14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Make A Match a. Pengertian Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Make A Match Menurut Rusman (2011, h. 223) menyatakan, „‟ Model Cooperatif Tipe Make A Match ( membuat pasangan ) Merupakan salah satu jenis dari metode pembelajaran cooperative”. Model ini dikembangkan oleh Lorna Curan (1994). Salah satu cara keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik , dalam suasana yang menyenangkan. Anita Lie ( 2008, h. 56) „‟ Model Cooperatif Tipe Make A Match ( membuat pasangan ) Merupakan teknik belajar yang member kesempatan siswa untuk bekerjasama dengan oranglain. Teknik ini dapat digunakan dalam semua pelajaran dan semua tingkatan usia anak didik‟‟ Suyanto ( 2009, h. 56 ) „‟ Model Cooperatif Tipe Make A Match adalah model pembelajaran dimana guru menyiapkan kartu yang berisi soal atau permasalahan dan menyiapkan kartu jawaban kemudian siswa mencari pasangan kartunya‟‟.
15
Isjoni ( 2007, h. 77 ) menyatakan bahwa model pembelajaran make a match merupakan model pembelajaran mencari pasangan sambil belajar konsep dalam suasana yang menyenangkan. Komalasari ( 2010, h. 85) menyatakan bahwa model pembelajaran make a match merupakan model pembelajaran yang mengajak mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan dalam batas waktu yang ditentukan. Miftahul Huda (2012, h. 135) menyatakan, “model pembelajaran make a match merupakan salah satu pendekatan konseptual yang mengajarkan siswa memahami konsep-konsep secara aktif, kreatif, interaktif, efektif dan menyenangkan bagi siswa sehingga konsep mudah dipahami dan bertahan lama dalam struktur kognitif siswa”.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran make a match merupakan model pembelajaran kelompok yang mengajak siswa memahami konsep-konsep melalui permainan kartu pasangan. Permainan tersebut dibatasi waktu yang ditentukan dalam suasana belajar yang menyenangkan, selain itu model pembelajaran make a match melatih siswa untuk aktif, kreatif dalam pembelajaran sehingga materi mudah dipahami dan bertahan lama. b. Tujuan Model Pembelajaran Make A Match
16
Tujuan dari pembelajaran dengan model pembelajaran make a match adalah untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamanya terhadap suatu materi pokok. Menurut Fachrudin (2009, h. 168) menyatakan bahwa siswa dilatih berfikir cepat dan menghafal cepat sambil menganalisis dan berinteraksi social. Benny (2009, h. 111) menyatakan bahwa Tujuan model pembelajaran Make a Match yaitu untuk menciptakan hubungan baik antara guru dengan siswa, dengan cara mengajak siswa bersenang-senang sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik. Miftahul Huda ( 2013, h. 251 ) mengatakan bahwa tujuan model pembelajaran make a match yaitu untuk : (1) pendalaman materi ; (2) penggalian materi ; dan (3) sebagai selingan. Adapun persiapan yang harus dilakukan oleh guru sebelum proses pembelajaran berlangsung. Menurut Miftahul Huda ( 20013, h. 251) yaitu: 1) Membuat beberapa pertanyan sesuai dengan materi yang dipelajari (jumlah tergantung pada tujuan pembelajaran) kemudian menulisnya dalam kartu-kartu pertanyaan. 2) Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dan menulisnya dalam kartu-kartu jawaban. (akan lebih baik kartu jawaban dan kartu pertanyaan berbeda warna). 3) Membuat aturan yang berisi penghargaan bagi siswa yang berhasil dan sansi bagi siswa yang gagal. 4) Menyediakan lembar untuk mencatat pasangan –pasangan yang berhasil sekaligus untuk pensekoran presentasi. Tujuan model pembelajaran make a match yaitu untuk mempermudah siswa dalam memahami materi dan menjadikan siswa agar lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam proseses pembelajaran sehingga hasil belajar
17
siswa dapat meninggat . Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran make a match guru harus mempersiapkan media yang diperlukan untuk proses belajar mengajar yaitu guru harus mempersiapkan materi yang sesuai dengan model pembelajaran make a match. c. Karakteristik Model Pembelajaran Make A Match Rusman (2011, h. 233) Menyatakan bahwa karakteristik model pembelajaran make a match yaitu : (1)mengajak siswa bermain sambil belajar;
(2)membuat
siswa
menjadi
aktif,kreatif
dan
inovatif;
(3)memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan teman-temanya; dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
Karakteristik model pembelajaran make a match yaitu membuat siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan inovatif selain itu model pembelajaran make a match dapat mempermudah siswa dalam memahami materei pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. d. Unsur Model Pembelajaran Make A Match Dalam model pembelajaran make a match mengandung unsure permainan.
Dalam
proses
pembelajaran
dengan
model
model
pembelajaran make a match ini siswa akan belajar sambil bermain sesuai dengan topik yang telah ditentukan oleh siswa yaitu tentang tokoh-tokoh sejarah pada masa kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia.
18
e. Sintaks model Pembelajaran Make A Match Tabel 2.1 Fase-fase
Prilaku Guru
Fase pertama : Present goals and Menyiapkan peserta didik set Menyampaikan
Menyampaikan tujuan pembelajaran tujuan
dan
menyiapkan peserta didik Fase kedua: Presente information
Mempresentasikan
informasi
Menyajikan informasi
kepada siswa secara verbal
Fase ketiga : Organize students into Memberi penjelasan kepada peserta learning teams Mengorganisasi
didik tentang tatacara pembentukan peserta
didik tim
kedalam tim-tim belajar
belajar
dan
membantu
kelompok melakukan transisi yang efisien.
Fase keempat: Asist teamwork and Membantu tim-tim belajar selama study
peserta didik mengerjakan tugas
Membantu kerja tim dalam belajar Fase kelima: Provide recognition
Menguju
Memberi penghargaan
didikmengenai materi pembelajaran atau
pengetahuan
meminta
kelompok
peserta
untuk
mempresentasikan hasil kerjanya. Menyiapkan cara untuk mengakui usaha
dari
presentasi
maupun kelompok. Sumber : Http//Novideswira.blogspot.com
individu
19
f. Langkah-langkah Model Pembelajaran Make A Match Adapun Langkah-langkah Model pembelajaran Make A Match ini menurut Rusman (2011, h. 223-233) sebagai berikut : 1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban 2) Setiap siswa mendapat satu buah kartu 3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang 4) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban) 5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin 6) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya 7) Demikian seterusnya 8) Kesimpulan/penutup Langkah-langkah Model pembelajaran Make A Match yang pertama guru harus menyiapkan materi yang sesuai dengan model Model pembelajaran Make A Match, guru harus menyiapkan media pembelajaran seperti gambar yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari dan guru harus membuat kartu pertanyaan dan jawaban yang akan dibagiikan kepada tiap-tiap siswa, guru menginformasikan bagaimana cara belajar dengan Model pembelajaran Make A Match, setelah menginformasikan cara-cara tersebut guru membagi sisdwa menjadi beberapa kelompok. Dengan pemantauan guru siswa mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru. g. Kelebihan dan Kekurangan Model Make A Matc Kelebihan dan kelemahan model kooperatif tipe Make A Match menurut Miftahul Huda (2013, h. 253-254) adalah :
20
1) Kelebihan Model Make A Match a) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siaswa, baik secara kognitif maupun fisik. b) Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan. c) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. d) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi. e) Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar. 2) Kelemahan Model Make A Match a) Jika strategi ini tidak di persiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang. b) Pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya. c) Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan. d) Guru harus hati-hati pada saat member hukuman pada siswa yang tidak dapat pasangan, karena mereka bisa malu. e) Menggunakan metode ini secara terus-menerus akan menimbulkan kebosanan. Model pembelajaran kooperatif tipe Model Make A Match mempunyai kelebihan dan kekurangan, kelebihan model ini yaitu dapat menjadika siswa lebih aktif, kreatif dan inovatif serta meningkatkan motivasi belajar siswa dan dapat melatih kedisiplinan siswa sdalam proses belajar, sedangkan kelemahan model ini adalah harus dipersiapakan dengan matang, jika model ini tidak dipersiapkan dengan matang maka akan banyak waktu yang terbuang selain itu, kelemahan model ini juga jika dilakukan secara terus menerus akan menimbulkan kejenuhan kepada siswa.
21
h. Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Mak A Match Motivasi sangat erat kaitanya dengan keberhasilan belajar yang dicapai siswa, sehingga guru berupaya untuk meningkatkan motifasi siswa melalui proses-proses pembelajaran yang dilakukan. Salah satunya dengan menerapkan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Mak A Match. Menurut Rusman (2011, h. 235) “Faktor yang mempengaruhi keberhasilan Model Pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Mak A Match adalah : 1) Tujuan Tujuan merupakan pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. 2) Guru Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik disekolah. 3) Peserta Didik Peserta didik adalah yang secara sengajha datang kesekolah. Anak didi menyenangi pelajaran tertentu dan kurang menyenangi pelajaran yang lain adalah prilaku anak yang bermula dari sikap mereka dari minat yang berlainan. Hal ini dapat mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar peserta didik. 4) Media Ajar Dalam proses pembelajaran dibutuhkan suatu media ajar, media yang digunakan dalam model pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Mak A Match adalah kartu pertanyaan dan kartu jawaban. Tanpa media tersebut, model pembelajaran Cooperatif Learning Tipe Mak A Match tidak akan berhasil dicapai dan akan mempengaruhi hasil belajar siswa. 5) Kegiatan Pengajaran Pola umum kegiatan pengajaran ada;ah terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, dengan bahan ajar dan perantaranya.
22
i. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match Pada Pembelajaran Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Hindu-Buddha dan Islam Di Indonesia. 1) Kompetensi Dasar Pembelajaran Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Hindu-Buddha dan Islam Di Indonesia. Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa kerajan HinduBuddha dan Islam di Indonesia. 2) Indikator Pembelajaran Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Hindu-Buddha dan Islam Di Indonesia. a) Menyebutkan tokoh-tokoh sejarah pada masa kerajan Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia. b) Menyebutkan dan menjelaskan peran tokoh-tokoh sejarah pada masa kerajan Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia. 3) Tujuan Pembelajaran Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Hindu-Buddha dan Islam Di Indonesia. Setelah mempelajari materi tokoh-tokoh sejarah pada masa kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia, siswa diharapkan dapat : a) Menyebutkan tokoh-tokoh sejarah pada masa kerajan Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia. b) Menjelaskan tokoh-tokoh sejarah pada masa kerajan HinduBuddha dan Islam di Indonesia.
23
c) Mendeskripsikan tokoh-tokoh sejarah pada masa kerajan Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia. 4) Materi Pembelajaran Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Hindu-Buddha dan Islam Di Indonesia. a) Raja Mulawarman b) Raja Purnawarman c) Raja HayamWuruk d) Raja Balaputradewa e) sultan Iskandar Muda f) Sultan Hanyokrokusumo g) Sultan Hasanudin h) Sultan Agreng Tirtayasa 5) Bahan Pembelajaran
Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa
Kerajaan Hindu-Buddha dan Islam Di Indonesia. Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Hindu-Buddha dan Islam Di Indonesia. a) Raja Mulawarnan raja mulawarman adalah raja dari kerajan Hindu pertamadi
Indonesia,
yaitu
kerajaan
kutai.
Raja
Mulawarman dikenal sebagai seorang raja yang bijaksana. Selama masa pemerintahanya, rakyat kerajaan kutai hidup makmur dan sejahtera. raja mulawarman adalah seorang
24
pemeluk agama Hindu yang taat dan penyembah Dewa Shiwa. b) Raja Punawarman Raja Punawarman merupakan raja yang terkenal dari Kerajaan Tarumanegara. selama masa pemerintahanya, kerajaan trauma Negara berhasil membuat saluran air yang berfungsi untuk mengairi lahan pertanian dan mencegah banjir. Beliau juga dikenal sebagai raja yang bijaksana. Raja Purnawarman memeluk agama Hindu dan menyembah Dewa Wisnu. c) Raja Hayam Wuruk Raja Hayam Wuruk adealah raja Majapahit yang paling terkenal. Pada masa pemerintahanya, dengan di damping oleh Gajah Mada, kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaanya dan menguasai seluruh wilayah Nusantara, ditambah tumasik (Singapura) dan Semanunjang Malaya. d) Raja Balaputradewa Raja Balaputradewa merupakan raja yang terkenal dari kerajaan Sriwijaya. Beliau berhasil membawa kerajaan Sriwijaya mencapai kerajaanya dan dikenal sebagai kerajaan Maritim yang kuat dan pusat perdagangan di Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya juga dikenal sebagai pusat pendidikan dan penyebaran agama Buddha.
25
e) Sultan Iskandar Muda Sultan Iskandar Muda memerintah kerajan Aceh pada tahun 1607 sampai 1636. Pada masa pemerintahanya, Kerajaan Aceh mencapai puncak kerajaanya dan memiliki wilayah kekuasaan hingga ke Semenanjung Malaya. Tata pemerintahan masyarakat Aceh yang di kembangkan oleh Sultan Iskandar muda masih berlaku hingga sekarang. Beliau wafat tahun 1636. f) Sultan Agung Hanyokrokusumo Sultan Agung Hanyokrokusumo adalah Raja Kerajaan Mataram Islam. Beliau dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1591. Pada usia 22 tahun, ia diangkat menjadi Raja Mataram. Pada masa itu, Belanda sudah menguasai beberapa wilayah Indonesia, antara lain Jakarta. Ia tidak senang melihat kerajan belanda. Pada tahun 1628, Sultan Agung mengirim tentara Mataram untuk menyerang Batavia (Jakarta). Sayangnya, usaha itu gagal karena belanda memiliki persenjatan yang lebih lengkap. Pada tahun 1629, Sultan agung kembali menyerang Batavia, namun usahanya kembali gagal. g) Sultan Hasanudin Sultan hasanudin adalah raja kerajaan Gowa-Tallo (Makasar). Beliau dilahirkan dimakasar pada tahun 1631
26
dengan nama Muhamad Bakir. Pada masa pemerintahanya, ia berusaha merangkul raja-raja kecil di Indonesia Timur untuk menentang Belanda. Pada tahun 1660, terjadi perang antara Gowa dengan Belanda. Karena penghianatan Raja Aru Palaka dri Bone, Sultan Hasanudin kalah dari Belanda. Karena keberanianya menentang belanda, ia dijuluki „‟ ayam Jantan dari Timur‟‟. h) Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan ageng tirtayasa dilahirkan di banten pada tahun 1631. Pada waktu kecil, ia bernama Abdul Fath abdulfatah. pada saat itu, di Banten terdapat sebuah kantor dagang Belanda. sultan ageng sangat geram terhadap belanda. Ia pun berusaha memajukan perdagangan banten sehingga Belanda
mengalami
kerugian.
Rakyat
banten
diperintahkanya untuk menyerang Belanda secara geriliya. Pada tahun 1655, dua buah kapal belanda berhasil dirusak oleh rakyat Banten. akibatnya, hubungan antara Banten dan Belanda menjadi tegang. belanda mulai menjalankan politik adu domba. Sultan Haji, putranya berhasil dipengaruhi Belanda sehingga memusuhi ayahnya sendiri. Pada tahun 1680, pecahlah perang antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan belanda yang dibantu Sultan haji. Karena kekuatan tidak seimbang,
27
pasukan Sultang ageng Tirtayasa mengalami kekalahan. Pada tahun 1683, Sultan ageng Tirtayasa tertangkap dan di penjarakan di Jakarta. Pada tahun 1692, Sultan ageng Tirtayasa meninggal dunia dalam penjara. Jasadnya dimakamkan didekat Mesjid Agung Banten. 6) Metode Pembelajaran Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Hindu-Buddha dan Islam Di Indonesia. Metode yang digunakan pada materi tokoh-tokoh sejarah pada masa kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di indonesia adalah sebagai berikut : a) Diskusi Pada materi tokoh-tokoh sejarah pada masa kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia siswa dibantu oleh guru untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya agar terjadi interaksi antar siswa. b) demontrasi/presentasi setelah
berdiskusi
siswa
melakukan
demontrasi/presentasi kelompok yaitu mempresentasikan hasil diskusi dengan kelompoknya masing-masing. c) Tanya jawab Setelah presentasi kelompok siswa diberi kesempatan untuk bertanya jawab baik dengan guru maupun dengan teman yang lain mengenai materi yang telah dipelajari
28
d) Tugas/evaluasi Setelah proses belajar selesai guru memberikan evaluasi kepada siswa mengenai materi yang telah di ajarkan yaitu tokoh-tokoh sejarah pada masa kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di indonesia 7) Media Yang Digunakan Pembelajaran Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Hindu-Buddha dan Islam Di Indonesia Dengan Model Pembelajaran Cooperatif Tipe Make A Match. a) Kartu jawaban dan kartu pertanyaan materi tokoh-tokoh sejarah pada masa kerajaan hindu-buddha
Sultan Ageng Tirtayasa dilahirkan di banten pada tahun…..
Tahun 1631
b) Gambar tokoh-tokoh sejarah pada masa kerajaan hindubuddha
29
30
8) Langkah-langkah Pembelajaran Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Hindu-Buddha dan Islam Di Indonesia Dengan Model Pembelajaran Cooperatif Tipe Make A Match. a) Guru menyiapkan kelas untuk pembelajaran b) Guru menempelkan gambar di papan tulis c) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok d) Guru membagikan kartu pertanyaan dan kartu jawaban kepada setiap kelompok materi e) Guru menjelaskan tokoh-tokoh sejarah pada masa kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia 2. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil belajar Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009, h. 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah “perubahan tingkahlaku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor”. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006, h. 3-
31
4) juga menyebutkanbahwa “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”. Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006, h. 26-27) menyebutkan enam jenis prilaku ranah kognitif sebagai berikut : 1. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip ataun metode. 2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. 3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip. 4. Analiasis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian sehingga stuktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang terkecil. 5. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya, kemampuan menyusun suatu program. 6. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan criteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan. Berdasarkan pengertian diatas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup kedalam beberapa ranah kognitif. Ranah kognitip terbagi kedalam enam tingkatan
yaitu
pengetahuan(C1),
pemahaman(C2),
penerapan(3),
analisis(C4), sintesis(C5) dan evaluasi(C6). Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS yang
32
mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan ( C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data hasil belajar melalui dari aspek sikap dan pengetahuan.Untuk memperoleh data hasil belajar pada aspek pengetahuan, maka peneliti menggunakan tes yang diberikan kepada siswa setiap di akhir pembelajaran. b. Ciri-ciri Hasil Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono, (2002, h. 24) membagi beberapa ciriciri hasil belajar sebagai berikut: 1) Hasil belajar memiliki kapasitas berupa pengetahuan, kebiasaan, keterampilan sikap dan cita-cita 2) Adanya perubahan mental dan perubahan jasmani 3) Memiliki dampak pengajaran dan pengiring Dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri hasil belajar pada segi pengetahuan yaitu terlihat pada hasil tes yang dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung dimana siswa dapat mengisi tes dengan benar, sedangkan dari sikap cirri-ciri hasil belajar mennjukan pada bagaimana siswa mengerjakan soal tes. Dari kedua cirri-ciri tersebut akan menimbulkan dampak pada proses pengajaran. c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:
33
1) Faktor Intern Faktor intern (dalam diri siswa) yang berpengaruh terhadap hasil belajar di antaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan siswa. Minat belajar berkaitan dengan seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka terhadap suatu materi yang dipelajari siswa. Minat, perhatian, dan motivasi dapat dikondisikan oleh guru. Kecakapan dapat dikelompokkan berdasarkan kecepatan belajar: yakni sangat cepat, sedang, dan lambat. Demikian pula pengelompokan kemampuan siswa berdasarkan kemampuan penerimaan, misalnya proses pemahamannya harus dengan cara perantara visual, verbal, dan atau harus dibantu dengan alat/media. 2) Faktor Ekstern Faktor ekstern (luar diri siswa) yang mempengaruhi hasil belajar siswa di antaranya adalah lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan social budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (termauk dukungan komite sekolah), guru, pelksanaan pembelajaran, dan teman sekolah. „‟Guru merupakan factor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas. Dalam hal ini, guru harus memiliki kompetensi dasar yang disyaratkan dalam profesi guru‟‟. Sri Anita W, dkk (2007:, h. 27). Strategi Pembelajaran di SD. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar. Guru sangat berpengaruh pada hasil belajar, dilihat dari proses dan persiapan guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar sebaiknya guru harus mempersiapkan terlebih dahulu baik materi, media dan alat bantu lainya sehingga hasil belajar siswa tidak terpengaruhi oleh ketidaksiapan guru mengajar.
34
d. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Menurut Purwanto (2004, h. 104) mengatakan,„‟ Faktor guru dan cara mengajarnya merupakan factor penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa”. Slameto (2003, h. 73)mengatakan bahwa teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi sifat buruknya juga, maka perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orangtua dan pendidikan harus bijaksana. Roestiyah (1989, h. 156) mengemukakan bahwa tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar‟‟. Dengan demikian maka perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal. Kebiasan baik tersebut sebaiknya dilakukan atau diterapkan oleh guru terlebih dahulu karena guru adalah contoh yang patut digugu dan ditiru oleh siswa. e. Tujuan Penilaian Hasil Belajar 1) Menilai pencapaian potensi peserta didik. 2) Memperbaiki proses pembelajaran 3) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa 4) Mendiagnosis hasil belajar 5) Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar 6) Memotifasi belajar siswa 7) Penentuan kenaikan kelas
35
f. Pendekatan Penilaian Hasil Belajar Ada dua pendekatan yang digunakan dalam melakukan penilaian hasil belajar yaitu : 1) Penilaian yang mengacu kepada norma Interprestasi hasil penilaian peserta didik dikaitkan dengan hasil penilaian seluruh peserta didik yang dinilai dengan alat penilaian yang sama. jadi hasil hasil seluruh peserta didik digunakan sebagai acuan. 2) Penilaian yang mengacu kepada criteria Ahmad Sudrajat (https:/www./akhmadsudrajatwordpress.com) Interprestasi hasil penilaian bergantung pada apakah atau sejauh manaseorang peserta didik mencapai atau menguasai kriteria atau patokan kriteria yang telah ditentukan.Kriteria atau patokan itu dirumuskan dalam kompetensi atau hasil belajar dalam kurikulum berbasis kompetensi. g. Macam-macam Penilaian Hasil Belajar Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer (saling melengkapi) sesuai kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain : Tes, observasi penilaian dll. Menurut Permendiknas No 20 tahun 2007 Tentang Standar Penilaian pendidikan. Didalam permendiknas tersebut, dijelaskan mengenai teknik penilaian hasil belajar yaitu :
36
1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes,observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain sesuai denga karakteristik kompetensi dan tingkat pengembangan peserta didik. 2) Teknik tes berupa tes tertulis , tes lisan dan tes praktik atau tes kinerja. 3) Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan atau diluar pembelajaran berlangsung. 4) Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah atau proyek. Ada dua macam teknik dalam penilaian pendidikan yang dapat digunakan dalam melaksanakan evaluasi yaitu teknik tes dan teknik non tes. a) Teknik Tes Teknik tes berupa tes lisan, tertulis dan perbuatan. Tes lisan dilakukan dalam bentuk pertanyaan lisan sdikelas yang dilakukan pada saat pembelajaran dikelas secara langsung atau pada akhir pembelajaran. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik pertanyaan maupun jawaban, sedangkan tes perbuatan atau tes unjuk kerja adalah tes yang dilakukan dengan jawaban menggunakan tindakan atau perbuatan. b) Teknik non Tes Teknik
non
tes
biasanya
digunakan
untuk
mengevaluasi bidang afektif atau psikomotorik. hal ini bisa dilakukan dengan cara menggunakan : (1) Angket
37
Angket
adalah
sebuah
daftar
pertanyaan
atau
pernyataan yang harus dijawab oleh responden. angket berfungsi sebagai alat pengumpul data. data tersebut berupa data keadaan atau data diri , pengalaman, pengetahuan , sikap, pendapat mengenai suatu hal. (2) Observasi Observasi
merupakan
teknik
non-tes
yang
menginpentarisasikan data tentang sikap dan kepribadian siswa dalam proses belajarnya. Teknik ini dilakukan secara langsung . Data yang diperoleh dijadikan bahan penilaian.
h. Jenis-jenis Penilaian Hasil Belajar 1) Jenis Penilaian Berdasarkan Cakupan kompetensi yang diukur Sebagaimana dijelaskan dalam PP. Nomor 19 Tahun 2005 bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik terdiri dari ulangan harian, UTS,UAS dan UKK. a) Ulangan harian adalah salah satu jenis evaluasi yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik dalam periode tertentu guna mengukur ketercapaian suatu Kompetensi Dasar (KD). Ulangan harian dapat berupa tes maupun non teas.
38
b) UTS adalah singkatan dari Ujian Tengah Semester, Yang diselenggarakan pada pertengahan semester yaitu setelah dilaksanakanya proses belajar mengajar selama tiga bulan. c) UAS adalah singkatan dari Ujian Akhie Semester. Ujian ini dilakukan setiap enam bulan. d) UKK adalah Ujian Kenaikan kelas dimana ujian ini akan menentukan naik atau tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi. Ukk dilakukan pada saat menjelang kenaikan kelas atau pada akhir tahun pembelajaran. 2) Jenis Penilaian Berdasarkan sasaran Jenis penilaian berdasarkan sasaran dapat diklasifikasikan atas penilaian individual dan penilaian kelompok. a) Penilaian Individual Penilaian individual adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai kecapaian kompetensi atau hasil belajar secara
perorangan.
Penilaian
perorangan
harus
memperhatikan nilai universal seperti disiplin, tekun, jujur, cermat, teliti, tanggung jawab, teliti, dll. b) Penilaian Kelompok penilaian kelompok adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi atau hasil belajar secara kelompok. Penilaian kelompok perlu memperhatikan
39
penilaian universal seperti kerjasama, menghargai pendapat oranglain dll. i. Penilaian Hasil Belajar Pada Pembelajaran Tokoh-tokoh Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha dan Islam Di Indonesia Penilaian Hasil Belajar Pada Pembelajaran Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Hindu Buddha dan Islam Di Indonesia adalah dengan cara tes lisan dan tes tertulis. Teslisan dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung yaitu setelah mengerjakan tugas
B.
Penelitian Yang Relevan Dari beberapa penelitian yang relevan terdapat perbedaan dan persamaan diantaranya : Tabel 2.2 Penelitian Tindakan yang Relevan
No
Judul dan Tahun Peneliti
Hasil Penelitian
Persamaa n
Perbeda an
1
Has Lusi Lestari
Penerapan model kooperatif tipe Dengan SamaPada make a match untuk teknik sama materi meningkatkan kemampuan Make a meningkat pembelaj berbalas pantun/ Tahun Match kan hasil aran 2012/2013 siswa lebih belajar mudah memahami materi dan hasil belajarpun meningkat
2
Adi wiguna
Pengaruh model pembelajaran Dengan SamaPada kooperatif tipe make a match menggunak sama materi terhadap hasil belajar siswa an model meningkat pembelaj kelas IV/ 2014 kooperatif kan hasil aran
40
tipe make a match maka hasil belajar siswa meningkat 3
Firda Mailista
belajar
Penerapan Model Make A Dengan SamaPada Match pada materi alat menggunak sama materi pernafasan pada manusia untuk an model meningkat pembelaj meningkatkan hasil belajar siswa Make A kan hasil aran kelas V/2012/2013 Match belajar siswa lebih mudah memahami pelajaran dan hasil belajarpun meningkat.
C. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan berdasarkan kondisi awal hasil belajar dan perubahan sikap siswa kelas V SD Negeri Cikidang VI Lembang
pada
Pembelajaran IPS materi tentang tokoh-tokoh sejarah pada masa kerajaan HinduBuddha dan Islam di Indonesia yang rendah. Permasalahan yang terjadi adalah penggunaan model yang bersifat konvensional dan tidak sesuai dengan materi pembelajaran sehingga menyebabkan hasil belajar siswa menurun. Banyak guru memiliki pandangan bahwa menurunnya aktivitas, motivasi dan prestasi belajar pada siswa itu diakibatkan karena kenakalan atau kekurangan aktivitas siswa ketika pelaksanaan pembelajaran tersebut berlangsung. Dengan kata lain terdapat kesalahan pada diri siswa dalam menerima pembelajaran yang di sampaikan.
41
Tanpa disadari oleh guru sebenarnya ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa itu menurun. Ini akibat dari seorang guru tidak pernah mengadakan evaluasi pada akhir pembelajaran. Seandainya saja guru selalu mengadakan evaluasi pada setiap pembelajaranya mungkin
akan
ditemukan kekurangan-kekurangan dari cara mengajarnya. Berdasarkan hal tersebut maka peran guru harus segera mengambil tindakan untuk memperbaiki prestasi belajar siswa yang lebih baik. Atas dasar itulah maka perlu dilakukan upaya perbaikan melalui kegiatan penelitian tindakan kelas ( PTK) khususnya pada mata pelajaran IPS. Kebanyakan
guru
menggunakan
metode
ceramah
dalam
proses
pembelajaran, sehingga pembelajaran hanya berpusat pada guru, siswa kurang aktif dalam pembelajaran, akibatnya materi yang disampaikan kurang efisien. Jarangnya menggunakan model pembelajaran mengakibatkan siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami materi dalam pembelajaran IPS. Pemikiran siswa sudah terkonsep bahwa pelajaran IPS itu berupa hafalan yang membosankan. Dengan begitu dari awal pembelajaranpun sudah terkonsep pemikiran-pemikiran tersebut, yang menyebabkan mengurangnya motivasi belajar pada pembelajaran IPS. Hal inilah yang terjadi di SDN Cikidang VI Lembang. Salah satu alternative untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Cikidang VI Lembang ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match. Dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran, siswa dapat menganalisis materi pembelajaran
42
yang di tentukan oleh guru, dengan begitu diharapkan motivasi belajar siswa dapat lebih baik lagi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Make A Match dalam pembelajaran IPS dapat hasil belajaran siswa, hasil belajar siswa meningkat dengan baik. Adapun kerangka berpikir penelitian ini tersaji dalam Gambar 2 dibawah ini Kondisi awal
Pembelajar an monoton yang tepat Model yang digunakan konvension al Rendahnya kualitas/has il belajar
Tindakan
Pembel ajaran mengg unakan model coopera tif tipe make a match
Tujuan/hasil
Siswa dapat berfikir aktif dalam pembelajaran , siswa dapat termotivasi dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa aka meningkat
D. Asumsi dan Hipotesis 1. Asumsi Menurut Husaini Usman dan Purnomo ( 2008, h. 58 ), “Asumsi adalah pernyataan yang dapat diuji kebenaranya secara empiris berdasarkan pada penemuan, pengamatan, dan percobaan dalam penelitian yang dilakukan sebelumnya.”
43
Asumsi pada penelitian ini adalah : a. Guru memiliki pengetahuan dan keterampilan melaksanakan modelmodel pembelajaran. b. Fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match dianggap memadai. 2. Hipotesis Menurut Margono (2004, h. 80) menyatakan,”Hipotesis berasal dari perkataan hipo ( hypo) dan tesis (thesis). Hipo berarti kurang dari, sedangkan tesis berarti pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara. Hipotesis merupakan suatu kemungkinan jawaban dari suatu masalah yang diajukan. Hipotesis timbul sebagai dugaan yang bijaksana dari peneliti atau diturunkan ( deduced ) dari teori yang telah ada”. Berdasarkan pengertian hipotesis diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis: Terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Kerajaan Hindu-Budha dan Islam di Indonesia. dengan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A Match.