Pengendalian atau control internal adalah sistem informasi berbantuan komputer dibagi dalam dua katagori utama yaitu pengendalaian umum dan pengendalian aplikasi”. Azhar Susanto (2008:118) mengelompokan pengendalian sistem informasi berbatuan komputer sebagai berikut : “Sistem informasi berbasis komputer dikendalikan oleh kombinasi dari pengendalian umum (general control) dan pengendalian aplikasi (application control)”.
1. Pengendalian Umum (General Control) Pengendalian Umum (General Control) Azhar Susanto (2008:119) mendefinisikan pengendalian umum sebagai berikut : “Pengendalian umum merupakan pengendalian yang menyeluruh dengan tujuan untuk memberikan keyakinan bahwa sistem informasi akuntansi, unsur-unsur yang mendukung serta sinergi antar unsur tersebut telah berjalan efektif pada seluruh aktivitas bisnis sehingga resiko terhadap aktifitas tersebut sangat minimal”. Pengendalian umum merupakan pengendalian yang menyeluruh yang bertujuan untuk memberikan keyakinan bahwa prosedur yang di program
45
(software) telah berjalan secara efektif dan seluruh aktifitas bisnis. Pengendalian meliputi : 1. Pengendalaian pengembangan implementasi sistem informasi akuntansi Pengendalian terhadap implementasi merupakan pemeriksaan terhadap proses pengembangan di berbagai bagian untuk meyakinkan bahwa proses benar-benar terkendali dan dikelola dengan baik. 2. Pengendalian software yang digunakan Pengendalian penting dilakukan bagi setiap katagori software yang digunakan dalam sistem informasi manajemen berbasis komputer. Pengendalian software sistem informasi dan melindunginya dari akses yang dilakukan oleh pihak yang berwenang. Software sistem merupakan bagian pengendalian yang sangat penting karena mengontrol seluruh fungsi program yang memproses data. Pengendalian keamanan program dirancang untuk melindungi program dari perubahan yang tidak semestinya yang dilakukan oleh orang yang tidak berhak sebelum program tersebut di operasikan. 3. Pengendalian fisik hardware Pengendalian perangkat keras dikendaliakan untuk menjamin bahwa hardware yang digunakan secara fisik benar-benar aman sehingga dapat diakses hanya oleh orang-orang yang berwenang. Bagi organisasi yang menggunakan sistem informasi berbasis komputer dalam seluruh aktifitasnya harus memiliki pengaman yang ekstra bagi peralatan komputernya.
46
4. Pengendalian prosedur pengoperasian komputer pengendalian operasi komputer merupakan pekerjaan bagi komputer untuk meyakinkan bahwa sistem informasi telah dijalankan dengan benar dan konsisten dalam menyimpan dan memproses data. Pengendalian ini meliputi pengawasan terhadap seluruh pemerosesan, pengoperasian hardware/software, pembuatan backup dan prosedur perbaikan yang diterapkan. 5. Pengendalian keamanan data dan jaringan Pengendalian keamanan data diyakinkan bahwa file-file data baik pada disket maupun pada pita tidak ditunjukan untuk akses bagi yang tidak berwenang, perubahan dan perusakan. Pengendalian sangat mudah dilakukan pada file yang disimpan secara batch. Pengendalian yang sulit dilakukan yaitu untuk sistem online atau real-time, karena sistem tersebut dapat diakses melalui terminal dimana saja pada saat sistem ini dioperasikan. 6. Pengendalian aktivitas administrasi Pengendalian
administrasi
merupakan
pembuatan
standar
formal,
ketentuan-ketantuan, prosedur dan pengendalian disiplin untuk menjamin bahwa pengendalian organisasi telah dilaksanakan dan ditetapkan secara tepat. Hal utama dalam pengendalian administratif adalah : 1) Pemisahan fungsi, yaitu merupakan prinsif dasar dari pengendalian intern
yang
berarti
fungsi-fungsi
harus
dirancang
untuk
47
meminimumkan resiko kesalahan atau kecurangan terhadap harta perusahaan. 2) Kebijakan dan prosedur tertulis, yaitu sarana untuk menetapkan standar
formal
yang
mengendalikan
pengoperasian
sistem
informasi manajemen. 3) Supervisi, merupakan menjamin bahwa pengendalian untuk sistem informasi akuntansi telah dilaksanakan secara tepat.
2. Pengendalian Aplikasi (Aplication Control) Azhar Susanto (2008:123) mendefinisikan pengendalian aplikasi sebagai berikut: “Pengendalian aplikasi merupakan pengendalian khusus atau setiap aplikasi komputer yang digunakan seperti aplikasi penggajian dan pemerosesan order”. Pengendalian bagi setiap aplikasi harus melibatkan semua rangkaian proses, baik secara manual maupun komputer, mulai dari langkah awal persiapan transaksi, pelaksanaan transaksi hingga dihasilkan output dari transaksi yang dilaksanakan. Pengendalian aplikasi dititik beratkan pada tujuan sebagai berikut : 1. Pengendalian input dan masukan Pengendalian input merupakan pemeriksaan data dengan tujuan untuk menguji dengan ketetapan dan kelengkapannya ketika data tersebut dimasukan kedalam sistem ada beberaoa pengendalian input yaitu :
48
1) Otorisasi input, harus diotorisasi pencatatan dan monitoring yang tepat terhadap sumber dokumen pada saat dimasukan pada sistem komputer. 2) Konversi data, proses untuk mengubah data dati suatu bentuk ke bentuk lain pada transaksi komputer. 3) Pemeriksaan atau editing, kegiatan rutin dapat dilaksanakan untuk memeriksa input data dan memperbaikinya sebelum diproses. 4) Penanganan masalah, kelebihan sistem online bagi pemeriksaan dapat dilakukan segera.jika terjadi kesalahan yang tidak disengaja, kesalahan tersebut dapat di ketahui dan diperbaiki oleh operator yang lainnya. 2. Pengendalian Pemrosesan Pengendalian pemrosesan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bahwa data benar-benar lengkap dan akurat pada saat dimutakhiran. Pengendalian atas pelaksanaan atas pelaksanaan pemrosesan yang utama adalah dengan menjalankan pengendalian penjumlahan, kesesuaian komputer dan pemeriksaan pemerograman. 3. Pengendalian Output Pengendalian output dilakukan untuk meyakinkan bahwa hasil pemrosesan komputer betul-betul tepat, lengakap dan didistribusikan dengan baik. Umumnya pengendalian output terdiri dari :
Menyesuaikan antara output seluruh output dengan seluruh in-out dan pemrosesan yang dilakukan.
49
Pengujian atau review terhadap pelaksanaan proses komputerisasi perhitungan dilakukan untuk menetapkan bahwa seluruh aktivitas komputer benar-benar dijalankan untuk melaksanakan pemerosesan.
Pemeriksaan terhadap laporan output dilakukan untuk meyakinkan bahwa jumlah, format dan rincianya benar dan sesuai dengan inputnya.
Laporan
output, pengujian dan dokumen penting lainnya
telah
didokumentasikan dan ditorisasi sesuai perosedur. Fungsi utama sistem informasi akuntansi adalah mendorong seoptimal mungkin agar akuntansi dapat menghasilkan berbagai informasi akuntansi yang berkualitas yaitu informasi yang tepat waktu, relevan, akurat, (dapat dipercaya) dan kenlengkapan.
2.1.2
Ketidakpastian Tugas
2.1.2.1 Pengertian Ketidakpastian Tugas Hirst (1981) Penelitian ini memasukan variable ketidakpastian tugas sebagai variable yang mempengaruhi perilaku manajer. Ia menyatakan bahwa seseorang akan mengetahui ketidakpastian tugas akan mempengaruhi peilaku dan kinerja manajer.
Hariadi
(1990)
Dalam
wahyuni
(1994)
memasukan
variable
ketidakpastian tugas dengan hasil menunjukan bahwa interaksi antara penggunaan informasi akuntansi sebagai alat penilaian dan ketidakpastian tugas serta pengaruh terhadap
tingkat
ketegangan
bawahan
tidak
signifikan.
Saleke
(1994)
menyimpulkan bahwa penilaian dengan informasi akuntansi dalam ketidakpastian tugas rendah akan menyebabkan manajer berperilaku positif, Sedangkan fazli
50
(2000) dengan ketidakpastian tugas sebagai variable moderating menyimpulkan bahwa informasi akuntansi dan ketidakpastian tugas berdampak pada perilaku manajer tidak signifikan, tetapi hasil penelitian david (2001) menyimpulkan interaksi informasi akuntansi dan ketidakpastian tugas yang rendah berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja manajer hal ini tidak mendukung penelitian dari (hisrt 1981). Manajer memerlukan informasi untuk mengatasi ketidakpastian tugas yang dilakukan oleh unit kerjanya. Ketika ketidakpastian tugas berkaitan dengan tugas meningkat,
kebutuhan
akan
informasi
bertambah.
Maka, makin
besar
ketidakpastian yang dihadapi oleh unit kerja, makin besar permintaan pemrosesan informasinya. Menurut Hickson & Fazli dalam Kasyful Anwar (2004) mendefinisikan ketidakpastian tugas adalah: “ kekurangan informasi tentang kejadian kejadian di masa depan sehingga alternatif-alternatif tindakan dan outcome yang akan dihasilkan sulit diprediksi.” Menurut (Wijayanti dan Solichin, 2006), mendefinisikan ketidakpastian tugas adalah: “Ketidakpastian tugas muncul dari ambiguitas dan struktur yang lemah, baik dalam tugas-tugas utama maupun tugas-tugas yang lain yang berkait. Dengan memperhatikan definisi-definisi diatas, maka dapat
penulis
jelaskankan bahwa Ketidakpastian tugas merupakan suatu kondisi dimana terjadi kekurangan informasi tentang kejadian-kejadian di masa depan dimana muncul
51
dari ambiguitas dan struktur yang lemah, baik dalam tugas-tugas utama maupun tugas-tugas yang lain yang berkait dan tidak terduga sehingga alternatif-alternatif tindakan dan outcome yang akan dihasilkan sulit untuk diprediksi. Manajer yang berada dalam kondisi tingkat ketidakpastian yang tinggi memerlukan informasi tambahan untuk menjalankan tugas.
2.1.2.2 Bagian-Bagian Ketidakpastian Tugas Dalam kaitanya dengan tugas (Task), ketidakpastian timbul bagaimana seseorang dalam melakukan tugasnya dengan baik namun disisi lain dibatasi oleh ketidakleluasaan pengetahuanya mengenai apa yang harus dilakukan. Menurut Hirst dalam Kasyful Anwar (2004) ketidakpastian tugas dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Ketidakpastian Tugas yang tinggi Ketidakpastian tugas yang tinggi dapat diartikan sebagai suatu kondisi tugas yang tidak dapat dipahami dengan baik oleh karyawan. Tingkat ketidakpastian tugas yang tinggi membutuhkan tingkat informasi yg lebih banyak. 2. Ketidakpastian Tugas yang sedang Ketidakpahaman atas tugas tersebut maka karyawan tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai apa yang harus dilakukan. Makin besar ketidakpastian yang dihadapi oleh unit kerja, makin besar permintaan pemrosesan informasinya.
52
3. Ketidakpastian Tugas yang rendah Ketidakpastian Tugas yang rendah dapat diartikan sebagai suatu kondisi diamana karyawan memahami dengan baik terhadap tugasnya. Dalam situasi ketidakpastian tugas yang rendah, dimungkinkan pengembangan dan penerapan peraturan, kebijakan dan standar yang ditentukan sebelumnya untuk pelaksanaan tugas.
2.1.2.3 Dimensi Ketidakpastian Tugas Menurut Kim dan David dalam Kasyful Anwar (2004) membagi ketidakpastian tugas menjadi dua dimensi yaitu:
1. Variabilitas Tugas (Task Variability) Task Variability adalah sejumlah kasus yang luar biasa atau yang tidak diharapkan atau kejadian yang tidak tertanggulangi. 2. Analisis Tugas (Task Analyzability) Task Analyzability adalah pengetahuan atau pemahaman yang konkrit mengenai suatu kegiatan dan tingkat kompleksitas proses pelaksanaan tugas.
2.1.3 Desentralisasi 2.1.3.1 Pengertian Desentralisasi Desentralisasi yaitu merupakan pendelegasian wewenang tanggung jawab kepada para manajer lebih rendah. Tingkat pendelegasian menunjukan seberapa
53
jauh manajemen yang lebih tinggi mengizinkan manajemen yang lebih rendah untuk membuat kebijakan secara independen artinya kaitannya dengan otoritas pembuatan keputusan (decision making) dan desentralisasi memerlukan tanggung jawab terhadap aktivitas subordinate tersebut. Desentralisasi juga dapat diartikan seberapa besar wewenang yang diperoleh oleh unit kerja terkait dengan penganggaran dan pengambilan keputusan dalam masalah keuangan, operasional, peningkatan mutu pegawai, pengalihan atau alokasi rekening maupun alokasi sumber daya manusia. Tingkat desentralisasi akan mempengaruhi tingkat kebutuhan terhadap informasi akuntansi. Dampak interaksi antara system akuntansi dengan desentralisasi akan semakin positif terhadap kinerja manajerial. Kesesuaian antara informasi akuntansi dengan kebutuhan pembuat keputusan akan mendukung kualitas keputusan yang akan diambil dan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Penilaian kinerja merupakan penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja berarti penilaian atas perilaku manajerial dalam melaksanakan beban yang mereka mainkan dalam organisasi secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Ikhsan & Ishak dalam Citra Yuristisia (2005),mengemukakan pengertian desentralisasi adalah : “Desentralisasi yaitu: Suatu organisasi administratif adalah tersentralisasi sejauh keputusan dibuat pada tingkatan yang relatif tinggi dalam organisasi tersebut; terdesentralisasi sejauh keputusan itu didelegasikan
54
oleh manajemen puncak kepada tingkatan wewenang eksekutif yang lebih rendah.” Menurut Dwirandra dalam Citra Yuristisia (2007), Mengemukakan pengertian desentralisasi adalah: “Desentralisasi merupakan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab kepada para manajer.” Menurut T. Hani Handoko (2009:229), mengemukakan pengertian Desentralisasi adalah: “Desentralisasi adalah penyebaran atau pelimpahan secara meluas kekuasaan dan pembuatan keputusan ketingkatan-tingkatan organisasi yang lebih rendah.” Dengan memperhatikan definisi-definisi diatas, maka dapat penulis jelaskan bahwa, desentralisasi merupakan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab manajer yang didelegasikan oleh manajemen puncak kepada tingkatan wewenang eksekutif yang lebih rendah untuk pembuatan keputusan ketingkatantingkatan organisasi yang ada didalam perusahaan. Sedangkan menurut Hansen & Mowen (2006:118) menjelaskan bahwa setidaknya ada empat alasan suatu perusahaan melakukan desentralisasi: 1. Kemudahan terhadap pengumpulan dan pemanfaatan informasi lokal, karena pada perusahaan yang mempunyai wilayah dan pasar yang berbeda membuat manajer puncak (pusat) tidak memahami kondisi lokal. Manajemen yang lebih rendah berhubungan dekat dengan kondisi pengoperasian dan lebih mempunyai akses untuk memperoleh informasi
55
lokal, dan pada umumnya manajer segmen sering lebih unggul dalam membuat keputusan yang lebih baik. 2. Fokus manajer pusat, dengan desentralisasi manajemen pusat lebih fokus pada
perencanaan
dan
pengambilan
keputusan
strategis.
Para
Kelangsungan operasi jangka panjang perusahaan harus lebih penting bagi manajer pusat dari pada operasi keseharian. 3. Melatih dan memotivasi para manajer segmen. Promosi yang sering diupayakan oleh perusahaan bagi manajer-manajer segemen ketingkat yang lebih tinggi membutuhkan suatu kondisi yang kondusif bagi mereka dalam
mempersiapkan
diri
dengan
keterampilan
manajerialnya.
Pelimpahan kewenangan dalm pengambilan keputusan merupakan upaya yang strategis untuk melatih keterampilan manajerial bagi para manajer segmen. 4. Meningkatakan daya saing. Desentralisasi memberikan keleluasaan manajer segmen untuk bersaing secara internal maupun dengan kompetitor eksternal. Persaingan tersebut tentu saja persaingan yang sehat, sehingga dapat meningkatkan daya saing organisasi secara keseluruhan.
2.1.3.2 Unit-unit Desentralisasi Istilah unit-unit desentralisasi diambil dari Hansen & Momen (2006:120). Perwujudan desntralisasi biasanya melalui pembentukan unit-unit yang disebut divisi. Ada beberapa cara untuk menamakan suatu divisi yang dapat membedakan satu divisi dengan divisi lainya, antara lain:
56
1) Divisi dibedakan berdasarkan jenis barang atau jasa yang dihasilkan. 2) Divisi dibedakan berdasarkan garis geografis. 3) Divisi dibedakan berdasarkan jenis pertanggungjawaban: pusat biaya, pendapatan, pusat laba, dan pusat investasi.
2.1.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Desentralisasi Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi derajat desentralisasi menurut T. Hani Handoko (2009:229)adalah sebagai berikut: 1. Filsafat manajemen, banyak manajer puncak yang sangat otokratik dan menginginkan pengawasan pusat yang kuat. Hal ini akan mempengaruhi kesediaan manajemen untuk mendelegasikan wewenangnya. 2. Ukuran dan tingkat pertumbuhan organisasi, organisasi tidak mungkin efisien bila semua wewenang pembuatan keputusan ada pada satu atau beberapa manajer puncak saja. Suatu organisasi yang tumbuh semakin besar
dan
kompleks,
ada
kecenderungan
untuk
meningkatkan
desentralisasi. 3. Strategi dan lingkungan organisasi, strategi organisasi akan mempengaruhi tipe pasar, lingkungan teknologi, dan persaingan yang harus dihadapinya. 4. Penyebaran geografis organisasi, Pada umumnya, semakin menyebar satuan-satuan organisasi secara geografis, organisasi akan cenderung melakukan desentralisasi, karena pembuatan keputusan akan lebih sesuai dengan kondisi lokal masing-masing.
57
5. Tersedianya peralatan pengawasan yang efektif, organisasi yang kekurangan peralatan-peralatan efektif untuk melakukan pengawasan satuan-satuan tingkat bawah akan cenderung melakukan sentralisasi bila manajemen tidak dapat dengan mudah memonitor pelaksanaan kerja bawahanya. 6. Kualitas Manajer, desentralisasi memerlukan lebih banyak manajermanajer yang berkualitas, karena mereka harus membuat keputusan sendiri. 7. Keaneka ragaman produk dan jasa, makin beraneka-ragam produk atau jasa yang ditawarkan, organisasi cenderung melakukan desentralisasi, dan sebaliknya semakin tidak beraneka-ragam, lebih cenderung sentralisasi. 8. Karakteristik-karakteristik organisasi lainya, seperti biaya dan resiko yang berhubungan
dengan
pembuatan
keputusan,
sejarah
pertumbuhan
organisasi, kemampuan manajemen bawah, dan sebagainya.
2.1.3.4 Keunggulan Desentralisasi Ada beberapa keunggulan desentralisasi menurut Ray H Garrison dan Eric W Noreen. (2007:238), yaitu: 1. Manajemen puncak dibebaskan dari pemecahan persoalan hari ke hari yang banyak dan memiliki peluang untuk berkonsentrasi pada strategi, pada pembuatan keputusan yang tingkatnya lebih tinggi, dan pada kegiatan-kegiatan koordinasi.
58
2. Desentralisasi memberikan manajer-manajer tingkat yang lebih rendah mendapatkan pengalaman pokok dalam pengambilan keputusan. Tanpa pengalaman seperti itu, mereka akan kurang siap untuk membuat keputusan-keputusan pada saat dipromosikan menjadi posisi-posisi tingkat yang lebih tinggi. 3. Menambahkan tanggung jawab dan kewenangan pembuatan keputusan yang sering kali mengakibatkan kepuasan pekerjaan yang meningkat. 4. Manajer-manajer tingkat yang lebih rendah secara umum memiliki informasi yang lebih rinci dan diperbaharui tentang kondisi-kondisi dalam bidang tanggung jawab mereka sendiri dari pada manajer-manajer puncak. 5. Sulit untuk mengevaluasi prestasi seorang manajer jika manajer tidak diberi banyak kebebasan.
2.1.3.5 Kelemahan Desentralisasi Ada beberapa kelemahan desentralisasi menurut Ray H Garrison dan Eric W Noreen. (2007:239), yaitu: 1. Manajer-manajer tingkat yang lebih rendah mungkin membuat keputusan tanpa sepenuhnya memahami “gambaran besar”. Sementara manajermanajer tingkat puncak biasanya memiliki informasi terinci yang lebih sedikit tentang operasi-operasi dari pada manajer-manajer tingkat yang lebih rendah, mereka biasanya memiliki lebih banyak informasi tentang perusahaan sebagai suatu keseluruhan dan mungkin memiliki suatu pemahaman yang lebih baik dari strategi perusahaan.
59
2. Dalam suatu organisasi yang betul-betul terdesentralisasi, mungkin terdapat suatu kekurangan koordinasi diantara manajer yang memiliki otonomi. Persoalan ini dapat dikurangi dengan secara jelas mendefinisikan strategi perusahaan dan mengkomunikasikanya secara efektif ke seluruh organisasi. 3. Manajer tingkat yang lebih rendah mungkin memiliki tujuan yang berbeda dari tujuan perusahaan secara keseluruhan. 4. Dalam suatu organisasi yang sangat tersentralisasi, mungkin lebih sulit untuk secara efektif menyebarkan gagasan-gagasan yang inovatif.
2.1.4
Ketidakpastian Lingkungan
2.1.4.1 Pengertian Ketidakpastian Lingkungan Ketidakpastian lingkungan adalah kondisi lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi operasionalisasi perusahaan. (Desmiyawati, 2004). Perencanaan yang dilakukan oleh manajer akan menjadi suatu yang problematik dan dalam situasi operasional yang tidak pasti karena kejadian-kejadian dimasa datang tidak dapat diprediksikan. Demikian juga kegiatan kontrol akan terpengaruhi oleh kondisi ketidakpastian tersebut sehingga pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh manajerpun akan terhambat. Seseorang mengalami ketidakpastian karena dia merasa tidak memiliki informasi yang cukup untuk memprediksi masa depan secara akurat. Bagi perusahaan, sumber utama ketidakpastian berasal dari lingkungan, yang meliputi pesaing, konsumen, pemasok, regulator, dan teknologi yang dibutuhkan. ( Kren
60
dan Kerr dalam Desmiyawati, 2004). Dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang tinggi, informasi merupakan komoditi yang sangat berguna sekali dalam proses kegiatan perencanaan dan kontrol dalam suatu organisasi dimana semua ini merupakan tugas dari manajer yang terkait denga decision making ( pembuat keputusan). Ketidakpastian lingkungan merupakan kompleksitas lingkungan yang mempengaruhi organisasi yang mempunyai resiko kegagalan yang tinggi. Pengaruh lingkungan terhadap organisasi dapat dianalisis melalui kompleksitas dan stabilitas lingkungan. Ketidakpastian (uncertainty) lingkungan menunjukkan keadaan yang mana pimpinan organisasi tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai keadaan lingkungannya, sehinga menyebabkan munculnya kesulitan dalam memperkirakan perubahan-perubahan lingkungan yang akan terjadi. Menurut Ducan dalam Singgih Herdiansyah (2012) mendefinisikan ketidakpastian lingkungan ini sebagai: “1)
ketiadaan
informasi
tentang
faktor-faktor
lingkungan
yang
berhubungan dengan situasi pengambilan keputusan, 2) tidak diketahui outcome dari keputusan tertentu tentang seberapa besar kerusakan atau kerugian jika keputusan yang diambil salah,3) ketidakmampuan untuk menilai kemungkinan pada berbagai tingkat keyakinan tentang bagaimana faktor lingkungan dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya keputusan.” Menurut Miliken dalam Astuti (2007) Mengemukakan pengertian Ketidakpastian lingkungan adalah:
61
“ketidakpastian lingkungan adalah rasa ketidakmampuan seseorang untuk memprediksi sesuatu secara akurat dari seluruh faktor sosial dan fisik yang secara langsung mempengaruhi perilaku pembuatan keputusan orangorang dalam organisasi.” Dari definisi-definisi diatas, dapat penulis jelaskan bahwa ketidakpastian lingkungan adalah ketidakmampuan seseorang dalam memeprediksi situasi disekitar maupun dimasa yang akan datang sehingga dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya keputusan. Hal ini menunjukkan bahwa seorang manajer tersebut dituntut untuk mampu memprediksi hal-hal dimasa yang akan datang serta memperoleh informasi-informasi yang relevan demi pengambilan keputusan. Ketidakpastian lingkungan yang dirasakan oleh seorang pemimpin atau manajer adalah jika manajer berada dalam ketidakpastian lingkungan dalam organisasinya atau khususnya komponen-komponen dalam lingkungannya yang tidak dapat diprediksi, dan mereka merasa tidak pasti terhadap tindakan relevan yang diambil berkenaan dengan pihak-pihak yang berhubungan dengannya (constituences) seperti: suppliers, competitors, consumers, government, and shareholders.
2.1.4.2 Tipe – Tipe Ketidakpastian Lingkungan Menurut Miliken (2005) ada tiga tipe ketidakpastian lingkungan : a. Ketidakpastian Keadaan (state uncertainty) Jika seseorang merasa bahwa lingkungan organisasi tidak dapat diprediksi, artinya seseorang tidak paham bagaimana komponen lingkungan akan
62
mengalami perubahan. Seorang manajer dapat merasa tidak pasti terhadap tindakan apa yang harus dilakukan dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan yang relevan, seperti perubahan teknologi, budaya dan lain sebagainya. b. Ketidakpastian Pengaruh (effect uncertainty) Ketidakpastian pengaruh berkaitan dengan ketidakmampuan seseorang untuk memprediksi pengaruh lingkungan terhadap organisasi. Ketidakpastian pengaruh ini meliputi sifat, kedalam dan waktu. Seorang manajer berada dalam ketidakpastian pengaruh ini bila merasa tidak pasti terhadap bagaimana suatu peristiwa tersebut berpengaruh (kedalam) dan kapan pengaruh tersebut akan sampai pada perusahaan (waktu). Ketidakpastian pengaruh atas peristiwa yang terjadi pada masa mendatang akan menjadi lebih menonjol jika ketidakpastian lingkungan sangat tinggi di masa yang akan datang. c. Ketidakpastian Respon (response uncertainty) Adalah usaha untuk memahami pilihan respon apa yang tersedia bagi manfaat organisasi dari tiap-tiap respon yang akan dilakukan. Dengan demikian, ketidakpatian respon didefinisikan sebagai ketiadaan pengetahuan tentang pilihan respon dan ketidakmampuan untuk memprediksi konsekuensi yang mungkin timbul sebagai akibat pilihan respon.
63
2.1.5
Kinerja Manajerial
2.1.5.1 Pengertian Kinerja Manajerial Kinerja manajerial adalah ukuran seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi (stoner 1992). Evaluasi atas kinerja dilakukan oleh manajer beragam tergantung pada budaya yang dikembangkan masing-masing perusahaan. Kinerja efektif adalah kesadaran bahwa keberhasilan seseorang paling tidak dipengaruhi oleh masalah prosedur dan proses maupun jenis bentuk atau system pencatatan standar yang digunakan. Penilaian kinerja merupakan proses subyektif yang menyangkut penilaian manusia. Dengan demikian penilaian kinerja sangat mungkin keliru dan sangat mudah dipengaruhi oleh sumber yang tidak aktual. Tidak sedikit sumber tersebut mempengaruhi
proses
penilaian,
sehingga
harus
diperhitungkan
dan
dipertimbangkan dengan wajar. Penilaian kinerja dianggap memenuhi sasaran apabila memliki dampak yang baik pada tenaga kerja yang baru dinilai kinerjanya. Menurut siswanto sastrohadiwiryo (2002) unsur-unsur yang dapat dinilai dalam menilai kinerja antara lain : 1. Kesetiaan, 2. Prestasi kerja, 3. Tanggung jawab, 4. Ketaatan, 5. Kejujuran, 6. Kerjasama, 7. Prakarsa. Kinerja manajerial merupakan ukuran seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
64
Menurut
Listianingsih
(2005)
Mengemukakan
pengertian
kinerja
manajerial adalah: “kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Kinerja merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas pada fungsi tertentu yang dilaksanakan oleh seseorang, baik sebagai individu maupun sebagai anggota dari suatu kelompok atau organisasi bisnis pada periode tertentu yang hasilnya dapat dinikmati sendiri maupun kelompoknya atau organisasi.” Menurut Slamet Riyadi (2000) dalam Muslimin (2007) definisi kinerja manajerial adalah sebagai berikut : “Kinerja manajerial merupakan kinerja manajer dalam kegiatan-kegiatan manajerial yang meliputi : perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi, dan perwakilan atau representasi”. Menurut Widarsono (2007), Menyebutkan bahwa: “kinerja manajerial adalah tingkat seberapa baik manajer dalam melakukan fungsinya sebagai manajer.” Menurut Kornelius Harefa (2008 :17) pengertian kinerja manajerial adalah sebagai berikut : “Kinerja manajerial adalah kemampuan atau prestasi kerja yang telah dicapai oleh para personil atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, untuk melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung jawab mereka dalam menjalankan operasional perusahaan”.
65
Dengan memperhatikan definisi-definisi diatas, maka dapat penulis jelaskan bahwa untuk dapat meningkatkan kinerja tersebut manajemen perlu memiliki kemampuan untuk melihat dan menggunakan peluang, mengidentifikasi permasalahan dan menyeleksi serta mengimplementasikan proses adaptasi dengan tepat serta meliputi perencanaan, investigasi, koordinasi, supervise, pengaturan staf, negosiasi dan representasi.
2.1.5.2 Penilaian Kinerja Manajerial Adapun menurut Mulyadi (2001 : 419) penilaian kinerja adalah sebagai berikut : “Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya, berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya”. Oleh karena itu, pada dasarnya organisasi dioperasikan oleh sumber daya manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan di dalam organisasi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Kurnianingsih dan Indriantoro (2003:24) dalam penelitiannya
mengungkapkan dimensi untuk mengukur
penilaian kinerja manajerial yang meliputi 8 (delapan) dimensi kegiatan sebagai berikut : 1. Kinerja Perencanaan (Planning) 2. Kinerja Investigasi (Investigating) 3. Kinerja Pengkoordinasian (Coordinating)
66
4. Kinerja Evaluasi (Evaluation) 5. Kinerja Pengawasan (Monitoring) 6. Kinerja Pengaturan Staf (Staffing) 7. Kinerja Negosiasi (Negotiating) 8. Kinerja Perwakilan (Representating)
Berikut penjelasan kegiatan – kegiatan manajerial tersebut diatas, sebagai berikut : 1.
Kinerja Perencanaan (Planning) Kinerja perencanaan yaitu kemampuan dalam penentuan kebijakan dan sekumpulan
kegiatan
untuk
selanjutnya
dilaksanakan
dengan
mempertimbangkan kondisi waktu sekarang dan yang akan datang. Perencanaan bertujuan untuk memberikan pedoman dan tata cara pelaksanaan tujuan, kebijakan, prosedur, penganggaran dan program kerja sehingga terlaksana sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. 2.
Kinerja Investigasi (Investigating) Kinerja
investigasi
yaitu
kemampuan
dalam
mengumpulkan
dan
menyampaikan informasi untuk catatan, laporan dan rekening, mengukur hasil, menentukan persediaan, serta analisis pekerjaan. 3. Kinerja Pengkoordinasian (Coordinating) Kinerja pengkoordinasian yaitu kemampuan dalam tukar menukar informasi dengan orang di bagian organisasi lain untuk mengaitkan dan menyesuaikan
67
program, memberitahukannya kepada bagian lain, dan hubungannya dengan manajer lain. 4. Kinerja Evaluasi (Evaluating) Kinerja evaluasi yaitu kemampuan dalam menilai dan mengukur proposal, kinerja yang diamati atau dilaporkan yang meliputi penilaian pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian laporan keuangan, dan pemeriksaan produk. 5. Kinerja Pengawasan (Monitoring) Kinerja pengawasan yang dimaksud adalah kemampuan dalam memberikan pengarahan, memimpin dan mengembangkan bawahan, membimbing, melatih, dan menjelaskan peraturan kerja pada bawahan, menjelaskan tujuan kerja dan menangani keluhan pegawai. 6.
Kinerja Pengaturan Staf (Staffing) Kinerja pengaturan staf yang dimaksud adalah kemampuan untuk mempertahankan angkatan kerja yang ada pada bagian anda, melakukan perekrutan pegawai, mewawancarai mereka dan memilih pegawai baru, menempatkan pada bagian yang sesuai, mempromosikan dan memutasi pegawai.
7.
Kinerja Negosiasi (Negotiating) Kinerja negoisasi, yaitu kemampuan dalam melakukan pembelian, penjualan atau melakukan kontrak untuk barang dan jasa, menghubungi pemasok dan melakukan tawar menawar dengan penjual, serta tawar menawar secara kelompok.
68
8. Kinerja Perwakilan (Representating) Kinerja representasi yang dimaksud adalah kemampuan dalam menghadiri pertemuan-pertemuan
dengan
perusahaan
lain,
pertemuan
dengan
perkumpulan bisnis, pidato untuk acara-acara kemasyarakatan, pendekatan kemasyarakatan, serta kemampuan dalam mempromosikan tujuan utama perusahaan.
2.1.5.3 Tingkatan Manajerial Secara umum manajer berarti setiap orang yang mempunyai tanggung jawab atas bawahan dan sumber daya organisasi lainnya. Tingkatan manajemen dalam organisasi
menurut
T. Hani Handoko (2003:17)
akan
membagi
manajer menjadi tiga golongan yang berbeda, yaitu : “1. Manajer lini pertama 2. Manajer menengah 3. Manajer puncak”. Tingkatan manajemen dalam organisasi menurut Handoko tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.
Manajer lini pertama Tingkatan paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional. Manajer lini sering disebut dengan kepala atau pimpinan (leader), mandor (foreman) dan penyedia (supervisor).
69
2.
Manajer menengah Manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya dan karyawan operasional. Sebutan lain bagi manajer menengah adalah manajer departemen kepala pengawas dan sebagainya.
3.
Manajer puncak Klasifikasi manajer ini terdiri dari sekelompok kecil eksekutif. Manajer puncak bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen organisasi. Yang termasuk dalam manajer puncak adalah direktur, presiden, kepala divisi, wakil presiden, senior dan sebagainya.
2.1.5.4 Peran Manajerial Menurut Henry Mintzbreg yang dikutip oleh Ismail Solihin (2009:5) terdapat 3 kategori dasar peran manajerial yaitu : “ 1. Peran interpersonal (interpersonal roles ) 2. Peran pembawa informasi (informational roles) 3. Peran pengambil keputusan (decisional roles)”. Penjelasan 3 macam peran manajerial tersebut diatas adalah sebagai berikut: 1. Peran interpersonal (interpersonal roles) Dalam peran interpersonal terdapat tiga peran pemimpin yang muncul secara langsung dari otoritas formal yang dimiliki pemimpin dan mencakup hubungan interpersonal dasar, yaitu:
70
a. Peran sebagai yang dituakan (figurehead role), Karena posisinya sebagai pemimpin suatu unit organisasi, pemimpin harus melaksanakan tugas-tugas seremonial seperti menyambut tamu penting, menghadiri pernikahan anak buahnya, atau menjamu makan siang pelanggan atau kolega. Kegiatan yang terkait dengan peran interpersonal sering bersifat rutin, tanpa adanya komunikasi ataupun keputusan penting. Meskipun demikian, kegiatan itu penting untuk memperlancar fungsi organisasi
dan
tidak
dapat
diabaikan
oleh
seorang
pemimpin. b. Peran sebagai pemimpin (leader role), Seorang pemimpin bertanggungjawab atas hasil kerja orang-orang dalam unit organisasi yang dipimpinnya. Kegiatan yang terkait dengan itu berhubungan dengan kepemimpinan secara langsung dan tidak langsung. Yang berkaitan dengan kepemimpinan secara langsung antara lain menyangkut rekrutmen dan training bagi stafnya. Sedang yang berkaitan secara tidak langsung antara lain seorang pemimpin harus memberi motivasi dan mendorong anak buahnya. Pengaruh seorang pemimpin jelas terlihat pada perannya dalam memimpin. Otoritas formal memberikan seorang
pemimpin
kekuasaan
potensial
yang
besar;
tetapi
kepemimpinanlah yang menentukan seberapa jauh potensi tersebut bisa direalisasikan.
71
c. Peran sebagai penghubung (liaison role), Literatur
manajemen
selalu
mengakui
peran
sebagai
pemimpin,
terutama aspek yang berkaitan dengan motivasi. Hanya baru-baru ini saja pengakuan mengenai peran sebagi penghubung, di mana pemimpin menjalin kontak di luar rantai komando vertikal, mulai muncul. Hal itu mengherankan, mengingat banyaktemuan studi mengenai pekerjaan manajerial menunjukkan bahwa pemimpin menghabiskan waktunya bersama teman sejawat dan orang lain dari luar unitnya sama banyak dengan waktu yang dihabiskan dengan anak buahnya, sementara dengan atasannya justru kecil. Pemimpin menumbuhkan dan memelihara kontak tersebut biasanya dalam rangka mencari informasi. Akibatnya, peran sebagai
penghubung
sering
secara
khusus
diperuntukkan
bagi
pengembangan sitem informasi eksternalnya sendiri yang bersifat informal, privat, verbal, tetapi efektif.
2. Peran pemberi informasi (informational roles) Dikarenakan kontak interpersonalnya, baik dengan anak buah maupun dengan jaringan kontaknya yang lain, seorang pemimpin muncul sebagai pusat syaraf bagi unit organisasinya. Pemimpin bisa saja tidak tahu segala hal, tetapi setidaknya tahu lebih banyak dari pada stafnya. Pemrosesan informasi merupakan bagian utama (key part) dari tugas seorang pemimpin. Tiga peran pemimpin berikut ini mendiskripsikan aspek irformasional tersebut.
72
a.
Peran sebagai monitor (Monitor Role) Sebagai yang memonitor, seorang pemimpin secara terus menerus memonitor lingkungannya untuk memperoleh informasi, dia juga seringkali harus ’menginterogasi’ kontak serta anak buahnya, dan kadangkala menerima informasi gratis, sebagian besar merupakan hasil jaringan kontak personal yang sudah dikembangkannya. Perlu diingat, bahwa sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin dalam perannya sebagai monitor datang dalam bentuk verbal, kadang berupa gosip, sassus, dan spekulasi yang masih membutuhkan konfirmasi dan verifikasi lebih lanjut.
b. Peran sebagai disseminator (Disseminator role) Sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin harus dimanfaatkan bersama
(sharing)
dan
didistribusikan
kepada
anak
buah yang
membutuhkan. Di samping itu ketika anak buahnya tidak bisa saling kontak dengan mudah, pemimpinlah yang kadang-kadang harus meneruskan informasi dari anak buah yang satu kepada yang lainnya. c. Peran sebagai Juru bicara (Spokesman Role) Sebagai
juru
bicara
seorang
pemimpin
mempunyai
hak
untuk
menyampaikan informasi yang dimilikinya ke orang di luar unit organisasinya.
73
3. Peran pengambilan keputusan (decisional role) Informasi yang diperoleh pemimpin bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan masukan dasar bagi pengambilan keputusan. Sesuai otoritas formalnya, hanya pemimpinlah yang dapat menetapkan komitmen organisasinya ke arah yang baru; dan sebagai pusat syaraf organisasi, hanya dia yang memiliki informasi yang benar dan menyeluruh yang bisa dipakai untuk memutuskan strategi organisasinya.
Berkaitan dengan peran pemimpin sebagai
pengambil
keputusan terdapat empat peran pemimpin, yaitu: a.
Peran sebagai wirausaha (Entrepreneur Role) Sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus berupaya untuk selalu memperbaiki
kinerja
unitnya
dan beradaptasi
dengan perubahan
lingkungan di mana organisasi tersebut eksis. Dalam perannya sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus selalu mencari ide-ide baru dan berupaya menerapkan ide tersebut jika dianggap baik bagi perkembangan organisasi yang dipimpinnya. b. Peran sebagai pengendali gangguan (Disturbance handler Role) Peran sebagai wirausaha mengacu kepada peran sukarela seorang pemimpin sebagai agen pembaruan, sementara di pihak lain peran sebagai pengendali gangguan memotret keharusan pemimpin untuk merespon tekanan-tekanan yang dihadapi organisasinya. Di sini perubahan merupakan sesuatu di luar kendali pemimpin. Dia harus bertindak karena adanya tekanan situasi yang kuat sehingga tidak bisa diabaikan. Pemimpin
74
seringkali harus menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merespon gangguan yang menekan tersebut. Tidak ada organisasi yang berfungsi begitu mulus, begitu terstandardisasi, yaitu telah memperhitungkan sejak awal semua situasi lingkungan yang penuh ketidakpastian. Gangguan timbul bukan saja karena pemimpin bodoh mengabaikan situasi hingga situasi tersebut mencapai posisi kritis, tetapi juga karena pemimpin yang baik tidak mungkin mengantisipasi semua konsekuensi dari setiap tindakannya. c. Peran sebagai yang mengalokasikan sumber daya (Resource allocator Role) Pada diri pemimpinlah terletak tanggung jawab memutuskan siapa akan menerima apa dalam unit organisasinya. Mungkin, sumberdaya terpenting yang dialokasikan seorang pemimpin adalah waktunya. Perlu diingat bahwa bagi seseorang yang memiliki akses ke pemimpin berarti dia bersinggungan dengan pusat syaraf unit organisasi dan pengambil keputusan. Pemimpin juga bertugas untuk mendesain struktur organisasi, pola hubungan formal, pembagian kerja dan koordinasi dalam unit yang dipimpinnya. d.
Peran sebagai negosiator (Negotiator Role) Banyak studi mengenai kerja manajerial mengindikasikan bahwa pemimpin menghabiskan cukup banyak waktunya dalam negosiasi. Sebagaimana dikemukakan Leonard Sayles, negosiasi merupakan way of life dari seorang pemimpin yang canggih. Negosiasi merupakan kewajiban
75
seorang pemimpin, mungkin rutin, tetapi tidak boleh dihindari. Negosiasi merupakan bagian integral dari tugas pemimpin, karena hanya dia yang memiliki otoritas untuk bisa memberikan komitmen sumber daya organisasi, dan hanya dia yang memiliki pusat syaraf informasi yang dibutuhkan dalam melakukan negosiasi penting.
2.1.5.5 Tugas Manajerial Menurut T. Hani Handoko (2003:29) tugas penting yang dilakukan oleh manajer adalah sebagai berikut : “1. Manajer bekerja dengan orang lain 2. Manajer memadukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling bertentangan dan menetapkan prioritas-prioritas 3. Manajer bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan 4. Manajer harus berfikir secara analitis dan konseptual 5. Manajer adalah suatu mediator 6. Manajer adalah seorang politisi 7. Manajer adalah seorang diplomat 8. Manajer mengambil keputusan-keputusan yang sulit”. Tugas penting yang dilakukan oleh manajer tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.
Manajer bekerja dengan orang lain. Istilah “orang” mencakup tidak hanya bawahan atau atasan tetapi juga manajer lainnya dalam organisasi. Disamping
76
itu “orang” juga termasuk individu dari luar organisasi, seperti pelanggan, pemasok, pemerintah dan sebagainya. 2.
Manajer memadukan dan menyeimbangkan tujuan-tujuan yang saling bertentangan dan menetapkan prioritas-prioritas. Para manajer akan menghadapi setiap tujuan, masalah dan kebutuhan organisasional yang semuanya bersaing untuk memperebutkan sumber daya organisasi (manusia, material atau bahkan waktu manajer). Karena berbagai sumber daya tersebut selalu terbatas, manajer harus menjaga keseimbangan diantara berbagai tujuan dan kebutuhan organisasional.
3.
Manajer bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan. Para manajer ditugaskan untuk mengelola pekerjaan-pekerjaan tertentu secara
sukses.
Mereka biasanya dievaluasi atas dasar seberapa baik mengatur tugas-tugas yang harus diselesaikan. Lebih lanjut, manajer juga bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan para bawahan. Kesuksesan atau kegagalan bawahan adalah cerminan langsung kesuksesan dan kegagalan manajer. 4.
Manajer harus berfikir secara analitis dan konseptual. Untuk menjadi pemikiran yang analitis, manajer harus mampu merinci dan memisahmisahkan
suatu
masalah
menjadi
komponen-komponen
masalah.
Menganalisanya dan kemudian mencari penyelesaian yang layak, akurat, dan yang lebih penting bagi manajer adalah menjadi pemikir konseptual yang mampu memandang keseluruhan tugas dan mengaitkan suatu tugas dengan tugas-tugas lainnya.
77
5.
Manajer adalah suatu mediator. Organisasi terdiri dari orang-orang dan kadang mereka tidak saling setuju satu sama lain. Bila hal ini terjadi, maka akan merusak suasana kerja, mengakibatkan konflik atau bahkan mungkin karyawan-karyawan yang cakap akan meninggalkan perusahaan, kejadian seperti ini menuntut manajer sebagai mediator (penengah).
6.
Manajer adalah seorang politisi. Seperti apa yang dilakukan politis dalam mengkampanyekan program-programnya, manajer harus mengembangkan hubungan-hubungan baik untuk mendapatkan dukungan atas kegiatankegiatan, usulan-usulan, atau keputusan-keputusannya. Setiap manajer yang efektif “memainkan politik” dengan mengembangkan jaringan kerjasama timbal balik dengan para manajer lain dalam organisasi.
7.
Manajer adalah seorang diplomat. Manajer mungkin harus berperan sebagai wakil (representatif) resmi kelompok kerjanya pada pertemuan-pertemuan organisasional. Manajer juga mungkin mewakili organisasi dalam berurusan dengan kontraktor, langganan, pejabat pemerintah atau organisasi personalia organisasi lain.
8.
Manajer mengambil keputusan-keputusan yang sulit. Organisasi selalu menghadapi
banyak
masalah
misalnya
kesulitan finansial, masalah
personalia, masalah dengan pihak eksternal perusahaan dan sebagainya. Dengan demikian manajer diharapkan dapat menentukan pemecahan dari berbagai masalah sulit dan mengambil keputusan yang tepat.
78
2.1.5.6 Keahlian Manajerial Manajer dalam menjalankan peran dan tugasnya dengan menggunakan keahlian manajerial yang mereka miliki. Menurut Robert L. Kazt yang dikutip oleh Ismail Solihin (2009:7-9) para manajer yang efektif harus memiliki tiga keahlian yaitu : “ 1. Technical Skill 2. Human Skill 3. Conceptual Skills”. Ketiga keahlian tersebut diatas dapat dijelaskan sebagi berikut : 1. Technical skill, yaitu keahlian dan pengetahuan para manajer yang berkaitan dengan suatu bidang pekerjaan atau ilmu. Misalnya seorang akuntan dikatakan memiliki keahlian teknis apabila mereka dapat menyusun laporan keuangan, melakukan analisis laporan keuangan atau melakukan audit. 2. Human Skill, yaitu kemampuan yang dimiliki oleh para manajer untuk dapat bekerja dengan baik bersama orang lain, baik sebagai perorangan maupun kelompok. Keahlian ini sangat penting karena manajer harus mengelola bawahannya dan bekerja sama dengan bawahannya untuk mencapai tujuan. Demikian pula para manajer harus mampu menjalin kerja sama dengan manajer lainnya dari departemen yang berbeda untuk mengejar tujuan perusahaan secara umum. 3. Conceptual skill, yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh manajer untuk mengkonseptualisasikan situasi yang abstrak dan kompleks. Dalam hal ini manajer harus dapat memandang organisasi secara keseluruhan dan memahami
79
hubungan
diantara
memvisualisasikan
unit-unit
organisasi.
bagaimana
Manajer
organisasi
secara
juga
harus
dapat
kesuluruhan
dapat
menyesuaikan diri terhadap perkembangan lingkungan yang terjadi.
2.1.5.7 Manfaat penilaian Kinerja Manajerial Penilaian Kinerja menurut mulyadi (2001:416) dimanfaatkan oleh manajemen untuk 5 hal pertama yaitu: a. Untuk mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui permotivasian karyawan secara maksimum. b. Untuk membantu pengambilan keputusan yang terkait dengan karyawan, seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian. c. Untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan, pengembangan karyawan. d. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. e. Untuk menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. Dalam pengelolaan perusahaan, manajemen menetapkan sasaran yang akan dicapai dimasa yang akan datang dalam proses yang disebut perencanaan. Pelaksanaan rencana memerlukan alokasi sumber daya secara efisien. Selain itu, pelaksanaan rencana memerlukan pengendalian agar efektif dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Penilaian kinerja akan menghasilkan data yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan yang dinilai kinerjanya. Jika manajemen puncak akan memutuskan promosi manajer ke
80
jabatan yang lebih tinggi, data hasil evaluasi kinerja yang diselenggarakan secara periodik akan sangat membantu manajemen puncak dalam memilih manajer yang memiliki kepantasan untuk dipromosikan. Begitu pula dalam pengambilan keputusan pengehntian kerja sementara, transfer dan pemutusan hubungan kerja permanent, manajer puncak memerlukan data hasil evaluasi kinerja sebagai salah satu informasi penting yang akan dipertimbangkan dalam keputusan tersebut.
2.1.5.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Manajerial Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja manajerial menurut Amstrong dan Baron dalam Nanda Hapsari (2010),antara lain : 1. Faktor Pribadi (keahlian, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen) 2. Faktor Kepemimpinan (kualitas keberanian/semangat, pedoman pemberian semangat pada manajer dan pemimpin kelompok organisasi). 3. Faktor Kepemimpinan (kualitas keberanian/semangat, pedoman pemberian semangat pada manajer dan pemimpin kelompok organisasi). 4.
Faktor Tim/kelompok (sistem pekerjaan dan fasilitas yang disediakan oleh organisasi).
5. Faktor Situasional (perubahan dan tekanan dari lingkungan internal daneksternal).
81
2.1.5.9
Faktor – faktor yang menyebabkan Kinerja Manajerial Tidak Optimal Dalam team kerja pada umumnya dijumpai team leader yang tidak
menghasilkan kinerja optimal bagi team yang dipimpin. Faktor-faktor yang menyebabkan kinerja manajerial tidak optimal menurut Kartika (2007) yaitu: a. Kemungkinan team leader tidak memahami kinerja yang diharapkan dari posisinya sebagai pimpinan team kerja. b. Kemungkinan team leader tidak memahami peran manajerial yang disandangnnya. c. Kemungkinan team leader tidak mempunyai manajer skill yang diperlukan untuk menghasilkan kinerja manajerial yang ditargetkan. d. Kemungkinan team leader tidak memiliki semangat untuk memfokuskan dan mendorong aktivitasnya dalam menghasilkan kinerja manajerial.
2.1.5.10 Pengukuran Kinerja Manajerial Untuk mengukur dan mengevaluasi, manajer unit bisnis menggunakan berbagai ukuran, baik keuangan maupun non keuangan.Pengukuran kinerja merupakan suatu proses mencatat dan mengukur pelaksanaan kegiatan dalam arahpencapaian sasaran, tujuan, visi dan misi melalui hasil-hasil yang ditampilkanataupun proses pelaksanaan suatu kegiatan. Pengukuran kinerja juga berartimembandingkan antara standar yang telah ditetapkan dengan kinerja yang sebenarnya terjadi. Penilaian kinerja memiliki beberapa tujuan dan manfaat bagi organisasi dan pekerja (manajerial) yaitu :
82
1. Performance Improvement, memungkinkan manajer atau pegawai untuk melakukan tindakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja. Compensation adjustment, membantu para pengambil keputusan untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima reward ataupun sebaliknya. 2. Placement decision, menentukan promosi atau transfer. 3. Training and development need, mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan bagi pegawai agar kinerja mereka lebih optimal. 4. Career planning and development, memandu untuk menentukan jenis karir yang dapat dicapai. 5. Staffing process deficiencies, mempengaruhi prosedurperekrutan pegawai. 6. Informational inaccuracies and job-design error, membantu menjelaskan kesalahan apa saja yang telah terjadi dalam manajemen. 7. Equal
employment
opportunity,
menunjukkan
bahwa
placement
decisiontidak diskriminatif. 8.
External challenges, kinerja pegawai terkadang dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti keluarga, keuangan pribadi, kesehatan dan lain-lain.
9. Feedback, memberikan umpan balik bagi masalah kepegawaian atau bagi pegawai itu sendiri.
2.2
Kerangka Pemikiran
2.2.1
Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Manajerial Pencatatan aktivitas melalui angka-angka akuntansi (accounting numbers )
merupakan informasi bagi manajemen untuk proses perencanaan, koordinasi dan
83
penilaian evaluasi. Dari informasi maka pihak yang terkait akan menjadikan pedoman dimasa mendatang dengan lain perkataan informasi akuntansi akan mempengaruhi kinerja manajerial. Dalam studinya agyris (1952) dalam fazli (2000) menyimpulkan bahwa penggunaan informasi akuntansi sebagai penilai kinerja manajer dapat menyebabkan ketegangan, rasa dendam, saling curiga dan kurang percaya diri. Penggunaan informasi akuntansi sebagai penilai menyebabkan perilaku negatif bagi individu yang diukur seperti mamanipulasi data akuntansi. Penelitian hopwood (1972) terhadap kesimpulan agyris (1952) ini tidak ditemukan oleh otley (1978) dalam hisrt (1981) ini menyimpulkan bahwa penggunaan informasi akuntansi sebagai alat ukur dapat berdampak positif terhadap bawahan dan informais akuntansi baik sebagai alat penilaian prestasi seseorang. Fazli (2000) Informasi akuntansi dan ketidakpastian tugas tidak signifikan berpengaruh terhadap prestasi dan kinerja manajer. Sedangkan david (2001) penggunaan informasi akuntansi berpengaruh positif terhadap kinerja manajer. Kemajuan teknologi saat ini melahirkan globalisasi yang memicu semakin kompetitifnya persaingan di dunia usaha. Perkembangan teknologi yang sangat pesat memberikan banyak kemudahan pada berbagai aspek kegiatan bisnis. Sistem informasi akuntansi dapat memenuhi kebutuhan informasi dunia bisnis yang sangat cepat dan akurat. Dengan penggunaan sistem infortmasi akuntansi yang berguna dapat dikumpulkan dan dilaporkan kepada manager dengan segera. Kinerja manajerial merupakan ukuran seberapa efektif dan efisien kinerja individu anggota organisasi. Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang
84
dapat meningkatkan keefektifkan suatu organisasi. Kinerja individual dari para manajer terdiri dari delapan dimensi kegiatan yaitu perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pemilihan staff, negoisasi dan perwakilan. Keberhasilan sebuah perusahaan dalam mencapai tujuanya dan memenuhi kebutuhan pelangganya sanngat tergantung dari kinerja manajerial di dalam melaksanakan tugasnya. Kinerja mengarah pada tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam periode tertentu. Menurut Slamet Riyadi (2000) dalam Muslimin (2007) definisi kinerja manajerial adalah sebagai berikut : “Kinerja manajerial merupakan kinerja manajer dalam kegiatan-kegiatan manajerial yang meliputi : perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi, dan perwakilan atau representasi”. Dengan memperhatikan definisi-definisi diatas, maka dapat penulis jelaskan bahwa untuk dapat meningkatkan kinerja tersebut manajemen perlu memiliki kemampuan untuk melihat dan menggunakan peluang, mengidentifikasi permasalahan dan menyeleksi serta mengimplementasikan proses adaptasi dengan tepat serta meliputi perencanaan, investigasi, koordinasi, supervise, pengaturan staf, negosiasi dan representasi. Suatu organisasi sangat tergantung pada informasi sebagai dasar untuk melaksanakan aktivitasnya, informasi dihasilkan oleh sistem informasi yang merupakan alat untuk memprosesnya. Sistem informasi akuntansi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, begitu pula dengan organisasi, akan
85
senantiasa memerlukan informasi terutama sistem informasi akuntansi. Karena hampir semua bidang kegiatan dalam organisasi tidak terlepas dari dukungan informasi yang menunjang kelancaran setiap program yang telah ditetapkan dalam organisasi. Menurut Azhar Susanto (2008:72) mengemukakan pengertian sistem informasi akuntansi adalah : “Sistem informasi akuntansi adalah kumpulan (integritas) dari sub-sub sistem atau komponen baik fisik maupun non fisik yang saling berhubungan dan berkerjasama satu sama lain secar harmonis untuk mengelola data transaksi yang berkepentingan dengan masalah keuangan menjadi informasi keuangan”. Sistem informasi akuntansi merupakan kumpulan dari manusia serta pengumpulan dan pengelolaan data untuk menyajikan informasi yang relevan, tepat waktu, dapat dipercaya, yang berguna bagi para pemakai informasi dan berguna dalam pengambilan keputusan manajemen. Jadi pada dasarnya sistem informasi akuntansi merupakan suatu usaha untuk menyediakan informasi akuntansi atau keuangan dimana dalam menghasilkan informasi tersebut diperlukan suatu proses pengolahan data.
2.2.2
Pengaruh Desentralisasi terhadap Kinerja Manajerial Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, Tingkat
desentralisasi akan mempengaruhi tingkat kebutuhan terhadap karakteristik informasi akuntansi. Dampak interaksi antara system informasi akuntansi dengan
86
desentralisasi akan semakin positif terhadap kinerja manajerial. Hubungan tersebut terjadi karena adanya desentralisasi, para manajer diberikan hak untuk mengambil keputusan oleh superior ( Atasanya) dan mengimplementasikannya, tetapi di sisi lain manajer bertanggung jawab terhadap keputusannya yang telah ditetapkan. Terlihat bahwa desentralisai dan kinerja manajerial berpengaruh dalam pendelegasian wewenang dan tanggung jawab kepada manajer di dalam suatu perusahaan. Menurut T. Hani Handoko (2009:229), mengemukakan bahwa: “Desentralisasi adalah penyebaran atau pelimpahan secara meluas kekuasaan dan pembuatan keputusan ketingkatan-tingkatan organisasi yang lebih rendah.” Dari definisi diatas menunjukan bahwa desentralisasi merupakan salah satu
faktor
yang
sangat
berpengaruh
dalam
kinerja
manajerial
di
perusahaan,karena manajemen yang mendelegasikan wewenang dari tingkatantingkatan organisasi yang lebih tinggi sampai ke yang lebih rendah secara menyeluruh, serta tanggung jawab kepada manajer untuk pengambilan keputusan dengan tujuan yang diharapkan. Apabila manajer tidak memiliki konsep desentralisasi yang lebih luas, maka pendelegasian wewenang pun tidak akan berjalan dengan baik dan tidak sesuai dengan apa yg di harapkan oleh perusahaan dalam pengambilan keputusan oleh manajer sehingga kinerja manajerial pun tidak berjalan secara efektif dan efisien.
87
2.2.3
Pengaruh Ketidakpastian Tugas terhadap Kinerja Manajerial Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, terlihat
bahwa ketidakpastian tugas dan kinerja manajerial berpengaruh dalam memberikan informasi yang ada dalam perusahaan. Menurut Hickson & Fazli dalam Kasyful Anwar (2004) menjelaskan bahwa : “ kekurangan informasi tentang kejadian kejadian di masa depan sehingga alternatif-alternatif tindakan dan outcome yang akan dihasilkan sulit diprediksi.” Dari definisi diatas menunjukan bahwa ketidakpastian tugas merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kinerja manajerial dan perilaku manajer. Dengan kata lain ketidakpastian tugas yang rendah menjadikan informasi sebagai ukuran yang relatif sempurna (complete) dalam menilai prestasi seseorang dan berdampak positif. Semakin tidak pasti tugas seorang manajer, maka semakin sulit menyusun target yang memuaskan untuk dijadikan dasar penilaian prestasi manajer dan tentunya mempengaruhi kinerja manajerial.
2.2.4
Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan terhadap Kinerja manajerial Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, terlihat
bahwa ketidakpastian lingkungan dan kinerja manajerial berpengaruh dalam ketidakpastian lingkungan yang ada dalam perusahaan.
88
Menurut Miliken dalam Astuti (2007) Mengemukakan bahwa: “ketidakpastian lingkungan adalah rasa ketidakmampuan seseorang untuk memprediksi sesuatu secara akurat dari seluruh faktor sosial dan fisik yang secara langsung mempengaruhi perilaku pembuatan keputusan orangorang dalam organisasi.” Dari definisi diatas menunjukan bahwa ketidakpastian lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam suatu aktivitas perusahaan, karena ketidakpastian lingkungan sangat berpengaruh terhadap kinerja manajerial, pada saat ketidakpastian lingkungan rendah, manajemen dapat membuat prediksi yang relatif lebih akurat tentang pasar. Kemampuan memprediksi keadaan di masa datang pada kondisi ketidakpastian lingkungan yang rendah juga terjadi pada individu yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Pada kondisi ini manajer dapat memberikan informasi pribadi yang dimiliki
kepada
atasan
dalam
pengambilan
keputusan
yang
sehingga
meningkatkan kinerja manajerial.
2.2.5
Hubungan
ketidakpastian
tugas,
ketidakpastian
lingkungan
memoderasi pengaruh informasi akuntansi terhadap kinerja manajerial Mia (1993) menemukan bahwa informasi akuntansi manajemen broad scape berperan sebagai mediator pada hubungan antara ketidakpastian lingkungan dan kinerja. Fazli (2000) Penilaian prestasi dan kinerja dengan menggunakan informasi akuntansi dan ketidakpastian tugas cenderung menyebabkan manajer berperilaku positif tidak berpengaruh. Sedangkan simon (1987) dalam
89
penelitiannya menunjukan bahwa kesesuain antara mekanisme desain system akuntansi manajemen dengan strategi menghasilkan kinerja yang lebih tinggi. Seleke (1994) dalam david (2001) menyimpulkan penilaian dengan informasi akuntansi dalam ketidakpastian akan berpengaruh tehadap manajer, sedangkan dikaitkan dengan hasil penelitian wahyuni (1994) dengan menempatkan ketidakpastian lingkungan dihubungkan dengan informasi akuntansi terhadap kinejra manajerial tidak signifikan. Variable ketidakpastian lingkungan telah diidentifikasi sebagai variable konstektual yang dapat mempengaruhi kinerja manajer (Gordon narayan, 1984, chenhall and morris 1986) menemukan saat perubahan lingkungan tinggi partisipasi digunakan sebaik mungkin oleh manajer untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan tugas, gul & chia (1994) menemukanketersediaan informasi akuntansi manajemen akan meningkatkan kinejra manajer pada kondisi ketidakpastian lingkungan. Hasil penelitian sebelumnya yang menguji tentang pengaruh sistem informasi akuntansi, desentralisasi, ketidakpastian tugas dan ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja manajerial adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO
Peneliti
Judul Peneliti
Sampel
Hasil Penelitian
1
Petrus Peleng Pengaruh Roreng
dan Akuntansi
Informasi Perusahaan dan Manufactur
Ada
pengaruh
yang signifikan
90
Mika Malisa
Ketidakpastian
(2005)
Terhadap
Tugas Di Makasar Kinerja
antara penggunaan
Manajerial
informasi akuntansi sebagai
alat
penilaian kinerja (RAPM) dan
kondisi
ketidakpastian tugas terhadap kinerja manajerial
2
Erna S. dan Pengaruh
Desentralisasi, PT.
Alim Ada
pengaruh
Tituk Dwi S. Karakteristik
Informasi Surya Steel
secara simultan
(2006)
Akuntansi
keseluruhan
Sistem Manajemen
dan
variabel
bebas
Ketidakpastian Lingkungan
desentralisasi,
terhadap
karakteristik
Manajerial
Kinerja
informasi sistem
91
akuntansi manajemen dan ketidakpastian lingkungan berpengaruh secara nyata terhadap kinerja manajerial. 3
Himawan
Pengaruh sistem akuntansi Perusahaan
Bayuaji
manajemen, Desentralisasi,
(2009)
dan
tekstil
Ada
pengaruh
di yang signifikan
Ketidakpastian wilayah eks secara
parsial
Lingkungan terhadap
karesidenan
dan
simultan
Kinerja Manajerial
surakarta
antara Pengaruh sistem akuntansi manajemen, Desentralisasi, dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap Kinerja Manajerial
92
4
Trisye
Yeni Pengaruh Sistem Informasi Perusahaan
Anggraeni
Akuntansi
Terhadap Retail
(2011)
Kinerja Manajerial
Surabaya
Sistem
Di Informasi Akuntansi dengan karakteristik informasi yang relevant, reliable, complete, timely, understandable, verifiable berpengaruh terhadap kinerja manajerial
Dari uraian diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bukti empiris mengenai bagaimana sistem informasi akuntansi, ketidakpastian tugas, desentralisasi dan ketidakpastian lingkungan mempengaruhi kinerja manajerial dan teori mana yang lebih menggambarkan bentuk pengendalian yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja manajerial di PT. Angkasa Pura II Bandung. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya.
93
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran maka penulis dapat digambarkan skema kerangka pemikiran pada gambar dibawah ini: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ( X )
KINERJA MANJERIAL (Y)
DESENTRALISASI (Z1) KETIDAKPASTIAN TUGAS (Z2 )
KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN ( Z3)
Keterangan: :Terdapat pengaruh yang parsial antara Sistem informasi akuntansi, desentralisasi, ketidakpastian tugas ,
dan ketidakpastian lingkungan terhadap
kinerja manajerial. :
: Terdapat pengaruh secara simultan antara Sistem informasi
akuntansi, desentralisasi, ketidakpastian tugas , dan ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja manajerial.
94
2.3
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka penulis mengemukakan
hipotesis secara parsial dan simultan sebagai berikut : 1. Secara parsial -
Tedapat pengaruh Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Manajerial.
-
Tedapat pengaruh Desentralisasi terhadap Kinerja Manajerial.
-
Tedapat
pengaruh
Ketidakpastian
Tugas
terhadap
Kinerja
Manajerial. -
Tedapat pengaruh Ketidakpastian Lingkungan terhadap Kinerja Manajerial.
2. Secara simultan -
Terdapat pengaruh system informasi akuntansi terhadap kinerja manajerial
dengan
desentralisasi,
ketidakpastian
ketidakpastian lingkungan sebagai variable moderate.
tugas,