BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Deposito Mudharabah 1.1 Pengertian Deposito Mudharabah Pengertian Mudharabah menurut PSAK 105 tentang akuntansi mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka. Menurut Rifqi Muhammad (2008:275) mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (Mudharib) Dari definisi mudharabah diatas penulis menyimpulkan bahwa mudharabah adalah merupakan investasi nasabah dari masyarakat yang menyimpan dana (shahibul maal) dan pihak bank sebagai pengelola untuk melaksanakan kegiatan bisnis pada bank syariah (Mudharib). Deposito Mudharabah merupakan salah satu dari produk Bank Syariah untuk menghimpun dana dari nasabah guna membiayai kegiatan usaha yang dilakukan Bank Syariah. Menurut Edi Wibowo dan Untung Hendy Widodo (2005:46) Deposito Mudharabah atau lebih tepatnya deposito investasi Mudharabah merupakan investasi nasabah penyimpan
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
dana ( perorangan atau badan hukum ) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu jatuh tempo, dengan mendapatkan imbalan bagi hasil. Menurut Budi Cahyadi (2006:33) Deposito Mudharabah adalah jenis simpanan pada bank syariah dalam mata uang rupiah dan valuta asing yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada saat jatuh tempo deposito (Sesuai jangka waktunya). Dari definisi diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Deposito Mudharabah adalah jenis simpanan / investasi dari maysarakat baik perorangan maupun badan hukum yang penarikannya dapat dilakukan pada saat jatuh tempo deposito dengan mendapat imbalan bagi hasil. 1.2 Jenis-jenis mudharabah dalam Deposito Adapun jens-jenis mudharabah menurut Antonio Syafii dari teori ke praktek (2001: 07) adalah sebagai berikut : a. Mudharabah Mutlaqah Mudharabah Mutlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibulmal
(penyedia
dana)
dengan mudharib
(pengelola)
yang
cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
b. Mudharabah Muqayyadah Mudharabah muqayyadah disebut juga dengan istilah restricted mudharabah / specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.
1.3 Jenis-jenis Deposito Berjangka Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang berdasarkan jenis deposito berjangka menurut wiroso (2014:147) : a. Deposito berjangka biasa Deposito yang berakhir pada jangka waktu yang diperjanjikan, perpanjangan hanya dapat dilakukan setelah ada permohonan baru / pemberitahuan dari penyimpan . b. Deposito berjangka otomatis (Automatic roll over) Pada saat jatuh tempo, secara otomatis akan diperpanjang untuk jangka waktu yang sama tanpa pemberitahuan dari penyimpan .
1.4 Landasan Hukum Deposito Mudharabah Yang dijadikan Landasan Hukum dalam Deposito Mudharabah adalah sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
a. Al-Qura’an surat Al Muzzamil ayat 20 Dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an dan dirikanlah Sholat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Muzzamil ayat 20 ). b. Menurut Hadist terbagi menjadi 3 bagian, yaitu : Nabi riwayat Tharbani “Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharibnya agar tidak mengurangi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya. “(HR. Tharbani dari Ibnu Abbas). Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwasanya sayyidina Abbas jikalau memberikan dana kemitraan usahanya secara mudharabah, ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak yang berparu-paru basah, jikalau menyalahi peraturan maka yang bersangkutan bertanggung
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
jawab atas dana tersebut. Disampaikannya syarat-syarat tersebut ke Rasulullah SAW, dan Rasul pun memperkenankannya. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah : “Nabi bersabda, ‘Ada tiga hal yang mengandung berkah : jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual. “(HR.Ibnu Majjah dari Shuhaib). c. Menurut Ijma Diriwayatkan,
sejumlah
sahabat
menyerahkan
(kepada
orang,
mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorang pun mengingkari mereka. Karena, hal ini dipandang sebagai Ijma’ (Wahbah Zuhaily, al-fiqh al-Islami wa Adillatuhu, 1989,/4/838). d. Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor 03/DSN-MUI/IV/2000. 2. Bank Syariah 2.1 Pengertian Bank Syariah Perbankan syariah di Indonesia dalam tahun-tahun terakhir ini telah
menunjukkan
perkembangan
yang
relatif
cepat,
pesatnya
pertumbuhan perbankan syariah diimbangi dengan mepertahankan prinsip kehati-hatian di dalam mengelola usahanya, karena peran bank syariah menjadi sangat penting yang mempunyai landasan etika agar kaum muslimin mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandasan Al-Qur’an dan Al-Hadist.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Pengertian Bank Syariah menurut Heri Sudarsono (2008:27) adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Pengertian Bank Syariah menurut Slamet (2009:81) adalah bank yang menjual produkproduknya degan tata cara sesuai dengan hukum Islam dan menerima imbal jasanya dalam bentuk bagi hasil (ujrah) berdasarkan akad (kesepakatan) antara bank
dengan nasabah, masing - masing pihak
menyediakan informasi secara lengkap dan akurat (jujur) sebelum dan setelah akad, tidak ada eksploitasi terhadap pihak lain serta tujuannya adalah mencapai ridho Allah SWT. Sedangkan
menurut Barhanuddin
(2010:29) Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank pembiayaan syariah. Dari definisi - definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Bank Syariah adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dalam aktifitasnya dengan berlandasan Al-Qur’an dan AlHadist, khususnya bebas dari Bunga dan kegiatan spekulatif non produktif yang meragukan baik penghimpunan dana dan penyaluran dana yang digunakan secara halal dan menekankan imbalan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara pihak bank dan orang lain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
2.2 Karakteristik Bank Syariah Menurut Heri (2008:44) bank syariah mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan Bank Konvensional, adapun ciri-ciri bank syariah adalah sebagai berikut: a. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang besarnya tidak kaku dan dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak. b. Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindari, karena persentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian telah berkahir. c. Di dalam kontrak - kontrak pembiayaan proyek, bank syariah tidak menerapkan
perhitungan
berdasarkan
perhitungan
berdasarkan
keuntungan yang pasti yang ditetapkan dimuka, karena pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya
suatu proyek yang
dibiayai bank hanyalah Allah semata. d. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan oleh penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadiah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada proyek - proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
e. Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari sudut syariahnya. f. Fungsi kelembagaan bank syariah selain menjembatani antara pihak modal dengan pihak yang membutuhkan dana, juga mempunyai fungsi khusus yaitu fungsi amanah. Menurut Andri (2009:67) bank syariah bukan sekedar bank bebas bunga, tetapi juga memiliki orientasi pencapaian kesejahteraan. Secara fundamental terdapat beberapa karakteristik bank syariah, antara lain : 1. Penghapusan riba 2. Pelayanan kepada kepentingan publik dan merealisasikan sasaran sosialisasi ekonomi islam. 3. Bank syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari bank komersial dan bank investasi. 4. Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-hati terhadap
permohonan
pembiayaan
yang
berorientasi
kepada
penyertaan modal, karena bank komersial syariah menerapkan profit and loss sharing dalam konsinyasi, ventura, bisnis, atau industri. 5. Bagi hasil cenderung mempererat hubungan antara bank syariah dan pengusaha. 6. Kerangka yang dibangun dalam membantu bank mengatasi kesulitan likuiditasnya dengan memanfaatkan instrumen pasar uang antar bank syariah dan instrumen bank sentral berbasis syariah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Menurut Syurki (2012:54) bank syariah dalam mekanisme operasionalnya sangat jauh berbeda dengan bank konvensional, karena bank syariah mempunyai ciri atau karakteristik tersendiri, antara lain : 1. Berdimensi keadilan dan pemerataan 2. Bersifat mandiri 3. Persaingan secara sehat 4. Adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) 5. Beban biaya yang disepakati bersama saat akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal, yang nilainya tidak kaku dan bisa dilakukan dengan kebebasan tawar - menawar dalam batas yang dibenarkan. 6. Penggunaan persentase dalam hal kewajiban mengembalikan utang harus dihindari. 7. Dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek,
bank syariah tidak
menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang tetap (fixed return). 8. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposit atau tabungan penyimpanan dianggap sebagai penyertaan modal, dan oleh pihak ditetapkan pada proyek-proyek yang dibiayainya dan beroperasi sesuai dengan asas syariah. 9. Adanya unit pendapatan berupa pendapatan tidak halal sebagai hasil dari transaksi dengan bank konvensional yang menerapkan sistem bunga.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
10. Terdapat produk khusus yang tidak ada di dalam bank konvensional yaitu kredit tanpa beban (murni bersifat sosial). 2.3 Fungsi dan Peran Bank Syariah Menurut Heri (2008:43), fungsi dan peran bank syariah diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and auditing organization for Islamic financial institution): 1. Manajer investasi bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah. 2. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya. 3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya. 4. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan
syariah,
bank
islam
juga
memiliki
kewajiban
untuk
mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, dan mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya. Sementara menurut Kautsar (2012:70) dan Yaya, Aji dan Ahi (2009:54) menyatakan bahwa bank syariah memiliki empat fungsi yaitu : 1. Fungsi jasa keuangan 2. Fungsi manajer investasi 3. Fungsi investor 4. Fungsi social.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
2.4 Prinsip Bank Syariah Istilah prinsip syariah terdapat dalam pasal 1 angka 13 undangundang No 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang no 7 tahun 1992 tentang perbankan, yakni bahwa prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain : a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah). b. Pembiayaan beradsarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah). c. Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli barang dagang dengan memperoleh keuntungan (murabahah). d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Pasal 1 angka 12 undang-undang no 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah menyebutkan bahwa prinsip syariah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Dengan mendasarkan pada undang-undang no 21 tahun 2008 ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa adalah Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSN - MUI),
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
2.5 Tujuan Bank Syariah Tujuan bank syariah menurut Heri Sudarsono (2008:43) yang diuraikan berikut ini dalam 6 poin : 1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara Islam, khususya muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha / perdagangan lain yang mengandung gharar (tipuan), dimana jenis usaha tersebut selain dilarang dalam islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat. 2. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak membutuhkan dana. 3. Untuk meningkatkan kualitas hidup ummat dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang di arahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha.
4. Untuk menaggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan
program utama
dari
Negara-negara
yang
sedang
berkembang. Upaya bank syariah di dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol kebersamaannya dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
consumen, program pengembangan moda kerja, dan
program
pengembangan usaha bersama. 5. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi di akibatkan adanya inflasi, menghindari persaiangan yang tidak sehat antara lembaga keungan. 6. untuk menyalamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank nonsyariah. 3. Bagi Hasil 3.1 Pengertian Bagi Hasil Pengertian Bagi Hasil menurut Djaslim dan Abdussalam (2007:74). Bagi hasil adalah perjanjian pembagian keuntungan dan atau kerugian dengan besar pembagian tertentu dari sejumlah dana antara pihak pemilik dana dengan pihak yang menggunakan dana. Sistem bagi hasil adalah sistem perjanjian atau ikatan bersama dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diadakannya perjanjian pembagian bagi hasil atas keuntungan yang diperolah antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syariah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kepada masyarakat, dalam aturan syariah yang berkaitan dengan pembagian hasil dilakukan perjanjian di awal terjadinya transaksi / kontrak (akad). Besarnya porsi perbagian bagi hasil sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati dengan adanya kerelaan dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
3.2 Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan syariah terdiri dari dua sistem, yaitu : a. Profit Sharing Profit
sharing
menurut
etimologi
Indonesia
adalah
bagi
keuntungan. Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Profit secara istilah adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total (total cost).
Di dalam istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil besih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya - biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pada perbankan syariah istilah yang dipakai adalah profit and loss sharing, dimana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah dilakukan. Sistem profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan bentuk dari perjanjian kerjasama antara pemodal (investor) dan pengelola modal (enterpreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana diantara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
di awal perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing. Bagi pemodal tidak mendapatkan kembali modal investasinya secara utuh ataupun keseluruhan, dan bagi pengelola modal tidak mendapatkan upah/hasil jerih payahnya atas keja yang telah dilakukannya. Keuntungan yang didapat dari hasil usaha tersebut akan dilakukan pembagian setelah dilakukan perhitungan telebih dahulu atas biaya - biaya yang telah dikeluarkan selama proses usaha. Keuntungan usaha dalam dunia bisnis bisa negatif, artinya usaha merugi, positif berarti ada angka lebih sisa dari pendapatan dikurangi biaya-biaya, dan nol artinya antara pendapatan dan biaya menjadi balance. Keuntungan yang dibagikan adalah keuntungan bersih (net profit) yang merupakan lebihan dari selisih atas pengurangan total cost terhadap total revenue (Slamet dan Tufan,2012:51-52). b. Revenue sharing Revenue pada perbankan syariah adalah hasil yang diterima oleh bank dari penyaluran dana (investasi) ke dalam bentuk aktiva produktif, yaitu penempatan dana bank pada pihak lain. Hal ini merupakan selisih atau angka lebih dari aktiva produktif dengan hasil penerimaan bank. Perbankan syariah memperkenalkan sistem pada masyarakat dengan istilah revenue sharing, yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan dana.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Lebih jelasnya revenue sharing dalam arti perbankan adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya - biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Sistem revenue sharing berlaku pada pendapatan bank yang akan dibagikan dihitung berdasarkan pendapatan kotor (gross sales), yang digunakan dalam menghitung bagi hasil untuk produk pendanaan bank (Slamet dan Taufan,2012:52). 3.3 Perhitungan Bagi Hasil Menurut penelitian sebelumnya (Rizki, Agung, dan Nanik : 2013:417) rumus bagi hasil sebagai berikut :
Bagi Hasil yang Diterima Nasabah TBH = Total Deposito Mudharabah
3.4 Jenis-jenis Akad Bagi Hasil Bentuk-bentuk kontrak kerjasama bagi hasil dalam perbankan syariah secara umum dapat dilakukan dalam empat akad, yaitu Musyarakah, Mudharabah, Muzara’ah dan Musaqah. Namun, pada penerapannya prinsip yang digunakan pada sistem bagi hasil, pada umumnya bank syariah menggunakan kontrak kerjasama pada akad musyaraqah dan mudharabah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
a. Musyarakah ( joint venture profit & loss sharing ) Adalah mencampurkan salah satu dari macam harta dengan harta lainnya sehingga tidak dapat dibedakan diantara keduanya. Dalam pengertian lain musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal / expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Penerapan yang dilakukan bank syariah, musyarakah adalah suatu kerjasama antara bank dan nasabah bank setuju untuk membiayai nasabah
usaha atau proyek secara bersama - sama dengan
sebagai
inidikator
proyek
dengan
suatu
jumlah
berdasarkan persentase tertentu dari jumlah total biaya proyek dengan dasar pembagian keuntungan dari hasil yang diperoleh dari usaha atau proyek tersebut berdasarkan persentase bagi hasil yang telah ditetapkan terlebih dahulu. b. Mudharabah ( trustee profit sharing ) Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence atau violation oleh pengelola dana. PSAK
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
105 par 18 memberikan beberapa contoh bentuk kelalaian pengelola dana, yaitu : persyaratan yang ditentukan didalam akad tidak dipenuhi, tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan atau yang telah ditentukan dalam akad, atau merupakan hasil keputusan dari institusi yang berwenang. Agar
tidak
terjadi
perselisihan
di
kemudian
hari
akad/kontrak/perjanjian sebaiknya dituangkan secara tertulis dan dihadiri para saksi, dan apabila terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka dapat diselesaikan secara musyawarah oleh mereka berdua atau melalui badan arbitrase syariah. Jenis akad mudharabah : a.
Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah dimana pemilik dananya memberi kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya, mudharabah ini disebut juga investasi tidak terikat.
b.
Mudharabah muqayyadah adalah mudharabah dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola, antara lain lokasi, cara, dan atau objek investasi atau sektor usaha. Misalnya, tidak mencampurkan dana yang dimiliki oleh pemilik dana dengan dana lainnya. Muharabah jenis ini disebut juga invetasi terikat.
c.
Mudharabah musyarakah adalah mudharabah dimana pengelola dana menyetorkan modal atau dananya dalam kejasama investasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
4. Ukuran Bank Syariah 4.1
Pengertian Ukuran Bank Syariah Ukuran bank syariah merupakan besarnya atau banyaknya total
pembiayaan yang Ukuran
bank
dapat disalurkan oleh bank syariah kepada nasabah.
syariah
memiliki
kecenderungan
yang
kuat
dalam
menghasilkan profit yang tinggi. (Rizki, Agung, dan Nanik : 2013:416). menurut peneliti lain ukuran bank syariah merupaka ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan. (Nur anisah, Akhmad Riduwan, Lailatul Amanah : 2013:18). 5.
Jumlah kantor cabang bank syariah 5.1
Pengertian Jumlah kantor cabang Menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 11/1/PBI/2009 tentang
bank umum menyatakan bahwa kantor cabang yang selanjutnya disebut KC adalah kantor bank yang secara langsung bertanggung jawab kepada kantor pusat bank yang bersangkutan, dengan alamat tempat usaha yang jelas dimana KC atau kantor cabang tersebut melakukan usahanya. Menurut Iskandar (2013: 63) Kantor Cabang atau biasa disebut dengan kantor cabang penuh adalah kantor cabang yang melakukan operasional bank sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh kantor pusatnya dan dalam menjalankan usahanya dipimpin oleh seorang kepala cabang dibantu dengan akilnya serta mambawahi kepala bagian dan kepala seksi yang ada di kantor cabang.Semakin banyaknya jumlah kantor bank maka kesempatan masyarakat untuk menabung semakin banyak dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
meningkat. Dengan kondisi yang seperti ini akan semakin membuka kesempatan bagi masyarakat yang ingin memenuhi kebutuhannya di bidang perbankan. Dalam hal ini adalah menabung atau menyimpan dananya pada lembaga perbankan, tanpa adanya alasan yang disebabkan lokasi bank yang jauh dari tempat tinggal, sehingga mereka malas dan enggan untuk menabungkan uangnya di bank karena tidak memiliki waktu luang. Jumlah kantor cabang merupakan ukuran kesuksesan suatu perbankan umum syariah, artinya apabila bank syariah memiliki jumlah kantor cabang yang semakin banyak maka jumlah masyarakat yang akan menyimpan dana ke bank syariah semakin banyak pula. (Rizki, Agung, dan Nanik : 2013:416) 6. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional Beberapa kalangan masyarakat masih mempertanyakan perbedaan antara bank syariah dengan konvensional. Bahkan ada sebagian masyarakat yang menganggap bank syariah hanya trik kamuflase untuk menggaet bisnis dari kalangan muslim segmen emosional. Sebenarnya cukup banyak perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional, mulai dari tataran paradigma bank syariah sesuai dengan ekonomi syariah yang telah dijelaskan di muka. Sedangkan perbedaaan lainnya sbb:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Bank Syariah dengan Bank Konvensional Jenis Perbedaan
Bank Syariah
Landasan hukum
Al Qur’an & as Sunnah + hukun positif Basisi operasional Bagi hasil Skema produk Berdasarkan syariah, semisal mudharabah, wadiah, murabahah, musyarakah dsb Perlakuan terhadap dana Dana masyarakat mayarakat merupakan titipan/investasti yang baru mendapatkan hasil bila diputar/di’usahakan ‘terleih dahulu Sektor penyaluran dana Harus yang halal
Bank Konvensional Hukum Positif Bunga Bunga
Dana masyarakat merupakan simpanan yang dibayar bunganya saat jatuh tempo
Tidak memperhatikan yang halal/haram Harus ada DPS (Dewan Tidak ada DPS Pengawas Syariah) Accrual dan cash basic Accrual basic (untuk bagi hasil)
Organisasi Perlakuan Akuntansi Sumber (Muhammad,2001)
7.
Penelitian Sebelumnya Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya
No
Peneliti
Lokasi
(Tahun)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Metode penelitian
Variabel
Hasil Riset
28
1
Rizki Aulia Rahman, Agung Yulianto dan Nanik Sri Utaminin gsih (2013)
2 Volta Diyanto & Enni Savitri (2015)
Bank Umum Syariah di Indonesia
Analisis Regresi Linear Berganda
Bank Regresi Umum Linear Syariah di Berganda Indonesia
3
Nur anisah, Akhmad Riduwan dan Lailatul Amanah (2013)
Bank Regresi Syariah di Linear Indonesia Berganda
4
Evi PT. Bank Regresi Natalia, Syariah Linear Moch Mandiri Berganda Dzulkiro m AR dan Sri
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bagi Hasil, Bunga, Ukuran Bank, Jumlah Kantor Cabang dan Deposito Mudhara bah Tingkat Suku Bunga BI, Tingkat Bagi Hasil, FDR, Deposito Mudhara bah Tingkat Bagi Hasil, Ukuran perusaha an, Tingkat suku bunga, tingkat likuiditas dan Inflasi dan deposito mudhara bah Tingkat bagi hasil, Tingkat suku bunga
ingkat bagi hasil berpengaruh positif dan signifikan terhadap simpanan mudharabah, tingkat suku bunga berpengaruh negative dan signifikan terhadap simpanan mudharabah, ukuran bank syariah tidak berpengaruh terhadap simpanan mudharabah dan jumlah kantor cabang berpengaruh positif dan signifikan terhadap simpanan mudharabah. Tingkat suku bunga BI, tingkat bagi hasil, dan FDR berpengaruh signifikan terhadap deposito mudharabah.
tingkat bagi hasil deposito mudharabah dan ukuran perusahaan berpengaruh positif, dan tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan deposito mudharabah 1 bulan bank syariah. Sedangkan tingkat likuiditas dan inflasi tidak menunjukkan pengaruh terhadap pertumbuhan deposito mudharabah 1 bulan bank syariah.
Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah dan Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Umum secara bersama-sama berpengaruh terhadap Jumlah Simpanan
29
Mangesti Rahayu (2014) 5
Indah Piliyanti dan Tri Wahuni (2014)
Bank Regresi Umum Liear Syariah Beganda dan Unit Usaha Syariah di Indonesia dan Malaysia
dan deposito mudhara bah Suku Bunga, Bagi Hasil, FDR, Inflasi, Ukuran Bank, Deposito Mudhara bah
Deposito Mudharabah
suku bunga deposito 12 bulan, pembagian keuntungan untuk deposito mudharabah 12 bulan, FDR dan inflasi tidak memiliki berpengaruh pada pertumbuhan deposito mudharabah perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia. Sedangkan ukuran perusahaan seperti yang terlihat dari pertumbuhan Aset perbankan syariah memiliki efek positif pada pertumbuhan mudharabah deposito perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia.
B. Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang dikemukakan. 1. Pengaruh Tingkat Bagi Hasil terhadap deposito Mudharabah Aryanto (2010) dan Wasilah (2010), menyatakan bahwa tingkat bagi hasil mempunyai pengaruh yang positif terhadap simpanan mudharabah. Tingkat bagi hasil merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank syariah secara keseluruhan. Tingkat bagi hasil adalah ratarata tingkat imbalan atas pendanaan simpanan mudharabah yang diperuntukan bagi nasabah pada saat tertentu, tingkat bagi hasil berpengaruh terhadap simpanan mudharabah. Tinggi rendahnya tingkat bagi hasil yang ditawarkan oleh bank syariah kepada nasabah akan berpengaruh terhadap besarnya jumlah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
simpanan mudharabah yang akan dihimpun oleh bank syariah. Sebab dengan adanya tingkat bagi hasil yang tinggi maka akan menarik para nasabah untuk menabungkan dananya pada bank syariah. Arah hubungan yang timbul antara tingkat bagi hasil terhadap simpanan mudharabah adalah positif, karena apabila tingkat bagi hasil yang ditawarkan oleh bank syariah tinggi maka akan meningkatkan jumlah simpanan mudharabah yang dihimpun oleh bank syariah. 2. Pengaruh Ukuran Bank terhadap Deposito Mudharabah. Ukuran bank (perusahaan) merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Pada penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran bank diproksi
dengan
pertumbuhan
aset
bank.
Ukuran
bank
memiliki
kecenderungan kuat dalam menghasilkan profit yang tinggi. Deposan pada umumnya menyimpan dananya di bank dengan motif profit maximitation. Semakin besar ukuran bank, maka masyarakat akan cenderung menyimpan uangnya di bank tersebut karena masyarakat berpikir akan merasa aman. menyimpan dananya di sana. Hal ini juga diperkuat dengan penelitian Andriyanti dan Wasilah (2010) yang menunjukkan bahwa penghimpunan deposito Mudharabah dipengaruhi oleh ukuran bank. 3. Pengaruh Jumlah Kantor Cabang terhadap Deposito Mudharabah Aryanto (2010), menyatakan bahwa variabel jumlah kantor cabang bank syariah berpengaruh signifikan dan positif terhadap deposito mudharabah. Jumlah kantor cabang merupakan ukuran kesuksesan suatu perbanka syariah, artinya apabila bank syariah memiliki jumlah kantor cabang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
yang semakin banyak maka jumlah masyarakat yang akan menyimpan dana ke bank syariah semakin banyak pula. Arah hubungan yang timbul antara jumlah kantor cabang terhad deposito mudharabah adalah positif yang berarti semakin banyak jumlah kantor cabang bank syariah maka kesempatan masyarakat untuk menabung semakin meningkat atau banyak, begitu pula sebaliknya apabila jumlah kantor cabang bank syariah sedikit atau minim maka masyarakat akan enggan untuk menabungkan dananya di bank syariah karena terkendala dengan jarak tempuh, transportasi yang jauh dan waktu yang diperlukan untuk mendatangi bank syariah. berikut disajikan kerangka pemikiran teoritis yang dituangkan dalam model penelitian seperti yang ditunjukan pada gambar berikut. Bagi Hasil
Ukuran Bank syariah
Jumlah Kantor Cabang
C.
Deposito Mudharabah
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
HIPOTESIS Hipotesis adalah suatu perumusan sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat menuntun / mengarahkan penyelidikan selanjutnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Berdasarkan deskripsi tersebut, hipotesis pada penelitian ini adalah: H1 : Tingkat bagi hasil berpengaruh positif terhadap deposito mudharabah. H2 : Ukuran bank syariah berpengaruh positif terhadap deposito mudharabah. H3 : Jumlah kantor cabang berpengaruh positif terhadap deposito mudharabah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/