BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.
Kajian Pustaka
2.1.1. Penelitian Terdahulu Secara umum saat ini penelitian tentang media sudah banyak dilakukan para mahasiwa maupun para peneliti akademisi. Namun penelitian-penelitian ini masih pada aspek pemasaran, kualitas pelayanan suratkabar, strategi iklan, strategi mendapatkan keuntungan atau laba dan masih banyak penelitian lainnya yang hanya berputat pada orientasi keuntungan semata dalam jangka pendek.
Namun
demikian ada beberapa penelitian terdahulu ini yang memiliki kesamaan teori seperti yang diteliti penulis. Beberapa penelitian terdahulu ini diantaranya; pertama, Penelitian yang dilakukan Hadawiah (2005) dengan judul penelitian “Strategi memenangkan persaingan dalam pemasaran suratkabar”. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif ini menghasilkan bahwa setiap suratkabar memiliki standar dan ciri khas tersendiri dalam memenangkan persaingan, seperti ciri khas dalam menawarkan prodak berita, iklan, promosi, harga dan distribusi koran kepada konsumen. Dalam penelitian ini peneliti masih memfokuskan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
penelitian pada aspek manual ditengah perkembangan industri media yang semakin ketat saat ini terutama kehadiran media sosial atau new media yang menawarkan banyak prodak terutama penawaran iklan yang tentu membatasi ruang gerak suratsabar. Jika peneliti melihat lebih dalam seberapa pengaruh iklan akibat suratkabar akibat hadirnya media sosial sebagai alat alternatif mempromosikan produk-produk para perusahaan jauh lebih menarik dan berbobot hasil penelitiannya. Kedua, penelitian yang dilakukan
Risa Ayuningtyas (2008)
dengan judul “Strategi Metro TV : Menghadapi Persaingan Di Industri Pertelevisian Nasional”. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus ini menerangkan bahwa stasiun Meto Tv yang merupakan televisi berita terlihat jelas perbedaanya dengan stasiun televisi lain. Sebagai televisi berita, Metro Tv secara terus menerus berinovatif terhadap prodak berita (conten) agar dapat dipercaya publik dengan mengesampingkan pendapatan dari sisi iklan. Jika penelitian ini dikembangkan tidak hanya sebatas pada bagaimana strategi meningkatkan kualitas conten atau pemberitaan Metro Tv, tetapi dikaji lebih dalam bagaimana strategi Metro Tv menyediakan layanan website dengan mengupload video-video dan naskah-naskah beritanya sebagai salah satu strategi televisi agar informasi atau berita tersebut dapat diakses publik tanpa harus menonton televisi secara langsung menggukan tv manual. Cara ini merupakan bagian dari strategi televisi dalam hal kecepatan berita. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Andi Nadia Radinka (2012) dengan judul penelitian “Analisis Penerapan Integtrated Marketing
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Communication pada produk berbasis teknologi dalam membangun keputusan pembeli”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kuantitatif . Dari hasil penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa adanya korelasi antara kemampuan public relations dalam mempromosikan prodak berbasis teknologi dengan
keputusan
pembeli.
Kemampuan
public
relations
dalam
mempromosikan prodak melalui fasilitas teknologi atau dalam pengertian peneliti berbasis teknologi berpengaruh positif terhadap keputusan pembeli. Namun dalam penelitian ini tidak digambarkan secara detail maupun secara gamblang bagaimana respons pembeli terhadap prodak yang ditawarkan melalui fasilitas teknologi sehingga adanya korelasi antara kemampuan public relations dalam mempromosikan prodak melalui teknologi dengan keputusan pembeli. Berikut ini rangkuman hasil penelitian-penelitian terdahulu. Tabel 2.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti 1.
Judul
Hadawiah, Strategi memenangkan Universitas persaingan Hasanudin dalam pemasaran Makasar surat kabar
Teori
Metode
Teori dasar managemen penerbitan pers
Kualitatif
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Hasil Penelitian Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa masing-masing surat kabar memiliki ciri khas tersendiri dalam menata strategi dalam pemasaran baik prodak berita, iklan, harga, promosi dan distribusi
Kritik Penelitian ini masih melihat pada tataran konvensional yang sudah biasa dilakukan surat kabar pada umumnya, namun jika penelitian melihat seberapa pengaruhnya trategi manual memenangi persaingan dengan hadirnya teknologi
22
sebagai media publikasi iklan prodakprodak berbau bisnis? 2.
Andi Nadia Radinka,
Analisis Penerapan Integtrated Universitas Marketing Indonesia Communication pada produk berbasis teknologi dalam membangun keputusan pembeli”.
Teori yang digunakan adalah Marketing Komunikasi
Kuantitati f
Dari hasil analisis yang diuji didapat public relations dan direct marketing berpengaruh positif dan paling mempengaruhi terhadap keputusan pembelian produk elektronik. Sedangkan advertising, person al selling, sales promotion serta interactive marketing juga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk elektronik rumah tangga tetapi tidak setinggi dua bauran komunikasi lainnya. Hal ini berarti keputusan pembelian produk elektronik rumah tangga lebih dipengaruhi olehpublic relations dan direct marketing.
Penelitian ini kurang mendalamny a hasil analisis karena tidak dipaparkan bagaimana respons konsumen terhadap prodak tersebut sehingga adanya relefansi penerapan marketing komunikas dengan kepuasan konsumen.
3.
Risa Ayuningtyas,
Teori Strategi Bisnis
Kualitatif
Strategi positioning televisi berita telah membuat Metro TV berada pada ceruk pasarnya tersendiri. Sebuah diferensiasi yang berhasil membedakannya dengan stasiun TV yang lain.Meskipun demikian,positioning ini memberikan konsekuensi perolehan revenue yang tidak semasif stasiun televise general lainnya. Namun dengan melakukan penerapan strategi efisiensi biaya produksi, dimana ketergantungan dari pemasok sangat rendah, bisa menjadi alternatif bagi Metro TV guna meraih profit dan bertahan di persaingan industri pertelevisian saat ini.
Penelitian ini sesungguhny a sangat menarik namun jauh lebih menarik lagi kalau penelitian ini tdak hanya berfokus pada aspek strategi kualitas pemberitaan, tetapi lebih jauh digali soal inovasi lain yang dilakukan metro tv dalam menghadapi persaingan per televisian di Indonesia
ELO Digital Office Indonesia
Strategi Metro TV : Menghadapi Persaingan Di Industri Pertelevisian Nasional
Sumber : Olahan Peneliti 2013
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Dari beberapa hasil penelitian terdahulu seperti yang sudah dijabarkan pada tabel di atas, menunjukkan bahwa kajian para peneliti masih berputat pada strategi bisnis konvensional dengan menggunakan teori-teori marketing komunikasi di tengah arus perkembangan teknologi yang semakin menyulitkan pergerakan media konvensional. Selain itu juga kajian penelitian-penelitian tersebut kurang mendalam karena tidak mengungkapkan secara detail bagaimana perubahan bentuk pengelolaan media dari waktu ke waktu sehingga bisa memenangi persaingan bisnis. Berangkat dari hasil kajian penelitian-penelitian tersebut maka terdapat perbedaan yang signifikan antara penelitian-penelitian terdalu dengan
peneliti.
Jika
penelitian-penelitian
terdahulu
masih
mendeskripsikan strategi bisnis pada tataran permukaan dan hanya melihat bisnis konvensional, namun penelitian ini lebih melihat secara mendalam baik strategi bisnis konvensional maupun strategi bisnis modern melalui digitalisasi/konvergensi media. Penelitian ini jauh lebih mendalam karena mengungkapkan seperti apa strategi bisnis media melalui pengelolaan secara konvensional dan modern sehingga berdampak positif terhadap penguasaan pasar di tengah arus perkembangan teknologi yang kian pesat. Selain itu juga peneliti melihat secara mendalam bagaimana inovasi-inovasi yang dilakukan media khususnya suratkabar dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
memenangi persaingan bisnis. Dua kata kunci itu yang membedakan antara penelitian-penelitian terdahulu dengan peneliti.
2.1.2.
Tinjauan Teoritis
2.1.2.1.
Ekonomi Media
1. Pemahaman Ekonomi Media Perkembangan media massa menjadi institusi ekonomi melahirkan disiplin ilmu yang disebut
ekonomi media (media
economics). Ekonomi media memandang media sebagai industri atau institusi ekonomi yang berupaya mencari keuntungan. Samuelson dan Nordhaus dalam Usman Ks (2009:2), mengartikan ekonomi media, terdiri atas dua kata “ekonomi” dan “media”. Ekonomi, adalah studi tentang bagaimana manusia menggunakan sumber-sumber yang terbatas untuk memproduksi komoditas dan mendistribusikannya kepada manusia atau kelompok manusia lainnya. Dari definisi tersebut, ada tiga konsep pokok dalam ekonomi; Pertama, sumber (segala sesuatu yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa), Kedua, produksi (penciptaan barang dan jasa untuk dikonsumsi), dan Ketiga, konsumsi (penggunaan barang dan jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan). Media secara umum bisa didefinisikan sebagai sarana atau perantara atau penyebar dalam suatu proses komunikasi. Melalui media, pesan
terdistribusi ke khalayak.
Dalam konteks ekonomi, media adalah institusi bisnis atau intstitusi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
ekonomi
yang
memproduksi
dan
menyebarkan
informasi,
pengetahuan, pendidikan, dan hiburan kepada konsumen yang menjadi target. Yang termasuk media, antara lain; surat kabar, televisi, radio, majalah, tabloid, buku, iklan, public relations, film, serta rekaman. Dalam konteks ekonomi media, televisi, radio, surat kabar, dan media lainnya dipandang sebagai institusi bisnis. Alan Albarran dalam Usman Ks (2009:3) mendefinisikan ekonomi media sebagai studi tentang bagaimana industri media menggunakan sumber-sumber yang terbatas untuk menghasilkan jasa yang
didistribusikan kepada konsumen dalam masyarakat untuk
memenuhi berbagai keinginan dan kebutuhan. Menurut Alan Albarran (1996), suratkabar memainkan peran penting
sebagai
fasilitator
perdagangan,
mempromosikan
konsumerisme melalui iklan, dan menjalankan berbagai kepentingan bisnis
pemodal/pemiliknya.
Sebagai
sistem
ekonomi,
industri
suratkabar mencakup dua kegiatan utama yaitu: produksi dan konsumsi. Kegiatan produksi merujuk pada proses pengolahan produk, mulai dari mengumpulkan bahan dasar sampai berwujud output media. Kegiatan produksi dalam industri media mencakup 2 produk: (1) Media goods; merupakan produk fisik media seperti bentuk dan ukuran suratkabar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
(2) Media services; menunjuk pada content media atau aktivitasaktivitas pendukung yang memasok produk, misalnya berbentuk berita atau artikel. Kegiatan konsumsi industri suratkabar mencakup pemenuhan kebutuhan media goods dan media service untuk dua pasar sasaran: yakni pembaca dan pengiklan. Model bisnis suratkabar harian adalah penjualan dua produk utama yaitu isi berita yang dibaca oleh pembacanya, dan akses ke pembaca itu, yang dijual kepada pengiklan. Keberadaan dua jenis konsumen ini sangat menentukan kelangsungan hidup institusi media. Alasan itulah pengelola memaksimalkan keuntungan, pengelola media selalu berorientasi pada kepentingan pembaca dan pengiklan. Itulah sebabnya, selera kebanyakan konsumen akan menjadi tolok ukur utama proses produksi media. Kriteria semacam ini kemudian menyebabkan media seringkali dituduh menanggalkan prinsip-prinsip kualitas. Dalam struktur pasar yang normal, operasi bisnis suratkabar dalam merespon harga dan kuantitas produk selalu berdasarkan pada mekanisme supply and demand. Dalam
mekanisme ini, audiens atau pengguna media
mengambil keputusan membeli media goods dan services. Demand adalah hasrat menggunakan media dan kemampuan membeli produk media yg dipengaruhi oleh keinginan atau kebutuhan konsumen pada produk media. Bagi pengiklan, hasrat tersebut terkait dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
kebutuhan akan space iklan. Consumer demand pun ditentukan oleh kemampuan konsumen membeli produk media atau space iklan. Pembelian produk media umumnya mengacu pada pembelian produk fisik media, sementara space iklan mengacu pada pada pembelian ruang atau halam media untuk beriklan. Consumer demand dipengaruhi oleh 3 hal: (1)
Produk ; terkait dengan variasi dan content media yang ada
dipasar (2) Harga; terkait dengan jumlah pengorbanan finansial yang menjadi beban konsumen untuk mengakses atau mengkonsumsi media; dan (3) Karakteristik pasar; terkait dengan selera konsumen, daya beli, perilaku pembelian media, presepsi tentang nilai media, prioritas kebutuhan, dan sebagainya. Sementara supply mencakup kuantitas barang (goods) yang memenuhi permintaan konsumen dalam suatu rentang waktu tertentu dengan penawaran harga dan karakteristik produk yang menarik. Perusahaan media dituntut dapat merespon kepentingan konsumen agar produk medianya dapat diterima yang mendorong perushaan selalu berupaya memahami kebutuhan dan keinginan konsumen termasuk merancang spesifikasi produk suratkabar yang berbeda dari pesaingnya. Sementara menurut Picard dalam Usman
Ks (2009:3)
menyebutkan ekonomi media berkaitan dengan bagaimana industri
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
media mengalokasikan berbagai sumber untuk menghasilkan materi informasi dan hiburan untuk memenuhi kebutuhan audiens, pengiklan, dan istitusi sosial lainnya. Berdasarkan pemahaman di atas maka dapat disimpulkan bawah terdapat tiga konsep pokok ekonomi diantaranya; sumber daya manusia, produksi (baik proses produksi media cetak, media elektronik, film, rekaman, maupun buku, dan lain- lain), dan yang terakhir adalah konsumsi (konsumen atau pasar). Selain beberapa pandangan yang sudah dikemukakan di atas, pendapat lain terkait ekonomi media diantaranya dari Chris Barker, (2006) yang menyatakan bahwa ekonomi media adalah rangkaian pola produksi, distribusi dan konsumsi dalam industri media massa yang melibatkan relasi pihak jurnalis, organisasi media, pemilik modal atau kapitalis, dan negara-atau tepatnya pemerintah. Sementara menurut Robert G. Picard dalam Alison Alexander, (1998:11), suratkabar merupakan industri tertua di dunia yang melampaui industri buku. Suratkabar sudah berkembang lebih dari tiga abad. Dalam sejarahnya industri suratkabar telah berkembang dan memainkan perannya dalam bidang sosial dan bidang ekonomi. Perusahaan suratkabar memiliki misi komersial dan sosial. Seperti kebanyakkan media lain, koran memainkan peran penting sebagai fasilitator perdagangan, promosi pada konsumsi dengan menciptakan keinginan konsumen untuk produk melalui iklan, dan melayani
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
kepentingan keuangan pemilik surat kabar sebagai bagian dari sistem ekonomi yang kompetitif. Industri surat kabar merupakan bisnis yang menguntungkan dari semua industri industri manufaktur lainnya. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, industri surat kabar menggabungkan dengan teknologi (kemampuan untuk produksi), pengumpulan informasi dan pemberi pelayanan kemasan, dan suport keuangan dari pengiklan dan pembaca untuk menghasilkan produk yang dapat digunakan oleh khalayak. Sementara menurut (Benjaminson, Picard, McCombs, & Lacy, 1985 dalam Alison Alexander (1998: 111), industri suratkabar tidak terlepaspisahkan dari gelombang kematian yang mengancamnya. Gelombang ini sudah terjadi sejak perang Dunia ke-II dan 1980-an, di mana sekitar 20 % dari produksi kertas ditutup. Situasi ini terus terjadi dalam bisnis suratkabar. Pendapat senada juga datang dari Picard, 1988: Udell, 1998 dalam Alison Alexander (1998: 111). Menurut mereka ketergantungan suratkabar pada pengiklan dalam industri surat kabar menciptakan masalah ekonomi secara sistemik yang membuat suratkabar tidak bertahan hidup. Kondisi ini akibat semakin banyaknya suratkabar yang merebut lokasi pasar yang sama terlepas dari seberapa besar suratkabar pesaing beredar di pasaran. Kondisi ini akibat tidak proporsional antar iklan dengan jumlah suratkabar yang beredar. Menurut Rosse &
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Dertouzous, (1979), suratkabar berkembang dengan baik ketika proses produksi pruduknya berkembang dengan baik dan terus meningkat, dalam artian adanya relefan antara jumlah produk dengan yang dihasilkan. Menurut
Alison
Alexander,
(1998:123),
persoalan
perkembangan bisnis suratkabar tidak hanya terjadi pada aspek ekonomi semata, namun perubahan teknologi juga turut berpengaruh secara signifikan produksi surat kabar. Dalam kurun waktu tiga dekade terakhir telah mengubah struktur dan fungsi organisasi surat kabar, akibat hadirnya teknologi. Proses produksi suratkabar baik percetakan berita, iklan, dan foto, sudah menggunakan peralatan komputer, kondisi ini telah mengubah industri secara signifikan. Disisi lain dari efek dari teknologi baru ini adalah terjadinya pengurangan jumlah personil
dalam
industri
surat
kabar
karena
teknologi
telah
mengambilalih peran manusia. Banyak produksi yang sebelumnya dilakukan manusia namun telah dikerjakan perangkat teknologi.
2. Sumber dan Sistem Ekonomi Media Herman dan Chomsky dalam Usman Ks (2009:6), menyebut media massa sebagai mesin atau pabrik penghasil berita (news manufacture) yang sangat efektif dan mendatangkan keuntungan besar dari sisi ekonomi. Banyak pengusaha besar yang menanamkan modalnya dalam bisnis media massa. Para pengusaha yang terjun ke
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
industri media tentu berharap modal yang sudah mereka tanamkan bisa kembali, bahkan menghasilkan keuntungan. Terjunnya pengusaha besar dalam industri besar dalam industri
media memunculkan
fenomena konglomerasi media. Selain dari pengusaha besar atau investor, yang menjadi sumber ekonomi media adalah pasar, yakni khalayak (hasil penjualan atau sirkulasi) dan pengiklan. Media juga mengetahui selera pasar dan perubahannya. Bagaimana pun, sebagai institusi ekonomi, media massa harus mampu memenuhi kebutuhan pasar. Oleh karena itu, pasarlah yang “membiayai” kelangsungan hidup media. Untuk mengetahui selera atau kebutuhan pasar tersebut, media perlu melakukan riset. Ekonom
membedakan studi di bidang ekonomi
menjadi makro ekonomi dan mikroekonomi. Makro ekonomi mempelajari ekonomi sebagai sistem secara menyeluruh, terutama pada level nasional. Makro ekonomi meliputi topik, seperti pertumbuhan ekonomi dan ekonomi politik (kebijakan publik yang berkaitan dengan ekonomi, produksi, serta
konsumsi
nasional,
tenaga kerja, dan inflasi). Mikro ekonomi memusatkan perhatian pada aktivitas tertentu dalam
sistem ekonomi, seperti individu sebagai pasar, perusahaan,
serta konsumen. Mikro ekonomi mempelajari struktur dan perilaku pasar, aktivitas produsen dan konsumen. Studi ekonomi media yang diterapkan oleh sebuah media mencakup mikro ekonomi maupun
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
makro ekonomi. Sebagai contoh, regulasi
tentang keharusan televisi
atau surat kabar nasional bekerja sama dengan televisi atau surat kabar lokal
jika
ingin bersiaran
ataupun pemberitaan di daerah
(makroekonomi) akan mempengaruhi pola investasi atau permodalan televisi nasional maupun lokal (mikroekonomi). Dari beberapa pendapat di atas terkait ekonomi media, peneliti berpendapat bahwa media massa yang pada awalnya hanya sebatas institusi yang berperan dan berfungsi menyebarluaskan informasi, mendidik, pengontrol sosial dan hiburan sudah bertambah perannya menjadi sebuah industri bisnis yang perlu mendapat keuntungan dengan memegang prinsip-prinsip ekonomi yang pada awalnya hanya dilakukan perusahaan-perusahaan non-media.
3. Ekonomi Politik Media Institusi media yang tidak biasa adalah bahwa aktivitasnya tidak terpisahkan secara ekonomi maupun politik, sekaligus sangat tergantung dari teknologi yang terus-menerus berubah dan dinamis. Aktivitas ini melibatkan produksi barang, dan layanan yang seringkali bersifat pribadi (konsumsi bagi kepuasan pribadi individu) dan publik (dipandang perlu bagi bekerjanya masyarakat sebagai keseluruhan dan juga pada ranah publik). Pada ranah ini media secara umum harus beroperasi secara keseluruhan atau sebagian menurut dikte ekonomi pasar. Bahkan dalam aspek ini media dapat menarik perhatian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
pemerintah untuk alasan yang sama yang membuat bisnis pribadi menjadi subjek berbagai bentuk regulasi hukum dan ekonomi, (Denis McQuail, (2012:245). Meskipun media dengan beragam karakteristik yang berbedabeda namun tetap memiliki konteks yang sama yakni media tidak dapat dipisahkan dari berbagai situasi sosial di mana media tersebut beroperasi. Pilihan satu-satunya adalah media mengaplikasikan perpektif industri ekonomi, (Tunstall dalam Denis McQuail, (2012:245)). Media sudah tidak dapat dipisahkan dari prinsip-prinsip struktur ekonomi yang berusaha mencari keuntungan melalui penjualan produk. Suatu pasar terdiri atas para penjual yang menyediakan barang atau layanan yang sama, atau barang-barang dan layanan yang hampir dapat saling menggantikan, kepada sekelompok konsumen yang sama. Secara umum pasar dapat didefinisikan berdasarkan tempat, orang-orang, jenis pemasukan dan sifat produk atau layanan. Arus utama media suratkabar, radio dan televisi dapat dikelompokkan menurut lini fundamental pembagian ekonomi antara pasar konsumen (consumer market) untuk layanan dan produk media dan pasar iklan (advertising market) di mana layanan di jual kepada para pengiklan dalam bentuk akses kepada khalayak, Picard (1989:17).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Menurut Picard di dalam pasar konsumen terdapat dua bentuk penjualan yakni pertama pasar prodak ‘satuan’ (one-off) seperti buku, video, lagu, dan surat kabar yang dijual secara langsung kepada konsumen dan kedua, pasar media yang berkelanjutan seperti televisi kabel, dan media online.
4. Media Bukan Bisnis Biasa Disaat media dianggap sebagai industri bisnis dengan memegang teguh prinsip-prinsip ekonomi maka media bukan lagi bisnis biasa. Perkembangan dan persaingan dalam dunia industri media dari masa ke masa terus mengalami kemajuan yang begitu pesat. Persaingan antar media pun semakin ketat. Kunci bagi karakter institusi media yang tidak biasa adalah bahwa aktivitasnya tidak terpisahkan secara ekonomi maupun politik, sekaligus sangat tergantung dari teknologi yang terus menerus berubah. Aktivitas ini melibatkan produksi barang dan layanan yang sering kali bersifat pribadi(konsumsi bagi kepuasan individu) dan publik (dipandang perlu bagi bekerjanya masyarakat sebagai keseluruhan dan juga pada ranah publik). Karakter publik media diturukan terutama dari fungsi politik media dalam demokrasi, tetapi juga dari fakta bahwa informasi, budaya, dan gagasan dianggap sebagai kepemilikan kolektif. Secara khusus dalam sejarah media massa tumbuh dengan citra yang kuat dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
meluas sebagai pemain penting dalam kehidupan publik dan secara esensial ada dalam ranah publik, Denis McQuail, (2012:244). Berikut ini gambar dimana media merupakan titik pusat dari tiga macam pengaruh yang saling tumpang tindih.
Gambar 2.1 Tiga Elemen yang memengaruhi industri media
Ekonomi
Teknolo gi Institusi Media
Politik
Sumber : Denis McQuail (2011)
Menurut Straubhaar & LaRose, 2004: 33), Media memiliki sejarah yang panjang sebagai pendukung kegiatan komunikasi. Dalam konteks ekonomi, media sangat erat kaitannya dengan bisnis dan industri. Media juga telah membaur dalam kehidupan bermasyarakat serta memiliki beragam fungsi yang mampu memengaruhi aktifitas masyarakat secara menyeluruh.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
2.1.2.2.
Konsep Inovatif Industri Media
1. Media Inovatif Dewasa ini persaingan bisnis media sudah semakin ketat dan tidak dapat dipungkiri bahkan tidak dapat dibendung kecuali dengan upaya-upaya maksimal yang dilakukan media itu sendiri dalam mempertahankan keberadaannya dari ancaman persaingan antar media. Menurut Stanley J. Baran (2012:154), saat ini terdapat penurunan oplah suratkabar di seluruh dunia. Tidak saja sampai pada penurunan oplah namun analisis Stanley J. Baran mengungkapkan ada prediksi yang menyatakan tentang kematian surat kabar akibat tidak mampu melakukan inovasi dan strategi lain dalam mempertahankan keberadaannya. Analisis Stanley J. Baran juga diperkuat dengan hasil kajian dan analisis Media Wolff; “Jika Anda memiliki surat kabar, Anda dapat meramalkan bahwa surat kabar hampir mendekati masa akhirnya”. Kondisi ini merupakan badai luar biasa dalam industri surat kabar. Model bisnis percetakan sedang meledak ketika pembaca yang lebih muda berpaling kepada media baru untuk mendapatkan berita dan informasi. Adanya ketakutan bahwa industri surat kabar akan gagal meredam badai jika tidak mampu lagi melakukan inovasiinovasi untuk mempertahankan keberadaannya. Dengan demikian, untuk mempertahankan keberhasilan dan menjamin masa depannya,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
surat kabar harus melakukan diversifikasi dan inovasi dengan berbagai cara sebagai upaya mempertahankan bisnis, Stanley J. Baran (2012:141). Media secara terus menerus dan secara kontinue melakukan inovasi diberbagai aspek, hal ini dilakukan agar media tidak tertinggal dan bahkan mati akibat tidak mampu bersaing dengan pesaingnya. Surat kabar tidak lagi bertahan dengan cara-cara lama yang hanya mengandalkan media cetak itu sendiri tanpa melakukan inovasi. Adapun Stanley J. Baram (2012: 154), menjelaskan saat ini surat kabar melakukan inovasi dengan cara melakukan konvergensi dengan internet. Krisis terhadap surat kabar semakin tergerus dan bahkan sebagai badai yang luar biasa. Internet telah terbukti sebagai hal yang paling merusak secara langsung bisnis periklanan surat kabar dari segi finansial. “Ada suatu masa di mana kelompok iklan merupakan milik surat kabar secara eksklusif”, kata Mort Golldstrom dalam Stanley J. Baram (2012: 156), wakil presiden periklanan diNewspaper Association of America. “Masa itu telah berakhir”. Para pemasang iklan lebih menggunakan fasilitas internet dibanding menggunakan surat kabar, akibatnya terjadi kerugian terparah pada surat kabar. Penggabungan antara surat kabar dengan Web belum terbukti sukses secara finansial untuk surat kabar. Namun, terdapat tanda-tanda yang menggembirakan. Dan bahkan industri surat kabar menyadari
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
bahwa suratkabar harus menerima kerugian finansial seraya membangun kepercayaan pembaca online, penerimaan dan terlebih lagi penggunaan yang teratur dan lebih sering. Sebagai contoh misalnya internet public Library membuat daftar dan menyediakan link-link web ribuan surat kabar online di AS, termasuk suratkabar online di setiap negara bagian. Semua surat kabar ini mengadopsi berbagai strategi inovasi untuk dapat relevan dalam internet.
Masing-masing
menawarkan
tidak
hanya
hal
yang
diharapkan untuk ditemukan para pembaca dalam berbagai surat kabar situs-situs ini, namun juga tambahan informasi yang signifikan dan bagaimana menampilkan kotanya secara lebih lengkap. Situs-situs ini menjadi seperti petunjuk kota sebagaimana juga dalam surat kabar kota. Suratkabar-suratkabar lokal dapat menggunakan situs web-nya untuk
mengembangkan
situs
sekundernya
sendiri
sehingga
menyediakan informasi detail yang sangat baik tentang industri lokal. Strategi inovasi lain adalah dengan cara surat kabar online untuk membangun dan menjaga forum pesan dan kelompok chat dalam situsnya yang berkaitan dengan isu-isu penting. Tidak semua surat kabar memandang operasi online-nya semata-mata hanya sebagai tambahan surat kabar “nyata”-nya. Untuk meluncurkan hal yang disebut oleh Editor dan Publisher sebagai “tindakkan kedua dalam kehidupan suratkabar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
online”, Robins, (2001: 17) pada bulan Oktober 2001, New York Times memulai pengiriman digital harian (digital delivery daily), mengirimkan surat kabar, seperti dalam tampilan cetaknya, ke komputer-komputer yang ada di rumah-rumah dan kantor-kantor. Untuk saat ini, pengiriman digital harian dapat dibaca pada layar komputer rumah, laptop, peralatan genggam seperti Palm Pilots dan telepon seluler. Strategi lain yang dilakukan surat kabar dalam mempertahankan keberadaanya adalah dengan bergabung bersama jejaring sosial lainya seperti blog, portal, face book, dan twitter. Sebagai bentuk respons kegelisaan kalangan bisnis media cetak dilakukannya kegiatan Konvensi ”Publish Asia 2012”, yang diadakan Asosiasi Suratkabar dan Penerbitan Berita Dunia (WANIFRA), di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, pada 13 April 2012 -14 April 2012. Konvensi WAN-IFRA selanjutnya diadakan di Bangkok, Thailand, tahun depan. Dalam konvensi ini kalangan penerbit suratkabar optimistis Koran cetak tidak akan mati jika terus melakukan inovasi. Dalam konvensi di Nusa Dua ini sejumlah kalangan sepakat suratkabar akan bertahan namun perlu terus berinovasi. Harian Bangkok Post di Bangkok, misalnya, menempuh cara memberikan suratkabar gratis dan menempatkannya di ruang publik. Pemimpin Redaksi Bangkok Post, Pichai Chuensuksawadi, menyadari suratkabar gratis akan dapat bersaing dengan media online yang juga gratis.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
Konvensi yang dihadiri 700 peserta dari 30 negera ini membahas khusus trategi inovatif yang harus dilakukan industri media cetak, (Kompas, 14 April 2012). John Hartley (2010:122) dalam bukunya Communication, Cultural and Media Studies, mengatakan dalam industri manufaktur tradisional, ide beredar pada kecepatan rendah, dihambat oleh metode rutin, tradisi, dan metode reproduksi yang sudah ada menggunakan pola yang sudah dikenal. Produksi dalam ekonomi industri, diproduksi oleh teknologi yang ada. Dalam ranah inovatif (sebagai contoh: media, perkembangan perangkat lunak, bioteknologi, produksi musik) ide beredar diantara orang-orang dengan sangat cepat. Dalam skenario ini, ilmu dan penemuan menciptakan teknologi baru, menekankan produk ke tingkat baru. Diskusi, ide, kontribusi dari pihak lain, perkembangan ide menjadi suatu yang baru merupakan titik pusat kesuksesan industri tersebut. Sementara Landry dan Bianchini (1994) dalam John Hartley (2010:123),
membedakan
kreativitas
dari
inovasi.
Mereka
mengindentifikasi kreativitas sebagai proses dimana ide baru diproduksi,
sedangkan
inovasi
adalah
proses
dimana
ide
diimplementasikan. Untuk itu kreativitas adalah prasyarat untuk inovasi. Agar inovasi terjadi, diperlukan langkah keluar dari rutinitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
atau struktur, dan untuk itu ia bisa menjadi hasil perbedaan pendapat atau eksperimen produk. Dalam ekonomi berdasarkan pengetahuan dimana perusahaan pada informasi untuk memperbaiki produk mereka dan memproduksi yang baru. Inovasi menjadi komponen utama bagi kesejahteraan. Sekali ide itu keluar, kemudian perlu kiranya memetakan apa saja sumber daya yang dibutuhkan, kemungkinan adanya tim kerja untuk bekerja dalam perkembangan dan faktor pengetahuan yang mungkin menghalangi produksi kerja. Untuk itu inovasi membutuhkan rentang kondisi, kemampuan, dan pengetahuan yang tepat untuk membuatnya terwujud. Pengembangan kondisi yang tepat untuk inovasi menjadi kepedulian utama dalam industri ilmu pengetahuan, bisnis dan seni dari ekonomi pengetahuan.
2. Konvergensi Media Perang meraih pasar dibutuhkan prinsip-prinsip pengelolaan secara modern dengan standar yang jelas. Pengelola suratkabar harian mesti mengetahui segmentasi, targeting, dan positioning korannya. Hal-hal itu diracik sedemikian rupa menjadi strategi dan taktik bisnis yang responsif dengan tuntutan dan kebutuhan pasar suratkabar. Produk utama suratkabar harian adalah berita yang lekas basi. Masa kadaluwarsarnya hanya berlaku dalam hitungan menit, sehingga pengelola harus piawai mengemas agar tetap menarik pembaca untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
membeli produknya. Inovasi, kreasi, singergi-konvergensi menjadi kata kunci yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Singergi-konvergensi merupakan tuntutan yang mutlak dipenuhi. Suratkabar harian tidak bisa lagi hanya mengandalkan edisi print (cetak), tetapi harus menyajikan informasi multiplatform and multichannel. Sebuah krisis kepercayaan telah menyatu dengan revulusi teknologi dan perubahan struktur ekonomi untuk menciptakan sesuatu yang hanya dapat digambarkan sebagai badai yang luar biasa. Model bisnis percetakan sedang meledak ketika pembaca yang lebih muda berpaling kepada tabloid gratis dan media elektronik untuk mendapatkan berita. Internet telah terbukti sebagai hal yang paling merusak secara langsung bisnis periklanan surat kabar dari segi finansial, Farmi (2005:52). Permasalahan kerugian pada pemasukan iklan diperparah oleh perpindahan generasi muda, yang merupakan kelompok demografis yang sangat diinginkan dari mulai sumber berita cetak sampai elektronik. Internet dan World Wide Web tidak hanya menyediakan informasi yang lebih dalam dan dengan kecepatan yang lebih tinggi dari pada surat kabar tradisional, namun Internet dan World Wide Web juga mendorong pembaca untuk mengontrol dan berinteraksi dengan berita, yang pada dasarnya mereka menjadi kepala editor bagi diri sendiri. Sebagai hasilnya suratkabar tradisional menemukan kembali
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
diri sendiri dengan berkonvergensi dengan teknologi, (Martinez, 2005 dalam Stanley J. Baram (2012: 156)). Penggabungan antara suratkabar dengan web belum terbukti sukses secara finansial untuk suratkabar. Namun, terdapat tanda-tanda yang menggembirakan. Dan bahkan industri surat kabar menyadari bahwa suratkabar harus menerima kerugian finansial seraya membangun kepercayaan pembaca online, penerimaan, dan terlebih lagi penggunaan yang teratur dan lebih sering. Dengan menyediakan layanan web masing-masing suratkabar menawarkan tidak hanya hal yang diharapkan untk ditemukan para pembaca dalam berbagai surat kabar situs-situs ini, namun juga tambahan informasi yang siginifikan dan bagaimana menampilkan kotanya secara lebih lengkap. Situs-situs menjadi petunjuk kota sebagaimana juga dalam suratkabar kota. Strategi lokalisasi yang lain adalah dengan cara surat kabar online untuk membangun dan menjaga forum pesan dan kelompok chat dalam situsnya yang berkaitan dengan isu-isu penting. Suratkabar memulai situs blog sendiri dengan tujuan untuk mengundang pembaca dan jurnalis saling berkomunikasi, (Miler, 2005). Menurut Robins, (2001:7), Operasi online semata-mata tidak hanya sebagai tambahan surat kabar “nyata” tetapi untuk meluncurkan apa yang disebut sebagai tindakan kedua dalam kehidupan surat kabar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
online. Pengiriman digital harian seperti dalam tampilan cetaknya ke web juga merupakan bagian penting inovatif suratkabar. Sementara John Hartley, (2010:169) berpendapat, kemampuan beradaptasi informasi digital memungkinkan beberapa jenis industri untuk merestrukturisasi diri. Industri jasa, termasuk broadcasting dan telekomunikasi, secara tradisional beroperasi di wilayah pasar domenstik dengan industri yang berpusat pada layanan standar terkirim ke pasar massal. Konvergensi menghubungkan industri yang secara tradisional terpisah ini melalui jaringan digital, struktur industri tradisional tidak lagi relevan untuk diterapkan.
2.1.2.3.
Competitive Strategy
Michael E. Porter (1998:19) dalam bukunya Competitive Strategy, mengatakan setiap perusahaan yang bersaing dalam sebuah industri mempunyai strategi bersaing, eksplisit maupun implisit. Strategi ini mungkin dikembangkan secara eksplisit melalui proses perencanaan atau mungkin juga telah berkembang secara implisit melalui berbagai kegiatan departemen fungsional perusahaan. Pada dasarnya, mengembangkan strategi bersaing sama halnya dengan mengembangkan rumusan umum tentang bagaimana bisnis akan bersaing, apa yang seharusnya menjadi tujuannya dan kebijakan apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Dalam bersaing harus mempertimbangkan empat faktor utama yang menentukan batas-batas yang dapat diraih perusahaan dengan berhasil. Kekuatan dan kelemahan perusahaan adalah profil dari kekayaan dan ketrampilannya relatif terhadap pesaing, termasuk sumber daya keuangan, posisi teknologi, identifikasi mereka dan lainlain. Kekuatan dan kelemahan yang dipadukan dengan nilai-nilai tersebut menentukan batas internal (bagi perusahaan) terhadap strategi bersaing yang dapat diterapkan oleh perusahaan dengan berhasil. Batas-batas eksternal ditentukan oleh industri dan lingkungan yang lebih luas. Peluang dan ancaman industri menentukan lingkungan persaingan, dengan resiko serta imbalan potensial yang melingkunginya. Kemempat faktor ini harus dipertimbangkan sebelum suatu bisnis dapat mengembangkan rangkaian tujuan dan kebijakan yang realistis dan dapat diterapkan. Berikut adalah gambar hubungan
keempat
faktor
tersebut
dimana
strategi
bersaing
dirumuskan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Gambar 2.2. Model Merumuskan Strategi Bersaing Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan
Faktor Internal Bagi Perusahaan
Peluang dan ancaman industri (Ekonomi dan Teknologi Faktor Eksternal Bagi Perusahaan
Strategi Bersaing
Nilai-nilai pribadi dari Para Eksekutif Kunci
Harapan Masyarakat Luas
Sumber : Michael E. Poter (1998:25)
Inti dari perumusan strategi bersaing adalah menghubungkan perusahaan dengan lingkungannya. Intensitas persaingan dalam suatu industri berakar pada struktur ekonomi yang mendasarinya dan berjalan di luar perilaku pesaing-pesaing yang ada. Keadaan pesaing dalam suatu industri tergantung pada lima kekuatan persaingan dasar. Gambar 2.3. Model Pesaing Dalam Industri Pendatang Baru Potensial Ancaman Pendatang Baru
Para Pesaing Industri
Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Persaingan diantara perusahaan yang ada
Pemasok
Ancaman Prodak atau jasa pengganti
Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Pembeli
Prodak Pengganti
Sumber : Michael E. Poter (1998:34)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, dengan strategi tersebut perusahaan menetapkan cara untuk mencapai sasaran yang telah direncanakan oleh karena itu, setiap manajer perusahaan melalui program khusus yang diterapkan secara efesien dan dapat diperbaiki apabila gagal mencapai tujuan. Selain strategi bersaing yang dikembangkan oleh Michael E. Poter, terdapat juga beberapa konsep strategi para ahli yang dikutip Rangkuti (1999) adalah sebagai berikut : Chander mengemukakan bahwa strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya. Strategi berkaitan dengan arah-tujuan dan kegiatan jangka panjang suatu organisasi. Strategi juga sangat terkait dalam menentukan bagaimana suatu organisasi menempatkan dirinya dengan mempertimbangkan keadaan sekelilingnya, terutama terhadap pesaing. Selain itu Gluek (1990) mengatakan bahwa, strategi adalah sebuah
rencana
yang
disatukan,
luas
dan
teringrasi
yang
menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tentang lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan itu dapat dicapai melalui pelaksanakan yang tepat oleh organisasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Kemudian William J. Stanton memperjelas bahwa, strategi adalah sebuah rencana dasar yang luas dari suatu tindakan organisasi untuk mencapai suatu tujuan. Sementara Effendy (1992), berpendapat, strategi pada hakekatnya adalah perencanakan (planning) dan manejemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, tetapi harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Tidak ada strategi yang terbaik bagi suatu perusahaan sebab setiap perusahaan harus menyusun strategi menurut kompetensi inti yang dipunyai untuk mencapai tujuan. Merujuk pada pandangan dan Schendel dan Charles Hofef, Higgis dalam Salusu (1996) menjelaskan ada empat tingkatan strategi, yaitu : 1.
Enterprise strategy Stategi ini berkaitan dengan respon masyarakat. Setiap
organisasi mempunyai hubungan dengan masyarakat. Masyarakat adalah kelompok yang berada di luar organisasi yang tidak dapat dikontrol. 2. Corporate strategy Strategi ini berkaitan dengan misi organisasi, sehingga sering disebut grand strategy yang meliputi bidang yang digeluti suatu organisasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
3. Business strategy Strategi pada tingkat ini menjabarkan bagaimana merebut pasaran di tengah masyarakat. Bagaimana menempatkan organisasi dihati para penguasa, pengusaha, anggota legislative, para donor, politisi, dan sebagainya, dimana tujuannya adalah untuk dapat memperoleh keuntungan-keuntungan strategi yang sekaligus mampu menunjang berkembangnya organisasi ke tingkat yang lebih baik. 4. Functional strategy Starategi ini merupakan strategi pendukung dan untuk menunjang suksesnya strategi lain. Ada tiga strategi fungsional, yaitu : Pertama; Strategi fungsional ekonomi, mencakup fungsifungsi yang memungkinkan organisasi hidup sebagai satu kesatuan ekonomi yang sehat, antara lain yang berkaitan dengan keuangan, pemasaran, sumber daya, penelitian dan pengembangan. Kedua; Strategi fungsional manajemen, yang mencakup fungsi-fungsi yaitu planning, implementing, controlling, staffing, leading, motivating, communicating, decision making, representing, dan integrating. Dan Ketiga; Strategi isu stratejik, yang fungsi utamanya adalah mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui atau yang selalu berubah. Tingkat-tingkat strategi ini merupakan kesatuan yang bulat dan menjadi isyarat bagi setiap pengambilan keputusan tertinggi bahwa mengelolah organisasi tidak boleh dilihat dari sudut kerapihan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
administrasi saja, tetapi juga memperhitungkan tentang “kesehatan” organisasi dari sudut ekonomi. Dalam merumuskan tipe-tipe strategi, Koteen membaginya menjadi empat tipe, yaitu : 1. Corporate Strategy (strategi organisasi) Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, nilai-nilai, dan inisiatif-inisiatif stratejik yang baru. Pembatasan-pembatasan yang diperlukan, yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa. 2. Program Strategy (strategi promosi) Strategi ini lebih memperhatikan pada implikasi-implikasi stratejik dari suatu program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi. 3. Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya) Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksialkan pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna menungkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya ini dapat berupa tenaga, keuangan, teknologi dan sebagainya. 4. Institutional Strategy Fokus dari strategi insititusional ialah mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif stratejik. Selain strategi yang telah dijabarkan di atas ada beberapa strategi lain dalam memenangi persaingan. Menurut Kotler dan Amstrong (1996) ada tiga strategi penting dalam bersaing :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
1. Kepemimpinan biaya rendah Disini perusahaan bekerja keras untuk mencapai biaya produksi terendah untuk sehingga dapat menetapkan harga lebih rendah ketimbang pesaingnya dan berhasil merebut pangsa pasar yang lebih besar dari pesaingnya. 2. Diferensiasi Disini perusahaan memusatkan perhatian pada penciptakan line product dan program pemasaran berbeda sehingga akhirnya muncul sebagian pemimpin pasar. 3. Fokus Di sini perusahaan memusatkan perhatiannya pada usaha melayani beberapa segmen pasar yang baik dan bukan mengejar seluruh pasar. Perusahaan yang melakukan dengan baik salah satu strategi diatas kemungkinan akan memperoleh kinerja yang baik. Selain itu, kepemimpinan pasar juga dapat berkembang dengan jalan mengikuti pangsa pasarnya. Ada tiga aspek yang dapat dijadikan fokus atau tumpuan untuk memenangkan persaingan yaitu; Pertama, Keunggulan operasional (operational Exellence), tujuannya adalah untuk menjadi kepemimpinan industri dalam aspek kualitas, harga dan kemudahan. Kedua, Kepemipinan Produk ( Product Leadership) dan tujuannya untuk mencapai pemimpin produk, suatu perusahaan perlu secara terus menerus melakukan pengembangan dan inovasi produk dan jasa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
yang dihasilkannya, system menajemen dikendalikan oleh hasil dan adanya budaya yang mendorong imajinasi individual, prestasi dan langkah berfikir untuk mengembangkan produk dan jasa ke yang lebih baik. Dan Ketiga, Keakraban dengan Pelanggan (Customer Intimacy). Persaingan
yang
ketat
menyebabkan
perusahaan
melakukan
penyesuain produk dan jasa dengan kebutuhan spesifik dan spesial setiap pelanggan. Untuk menunjang semuanya itu terdapat enam faktor atau determinan yang menentukan strategi, yaitu : 1. Tujuan dan sasaran Perlu dipahami bahwa tujuan dan sasaran berbeda. Menurut Harvey (Salusu, 1996) mencoba menjelaskan keduanya dimana organizational goal adalah keinginan yang hendak dicapai diwaktu yang akan datang, yang digambarkan secara umum dan relatif tidak mengenal batas waktu, sedangkan organizational objective adalah pernyataan yang sudah mengarah pada kegiatan untuk mencapai goals – lebih terkait dengan waktu, dapat diukur dan dapat dijumlah dan dihitung. 2. Lingkungan Harus disadari bahwa organisasi tidak dapat hidup dalam isolasi. Seperti manusia, organisasi yang dikendalikan oleh manusia senantiasa berintraksi dengan lingkungannya, dalam arti saling mempengaruhi. Sasaran organisasi selalu berhubungan dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
lingkungan, dimana bisa terjadi bahwa lingkungan yang mampu mengubah sasaran, sebaiknya sasaran organisasi dapat mengontrol lingkungan. 3. Kemampuan Internal Menurut Shirley kemampuan internal digambarkan sebagai apa yang dibuat (can do) karena kegiatan akan terpusat pada kekuatan. 4. Kompetisi Kompetisi dapat diartikan sebagai persaingan, dimana hal ini tentu saja tidak dapat diabaikan dalam merumuskan strategi. 5. Pembuat Strategi Pembuat strategi juga harus diperhatikan karena hal ini tidak lepas dari orang-orang yang memiliki kompetensi dalam pembuatan strategi. 6. Komunikasi Para penulis secara implisit menyadari bahwa melalui komunikasi yang baik, strategi biasa berhasil. Informasi yang tersedia dalam lingkungan pada umumnya tidak lengkap dan berpengaruh dalam mengatur strategi. Sekalipun demikian, informasi tersebut haruslah tetap dikomunikasikan.
2.1.2.4.
Strategi Pemasaran Dalam Industri Bisnis
Pada strategi pemasaran, secara menyeluruh terdapat dua elemen kunci, diantaranya Pertama; Strategi pasar produk (Produk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
Market
Strategic),
yaitu
memusatkan
perhatian
pada
upaya
mengharuskan produk melalui saluran-saluran pemasaran ke pasar yang dituju. Kedua; Strategi promosi (Promotion Strategic), yaitu memusatkan perhatian pada upaya mengharuskan produk melalui saluran-saluran pemasaran ke pasar yang menjadi tujuan. Menurut Corey dalam Tjiptono (1995), mengemukan strategi pemasaran terdiri dari atas lima elemen yang saling berkait. Kelima elemen tersebut adalah, pemilihan pasar, perencanakan produk, penetapan harga, sistem distribusi dan komunikasi pemasaran promosi (periklanan, personal selling, promosi penjualan, direct marketing dan public relations). Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif dari para pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran. Suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik karena adanya pengelolaan yang baik pula. Pengelolakan yang baik bukan hanya pada kualitas produk tetapi juga pada pemasaran. Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Konsep ini dianut oleh banyak perusahaan modern yang berorentasi pasar konsumen atau pasar. Pemasaran memainkan peranan penting dalam pengembangan strategi dalam peranan strategisnya, pemasaran mencakup setiap usaha
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
untuk mencapai kesesuaian antara perusahaan dengan lingkungannya dalam rangka mencari pemecahan atas masalah penentuan dua pertimbangan pokok. Pertama, bisnis apa yang digeluti perusahaan pada saat ini dan jenis bisnis apa yang dapat dimasuki di masa mendatang. Kedua bagaimana bisnis yang dipilih tersebut dapat dijalankan dengan sukses dalam lingkungan yang kompetitif atas dasar perspektif produk, harga, promosi dan distribusi (bauran pemasaran) untuk melayani pasar sasaran. Pemasaran merupakan suatu proses manajerial dengan mana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptakan, penawaran dan pertukaran produk yang bernilai. Sedangkan defenisi pemasaran yang dikemukana oleh William J. Stanton dalam Basu Swasta (1990), pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan-kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan keinginan, baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen potensial. Selanjutnya Donald S. Tull dan Lynn R. Kahle (1990) mengatakan bahwa, pemasaran adalah proses perencanakan dan pelaksanakan konsep harga, promosi dan distribusi barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan individu dan tujuan organisasi. Setiap perusahan selalu berusaha agar melalui suatu produk barang atau jasa yang menghasilkan akan memberikan suatu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
kepuasan kepada konsumen dengan tingkat kerja yang memberikan keuntungan yang diharapkan. Kemudian Kotler (1997) berpendapat, bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran. Pengambilan keputusan dibidang pemasaran selalu berkaitan dengan variabel bauran pemasaran (Marketing Mix), merupakan seperangkat variabel yang digunakan oleh perusahaan sebagai sarana untuk pengambilan keputusan dibidang pemasaran dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, marketing mix merupakan inti dati kegiatan pemasaran
yang mencapai tujuannya terutama
memaksimalkan laba. Marketing mix selalu berhubungan dengan strategi pemasaran dan keputusan pemasaran, karena keempat variabel ini adalah variabel terpenting didalam pemasaran. Konsep ini sesuai dengan yang dikemukakan Philip Kotler bahwa marketing mix adalah seperangkat variabel-variabel pemasaran yang
terkontrol
yang
dihubungkan
oleh
perusahaan
untuk
menghasilkan tanggapan. Defenisi-defenisi ini menggambarkan perusahaan menggunakan bauran pemasaran untuk menghasilkan tanggapan yang dinginkan dalam pasar sasaran dengan memilih kombinasi yang tepat unsur-unsur yang terdapat dalam bauran pemasaran yang kenal dengan istilah 4P yaitu, Product, price, place
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
dan promotion. Keempat bauran pemasaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Produk Pengembangan
sebuah
produk
mengharuskan
suatu
perusahaan menetapkan manfaat-manfaat dari produk itu dan dikomunikasikan serta dipenuhi oleh atribut produk yang berwujud seperti mutu, ciri dan desain. Mutu produk menunjukkan kemampuan produk untuk menjalankan fungsinya. Ciri produk merupakan sarana kompetitif perusahaan pesaing sedangkan pesaing dapat mengembangkan kegunakan dan manfaat produk serta coraknya, sehingga tidak hanya tampil yang diperhatikan tetapi juga produk yang mudah, aman, murah sederhana serta bersifat ekonomis dalam produksi dan distribusinya. Hal
yang
perlu
diperhatikan
mengenai
produk
yaitu
berhubungan dalam pemberian merek, ukuran, rasa, kemasan dan garansi. Semua alat tersebut dipandang sebagai pemuas konsumen. Alat bauran pemasaran yang paling mendasar adalah produk, penawaran berwujud perusahaan kepada pasar, yang mencakup kualitas, rancangan, bentuk, merek dan kemasan produk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
2. Harga Alat bauran pemasaran yang terpenting adalah harga, jumlah uang yang pelanggan bayar untuk produk tertentu. Harga harus sebanding dengan penawaran nilai kepada pelanggan. Jika tidak, pembeli akan berpaling ke produk lain. Harga dapat sukses memasukkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk, distribusi dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya. Disamping itu harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat berbeda halnya dengan karakteristik produk atau komitmen terhadap saluran distribusi. Kedua hal tersebut tidak dapat diubah untuk disesuaikan dengan mudah dan dapat karena biasanya menyangkut keputusan jangka panjang. Penentuan harga merupakan salah satu keputusan yang penting bagi manajemen . Harga yang ditetapakan harus menutup semua ongkos atau bahkan lebih dari itu memberikan laba perusahaan. Tetapi apabila tingkat harga ditetapkan terlalu tinggi akan berakibat kurang menguntungkan. Dalam hal ini pembeli akan berkurang, volume penjualan menurun, tidak dapat menutup biaya pengeluaran dan akhirnya perusahaan mengalami kerugian.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
Dalam kenyataan tingkat harga dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Swasta dan Sukotjo (1997) meliputi; Kondisi perekonomian, Penawaran dan permintakan, elastisitas permintakan, persaingan, biaya, tujuan manajer dan pengawasan pemerintah. 3. Distribusi Tempat, alat bauran pemasaran lainnya, termasuk berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran, atau merupakan fasilitas pemasaran untuk menyediakan produk dan pelayanannya secara efesien kepada pasar sasaran. Sebagian besar produsen menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan produknya dengan cara membangun saluran disrtibusi, yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia bagi konsumen atau pengguna industri. Setiap perusahaan perlu melaksanakan fungsi distribusi, hal ini merupakan faktor yang sangat penting dalam upaya memperlancar arus barang dan jasa sebab kesalahan dalam pemilihan saluran distribusi dapat memperlancar penyalur barang. Proses perpindahan barang atau jasa dari produsen ke konsumen atau dari pihak penjual kepada pihak pembeli (konsumen akhir) disebut distribusi pemasaran, sedangkan badan-badan atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
lembaga-lembaga organisasi atau individu yang terkait didalamnya serta sarana yang digunakan untuk proses perpindahan ini sebut saluran distribusi. 4. Promosi Promosi, alat bauran pemasaran keempat, meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan
produknya
kepada
pasar
sasaran.
Program
komunikasi dan promosi yang terdiri dari iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, serta pemasaran langsung dan online. Komunikasi pemasaran (marketing communication) seringkali juga disebut dengan bauran promosi (promotion mix) atau bauran komunikasi (communication mix). Pemasaran pada masa sekarang ini tidak cukup hanya dengan pengembangan produk, peningkatan kualitas, penetapan harga yang terjangkau atau penyaluran produk yang tepat, tetapi terlebih lagi produsen harus mampu berkomunikasi dengan langganannya. Suatu produk betapapun bermanfaatnya jika tidak dikenal konsumen, maka produk tersebut tidak akan diketahui atau dikenal oleh para konsumen, oleh karena itu perusahaan harus selalu mempengaruhi konsumen untuk menciptakan permintakan atas produk tersebut, kemudia dipelihara dan dikembangkan usaha tersebut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
dapat dilaksanakan melalui kegiatan promosi yang merupakan salah satu acuan kegiatan. Kegiatan promosi yang dilakukan sejalan dengan rencana pemasaran secara keseluruhan serta direncanakan, diarahkan dan dikendalikan dengan baik, diharapkan akan berperan secara berarti dalam peningkatan dan dikendalikan dengan baik, diharapkan akan berperan secara berarti dalam peningkatan penjualan dan market share. Promosi merupakan salah satu variabel marketing mix yang digunakan perusahaan untuk mengadakan komunikasi dengan pasarnya. Promosi juga sering dikatakan proses berlanjut karena dapat menimbulkan rangkaian kegiatan selanjutnya dari perusahaan. Tjiptono Fandy (1997) mengatakan bahwa promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunakan berbagai insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera dan atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggang. Tujuan promosi penjualan adalah: 1. Meningkatkan permintakan dari para pemakai industrial dan atau konsumen akhir. 2. Meningkatkan kinerja pemasaran perantara 3. Mendukung dan mengkoordinasikan kegiatan personal selling dan iklan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
Berikut adalah 4P dalam bauran pemasaran yang dipopulerkan McCarthy dalam sony (1995). Gambar 2.4. Model 4P Bauran Pemasaran Bauran Pemasaran
PRODUK TEMPAT Keanekaragaman produk Kualitas Desain Bentuk Merek Persediakan Kemasan Pengangkutan Ukuran Pelayanan Jaminan Pengembalian HARGA
Saluran Ruang lingkup Penyortiran Lokasi
Pasar Sasaran
PROMOSI
Daftar harga Rabat Potongan Syarat kredit Jangka waktu pembayaran
2.1.2.5.
Promosi penjualan Iklan Usaha penjualan Hubungan masyarakat Pemasaran barang
Produk Berbasis Teknologi
1. High-Technology Menurut Jakki Mohr (2009:9), High-technology adalah produkproduk teknologi yang terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu karena adanya inovasi (sesuatu yang baru) yang terus diciptakan dan
dikembangkan.
Sedangkan
inovasi
itu
sendiri
adalah
memperkenalkan suatu hal yang baru dapat berupa ide, metode, konten digital atau alat-alat, sebagai upaya untuk meningkatkan value atau
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
nilai baik dari segi konsumen maupun pemasar atau untuk memecahkan suatu masalah. Selanjutnya Jakki Mohr mengatakan “high-technology” atau biasa disingkat high-tech secara definisi dapat meliputi pengertian teknologi secara tradisional sebelumnya yang hanya meliputi telekomunikasi, infrastruktur internet dan alat-alat elektronik. Namun sekarang high-tech juga bisa meliputi bidang lainnya yang lebih luas seperti industri bio-teknologi, farmasi, alat-alat kesehatan atau teknologi alat transportasi dan sebagainya. Namun dalam penelitian bila dikaitkan dengan subjek penelitiannya yaitu strategi bisnis surat kabar, maka high-tech disini lebih ditekankan kepada inovasi-inovasi baru terhadap produk berbasis teknologi. Biasanya produk berbasis teknologi ini biasanya termasuk ke dalam produk high-involvement. Menurut Duncan (2002 : 161), produk high-involvement merupakan produk yang memberikan perlakukan yang berbeda terhadap konsumenny disbanding produk yang lain, dan telah berinvestasi
berada diatas rata-rata dalam hal
biaya dan resiko, dimana dari sisi konsumen sangat dipikirkan dan bernilai tinggi. Pengambilan keputusan yang diambil oleh konsumen pada pembelian produk high-involvement didasari oleh informasi yang lengkap. Pada aspek karakteristik lingkungan High-Tech, memunculkan banyak penggunaan karakteristik yang umum dan biasanya sangat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
terlihat
(Jakki
Mohr, 2009:11). Karakteristik lingkungan itu
diantaranya; Pertama, ketidakpastian pasar (Market Uncertainty). Ketidakpastian pasar disini berarti ambiguitas mengenai jenis batasan dari kebutuhan konsumen yang harus dipenuhi oleh suatu teknologi tertentu. Hal ini timbul karena adanya ketakutan, ketidakpastian dan keraguan dari konsumen apakah suatu teknologi baru dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan baik. Hal tersebut berdampak pada lambatnya penyerapan pada suatu inovasi baru, sedangkan di lain pihak, kebutuhan konsumen terhadap teknologi semakin cepat berubah dan tidak dapat diprediksi. Hal ini mendorong bagaimana cara memperkenalkan suatu inovasi terbaru dari produk teknologi tinggi yang inovasinya dapat memenuhi kebutuhan pasar dan sekaligus dapat diterima dengan baik oleh konsumen. Kedua, ketidakpastian teknologi (Technology Uncertainty). Ketidakpastian dari sisi teknologi atau inovasinya dari perusahaan industri teknologi, apakah dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan yang dijanjikan kepada konsumen, karena suatu inovasi dalam teknologi belum tentu bias dapat langsung teraplikasikan dengan baik dan benar oleh konsumen yang membutuhkan. Hal ini yang mendorong suatu inovasi teknologi yang “user friendly”. Dan Ketiga, persaingan ketat (Competitive Volatility). Persaingan baik dalam invoasi maupun strategi antar para produsen produk teknologi yang saling berlomba memenuhi kebutuhan konsumen.Terlebih lagi adanya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
konvergensi teknologi, yang menyebabkan persaingan antar jenis teknologi yang dari segi fungsinya sebenarnya berbeda.
2. Konvergensi Media/Digitalisasi Konvergensi media seringkali identik dengan konglomerasi kerajaan media dan terfokus pada pasar dalam skala besar. Konvergensi media yang berkembang di Indonesia merupakan sebuah strategi ekonomi, di mana perusahaan media mencari keuntungan finansial dengan mengupayakan kolaborasi dan efisiensi media. Adanya indikasi bahwa pola konvergensi media di Indonesia lebih mengarah pada konglomerasi media besar kemudian memunculkan pertanyaan mengenai penerapankonvergensi media dalam skala media daerah dan implikasinya terhadap pasar media daerah. Menurut Grant dan Wilkinson, (2009), berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi dewasa ini membawa tren baru dalam dunia industri komunikasi. Hadirnya teknologi digital dan internet
merupakan
salah
satu
determinan
penting
dalam
memunculkan perangkat multimedia, seperti misalnya media cetak yang saat ini juga memiliki versi digital (online). Hal ini berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan arus informasi dan mode komunikasi, baik dari segi produksi, distribusi, maupun konsumsinya. Perkembangan teknologi tersebut selanjutnya berujung pada konvergensi media di mana segala fungsi media berkolaborasi dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
satu perangkat media. Konvergensi media membuat khalayak memiliki lebih banyak pilihan media dengan konten yang semakin beragam pula. Tidak hanya berkaitan produksi dan konsumsi, konvergensi media juga penanda perubahan berbagai elemen komunikasi;
media,
kultur,
khalayak,
teknologi,
dan
industrinya.Terminologi Konvergensi Media merupakan sebuah konsep yang multidimensional dan interdisipliner. Proses konvergensi media berlangsung di berbagai bidang, baik dari segi komunikasi, ekonomi, industri, maupun teknologi, dan tentu mengandung implikasi sosial dan kultural. Sementara menurut Grant dan Wilkinson, (2009: 3-15), dalam bukunya Understanding Media Convergence: The State of the Field, menjelaskan bahwa konvergensi media meliputi lima dimensi besar, yaitu konvergensi teknologi, konten multimedia, kepemilikan, kolaborasi, dan koordinasi. Namun, kelima dimensi ini tidak dapat dipandang secara statis dan eksklusif, karena inti dari konvergensi sebenarnya adalah perubahan. Konvergensi media juga berimplikasi pada perubahan struktur industri media massa yang cenderung mengarah kepada cross-ownership atau kerja sama kepemilikan (Straubhaar dan La Rose, 2006). Pergeseran struktur industri ini diakibatkan oleh tuntutan produksi konten multimedia yang harus terdistribusi dalam berbagai platform media, baik media cetak, siar, maupun online.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
Konvergensi kepemilikan media memainkan peranan penting dalam menentukan konsolidasi antar pemain dalam industri media karena berorientasi pada skala ekonomi produksi, yang berarti produkproduk media yang terkonvergen berpotensi menjadi produksi massal (Grant dan Wilkinson, 2009). Bagi media-media daerah yang memiliki skala pasar lebih kecil, perubahan struktur industri media massa sebagai implikasi dari konvergensi tentu menjadi sebuah tantangan tersendiri.Pergeseran struktur industri akibat konvergensi media mau tak mau membawa pengaruh pada aspek organisasional media, yaitu perubahan operasional dan layanan. Salah satu media daerah yang paling terkenan dampak perubahan operasional ialah media cetak. Untuk menghadapi konvergensi, media cetak daerah tidak harus selalu bergabung kepemilikan, tetapi dapat memilih jalan kolaborasi mengingat skala pasar yang lebih kecil. Kolaborasi menekankan pada kerja sama oleh media yang berada dalam kepemilikan atau platform berbeda. Cara-cara yang dilakukan misalnya, sharing content, kerja sama promosi (cross-promotion), atau koordinasi antarmedia (Grant dan Wilkinson, 2009). Dari segi operasional, konvergensi media menuntut pekerja media menjadi multitasking karena hasil satu peliputan berita dimuat di berbagai jenis media sehingga lebih efisien.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
2.1.2.6.
Public Relations
Public Relations atau hubungan masyarakat menurut Belch & Belch (2009:25) adalah suatu fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap masyarakat, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur dari individu atau organisasi dengan kepentingan umum, dan menjalankan suatu prenecanaan untuk meningkatkan pengertian dan penerimaan masyarakat. Hubungan masyarakat ini lebih luas fungsinya dan umumnya digunakan untuk membangun dan mempertahankan citra positif perusahaan dalam masyarakat. Berdasarkan definisi-tersebut, didalam Public Relations itu suatu kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, good-will, kepercayaan, penghargaan pada dan dari publik sesuatu badan khususnya dan masyarakat umumnya. Dalam Public Relations
terdapat suatu usaha untuk
mewujudkan hubungan yang harmonis antara sesuatu badan dengan publiknya,usaha untuk memberikan atau menanamkan kesan yang menyenangkan;
sehingga
akan
timbul
opini
public
yang
menguntungkan bagi kelangsungan hidup badan itu. Tak jarang dari kondisi menyenangkan dan rasa kepercayaan yang dibentuk oleh pada Public Relations perusahaan juga membentuk suatu keputusan pembelian konsumen. Public Relations berbeda dengan Publicity dalam hal kredibilitas sumber berita.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
Publicity dianggap lebih kredibel karena sumber berita datang langsung dari perusahaan, sedangkan Public Relations menggunakan sudut pandang media yang meliputi
berita. Publicity sendiri dapat
diartikan sebagai komunikasi non-personal mengenai
perusahaan,
produk, jasa atau ide yang tidak dibiayai perusahaan secara langsung atau dapat
dijalankan di bawah sponsor tertentu (Belch & Belch,
2009). Daya tarik Public Relations dan Publicity berbasis kepada tiga karakteristik khusus yaitu (Kotler, 2000: 565): 1. Kredibilitas tinggi (High credibility) Berita dan feature dirasakan lebih asli dan dapat dipercaya bagi pembaca dibandingkan iklan 2. Kemampuan menjangkau (Ability to catch buyers off guard) Public
Relations
dapat
menjangkau
konsumen
yang
menghindari salesman dan iklan 3. Dramatisasi (Dramatization) Public Relations memiliki potensi untuk mendramtisasi sebuah perusahaan atau produk. Alat-alat yang biasa digunakan dalam hubungan masyarakat dan publisitas, dengan tujuan menciptakan awareness, knowledge, opini dan membangun perilaku konsumen, antara lain:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
1. Kegiatan (Events) Perusahaan dapat membuat event untuk menarik perhatian pada saat memperkenalkan produknya atau aktifitas perusahaan dengan membuat press conference, seminar, kontes yang dapat mencapai target marketnya. 2. Sponsor acara (Sponsorship) Perusahaan dapat mensponsori produk dan nama perusahaan dengan
cara mengsponsori suatu program yang sedang berjalan,
apakah dengan peletakan logo pada semua materi komunikasi acara tersebut. 3. Berita (News) Mencari dan
menciptakan pemberitaan positif tentang
perusahaan dan orang-orang dalam perusahaan. 4. Aktivitas Pelayanan Publik (Corporate Social Responsibility) Sumbangan berupa uang, tenaga, akses kepada lingkungan untuk meningkatkan citra positif perusahaan.
2.1.2.7.
Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis yang
digunakan
untuk
mengevaluasi
Strengths,
Weakness,
Opportunities, dan Threats terlibat dalam suatu proyek atau dalam bisnis usaha. Hal ini melibatkan penentuan tujuan usaha bisnis atau proyek dan mengidentifikasi factor-faktor internal dan eksternal yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
baik dan menguntungkan untuk mencapai tujuan itu. Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan perusahaan Fortune 500. Analisis SWOT adalah sebuah konsep yang digunakan untuk merencanakan sesuatu hal yang dilakukan dengan SWOT. SWOT adalah sebuah singkatan dari, S adalah Strenght (Kekuatan), W adalah Weakness (Kelemahan), O adalah Oppurtunity (Kesempatan), dan T adalah Threat (Ancaman). SWOT ini biasa digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk melakukan sesuatu, sebagai contoh, program kerja. Menurut Freddy Rangkuti (2005), SWOT adalah identitas berbagai faktor secara sistematis untuk merumusakan strategi pelayanan.
Analisis
ini
berdasarkan
logika
yang
dapat dapat
memaksimalkan
peluang
namun
secara
bersamaan
meminimalkan
kekurangan
dan
ancaman.
Analisis
SWOT
membandingkan antara factor eksternal dan faktor internal. Diagram analisis SWOT: Analisis SWOT ini digunakan untuk dapat melihat posisi persaingan perusahaan berdasarkan hasil terhadap lingkungan yang digunakan analisis situasi. Analisis situasi merupakan cara untuk mendapatkan suatu kemampuan strategi antara peluang-peluang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
ekternal dan kekuatan internal. Metode yang umum digunakan dalam melakukan situasi adalah analisis SWOT Analisis swot adalah sarana penilaian kondisi eksternal dan aplikasinya terhadap kemampuan internal perusahaan. Didalam analisis swot komponen yang digunakan berkaitan dengan faktorfaktor penting bagi perusahaan dan berhubungan dengan masa depan perusahaan yang terdiri dari strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunity (peluang) dan Threats (ancaman). 1. Analisis kekuatan (Strengths) Kekuatan merupakan suatu kelebihan khusus yang berasal dari perusahaan dan memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan di dalam suatu industri, dan akan mendukung perkembangan usaha. Kekuatan mengamati sumber dana, citra, kepemimpinan pasar, hubungan dengan konsumen ataupun pemasok-pemasok dan lain-lain. 2. Analisis Kelemahan (Weaknesses) Kelemahan adalah hal-hal dari dalam perusahaan yang dapat menghambat perkembangan usaha, misalnya kekurangan sumber daya, keahlian, kemampuan manajemen, fasilitas sumber dana dan lain-lain. 3. Analisis Peluang (Opportunities) Peluang merupakan situasi yang baik dari lingkungan perusahaan yang dapat memberikan keuntungan pada perusahaan. Peluang merupakan identitas pasar tertentu, kondisi persaingan,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
kondisi permintakan dimasa datang, regulasi, perubahan teknologi dan meningkatnya hubungan dengan konsumen atau dengan pemasok yang memberikan peluang kepada pengusaha. 4. Analisis Ancaman (Threats) Ancaman merupakan situasi yang diharapkan dilingkungan perusahaan yang dapat menghambat kemampuan perusahaan dalam mengembangkan usahanya. Ancaman ini dapat berupa masuknya saingan baru, lambatnya pertumbuhan pasar, naiknya bargaining power dari konsumen atau pemasok, perubahan teknologi ataupun regulasi yang dapat memberikan ancaman terhadap keberhasilan.
2.1.2.8.
Konsep dan Implementasi Ekonomi Media
Analisis mendalam yang dikemukan para ilmuwan pada beberapa teori di atas, menggambarkan bahwa, industri suratkabar merupakan bisnis yang sudah mengikuti hukum-hukum ekonomi pada umumnya. Konsep tentang elemen-elemen seperti; prodak, konsumen, politik, pemerintah dan sistem hukum merupakan konsep yang berhubungan
dengan
Pemikiran Alan
hukum-hukum
Albarran dalam
ekonomi
secara
Usman Ks (2009:3)
umum. yang
mendefinisikan ekonomi media sebagai studi tentang bagaimana industri media menggunakan sumber-sumber yang terbatas untuk menghasilkan jasa yang
didistribusikan kepada konsumen dalam
masyarakat untuk memenuhi berbagai keinginan dan kebutuhan,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
merupakan suatu kajian dalam bisnis komersil lainnya yang berpegang teguh pada orientasi keuntungan. Namun demikian konsep-konsep seperti yang telah di kemukan dalam beberapa teori ekonomi media di atas memiliki unsur kebenaran. Disatu sisi
suratkabar berperan
sebagai
lembaga
penyebarluasan informasi, mendidik, kontrol sosial, dan hiburan juga lain sisi, surat kabar merupakan industri yang memikirkan tentang keberlangsungan hidupnya dari sisi ekonomi. Konsep-konsep tersebut tidaklah salah karena setiap aktivitas yang berkaitan dengan produksi tentunya membutuhkan biaya, membutuhkan modal atau finansial sebagai salah satu sendi dalam menggerakkan bisnis selain sendi lainnya seperti sumberdaya manusia. Hidup dan matinya suatu industri suratkabar juga tergantung ketersediaan modal yang menopang keberlangsung bisnis. Patut juga disadari bahwa tidak ada satupun bisnis yang hanya mengandalkan kemampuan sumberdaya manusia semata-mata tanpa ketersediaan modal yang cukup baik untuk kepentingan produksi maupun untuk kebutuhan gaji karyawan perusahaan. Pergeseran paradigma industri media dari media yang bersifat lembaga nonprofit menjadi lembaga yang bersifat komersil dengan mengambil peran sebagai industri bisnis telah mendorong para konglomerat untuk berinvestasi dalam industri media khususnya surat kabar. Kondisi ini pula yang menciptakan terjadinya persaingan, kompetisi dalam merebut pasar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
75
Untuk memenangi di arena persaingan tentunya masing-masing industri berkerja maksimal dengan menggunakan semua sumberdaya dan potensi demi merubut hati konsumen. Suratkabar sebagai salah satu jaringan dalam industri bisnis media juga melakukan peran yang sama dalam arena persaingan. Prodak yang berkualitas merupakan senjata utama suratkabar dalam merebut konsumen yang keinginan dan kemauannya secara terusmenerus berubah, sesuai kondisi dan situasi zaman. Kepercayaan pasar juga tidak hanya pada prodak yang bermutu namun pelayanan juga menjadi bagian penting dalam aktivitas binis. Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti menggunakan toeri yang relefan terutama teori yang berkaiatan langsung dengan bisnis media. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep ekonomi media yang dikembangkan oleh Alam Albarran dalam bukunya “Media Economics Understanding Markets Industrie and Concept (2006 & 2009). Konsep ekonomi media yang kembangkan Alam Albarran mengacu pada beberapa hal mendasar, yaitu: produksi dan konsumsi. Kegiatan produksi merujuk pada proses pengolahan produk, mulai dari mengumpulkan bahan dasar sampai berwujud output media. Kegiatan produksi dalam industri media mencakup 2 produk: (1) Media goods; merupakan produk fisik media seperti bentuk dan ukuran suratkabar,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
76
(2) Media services; menunjuk pada content media atau aktivitasaktivitas pendukung yang memasok produk, misalnya berbentuk berita atau artikel. Kegiatan konsumsi industri suratkabar mencakup pemenuhan kebutuhan media goods dan media service untuk dua pasar sasaran: yakni pembaca dan pengiklan. Model bisnis suratkabar harian adalah penjualan dua produk utama yaitu isi berita yang dibaca oleh pembacanya, dan akses ke pembaca itu, yang dijual kepada pengiklan. Keberadaan dua jenis konsumen ini sangat menentukan kelangsungan hidup institusi media. Alasan
itulah
Pengelola
memaksimalkan
keuntungan,
pengelola media selau berorientasi pada kepentingan pembaca dan pengiklan. Itulah sebabnya, selera kebanyakan konsumen akan menjadi tolok ukur utama proses produksi media. Kriteria semacam ini kemudian menyebabkan media seringkali dituduh menanggalkan prinsip-prinsip kualitas. Sementara dari aspek pembelian produk media umumnya mengacu pada pembelian produk fisik media, sementara space iklan mengacu pada pada pembelian ruang atau halam media untuk beriklan. Consumer demand dipengaruhi oleh 3 hal: (1)
Produk , terkait dengan variasi dan content media yang ada
dipasar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
77
(2) Harga; terkait dengan jumlah pengorbanan finansial yang menjadi beban konsumen untuk mengakses atau mengkonsumsi media; dan (3) Karakteristik pasar; terkait dengan selera konsumen, daya beli, perilaku pembelian media, presepsi tentang nilai media, prioritas kebutuhan, dan sebagainya. Berangkat dari konsep-konsep di atas maka dapat disimpulkan bahwa, pertama, industri suratkabar benar-benar memperhatikan disi sisi Media goods atau produk fisik media seperti bentuk dan ukuran suratkabar sebagai prodak utama media dan kedua adalah Media services yang merupakan content media atau aktivitas-aktivitas pendukung yang memasok produk, misalnya berbentuk berita atau artikel.
2.2.
Kerangka Pemikiran (Theoretical Framework) Perkembangan teknologi komunikasi yang terus mengalami
kemajuan yang begitu pesat dewasa ini berhasil memengaruhi pengelolaan industri suratkabar secara signifikan. Industri suratkabar yang sudah lama melayani publik pembaca sudah tidak bisa lagi bertahan pada sistem pengelolaan secara konvensional atau edisi cetak namun
sudah
harus
mengikuti
perkembangan
jaman
sesuai
perkembangan teknologi komunikasi. Pengelolaan suratkabar tidak bisa lagi bertahan pada pengelolaan secara konvensional namun, namun suratkabar berinovasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
78
dengan pengelolaan secara modern atau disebut dengan konvergensi media melalui konvergensi teknologi komunikasi. Sistem pengelolaan suratkabar secara konvensional tidak akan bisa bertahan lama jika mengikuti arus perkembangan teknologi dewasa ini, sehingga suratkabar berupaya maksimal dengan melalukan sistem pengelolaan secara modern sehingga suratkabar dapat bertahan dimasa-masa yang akan datang meski prediksi akan matinya suratkabar kian menguat saat ini. Sebagai industri bisnis yang tidak terlepaspisahkan dari kegiatan
ekonomi
suratkabar
secara
dini
mengubah
sistem
pengelolaan agar tetap memberi nilai keuntungan bisnis secara perlahan-lahan. Langkah-langkah seperti ini merupakan strategi industri suratkabar dalam mempertahankan bisnis sekaligus juga memenangkan persaingan. Sistem pengelolaan secara modern dengan konvergensi media melalui portal online, website, koran digital merupakan langkah yang tepat dalam industri suratkabar saat ini. Sistem pengelolaan seperti ini juga merupakan bentuk dan upaya suratkabar dalam menyaingi mediamedia sosial yang saat ini berkembangan pesat dikalangan masyarakat. Setidaknya melalui pengelolaan secara modern ini suratkabar masih bisa dipertahankan keberadaannya. Pentingnya perubahan dari sisi pengelolaan ini mengingat masa depan media cetak kian suram akibat makin menjamur dan meluasnya media sosial
http://digilib.mercubuana.ac.id/
79
saat ini. Bayang-bayang kematian suratkabar mulai terasa meski belum nampak secara jelas namun kondisi ini sudah mulai dialami para pengusaha suratkabar. Dari uraian di atas pengelolaan suratkabar secara modern dapat dianalisa dari intensitas produk informasi suratkabar melalui portal online, webiste, dan koran digital. Maka dapat digambarkan kerangka pemikiran untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar 2.5. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Realitas Binis Industri Surat Kabar Harian Pos Kupang
Analisis SWOT Internal : Strengths (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Eksternal Opportunity (Peluang) Threats (Ancaman)
Pengelolaan Konvensional
Bauran Pemasaran
Produk
Keanekara gaman produk Kualitas Desain Bentuk Ukuran
Harga Daftar Harga Potongan Jangka waktu pembayaran
Pengelolaan Modern/Konvergensi Media
Distribusi Saluran Ruang lingkup Penyortiran Lokasi Persediakan Pengangkutan
Promosi Promosi Penjualan Iklan Hubungan masyarakat Pemasaran barang
Sumber : Olahan Peneliti 2013
http://digilib.mercubuana.ac.id/
80