BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sejenis Terdahulu Kajian pertama adalah Penelitian berjudul “Komunikasi Bermedia dan Perilaku Remaja (Studi korelasional tentang penggunaan smartphone terhadap perilaku pelajar SMAN 1 Medan)”, oleh Ria Wuri Andary (2015). Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui komunikasi bermedia dalam penggunaan smartphone, mengetahui perilaku pelajar dalam menggunakan smartphone dan mengetahui sejauhmana penggunaan smartphone terhadap perilaku pelajar SMA Negeri 1 Medan. Metode yang digunakan adalah metode korelasional, yaitu metode yang digunakan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dan seberapa erat hubungan tersebut, serta berarti atau tidak hubungan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan smartphone terhadap perilaku pelajar SMA Negeri 1 Medan memiliki hubungan yang tinggi dan kuat. Aplikasi smartphone berpengaruh pada perilaku pengguna smartphone, dalam hal ini berakibat intensitas yang berlebihan, dan aplikasi smartphone mempengaruhi perilaku para pelajar menjadi lupa waktu dan sulit berhenti menggunakan smartphone. Penelitian selanjutnya dengan judul “Hubungan antara High Fear Messages dengan Sikap Pelajar SMU Immanuel dan SMU Harapan Medan Mengenai Narkoba” yang dilakukan oleh Yovita Sabarina Sitepu dan Emilia Ramadhani (2012). Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mencari sejauhmana
7
Universitas Sumatera Utara
8
hubungan antara high fear messages dengan sikap pelajar SMU Immanuel dan SMU Harapan Medan mengenai narkoba. Tujuan lainnya adalah untuk mencari tahu seberapa besar pengaruh variabel antara, yang dalam hal ini adalah pengetahuan dan keyakinan awal. Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional dengan teknik analisa data deskriptif dan korelasi parsial. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara High Fear Message dengan sikap pelajar SMU Immanuel dan SMU Harapan Medan. Meskipun kategori kekuatan hubungannya masuk kategori sedang, namun hubungannya signifikan. Penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberitaan Ledakan Tabung Gas di Televisi Terhadap Sikap Waspada pada Warga di Yogyakarta” yang dilakukan oleh Dina Aktrissita Santoso (2010). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberitaan ledakan tabung gas elpiji di televisi terhadap sikap waspada pada warga Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara terpaan pemberitaan ledakan gas elpiji di televisi terhadap sikap waspada warga Yogyakarta, walaupun pengaruhnya hanya sebesar 8,3%. Sikap tersebut ditunjukkan dengan warga yang walaupun tidak merasa takut dan tetap nyaman menggunakan gas elpiji, namun warga akan rajin merawat kompor gas beserta aksesorisnya secara berkala, serta berhati-hati dalam setiap menggunakan gas elpiji. Selain itu, disimpulkan bahwa terpaan pemberitaan ledakan gas elpiji di televisi dengan sikap khalayak memiliki hubungan yang positif, dimana hubungan
Universitas Sumatera Utara
9
yang terjadi antara terpaan pemberitaan ledakan gas elpiji di televisi dengan sikap khalayak sebesar 0,288. Hubungan tersebut termasuk dalam kategori hubungan yang lemah. Walaupun memiliki hubungan yang positif, namun terpaan pemberitaan ledakan gas elpiji di televisi dengan sikap khalayak memiliki hubungan yang lemah. Penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberitaan Pemberitaan Surat Kabar terhadap Persepsi Masyarakat Pengguna Jasa Transportasi Udara di Surabaya (Kasus Studi Kecelakaan Pesawat Adam Air” yang dilakukan oleh Lydia Elton (2007). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberitaan surat kabar tentang kecelakaan pesawat udara terhadap persepsi masyarakat pengguna jasa transportasi udara di Surabaya (terkait pemberitaan seputar kecelakaan pesawat Adam Air). Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif eksplanasif, dengan metode analisis data regresi linier sederhana. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel berita surat kabar mengenai kasus kecelakaan pesawat Adam Air terhadap persepsi masyarakat pengguna jasa tranportasi udara di Surabaya (Hipotesis Ha ditolak dan Ho diterima). Meskipun masyarakat mulai was-was dan meragukan kualitas maskapai Adam Air, ternyata diketahui bahwa sebagian besar masih memilih mau bepergian menggunakan maskapai Adam Air. Hal ini terjadi karena masyarakat masih mementingkan faktor ekonomis yaitu harga tiket. Hasil analisis korelasi menunjukkan adanya korelasi negatif dan tak berarti antara berita surat kabar dengan persepsi masyarakat yaitu sebesar 0,021. Korelasi negatif ini
Universitas Sumatera Utara
10
menunjukkan bahwa tidak ada hunbungan antara pemberitaan di surat kabar dengan persepsi masyarakat.
2.2 Paradigma dan Isu Filosofis Penelitian 2.2.1 Paradigma Penelitian Paradigma merupakan perspektif penelitian yang digunakan peneliti yang berisi bagaimana peneliti melihat realitas, bagaimana mempelajari fenomena, cara‐cara yang digunakan dalam penelitian dan cara‐cara yang digunakan dalam menginterpretasikan temuan. Dalam konteks desain penelitian, pemilihan paradigma penelitian menggambarkan pilihan suatu kepercayaan yang akan mendasari dan memberi pedoman seluruh proses penelitian (Guba, dalam Andary, 2015). Pada penelitian ini peneliti menggunakan paradigma positivis. Secara ringkas, positivisme adalah pendekatan yang diadopsi dari ilmu alam yang menekankan pada kombinasi antara angka dan logika deduktif dan penggunaan alat‐alat kuantitatif dalam menginterpretasikan suatu fenomena secara “objektif”. Pendekatan ini berangkat dari keyakinan bahwa legitimasi sebuah ilmu dan penelitian berasal dari penggunaan data‐data yang terukur secara tepat, yang diperoleh melalui survey/kuisioner dan dikombinasikan dengan statistik dan pengujian hipotesis yang bebas nilai/objektif. Suatu fenomena dapat dianalisis untuk kemudian ditemukan hubungan di antara variabel‐variabel yang terlibat didalamnya. Hubungan tersebut adalah hubungan korelasi atau hubungan sebab akibat. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan metode korelasional. Metode korelasional atau
Universitas Sumatera Utara
11
asosiatif (hubungan) merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih, dimana melalui penelitian ini akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala (Siregar, 2012:7). Dalam penelitian ini, peneliti akan mencari hubungan pemberitaan kasus tindak pidana korupsi di media massa terhadap sikap Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan bendahara dalam pengelolaan keuangan daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
2.2.2 Isu Filosofis Penelitian Menurut Littlejohn (2011:23), asumsi filosofis dari sebuah teori adalah asumsi filosifis yang mendasari teori tersebut yaitu asumsi yang dipakai oleh seorang ahli teori dalam menentukan bagaimana sebuah teori akan digunakan. Umumnya asumsi filosofis dibedakan atas tiga bagian yaitu: asumsi mengenai epistemologi atau pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan, asumsi mengenai ontologi atau pertanyaan-pertanyaan tentang keberadaannya dan asumsi mengenai aksiologi atau pertanyaan tentang nilai. Epistemologi
Berasal
dari
kata
Yunani,
Episteme
dan
Logos. Episteme berarti pengetahuan. Logos artinya teori. Dengan demikian, epistemologi dapat diartikan sebagai sebuah kajian yang mempelajari asal mula, atau sumber, struktur dan metode pengetahuan. Epistemologi pada umumnya berusaha menjawab bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus
Universitas Sumatera Utara
12
di perhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? dan hal-hal sejenis lainnya. Ontologi adalah analisis tentang objek materi dari ilmu pengetahuan, yaitu hal-hal atau benda-benda empiris. Ontologis membahas tentang apa yang ingin diketahui. Ontologi menganalisa tentang objek apa yang diteliti ilmu? Bagaimana wujud yang sebenar-benarnya dari objek tersebut? bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (misalnya: berpikir, merasa dan mengindera) yang menghasilkan pengetahuan? Aksiologi menurut Littejohn (2011:27) merupakan cabang filosofi yang berhubungan dengan penelitian tentang nilai-nilai. Secara umum, aksiologi berusaha menjawab beberapa hal, antara lain: untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral? Jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka isu filosofis yang berkaitan juga mencakup tiga hal, yaitu isu tentang epistemologi, ontologi dan aksiologi. Ketiga isu tersebut diuraikan sebagai berikut: Isu Epistemologi Sebagaimana telah diuraikan dalam latar belakang penelitian, berita kasus tindak pidana korupsi yang disajikan oleh berbagai media massa sering menjadi topik hangat dan diangkat sebagai „menu utama‟ (headline) pemberitaan. Baik media cetak (surat kabar, majalah, dan buku), media penyiaran (radio dan televisi) maupun media elektronik dan online (dalam jaringan) sangat gencar
Universitas Sumatera Utara
13
memberitakan kasus-kasus tindak pidana korupsi, baik yang berskala lokal, nasional bahkan tidak jarang yang berskala internasional. Pemberitaan kasus tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia menjadi salah satu perwujudan fungsi media massa sebagai pemberi informasi (to inform) kepada masyarakat luas atau yang oleh Harold D. Laswell (dalam Nurudin, 2013) disebutkan sebagai pengawasan instrumental (instrumental survaillance). Selain fungsi tersebut, apabila ditinjau dari sudut pandang penyelenggara negara dan pihak terkait lainnya (dalam pelaksanaan anggaran pemerintah), fungsi tersebut merupakan perwujudan fungsi media massa sebagai pengawasan peringatan (warning survaillance). Melalui berita tentang kasus TPK masyarakat mendapatkan informasi dan pemahaman dalam berbagai hal mengenai TPK yang terjadi, antara lain seperti: jenis kasus, pelaku (oknum) yang terlibat, modus yang digunakan, nilai kerugian negara/daerah yang ditimbulkan, dll. Sementara bagi penyelenggara negara sebagai pelaksana anggaran, dalam hal ini KPA dan bendahara, dapat menjadi peringatan untuk selalu mengedepankan ketaatan dan kepatuhan pada ketentuan yang berlaku dan tidak tergoda melakukan penyalahgunaan anggaran. Isu Ontologi Sejak merdeka, periode setelah reformasi (1998), bahkan sampai dengan sekarang kasus TPK sangat banyak terjadi dan mencuat di Indonesia. Kasus-kasus tersebut melibatkan seluruh sendi-sendi berbangsa dan bernegara, mulai dari pemerintahan tertinggi di pusat, sampai dengan terendah di daerah. Dari pejabat eksekutif sebagai pelaksana pemerintahan, legislatif sebagai lembaga perwakilan, bahkan juga yudikatif sebagai pelaksana peradilan negara. Bahkan lahirnya
Universitas Sumatera Utara
14
lembaga khusus dalam pemberantasan korupsi seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan buah dari adanya kesadaran bersama dari seluruh pemangku kepentingan di Indonesia bahwa TPK merupakan sebuah tindakan kejahatan yang luar biasa (extra-ordinary crime) yang juga harus dihadapi dengan upaya dan komitmen yang juga besar (extra-ordinary effort). Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap pemberitaan kasus TPK seperti kasus yang melibatkan mantan gubernur Provinsi Sumatera Utara, berbagai media massa dhi. surat kabar sangat gencar memberitakannya. Hampir setiap hari selama jangka waktu tertentu, surat kabar lokal di Kota Medan menyajikan berita tersebut sebagai berita utama (headline) disertai dengan foto-foto visual, mulai dari proses pemeriksaan,
penahanan,
pengadilan,
sampai
pada
pembacaan
putusan
pengadilan. Isu Aksiologi Dari pemberitaan kasus TPK oleh media massa, pesan yang mencuat dan ingin disampaikan berkaitan dengan nilai meliputi isu tentang integritas, kejujuran, moralitas, serta ketaatan dan kepatuhan kepada peraturan perundangundangan. Pemberitaan mengenai kasus TPK diharapkan dapat memberi sumbangsih dalam membentuk budaya kejujuran sekaligus praktek yang sehat di tengah-tengah masyarakat luas, secara khusus dalam proses pelaksanaan anggaran pemerintah. Terkait pelaksanaan penelitian, melalui penelitian ini, peneliti juga diharapkan dapat melaksanakan seluruh proses penelitian secara netral (bebas nilai), objektif dan menjunjung objektivitas.
Universitas Sumatera Utara
15
2.3 Komunikasi Menurut Devito (1997:23), pada hakekatnya komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Sejak sebuah janin mulai tumbuh dalam kandungan seorang ibu, terlahir kedunia, tumbuh dan bersosialisasi dengan lingkungannya, sampai pada akhirnya meninggalkan dunia, manusia melakukan aktivitas komunikasi. Hampir keseluruhan dari akvitias seorang individu merupakan proses komunikasi, baik komunikasi intra pribadi, antar pribadi, kelompok kecil, organisasi, publik, antarbudaya, maupun komunikasi massa.
2.4 Komunikasi Massa 2.4.1 Pengertian Komunikasi Massa Menurut Joseph A. Devito, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan (Effendy, 2006:21). Menurut Stanley J. Baran, komunikasi massa diartikan sebagai proses penciptaan makna bersama antara media massa dan khalayaknya (Baran, 2008:7). Sementara menurut Nurudin, komunikasi massa diartikan sebagai komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik) [ Nurudin, 2013:4].
Universitas Sumatera Utara
16
Banyak ahli telah memberikan definisi mengenai komunikasi massa, namun dari sekian banyak definisi dan pokok pikiran yang disampaikan dapat diambil benang merah yaitu bahwa komunikasi massa itu berkaitan dengan penyampaian pesan oleh media massa dan ditujukan kepada khalayak dalam jumlah yang besar. Menurut Saverin dan Tankard (2008:4), komunikasi massa memiliki tiga ciri, yaitu: a. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen dan anonim. b. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara. c. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar. 2.4.2 Jenis Media Massa Sejalan dengan definisi diatas, komunikasi massa dilakukan atau berlangsung dengan menggunakan saluran berupa media massa. Dengan bantuan media massa, pesan yang diproduksi oleh komunikator dimungkinkan sampai dan diterima oleh khalayak (audien) luas secara bersamaan. Dalam bukunya berjudul: Media Impact – Pengantar Media Massa, Shirley Biagi menguraikan delapan jenis bisnis atau usaha media massa, yaitu: (1) buku, (2) surat kabar, (3) majalah, (4) rekaman, (5) radio, (6) film, (7) televisi, dan (8) internet. Berdasarkan sebuah penelitian tentang jumlah pendapatan tahunan industri-industri media di Amerika Serikat yang dilakukan oleh VSS MediaResearchNet 2.0, industri media massa di Amerika Serikat menghimpun
Universitas Sumatera Utara
17
pendapatan sebesar US $436 miliar per tahun. Dari kedelapan jenis industri media massa yang ada, industri televisi mengumpulkan 42% dari total pendapatan, disusul media hiburan sebesar 20%, surat kabar sebesar 14%, internet sebesar 8%, majalah sebesar 6%, dan buku sebesar 5% (Biagi, 2010:6). 2.4.2.1 Buku Buku merupakan wahana utama untuk mengajarkan nilai-nilai sosial kepada generasi baru dan sarana utama bagi generasi baru untuk memahami pelajaran dari generasi lama (Vivian, 2008:40). Secara tradisional, buku diterima oleh pembacanya dalam bentuk cetakan, namun di era kemajuan teknologi dan digital sekarang ini, buku tidak lagi hanya ditemukan dalam bentuk kertas, tapi sudah sampai pada pembacanya secara digital. 2.4.2.2 Surat Kabar Surat kabar atau koran adalah media komunikasi massa yang diterbitkan secara berkala dan bersenyawa dengan kemajuan teknologi pada masanya dalam menyajikan tulisan berupa berita, feature, pendapat, cerita rekaan (fiksi), dan bentuk karangan yang lain. Tujuan dasar surat kabar adalah memperoleh berita dari sumber yang tepat untuk disampaikan secepat dan selengkap mungkin kepada para pembacanya (Ensiklopedia, 1991:431). Menurut John Vivian (2008:71), surat kabar merupakan medium massa utama bagi orang untuk memperoleh berita. Di sebagian besar kota, tak ada sumber berita yang bisa menyamai keluasan dan kedalaman liputan berita koran dan hal itu memperkuat popularitas dan pengaruh yang dimiliki surat kabar. Effendy (2006) dalam bukunya: Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek menguraikan tiga hal yang menjadi ciri-ciri dari surat kabar atau koran, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
18
a.
Publisitas, yaitu bahwa surat kabar diperuntukkan umum dan karenanya harus menyangkut kepentingan umum.
b.
Universalitas, menunjukkan bahwa surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia.
c.
Aktualitas, yaitu kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Disamping ciri-ciri diatas, Effendy (2006) juga menjelaskan empat sifat dari
surat kabar, yaitu: a.
Terekam, mengandung makna bahwa berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun dalam alinea, kalimat, dan kata-kata yang terdiri atas hurufhuruf yang dicetak pada kertas. Dengan demikian, setiap berita dapat dibaca setiap saat, diulang kaji, dijadikan dokumentasi dan bukti keperluan tertentu.
b.
Menimbulkan perangkat mental secara aktif, mengandung makna bahwa untuk dapat mengerti makna sebuah berita di surat kabar pembacanya harus menggunakan perangkat mentalnya secara aktif. Berbeda halnya dengan media penyiaran seperti televisi dan radio, untuk dapat menerimanya, pemirsa/pendengar hanya perlu menggunakan perangkat mental bersifat pasif.
c.
Pesan menyangkut kebutuhan komunikan, mengandung makna bahwa agar pesan yang disampaikan kepada khalayak mengenai sasaran dan mencapai tujuan, maka komunikator harus melakukan perencanaan jurnalistik secara matang sehingga memenuhi apa yang menjadi kebutuhan khalayak.
Universitas Sumatera Utara
19
d.
Efek sesuai dengan tujuan, mengandung makna bahwa efek yang diharapkan dari pembaca surat kabar bergantung pada tujuan si wartawan sebagai komunikator.
2.4.2.3 Majalah Majalah adalah sebuah media publikasi atau terbitan secara berkala yang memuat artikel–artikel dari berbagai penulis (Assegaff, 1983). Selain memuat artikel, majalah juga merupakan publikasi yang berisi cerita pendek, gambar, review, ilustrasi atau fitur lainnya yang mewarnai isi dari majalah. Oleh karena itu, majalah dijadikan salah satu pusat informasi bacaan yang sering dijadikan bahan rujukan oleh para pembaca dalam mencari sesuatu hal yang diinginkannya. 2.4.2.4 Rekaman Industri rekaman tidak akan pernah ada tanpa adanya penemuan dari Thomas Edison, lebih dari satu abad lalu yang disebut Phonograph (Biagi, 2010:119). Kata rekaman berasal dari kata rekam yang diantara artinya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:737) adalah alur-alur bunyi (suara) pada piringan hitam dan sebagainya. Rekaman berarti sesuatu yang direkam dapat berupa suara, gambar atau cetakan dan sebagainya. 2.4.2.5 Radio Menurut Effendy (1989:301), siaran radio adalah penyebaran secara elektronik berbagai acara dalam bentuk kata-kata, musik, dan lain-lain yang sifatnya audial (untuk didengarkan) kepada khalayak yang tersebar. Sama seperti media massa lainnya, siaran radio dirasakan sangat besar manfaatnya oleh masyarakat dimana radio dapat memberikan informasi, hiburan dan juga pendidikan bagi masyarakat luas.
Universitas Sumatera Utara
20
2.4.2.6 Film Film merupakan media elektronik yang paling tua daripada media lainnya, dimana film berhasil mempertunjukkan gambar-gambar hidup yang seolah-olah memindahkan realitas ke atas layar besar. Lebih dari 70 tahun terakhir ini, film telah memasuki kehidupan umat manusia yang sangat luas dan beraneka ragam (Liliweri, 1991:153). 2.4.2.7 Televisi Setelah mesin cetak, penemuan terpenting dalam teknologi komunikasi adalah televisi (Baran, 2012:303). Perbedaan mendasar antara televisi dengan media massa terdahulunya seperti buku, surat kabar dan radio adalah bahwa televisi disamping menyajikan informasi dalam bentuk tulisan, juga menyediakan informasi dalam bentuk audio (suara) dan juga gambar (visual). Teknologi yang ditawarkan oleh televisi merupakan perpaduan antara media yang bersifat audio maupun visual atau dikenal dengan istilah audiovisual, dengan demikian lebih bersifat interaktif dan tentunya menarik perhatian khalayak. Menurut kritikus sosial Michael Novak, televisi adalah pembentuk geografi jiwa (Vivian, 2008:225). Pernyataan itu mengandung makna bahwa televisi membangun struktur ekspektasi jiwa secara bertahap. Televisi melakukan hal tersebut seperti halnya sekolah memberi pelajaran secara bertahap, selama bertahun-tahun. Televisi mengajari pikiran yang belum matang dan mengajari mereka cara berpikir. Para sarjana berbeda pendapat tentang potensi efek televisi terhadap masyarakat, tetapi semuanya sepakat bahwa ada tingkatan pengaruh yang diberikan.
Universitas Sumatera Utara
21
2.4.2.8 Internet Internet muncul pada pertengahan tahun 1990-an berupa serangkaian teknologi baru yang amat kuat. Ditemukannya internet membawa pergeseran dalam bidang komunikasi massa. Komukasi massa tradisional sangat tergantung dan dibatasi oleh media yang digunakan, tempat dan waktu. Dengan penemuan internet, melalui jaringan yang mirip sarang laba-laba (web), antara pengirim dan penerima pesan dapat dihubungkan dimanapun dan kapanpun di seluruh penjuru dunia.
2.4.3 Fungsi Media Massa Menurut Vivian (2008), empat hal yang menjadi arti penting media massa bagi masyarakat adalah: a.
Sumber informasi yaitu menyediakan informasi dalam berbagai bidang yang erat hubungannya dan sangat dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan seharihari. Sebagai contoh: informasi kondisi cuaca, harga barang, jadwal kegiatan, dll.
b.
Sumber hiburan yaitu sebagai sarana bagi masyarakat untuk memperoleh hiburan di sela-sela pelaksanaan rutinitas sehari-hari. Sebagai contoh: menonton acara lawak di televisi, mendengar siaran radio, dll.
c.
Forum Persuasi yaitu media massa membujuk dan mempersuasi masyarakat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sebagai contoh: iklan, advetorial, dll.
d.
Media perekat sosial yaitu media massa sebagai pembentuk identitas, pengetahuan dan pengalaman bersama masyarakatnya. Sebagai contoh:
Universitas Sumatera Utara
22
berita-berita kejahatan atau kesalahan tindakan dapat membantu masyarakat mengetahui norma atau nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat, editorial (tajuk rencana) pada surat kabar dapat digunakan untuk membentuk identitas bersama di masyarakat, dll.
2.4.4 Berita Menurut Willard G. Bleyer (dalam Suhandang 2004:103), berita adalah segala sesuatu yang hangat dan menarik perhatian sejumlah pembaca, dan berita yang terbaik ialah berita yang paling menarik perhatian bagi jumlah pembaca yang paling besar. Sementara menurut Effendy (1993:131), berita merupakan laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal menarik minat dan penting, atau kedua-duanya, bagi sejumlah besar masyarakat. Berita dapat diklasifikasikan menurut ruang lingkup dan kadar pentingnya. Berdasarkan
ruang
lingkupnya,
berita
diklasifikasikan
sebagai
berita
internasional, berita nasional, berita regional, dan berita lokal. Sementara menurut kadar pentingnya, berita dibedakan atas berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). Berita keras adalah berita yang menyangkut kepentingan nasional dan kepentingan khalayak terbanyak dalam hubungnnya dengan kebutuhan (needs) dan keinginan (wants). Berita lunak adalah berita yang menyangkut kepentingan sekelompok pembaca tertentu atau suatu daerah tertentu (Effendy, 2006:157). Untuk menyajikan sebuah berita yang bernilai tinggi dan dapat merangsang bangkitnya perhatian orang banyak, Frasser Bond (dalam Suhandang, 2004) mencatat empat faktor utama, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
23
a.
Ketepatan waktu (timeline), merupakan gaya penulisan yang memperhatikan waktu terjadinya suatu peristiwa. Semakin dekat waktu suatu peristiwa dengan saat ketika audiens membaca suatu berita, maka berita itu semakin memersuasi audiens.
b.
Kedekatan tempat kejadian (proximity), merupakan gaya penulisan yang memperhatikan asosiasi audiens yang lebih suka mempersepsikan suatu kejadian yang lebih dekat secara fisik geografis dengan tempat tinggal audiens atau kedekatan sosial-kultural dengan audiens.
c.
Besarnya (size), merupakan gaya penulisan yang mempertimbangkan besar atau kecilnya cakupan maupun daya jangkau dari sebuah berita.
d.
Kepentingan (importance), merupakan faktor yang berhubungan dengan tingkat penting atau tidaknya suatu berita bagi khalayak.
2.5.1 Tahapan Teori Dampak Media Teori atau pandangan mengenai dampak (efek) media dapat diketahui dari empat periode perkembangan teori komunikasi massa yang disampaikan oleh Baran (dalam Morrisan, 2013), yaitu: a.
Periode teori masyarakat massa Periode ini merupakan selang waktu dimana teori komunikasi massa sangat
dipengaruhi oleh kesuksesan penggunaan media massa untuk kepentingan negara, seperti oleh Jerman yang ketika itu dipimpin oleh Partai Sosialis Nasional Jerman (Partai Nazi). Media massa Jerman berhasil menyakinkan rakyat untuk mendukung penguasa untuk mengobarkan perang dunia ke-1 dan ke-2. Kondisi ini memberikan pengaruh kepada teori komunikasi massa yang muncul ketika itu
Universitas Sumatera Utara
24
yang dinamakan teori masyarakat massa atau sering juga disebut teori Stimulus – Respon (S-R Theory). Teori tersebut menyatakan bahwa media massa menyalahgunakan pengaruhnya (corrupting influence) dan merusak tatanan sosial, sementara rakyat biasa tidak berdaya menghadapi pengaruh mereka. Teori ini dikenal juga dengan Teori Jarum Hipodermis (hypodermic needle theory) atau teori peluru ajaib (magic bullet theory). Menurut teori ini, media massa amat perkasa dalam memengaruhi penerima pesan. Teori S-R menggambarkan proses komunikasi secara sederhana yang hanya melibatkan dua unsur komunikasi, yaitu media massa dan penerima pesan yaitu khalayak. b.
Periode Perspektif Ilmu Pengetahuan Periode ini ditandai dengan berbagai penelitian ilmiah di bidang komunikasi
massa. Jika pada periode sebelumnya teori-teori disusun berdasarkan pada pengamatan saja maka pada periode ini, teori disusun setelah didahului dengan penelitian melalui berbagai kegiatan seperti survei, pengumpulan pendapat (polling) dan metode-metode ilmu pengetahuan sosial lainnya. Lazarsfeld (dalam Morrisan, 2013) mengkritik teori yang menyatakan bahwa media massa
sangat
berkuasa dalam memengaruhi masyarakat
sebagaimana teori masyarakat massa. Tidak semua orang dapat dipengaruhi oleh media massa yang dianggap jahat pada waktu itu dan orang tetap dapat menentukan pilihan terhadap media massa yang ingin digunakannya.Mereka memberikan penafsiran terhadap isi media. Lazarsfeld menyatakan teori masyarakat massa sebagai spekulasi dan sangat tidak memadai untuk menjelaskan interaksi yang kompleks yang terjadi dalam komunikasi massa.
Universitas Sumatera Utara
25
Teori Lazarsfeld yang dikenal dengan teori aliran dua tahap (two step theory) lahir pada periode ini (Morrisan, 2016). Penelitiannya terhadap pemilihan umum di Amerika Serikat Tahun 1940 menunjukkan bahwa pengaruh media terhadap pilihan masyarakat dalam pemungutan suara ternyata dipengaruhi oleh pemuka pendapat (opinion leader). Pemuka pendapat adalah orang-orang yang pertama kali bersentuhan dengan media massa, selanjutnya mereka menafsirkan pemberitaan itu berdasarkan nilai-nilai dan kepercayaan yang mereka anut dan meneruskannya kepada pengikut (opinion follower). c.
Periode Teori Efek Terbatas Usai perang dunia kedua sampai Tahun 1960-an merupakan periode
munculnya teori-teori komunikasi massa yang pada intinya menyatakan bahwa media massa memiliki efek yang terbatas. Media massa sudah tidak memiliki kekuatannya lagi sebagaimana ada pada periode masyarakat massa. Carl Hovland merupakan salah satu ahli yang mempelopori teori komunikasi dengan efek terbatas. Penelitiannya terhadap kampanye atau propaganda pemerintah terhadap sikap tentara menunjukkan bahwa propaganda pemerintah tidak banyak berpengaruh terhadap sikap tentara. Teori komunikasi lainnya dengan dasar pemikiran teori efek terbatas ini adalah teori penggunaan dan kepuasan (uses and gratification) dan teori kultivasi. d.
Periode Teori Kultural Teori komunikasi massa pada periode masyarakat massa sampai efek
terbatas cenderung mengamati proses komunikasi pada salah satu sisi dari dua sisi yang ada antara komunikator dan komunikan. Periode tertentu menganggap media massa sebagai yang lebih dominan, sementara periode lainnya komunikatorlah
Universitas Sumatera Utara
26
yang dianggap sebagai yang dominan. Karena itu, teori komunikasi sebelumnya dianggap tidak cukup memadai untuk menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi yang pesat saat ini. Teori komunikasi massa mutakhir yang mendapat dukungan paling banyak para teoritisi dan para peneliti komunikasi massa saat ini adalah teori yang menerima atau mengakui potensi efek media massa yang besar terhadap khalayak. Namun, demikian potensi efek ini juga ditentukan oleh peran khalayak atau audiens yang terlibat dalam proses komunikasi, yaitu apakah mereka menerima atau menolak pesan yang disampaikan. Khalayak dipandang tidak hanya bersikap pasif dan menerima begitu saja informasi yang dikirimkan oleh media, namun ikut aktif mengolah informasi itu, membentuknya dan hanya menyimpan informasi yang memang memenuhi kebutuhannya secara kultural.
2.5.2 Tipologi Efek Media Golding (dalam McQuail, 2011:221-225) menganjurkan sebuah tipologi efek media yang merupakan perpaduan antara efek yang diinginkan/direncanakan atau tidak dengan jangka waktu, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Tipologi efek media Golding tersebut diuraikan sebagai berikut: a.
Direncanakan dan Jangka Pendek Efek yang direncanakan dan bersifat jangka pendek, terdiri dari enam jenis
yaitu: 1) Propaganda, yaitu usaha sistematis dan berhati-hati untuk membentuk persepsi, memanipulasi pikiran, dan perilaku untuk mendapatkan respon
Universitas Sumatera Utara
27
yang dimaksud oleh propagandis (Jowett dan O‟Donnell, 1999). Propaganda juga dapat terjadi dalam jangka panjang. 2) Respon individual, yaitu proses dimana seorang individu berubah atau bertahan terhadap perubahan, terpaan terhadap pesan dirancang untuk memengaruhi sikap, pengetahuan, atau perilaku. 3) Kampanye media, yaitu situasi dimana beberapa media digunakan dengan cara yang terorganisir untuk mencapai tujuan persuasif atau tujuan informasional dari populasi terpilih. 4) Pembelajaran berita. Efek kognitif jangka pendek dari terpaan media massa, diukur dengan tes kepada khalayak untuk mengingat kembali, pengenalan, dan pengertian pada berita yang diterima. 5) Framing. Efek media, merujuk pada khalayak yang mengadopsi kerangka yang sama dan „spin‟ digunakan untuk meletakkan liputan berita dan peristiwa yang bermanfaat. 6) Agenda Setting. Persoalan atau sesuatu yang mendapatkan perhatian dalam liputan berita, memengaruhi tingkat kesadaran publik terhadap persoalan penting. b.
Tidak Direncanakan dan Jangka Pendek Efek yang tidak direncanakan dan bersifat jangka pendek, mencakup: 1) Reaksi individu, merupakan konsekuensi respon individu terhadap stimulus media yang tidak terencana dan tidak dapat diprediksi. Hal ini telah dikenali dalam bentuk imitasi dan pembelajaran terutama aksi agresif dan menyimpang (termasuk bunuh diri). Istilah „pemicu‟ juga
Universitas Sumatera Utara
28
telah digunakan. Tipe efek yang terkait termasuk respons kuat emosional, kebangkitan hasrat seksual, dan reaksi terhadap ketakutan dan kekuatiran. 2) Reaksi kolektif. Reaksi yang sama dirasakan secara simultan oleh bayak orang dalam situasi dan konteks yang dirasakan bersama-sama, mengarah kepada aksi bersama, biasanya tidak diatur dan tidak atas nama institusi. Ketakutan, kekuatiran, dan kemarahan adalah reaksi yang paling kuat yang dapat mengarah kepada kepanikan atau kekacauan. 3) Dampak kebijakan, merupakan dampak yang tidak disengaja dari media terhadap peraturan pemerintah dan aksi yang menyoroti krisis, kekerasan, bahaya, dan seterusnya. c.
Direncanakan dan Jangka Panjang Efek yang direncanakan dan bersifat jangka pendek, yaitu: 1) Difusi perkembangan. Penggunaan komunikasi untuk pengembangan jangka panjang, kampanye dan bentuk pengaruh lain, terutama jaringan pribadi terutama struktur kekuasaan dalam komunitas atau masyarakat. 2) Difusi berita. Penyebaran kesadaran akan peristiwa (berita) tertentu melalui popularitas dari waktu ke waktu, dengan referensi pada cakupan penetrasi dan cara bagaimana informasi didapatkan (sumber pribadi versus media). 3) Difusi inovasi, yaitu proses mengadaptasi inovasi teknologi pada populasi tertentu, sering kali terjadi pada iklan dan publikasi umum. Efeknya dapat berupa efek disengaja maupun tidak disengaja. 4) Distribusi ilmu pengetahuan. Peran serta berita dan informasi di media dalam distribusi ilmu pengetahuan antara kelompok sosial.
Universitas Sumatera Utara
29
d.
Tidak terencana dan Jangka Panjang Efek yang tidak terencana dan bersifat jangka panjang terdiri dari: 1) Kontrol
sosial.
Merujuk
pada
kencenderungan
sistematis
untuk
mendukung konformitas pada pola perilaku yang sudah ada. Bergantung pada salah satu teori sosial, hal ini dapat dianggap sebagai pengembangan sosialisasi yang hati-hati atau tidak terencana. 2) Sosialisasi, merupakan kontribusi informal media terhadap pembelajaran dan penyesuaian norma, nilai, dan harapan dari perilaku dalam peranan sosial dan situasi. 3) Hasil keluaran peristiwa. Merujuk pada peran yang dimainkan oleh media sebagai penghubung dengan kekuatan institusional dan resolusi dari peristiwa besar yang kritis. 4) Mendefinisikan kenyataan dan pembentukan makna. Efek terhadap pemikiran publik dan mengartikan frame. Efek jenis ini membutuhkan kurang lebih partisipasi aktif dari penerima dalam proses pembentukan makna. 5) Perubahan institusional. Adaptasi dari institusi bagi perkembangan media terutama media yang memengaruhi fungsi komunikasi. 6) Keterlepasan. Banyaknya dampak alokasi waktu untuk penggunaan media (umumnya waktu senggang) terlepas dari kegiatan lain, termasuk partisipasi sosial. 7) Perubahan budaya dan sosial. Perubahan pada keseluruhan pola nilai, perilaku, dan bentuk simbolik memberikan karakteristik pada bagian masyarakat (seperti kaum muda), seluruh masyarakat, atau satu set
Universitas Sumatera Utara
30
masyarakat. Efek juga dicontohkan dengan adanya kemungkinan penguatan atau pelemahan dari identitas budaya. 8) Integrasi sosial. Integrasi dapat diamati dari level berbeda, terutama integrasi kelompok, komunitas lokal, atau bangsa yang juga sesuai dengan area distribusi media. Efek juga dapat juga berjangka pendek dalam merespons bencana publik atau keadaan darurat. Secara sederhana, tipologi efek media menurut Golding ditunjukkan pada gambar berikut: Gambar 2.1 Tipologi efek media menurut Golding (dalam McQuail 2011:223) Efek yang direncanakan
▪ Progaganda
▪ Difusi perkembangan ▪ Penyebaran berita
▪ Respons individual ▪ Kampanye media
▪ Difusi inovasi
▪ Pembelajaran berita ▪ Framing
▪ Distribusi dari ilmu pengetahuan
▪ Agenda setting
Jangka panjang
Jangka pendek ▪ Reaksi individu
▪ Kontrol sosial ▪ Sosialisasi
▪ Reaksi kolektif
▪ Hasil dari peristiwa ▪ Mendefinisikan kenyataan
▪ Efek undang-undang
▪ Perubahan institusional ▪ Pemindahan ▪ Perubahan sosial dan budaya ▪ Integrasi sosial
Efek yang tidak direncanakan
Jika dikaitkan dengan penelitian ini, maka jenis efek media massa yang berhubungan dengan penelitian ini mencakup dua hal, yaitu efek yang direncanakan dan bersifat jangka pendek berupa respons individual dhi. KPA dan bendahara dan efek yang tidak direncanakan yang juga bersifat jangka pendek berupa reaksi individu.
Universitas Sumatera Utara
31
2.5.3 Model Stimulus Organism Response (SOR) Proposisi utama dari model Stimulus Organism Response (SOR) yang didasarkan pada pada model Stimulus Response (S-R) menyatakan bahwa efek merupakan reaksi terhadap situasi tertentu (effects are specific reactions to specific stimuli, so that one can expect and predict a close correspondence between media message and audience reaction) [McQuail and Windahl, 1981:42]. Model ini juga menyatakan bahwa setiap rangsangan (stimulus) pasti akan menghasilkan respon tertentu. Model ini mengasumsikan bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme (Effendy, 2003). Model SOR merupakan sebuah model komunikasi yang dikembangkan pada pertengahan abad ke-20 di bidang psikologi yaitu alternatif variasi terhadap model S-R. (…. In the middle of the 20th century, a variety of alternatives to the basic SR model were developed in psycology… [Miller, 2005:250]. Asumsi dasar dari model ini adalah media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Model ini menunjukkan bahwa komunikasi adalah proses aksi-reaksi. Artinya model ini menyampaikan kata-kata verbal, isyarat non verbal, simbol-simbol tertentu yang akan merangsang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Pola S-O-R ini dapat berlangsung secara positif atau negatif. Elemen-elemen dari model ini adalah pesan (stimulus), komunikan (organisme) dan efek (respon). Model SOR digambarkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
32
Gambar 2.2 Model S-O-R
Stimulus
Organism: ▪ Perhatian ▪ Pengertian ▪ Penerimaan
Response: Perubahan Sikap
(Sumber: Effendy, 2003:255) Proses diatas mengambarkan adanya perubahan sikap sebagai efek dari diterimanya stimulus (pesan) oleh khalayak (organisme) dan hal tersebut terjadi bergantung kepada proses yang terjadi pada individu. Stimulus yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau dapat ditolak. Dalam hal suatu stimulus ditolak, maka pada proses selanjutnya akan terhenti. Ini berarti stimulus tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi organisme, sehingga tidak ada perhatian (attention) dari organisme. Sebaliknya, jika stimulus diterima oleh organisme berarti terdapat perhatian dari organisme, dengan kata lain stimulus efektif sehingga menimbulkan reaksi. Langkah selanjutnya adalah jika stimulus telah mendapat perhatian dari organisme, kemampuan dari organisme inilah yang dapat melanjutkan proses berikutnya. Pada langkah berikutnya adalah organisme dapat menerima secara baik apa yang telah diolah sehingga dapat terjadi kesediaan dalam mengubah sikap. Dalam perubahan sikap ini dapat dilihat bahwa sikap dapat berubah hanya jika rangsangan yang diberikan melebihi rangsangan semula. Perubahan berarti
Universitas Sumatera Utara
33
bahwa stimulus yang diberikan dapat meyakinkan organisme, dan akhirnya secara efektif dapat merubah sikap. Jika model diatas dihubungkan dengan penelitian ini, maka dapat dijelaskan bahwa unsur stimulus adalah berita mengenai kasus TPK oleh media massa, unsur organisme (komunikan) adalah KPA dan bendahara di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dan unsur respons (efek) adalah sikap komunikan khususnya dalam pengelolaan keuangan daerah.
2.6 Definisi dan Teori tentang Sikap 2.6.1 Definisi Sikap Berikut diuraikan beberapa definisi penting mengenai sikap (dalam Saverin & Tankard, 2008:179): a.
Sikap pada dasarnya adalah suatu cara pandang terhadap sesuatu (Murphy, Murphy dan Newcomb, 1973:889).
b.
Kesiapan mental dan sistem saraf, yang diorganisasikan melalui pengalaman, menimbulkan pengaruh langsung atau dinamis pada respons-respons seseorang terhadap semua objek dan situasi terkait (Allport, 1954:45).
c.
Sebuah kecenderungan yang bertahan lama, dipelajari untuk berperilaku dengan konsisten terhadap sekelompok objek (English dan English, 1958:50).
d.
Sebuah sistem evaluasi positif atau negatif yang awet, perasaan-perasaan emosional, Kdan tendensi tindakan pro atau kontra terhadap sebuah objek sosial (Krech, Crutchfield dan Ballachey, 1962:177).
Universitas Sumatera Utara
34
Alo Liliweri (2011) menyatakan bahwa sikap manusia tersusun oleh tiga komponen utama, yaitu: a.
Kognitif. Aspek kognitif berkaitan dengan kepercayaan, teori, harapan, sebab, dan akibat dari suatu kepercayaan, dan persepsi relatif terhadap objek tertentu. Aspek kognitif berisi apa yang diketahui mengenai suatu objek, bagaimana pengalaman maupun pandangan tentang objek tertentu.
b.
Afektif. Afeksi sebagai komponen afektif menunjukkan perasaan, respek atau perhatian kita terhadap objek tertentu seperti ketakutan, kesukaan, atau kemarahan. Afektif berisi apa yang kita rasakan mengenai suatu objek. Dengan kata lain komponen afeksi berisi emosi.
c.
Konatif. Konatif berisi predisposisi seseorang untuk bertindak terhadap objek. Jadi berisi kecenderungan untuk bertindak (memutuskan) atau bertindak terhadap objek, atau mengimplementasikatn perilaku sebagai tujuan terhadap objek (Liliweri, 2011:166).
2.6.2 Teori tentang Sikap – Model (Proses ) Persuasi Salah satu bentuk komunikasi paling mendasar adalah persuasi. Persuasi didefinisikan sebagai perubahan sikap akibat paparan informasi dari orang lain (Olson dan Zanna, dalam Saverin and Tankard, 2008:177). Sikap pada dasarnya adalah tendensi kita berbuat sesuatu. Sikap juga dipahami sebagai tendensi kita terhadap sesuatu. Model persuasi menyatakan bahwa perubahan sikap dimediasikan oleh pemikiran-pemikiran yang terjadi di benak penerima pesan. Daya tahan sebuah pesan dan penerimaan sebuah pesan adalah dua hal berbeda. Contohnya:
Universitas Sumatera Utara
35
seseorang dapat mempelajari materi dalam sebuah pesan tanpa mengalami perubahan
sikap.
Dalam
kasus
persuasi
tertentu
penerima
pesan
mempertimbangkan, menghubungkannya dengan sikap-sikap, pengetahuan dan perasaan yang ada. Dalam melakukan hal itu, penerima pesan mengulang-ulang materi kognitif yang telah tersimpan. Daniel Katz (dalam Saverin & Tankard, 2008:195) mengidentifikasi empat fungsi utama sikap yang dapat bermanfaat bagi kepribadian, yaitu: a.
Fungsi instrumental, penyelarasan atau kebermanfaatan Fungsi ini berkaitan dengan sejumlah sikap yang dipegang kuat karena
manusia berjuang keras untuk memaksimalkan penghargaan dalam lingkungan eksternal mereka dan meminimalkan sanksi. Contoh: seorang pemegang hak pilih dalam pemilu yang beranggapan bahwa pajak yang ditetapkan pemerintah terlalu tinggi, mungkin akan memilih seorang kandidat yang berjanji untuk menurunkan pajak. b.
Fungsi pertahanan diri Fungsi ini berkaitan dengan sejumlah sikap kuat yang dipegang karena
manusia melindungi ego mereka dari hasrat mereka sendiri yang tidak dapat diterima atau dari pengetahuan tentang kekuatan-kekuatan yang mengancam dari luar. Perasaan rendah diri sering diproyeksikan pada anggota-anggota sebuah kelompok minoritas sebagai alat memperkuat ego. c. Fungsi ekspresi diri Fungsi
ini
berkaitan
dengan
sikap
yang
dipegang
kuat
karena
memungkinkan seseorang memberikan ekspresi positif pada nilai-nilai sentral dan
Universitas Sumatera Utara
36
pada jati diri. Contoh: seorang remaja yang menyukai sebuah grup musik mengekspresikan kepribadiannya melalui sikap ini. d. Fungsi pengetahuan Fungsi ini berkaitan dengan sikap yang dipegang kuat karena memuaskan kebutuhan akan pengetahuan atau memberikan struktur dan makna pada sesuatu yang jika tanpanya dunia akan kacau. Contoh: keyakinan religius, norma-norma budaya yang berlaku.
2.7 Kuasa Pengguna Anggaran Kuasa Pengguna Anggaran disingkat dengan KPA berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dijelaskan sebagai pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD.
2.8 Bendahara Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan dijelaskan bahwa bendahara adalah setiap orang atau badan yang diberi tugas untuk
dan
atas
nama
membayar/menyerahkan
negara/daerah,
uang
atau
surat
menerima, berharga
menyimpan, atau
dan
barang-barang
negara/daerah. Dalam kaitannya dengan pengelolaan keuangan daerah, bendahara terdiri dari: a.
Bendahara Umum Daerah (BUD), yaitu pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi bendahara umum daerah.
Universitas Sumatera Utara
37
b.
Kuasa Bendahara Umum Daerah (Kuasa BUD), yaitu pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian tugas BUD.
c.
Bendahara Penerimaan, yaitu orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada kantor/satuan kerja pemerintah daerah.
d.
Bendahara Pengeluaran, yaitu orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada kantor/satuan kerja pemerintah daerah.
2.9 Pengelolaan Keuangan Daerah Menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan perubahannya tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dijelaskan bahwa pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.
2.10 Kasus Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kasus adalah keadaan yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara.
Universitas Sumatera Utara
38
2.11 Tindak Pidana Korupsi Tindak pidana korupsi menurut Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, pasal 2 adalah setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam jaringan (online), korupsi diartikan sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk kepentingan pribadi atau orang lain.
2.12 Model Teoritis Berdasarkan telaah atas pustaka yang telah dipaparkan diatas, maka dikembangkan model teoritis yang menjadi kerangka berpikir dalam penelitian ini yang dikembangkan dengan menggunakan Model Stimulus-Organism-Response (SOR), yaitu sebagai berikut:
Berita Kasus Tindak Pidana Korupsi (X) - Ketepatan waktu (timeline) - Kedekatan tempat (proximity) - Besarnya (size) - Kepentingan (importance)
Sikap PPK dan bendahara (Y) - Kognitif - Afektif - Konasi
Dengan menggunakan model teoritis diatas diharapkan dapat mempermudah penulis dalam menjabarkan pemikiran dalam proses penelitian.
Universitas Sumatera Utara
39
2.13 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Adapun yang menjadi hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah: H0
: Tidak terdapat hubungan antara pemberitaan kasus tindak pidana korupsi dengan sikap KPA dan bendahara dalam pengelolaan keuangan daerah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
H1
: Terdapat hubungan antara pemberitaan kasus tindak pidana korupsi dengan sikap KPA dan bendahara di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam pengelolaan keuangan daerah. Selain hipotesis kerja diatas, hipotesis lainnya yang diangkat dan akan
dijawab melalui penelitian ini adalah: H0
: Tidak terdapat perbedaan sikap antara KPA dan Bendahara dalam pengelolaan keuangan daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berkaitan dengan pemberitaan kasus tindak pidana korupsi.
H1
: Terdapat perbedaan sikap antara KPA dan Bendahara dalam pengelolaan keuangan daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berkaitan dengan pemberitaan kasus tindak pidana korupsi.
Universitas Sumatera Utara