5
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Hakekat Teknik Make A Match
2.1.1
Pengertian Teknik Make A Match Make a match merupakan salah satu bagian dari pembelajaran kooperatif.
Sebagai bagian dari pembelajaran kooperatif maka dalam proses pelaksanaannya dilakukan secara bersama dengan teman sekelas lainnya. Menurut Hamruni 2009: 290, Model pembelajaran Make A Match adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pembelajaran dengan memberi kesempatan pada peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis kepada kawan sekelas Menurut Tamirizi (2008 : 3) mengemukakan bahwa model pembelajaran cooperative didasarkan atas filsafah. Homo homini socius Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahluk social (Anita lie 2003 : 27) Menurut Muslim H Ibrahim (2000 : 2) model pembelajaran cooperative merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan social. Cirri khusus pembelajaran cooperative mencakup lima unsure yang harus yang harus diterapkan, yang meliputi: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antara anggota dan evaluasi proses kelompok (Anita Lie 2003 : 30 ). Menurut Slavin (2008 :1) mengemukkan bahwa pembelajaran cooperative adalah pembelajaran yang dilakukan secara kelompok, siswa dalam satu persatu
6
dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Menurut Arayawan (2009 :1) mengemukakan bahwa model pembelajaran cooperative adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keragaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi social dengan teman sebayannya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi nara sumber bagi teman yang lain , pembelajaran kooperative merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran model pembelajaran kooperative memilki cirri-ciri : (1) untuk menuntaskan materi siswa belajar dalam kelompok secara kooperative, (2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi,sedang dan rendah, (3) jika dalam kelas terdapat siswa yang terdiri dari beberapa rias, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, dan (4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. Menurut Tarmizi (2008 :1) mengemukakan bahwa guna meningkatkan partisifasi dari keaktifan siswa dalam kelas, guna menerapkan metode pembelajaran make a match. metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternative yang dapat diterapkan kepada siswa.penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal
7
sebelum batas waktunya,siswa yang dapat mencocokan kartunya diberi poin. Dari pengertian model pembelajaran Make a match di atas dapat disimpulkan bahwa model tersebut dapat memberikan motifasi dan pengalaman kepada siswa sehingga memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru. 2.1.2
Langakah-langkah Model pembelajaran Make A Match Menurut Tharmizi,2010). mengemukakan langkah-langkah pembelajaran
dengan menggunakan teknik make a macth sebagai berikut: 1. Membuat potong-potongan kertas sejumlah siswa yang ada dalam kelas. 2
Mengisi kertas-kertas tersebut dengan jawaban atau soal sesuai materi yang telah diberika.
3
Mencocokan semua kartu sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.
4
Membagikan soal atau jawaban kepada siswa
5
Memberi setiap siswa satu kertas dan menjelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan soal dan separuhnya akan mendapatkan jawaban.
6
Meminta semua siswa menemukan huruf U atau berhadapan.
7
Meminta siswa menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan, terangkan juga agar mereka tidak memberi tahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.
8
8
Menambahkan langkah-langkah model Make A Match yaitu setiap siswa menerima potongan kertas, mereka diberi waktu untuk memikirkan jawaban atau soal dari kertas yang diterimanya. Setiap siswa yang dapat menemukan pasangannya dengan tepat sebelum batas waktu diberi poin atau nilai.
9
Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumya.
10 Mendiskusikan soal yang telah diterima dengan kelompok pasangan. 11 Demikian seterusnya. 12 Kesimpulan / penutup. 2.1.3
Kelebihan Dan Kekurangan pembelajaran Make A Match Menurut Prawindra Dwitantra (2011) ada beberapa keunggulan dan
kelemahan a.
model
make
a
match,
sebagai
berikut
:
Keunggulan model Make A Match : 1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenagkan. 2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa. 3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal 87,50%.
b.
Kelemahan model Make A Match Disamping memiliki keunggulan, belajar dengan make a match juga
memiliki kelemahan, diantarannya : 1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
9
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jagan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran 3. Guru perlu persiapan alat dan bahan yang memadai. 2.2
Penerapan Pembelajaran Make a match dalam mata pelajaran PKn Dalam Penerapan model pembelajaran Make a Match khususnya siswa
kelas IV SDN I Telaga pada mata pelajaran PKn. Diketahui bahwa model make a match, dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa di suruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokan kartunya di beri poin. Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik perhatian sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi siswa dalam diskusi. 2.2.1
Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Make a Menurut Curna ( Dalam Depdiknas 2005 : 15) mengemukakan langkah-
langkah penerapan pembelajaran dengan model make a match sebagai berikut: 1.
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep atau topic yang cocok untuk review,satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
10
2.
setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban
3.
Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4.
Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya
5. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6. Jika siswa tidak dapat mencocokan kartunya dengan kartu temanya (tidak dapat
menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan
hukuman yang disepakati bersama. 7. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. 8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. 9. Mendiskusikan soal yang telah diterima dengan kelompok pasangan. 10. Kesimpulan/penutup. 2.3
Manfaat Model Make A Match Menurut Huda (2011), ada berbagai manfaat pembelajaran kooperatif
adalah:
1. Dapat memotivasi siswa untuk saling membantu pembelajaranya satu sama lain.
11
2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya (sebagaimana kepada diri mereka sendiri) untuk melakukan yang terbaik. 3. Meningkatkan keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk bekerja secara efektif. 4. Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya dan membahas sesuatu masalah. 5. Dapat
mengembangkan
bakat
kepemimpinan
dan
mengajarkan
ketrampilan berdiskusi 2.4
Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. 2.4.1
Ciri-ciri model pembelajaran : ada beberapa cirri-ciri model pembelajaran secara khusus diantarannya
adalah : (1) Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya.(2) Landaasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.(3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berhasil.(4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sedangkan model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu :
12
1. Pembelajaran langsung. 2. Pembelajaran kooperatif 3. Pembelajaran berdasarkan masalah 4. Diskusi 5. Learning strategi. Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu didalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pembelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat ditetapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Menurut Sudirman A. M. (2004 : 165), guru yang kompoten adalah guru yang mampu mengelola program belajar mengajar . mengelola disini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan
dasar
mengajar,
serta
membuka
dan
menutup
pelajaran,
menjelaskan, memvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainnya, juga bagaimana guru menetapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif . Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan faktor perkembangan kemampuan siswa di antaranya: 1. Model harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa lebih jauh terhadap mata pembelajaran.
13
2. Model mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang untuk berekspresi yang kreatif dalam aspek seni. 3. Model mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui pemecahan masalah. 4. Model mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin menguji kebenaran sesuatu. 5. Model mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak 6. Mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan penemuan terhadap sesuatu topik permasalahan. 7. Model mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara bekerja sama. 8. Model mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri. 9. Model mengajar harus memungkinkan siswa untuk lebih termotivasi dalam belajar. Berdasarkan pengertian model pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa model ini dapat gunakan sebaik mungkin oleh seorang guru agar siswa dapat termotifasi dalam belajar. 2.4.2
Faktor-faktor Yang Menghambat Pelaksanaan Pembelajaran A).
Faktor Eksternal
1.
Faktor Sosial (lingkungan).
2.
Faktor non sosial (lingkungan alam & fisik, seperti ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber,
14
B).
Faktor Internal
1.
Faktor Jasmaniah (fisiologi), Seperti cacat tubuh.
2.
Faktor psikologi -
Faktor Intelektif (kecerdasan & bakat).
-
Faktor Non Intelektif (sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, & penyesuaian diri)
-
Faktor kematangan fisik maupun psikis, faktor yang berasal dari diri
sendiri (Internal), seperti Intelegensi, minat, sikap
dan motivasi. 2.5
Hakekat Pembelajaran PKn SD Menurut Sudjana, ( 2003: 4) Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945. Menurut Sudjatmiko, (2008: 12) Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi
individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurut Maftuh dan Sapriya (2005:30) bahwa, Tujuan negara
15
mengembangkan Pendiddikan Kewarganegaraan agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik (to be good citizens), yakni warga negara yang memiliki kecerdasan (civics inteliegence) baik intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual;
memiliki
rasa bangga
dan tanggung jawab
(civics
responsibility); dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan Menurut Sapriya (2001), tujuan pendidikan Kewarganegaraan adalah : Partisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam kehidupan politik dari warga negara yang taat kepada nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Partisipasi warga negara yang efektif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan seperangkat ilmu pengetahuan dan keterampilan intelektual serta keterampilan untuk berperan serta. Partisipasi yang efektif dan bertanggung jawab itu pun ditingkatkan lebih lanjut melalui pengembangan
disposisi
atau
watak-watak
tertentu
yang meningkatkan
kemampuan individu berperan serta dalam proses politik dan mendukung berfungsinya sistem politik yang sehat serta perbaikan masyarakat. Pembelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan efektif. Menurut corey ( 2005), pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelolah secara disengaja untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus akan menghasilkan respon terhadap situasi tertentu juga.
16
Menurut Nurani (2003) konsep pembelajaran merupakn sistem lingkungan yang dapat menciptakan proses belajar pada diri siswa selaku peserta didik dan guru sebagai pendidik, dengan didukung oleh seperangkat kelengkapan sehingga terjadi pembelajaran.. jadi , dalam pembelajaran semua kegiatan guru diarahkan untuk membantu siswa mempelajarisuatu materi tertentu baik berupa pelajaran, keterampilan, sikap, kerohanian, dan sebagainnya untuk dapat membantu siswa secara baik, guru harus benar-benar merencanakan pembelajaran dengan matang dan untuk itu guru perlu mengetahui latar belakang serta kemampuan dasar siswa. Latar belakang siswa yang dimaksud bukan sekedar latar belakang ekonomi, lingkungan, asal sekolah, orang tua, dan sebagainya, tetapi juga keberadaan siswa di kelas. Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang pemahaman dan Tujuan pembelajaran PKn di SD, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan berorientasi pada penanaman konsep Kenegaraan dan juga bersifat implementatif dalam kehidupan sehari - hari. Adapun harapan yang ingin dicapai setelah pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini, maka akan didapatkan generasi yang menjaga keutuhan dan persatuan bangsa. 2.6
Karakteristik Anak SD Masa usia sekolah dasar ( sekitar 6-12 tahun ) ini merupakan tahapan
perkembangan penting dan bahkan Fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya.karena itu
tindakan mungkin
mengambarkan kehadiran dan
17
kepentingan mereka dan memahami betul karakteristik anak, arti belajar dan tujuan kegiatan belajar bagi mereka disekolah dasar. Dalam hal ini karakteristikan anak usia SD secara umum sebagaimana dikemukkakan Bassett, Jacka, dan Logan ( 2003) berikut ini: (1) mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri. (2) mereka senang bermain dan lebih suka bergembira. (3) mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, meneksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru. (4) mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi. (5) mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajak anak-anak lain. Dengan memperhatikan segi individualitas dan karakteristik anak SD serta berbagai dimensi perkembangannya, maka seorang guru tidak asal suka begitu saja mengembangkan pengajaran disekolah / dikelasnya. Ia di tuntut dalam mengembangkan system pengajarannya. Kenyataan ini terjadi alasan kuat mengapa system pengajaran yang dikembangkan guru diharapkan akan semakin dapat melayani kebutuhan peserta didik individual dan pengajaran itu benar-benar menjadi menarik dan bermakna bagi anak.