BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1.
Kajian Pustaka
2.1.1. Pengertian Stres Menurut Selye (1979) dalam Kalat (2008), stres adalah respon non spesifik tubuh untuk setiap permintaan yang dibuat atas tuntutan.
Stres
merupakan kondisi mental dan fisik yang terjadi ketika seseorang harus menyesuaikan atau beradaptasi dengan lingkungan. Stres adalah respon reaksi fisik terhadap stresor, yang terdiri dari perubahan tubuh yang berhubungan dengan fungsi sistem saraf otonom (Coon and Mitterer, 2008). Stres menurut Nerney dan Grenberg (1984) dalam Nasrudin (2010) menyebutkan stres sebagai reaksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang. Stres baik fisik maupun mental akan memberikan dampak terhadap dinamika perilaku seseorang, bergantung pada cara ia menghadapi kondisi yang menimbulkan stres (Surya 1994, dalam Nasrudin 2010). Sunyoto dan Burhanudin (2011) mendefinisikan stres sebagai kondisi dinamis dimana seseorang dihadapkan pada suatu peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan keinginan orang tersebut serta hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Berdasarkan berbagai pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa stres 8
merupakan respon seseorang baik secara psikologis, fisiologis, dan kognitif terhadap segala hal yeng menjadi stressor atau stimulus-stimulus pemicu stres. 2.1.2. Pengertian Stres kerja Stres kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan (Mangkunegara, 2005). Stres kerja menurut Kartono dan Gulo (2000) dalam Safaria dan Saputra (2009) adalah: a) Suatu stimulus yang menegangkan kapasitas-kapasitas (daya) psikologis atau fisiologis organism, b) Sejenis frustasi, dengan aktivitas yang terarah pada pencapaian tujuan telah terganggu atau dipersukar, tetapi tidak terhalang-halangi; peristiwa ini biasanya disertai oleh perasaan was-was khawatir dalam pencapaian tujuan, c) Kekuatan yang diterapkan pada suatu sistem; tekanan-tekanan fisik dan psikologis yang dikenakan pada tubuh dan pribadi, c) Suatu kondisi ketegangan fisik atau psikologis disebabkan oleh adanya persepsi ketakutan dan kecemasan. Stres dapat berpengaruh terhadap kinerja, pengaruh tersebut dapat berperan positif dan juga berperan merusak, seperti dijelaskan pada “hukum Yerkes Podson (1904) yang menyatakan hubungan antara stres dengan kinerja seperti huruf U terbalik” (Mas’ud, 2002).
9
Gambar 2.1. Grafik Stres Hans Selye Sumber : Hambali (2008)
Gambar di atas menunjukan bahwa tingkat stres yang sedang berbanding lurus dengan kinerja karyawan yang maksimal. Namun bila stres tersebut rendah atau tinggi akan menghambat kinerja pada karyawan.
Munandar (2008)
mengatakan stres yang meningkat sampai unjuk kerja mencapai titik optimalnya merupakan stres yang baik. Gambar tersebut dapat menunjukan bahwa dalam kehidupan atau dalam lingkungan kerja tidak ada orang yang bebas dari stres. “Terlepas dari bagaimana masuk akal, cerdas, atau istimewa Anda, Anda akan ditantang oleh frustrasi, kehilangan, perubahan, dan konflik” (Lahey, 2009). Semakin tinggi stres yang dirasakan karyawan di tempat kerja, semakin hilang kualitas diri si karyawan untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Stres itu sendiri terbagi menjadi dua yaitu Eustress dan Distress. Eustress adalah stres yang bersifat positif bila seseorang dapat menghadapinya dan meningkatkan kemampuan personal untuk menghadapinya. Distress adalah stres yang bersifat negatif, apabila seseorang yang terkena stres negatif tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menghadapinya akan mengalami berbagai gangguan pada 10
dirinya seperti gangguan kesehatan, gangguan rasa takut yang berlebihan, kecemasan, dan lain-lain. 2.1.3. Sumber Stres Kerja Sumber utama dari stres dalam pekerjaan adalah konflik peran. Konflik peran (role conflict) dapat terjadi ketika seseorang berusaha memenuhi tuntutan dari lebih dari satu peran yang penting dalam hidup seperti pekerja dan ibu. Beban kerja juga dapat menjadi pemicu stres (King, 2010). Mangkunegara (2005) berpendapat bahwa penyebab stres kerja antara lain beban kerja yang dirasakan terlalu berat, waktu kerja yang mendesak, kwalitas pengawasan kerja yang rendah, iklim kerja yang tidak sehat, autoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan nilai antara karyawan dengan pimpinan yang frustasi dalam kerja. Menurut Moos (1996) dalam King (2010) ada empat karakteristik keadaan pekerjaan yang berhubungan dengan stres pegawai dan masalah kesehatan yaitu: a) Tuntutan kerja yang tinggi seperti yang memiliki beban kerja yang berat dan tekanan waktu, b) Kesempatan yang tidak cukup untuk berpartisipasi dalam mengambil keputusan, c) Tingkat kontrol penyelia yang terlalu tinggi, dan d) Kurangnya kejelasan mengenai kriteria kinerja komponen. King (2010) berpendapat bagi sebagian individu di dunia kerja bukan menganggur yang menjadi sumber stres, tetapi burnout yaitu kedaan stres secara psikologis yang sangat ekstrem sehingga individu mengalami kelelahan emosional dan motivasi yang rendah untuk bekerja. Menurut Ahola, et al (2006) ; Becker, Milad, & Klock (2006) dalam King (2010) burnout dapat berupa perasaan terlalu 11
bekerja keras atau perasaan tidak dihargai dan dapat berupa depersonalisasi, kebingungan, kecemasan, dan kegelisahan. Mumpuni dan Wulandari (2010) menjelaskan ada banyak sumber stres di dalam dunia kerja diantaranya yaitu: a.
Tekanan Organisasi (Organizational Stressor) Tekanan ini berasal dari organisasi atau perusahaan tempat bekerja. Hal ini bisa meliputi 1) kurangnya imbalan keuangan baik berupa gaji, honor, maupun bonus (lack financial rewards), 2) kurangnya jenjang karir secara adil (lack of career guidance), 3) keahlian yang berlebihan sehingga sulit melakukan konsentrasi pada satu bidang (overspecialization), 4) beban kerja yang berlebihan (work overload), dan membuat keputusan yang tidak sesuai dengan keadaan di tempat kerja.
b.
Tekanan Individu (Individual Stressor) Tekanan ini berasal dari individu yang bersangkutan. Stres individu terdiri dari: 1) frustasi yang disebabkan oleh keadaan lingkungan tempat tinggal (occupational frustration), 2) frustasi yang disebabkan oleh kinerja tumpuk dan konflik pergantian maupun rotasi kerja (job ambiguity and role conflict), 3) komunikasi yang tidak jelas (stifled communication), 4) diskriminasi ini tidak hanya terjadi pada lingkungan kerja, tetapi dapat juga terjadi pada lingkungan individu antara satu dengan yang lainnya (discrimination), 5) sistem pemerintahan yang berbelit-belit dan tidak jelas (bureaucracy), 6) sikap tidak aktif dan kebosanan (inactivity and boredom), orang yang pasif dalam kondisi bosan akan sangat mudah stres. 12
c.
Tekanan lingkungan kerja (Environmental Stressor) Kondisi ini merupakan tekanan yang berasal dari lingkungan kerja. Hal ini bisa disebabkan oleh 1) perubahan dan adaptasi yang disebabkan oleh perubahan teknologi, perubahan lokasi kerja, promosi, dan pengorganisasian ulang atau perampingan perusahaan terhadap karyawan (change and adaptation), 2) terjadinya kekerasan di tempat kerja (violence in workplace), 3) pensiun (masa retirement), 4) faktor-faktor biologis di tempat kerja yang terdiri dari waktu pergantian, kebisingan, pencahayaan, dan penerangan, komputer dan sistem permesinan, temperatur, kondisi fisik bangunan, dan lain-lain, 5) kondisi yang membantu masing-masing individu setelah terjadi trauma atau peristiwa yang mengguncang di tempat kerja (compassion fatique)
d.
Tekanan Kognitif (Cognitivies Stressor) Pilihan alur kognitif yang tidak sesuai dapat membuat seseorang stres. Berikut ini adalah hal-hal yang membuat stres, misalnya interpretasi terhadap kegiatan (interpretation of the event), meliputi anggapan-anggapan terhadap sesuatu, misalnya tidak terlalu cerdas di sekolah, kemarahan atau ketakutan terhadap hal-hal kecil, tindakan-tindakan yang tidak terkontrol lainnya, reaksi emosional, dan tidak memiliki respon terhadap stres
2.1.4. Akibat dari Stres Kerja Gejala-gejala akibat stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya 13
sehari-hari baik dirumah, ditempat kerja ataupun di pergaulan lingkungan sosialnya (Amberg 1979, dalam Hawari 2008). Robbins (2008) mengelompokan tiga kategori umum yang diakibatkan oleh stres yaitu: gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku. a.
Gejala Fisiologis Pengaruh awal stres biasanya berupa gejala-gejala fisiologis. Ini terutama disebabkan oleh kenyataan bahwa topik stres pertama kali diteliti oleh ahli ilmu kesehatan dan medis. Riset ini membawa pada kesimpulan bahwa stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan detak jantung dan tarikan nafas, menaikan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan memicu serangan jantung.
b.
Gejala Psikologis Stres dapat menyebabkan ketidakpuasan. Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dapat menyebabkan ketidakpuasan terkait dengan pekerjaan. Ketidakpuasan kerja kenyataannya merupakan efek psikologis paling sederhana dan paling nyata dari stres.
Namun stres juga muncul dalam
beberapa kondisi psikologis lain misalnya,
ketegangan, kecemasan,
kejengkelan, kejenuhan, dan sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan. c.
Gejala Perilaku Gejala-gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas, kemangkiran, dan perputaran karyawan, selain juga 14
perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang gagap, serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur. 2.1.4. Pendekatan Stres Kerja Davis dan Newstrom (1989) dalam Mangkunegara (2009) berpendapat ada empat pendekatan dalam stres kerja, yaitu: a.
Pendekatan Dukungan Sosial, yaitu pendekatan ini dilakukan melalui aktifitas yang bertujuan memberikan kepuasan sosial kepada karyawan. Misalnya, bermain game, lelucon, dan bodor kerja.
b.
Pendekatan Melalui Meditasi, yaitu pendekatan ini dilakukan karyawan dengan cara berkonsentrasi ke alam pikiran, mengendorkan kerja otot, dan menangkan emosi. Meditasi ini dapat dilakukan selama dua periode waktu yang masing-masing 15-20 menit. Meditasi bisa dilakukan di ruangan khusus. Karyawan yang beragama Islam bisa melakukannya setelah shalat Dzuhur melalui doa dan dzikir kepada Allah SWT.
c.
Pendekatan Melalui Biofeedback, pendekatan ini dilakukan melalui bimbingan medis. sehingga
Melalui bimbingan dokter, psikiater, dan psikolog,
diharapkan
karyawan
dapat
menghilangkan
stres
yang
dialaminya. d.
Pendekatan Kesehatan Pribadi, pendekatan ini merupakan pendekatan preventif sebelum terjadinya stres. Dalam hal ini karyawan secara periode waktu yang kontinu memeriksa kesehatan, melakukan relaksasi otot, pengaturan gizi, dan olah raga secara teratur. 15
2.1.5. Hasil Penelitian Stres Kerja Hasil penelitian Poerwati (2008) mengenai stres kerja di dinas Kesehatan kota Pekanbaru menghasilkan bahwa terdapat hubungan signifikan secara statistik antara variabel stres kerja terhadap hipertensi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ternyata stres kerja dapat berpengaruh terhadap risiko penyakit pada seseorang. Hasil penelitian Leila (2002) menunjukan bahwa stres dan kepuasan kerja mempunyai hubungan timbal-balik. Kepuasan kerja dapat meningkatkan daya tahan individu terhadap stres dan dampak-dampak stres dan sebaliknya, stres yang dihayati oleh individu dapat menjadi sumber ketidakpuasan. Hasil penelitian mengenai stres kerja Sunarni dan Istanti (2007) di PT Interbis Sejatera Semarang pada bagian produksi terdapat hubungan signifikan antara stres kerja dan kinerja karyawan. Stres kerja dapat menjadikan kinerja seseorang menjadi maksimal dan dapat menjadikan kinerja seseorang menjadi menurun tergantung dari seberapa besar tingkat stres kerja itu sendiri. Hasil penelitian yang didapatkan oleh Nurhendar (2007) pada karyawan bagian produksi CV Aneka Ilmu Semarang, dimana hasil penelitiannya mengenai stres kerja menunjukan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara stres kerja terhadap kinerja dan semangat kerja.
Responden rata-rata mempersepsikan
penyebab stres yang ada diperusahaan dikarenakan seperti beban kerja, tekanan waktu, gaya kepemimpinan serta, bosan terhadap pekerjaan, tidak sabar, dan keletihan. 16
Penelitian-penelitian mengenai stres di atas dapat memberikan pemahaman bahwa stres kerja dapat berpengaruh terhadap banyak aspek, seperti kepuasan kerja, kinerja, bahkan risiko seseorang mengalami penyakit seperti hipertensi. Penelitian-penelitian tersebut juga menunjukan bahwa stres kerja dapat merugikan seseorang dan juga perusahaan. 2.1.7. Karyawan Karyawan adalah orang yang membantu perusahaan untuk mencapai tujuan (Ardi, 2007). Karyawan adalah aset perusahaan, karena perusahaan dapat berkembang tidak lepas dari peran karyawan dan sekecil apapun peran karyawan, perusahaan tidak dengan serta merta mengabaikannya (Bramandita, 2010). Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai human capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai tambah perusahaan (Djajendra, 2012). 2.1.8. Divisi Keuangan dan Divisi Produksi Sudana
(2011)
mendefinisikan
keuangan
berhubungan dengan operasi suatu perusahaan.
sebagai
bidang
yang
Fungsi keuangan diantara
perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain sangat bervariasi. Namun demikian para pakar dibidang keuangan sepakat bahwa ada dua fungsi keuangan yang pokok dan berkaitan dengan keputusan keuangan yaitu sebagai berikut: a) Keputusan investasi, berkaitan dengan proses pemilihan satu atau lebih alternatif investasi yang dinilai menguntungkan dari sejumlah alternatif investasi yang 17
tersedia bagi perusahaan, b) Keputusan pendanaan, berkaitan dengan proses pemilihan sumber dana yang dipakai untuk membelanjai investasi yang direncanakan dengan berbagai alternatif sumber dana yang tersedia, sehingga diperoleh suatu kombinasi pembelanjaan yang paling efisien. Produksi (production) adalah proses penciptaan barang dan jasa (Heizer dan Render, 2009). David (2010) mendefinisikan produksi sebagai suatu bisnis yang mencakup semua aktifitas yang mengubah input menjadi barang atau jasa. Fungsi utama produksi menurut Nasution dan Prasetyawan (2008) ada tiga yaitu: a) Proses produksi, yaitu metode dan teknik yang digunakan dalam mengolah bahan baku produk, b) Perencanaan produksi, yaitu merupakan tindakan antisipasi dimasa mendatang sesuai dengan periode waktu yang direncanakan, c) Pengendalian produksi, yaitu tindakan yang menjamin bahwa semua kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan telah dilakukan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Divisi keuangan dan divisi produksi merupakan dua divisi yang penting dilihat dari tugas-tugasnya berdasarkan berbagai penjelasan di atas. Kesalahan yang dibuat oleh karyawan divisi keuangan maupun divisi produksi dapat merugikan perusahaan. Karyawan divisi keuangan dan divisi produksi dituntut agar mampu bekerja semaksimal mungkin dan meminimalisir kesalahan sekecil apapun.
18
2.2.
Kerangka Pemikiran Pekerjaan merupakan salah satu hal yang utama dalam kehidupan setiap
orang. Karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan dituntut untuk mampu memperlihatkan kinerja serta hasil yang maksimal, hal ini tentu menjadikan sebuah tekanan psikologis tersendiri bagi para karyawan yang akhirnya menjadi stres. Stres merupakan suatu keadaan yang tentunya tidak diharapkan karena dapat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental dengan beban psikologis yang dipikulnya, hal seperti ini dapat memacu seseorang untuk melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Stres kerja merupakan hal yang tentu tidak diinginkan baik bagi orang itu sendiri maupun bagi perusahaan karena mampu mengurangi kinerja seseorang dan memicu tindakan merugikan lainnya. Stres kerja menimbulkan berbagai gejalagejala yang tentunya dapat merugikan karyawan itu sendiri seperti gejala psikologis, gejala fisiologis, dan gejala perilaku. Perusahaan tentunya haruslah mampu menekan tingkat stres tersebut demi kebaikan orang itu sendiri maupun perusahaan.
Apabila seseorang mengalami stres kerja maka tidak hanya
berdampak bagi aktifitas kerja saja namun juga dapat meluas ke aktifitas lainnya di luar pekerjaan.
19
INDIKATOR: a.
Gejala Psikologis : ketegangan, komunikasi tidak efektif, merasa terasing, kehilangan daya konsentrasi
Karyawan Divisi Keuangan
STRES b.
KERJA
c.
Gejala Fisik: Meningkatnya detak jantung, gangguan gastrointestinal, problem tidur
Karyawan Divisi Produksi
Gejala Perilaku: Penurunan produktivitas,
meningkatnya absensi,menghin dari pekerjaan.
H0 : Tidak ada perbedaan tingkat stres kerja antara karyawan divisi keuangan dan karyawan divisi produksi.
H1 : Ada perbedaan tingkat stres kerja antara karyawan divisi keuangan dan karyawan divisi produksi.
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran 2.3.
Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah :
a.
Tidak ada perbedaan antara tingkat stres kerja karyawan divisi keuangan dengan karyawan divisi produksi
b.
Ada perbedaan antara tingkat stres kerja karyawan divisi keuangan dengan karyawan divisi produksi
20