BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Sayuran Organik Sayuran sebagai salah satu produk hortikultura dapat digolongkan menjadi jenis sayuran komersial dan non komersial. Dalam hal ini komersial berarti diminati oleh masyarakat meskipun harganya rendah atau karena harganya tinggi atau berpeluang untuk dijadikan produk ekspor (Rahardi, Rony, dan Asiani, 1993). Sayur-sayuran dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain sayuran daun (kangkung, sawi, bayam), sayuran bunga (brokoli, kembang kol), sayuran buah (terong, cabe, paprika, labu, mentimun, tomat), sayuran biji muda (kapri muda, jagung muda, kacang panjang, buncis), sayuran batang muda (asparagus, rebung, jamur), dan sayuran umbi (kentang, bawang bombay, bawang merah). Sayuran organik adalah berbagai macam sayuran yang dihasilkan dari teknik pertanian organik. Konsep penting dari sayuran organik adalah teknik pengolahan dan pembudidayaannya tanpa menggunakan bahan-bahan kimia. Sayuran organik dibudidayakan secara alami, maka sayuran tersebut mengandung berbagai keunggulan dibandingkan dengan sayuran non organik. Salah satu keunggulannya adalah aman dari residu bahan kimia, sehingga sangat menunjang kesehatan dan lebih kaya nutrisi. Hal ini membuat konsumen beralih untuk mengkonsumsi sayuran organik dari sayuran konvensional. Untuk melihat perbandingan tingkat kandungan nutrisi beberapa sayuran organik dengan sayuran konvensional dapat dilihat pada Tabel 2.1
9
10
Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Beberapa Sayuran Organik dan Konvensional (Setiap 100 gram, berat kering) Jenis
Kalsium
Magnesium
Potassium
Sodium
Thiamin
Zat besi
Tembaga
Buncis Organik
40.5
60
99.7
8.6
60
227
69
Buncis
15.5
14.8
29.1
<1
2
10
3
60
43.6
148.3
20.4
13
94
48
17.5
15.6
53.7
<1
2
20
<1
Organik
23
59.2
148
6.5
68
1938
53
Tomat
4.5
4.5
28.6
<1
1
1
<1
Organik
96
203.9
257
69.5
117
1584
32
Bayam
47.5
46.9
84
1
19
Kol Organik Kol Tomat
Bayam
<1
<1
(Sumber: Siahaan, 2005)
Keunggulan lain sayuran organik menurut Samsudin dan Satrio (2004) adalah: 1. Produk sayuran organik sehat untuk dikonsumsi karena tidak mengandung residu pestisida dan zat-zat kimia beracun yang berbahaya bagi kesehatan. 2. Produk sayuran organik memiliki rasa yang lebih renyah, lebih manis, dan tidak cepat busuk. 3. Produk sarana pertanian organik (pupuk kandang, bio-pestisida) tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, aman bagi kesehatan pengguna serta mudah terurai di alam (biodegradable). 4. Meningkatkan dan melestarikan kesuburan tanah serta keanekaragaman hayati.
11
5. Menekan biaya produksi yang menguntungkan secara ekonomi dalam jangka panjang. Selain keunggulan yang ditawarkan, sayuran organik pun memiliki kelemahan seperti: 1. Produk sayuran organik memiliki penampilan fisik yang kurang prima atau kurang bagus dibandingkan dengan tanaman yang dibudidayakan secara konvensional. 2. Kebutuhan tenaga kerja lebih banyak dibandingkan konvensional, khususnya untuk kegiatan pemupukan dan pengendalian hama. 3. Proses penyerapan unsur hara dari pupuk organik dan efektivitas pestisida botani tanaman, efeknya lebih lambat dibandingkan saprotan kimia sintetis. 4. Kegiatan pemeliharaan tanaman lebih intensif dibandingkan secara konvensional. Menurut Pracaya (2007), segala jenis sayuran dapat dikembangkan dengan teknik pertanian organik. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah beberapa jenis tanaman sangat peka terhadap hama dan gangguan penyakit, oleh karena itu diperlukan teknik-teknik khusus dalam pembudidayaannya. Selain itu, perlu diperhatikan pula kepentingan bisnis dari teknik pertanian organik ini. Umumnya teknik pertanian organik diarahkan untuk komoditas pertanian bernilai ekonomis. Pengembangan sayuran organik di Indonesia mempunyai prospek pengembangan yang cukup baik. Tingkat kesadaran masyarakat yang semakin
12
tinggi terhadap produk sehat seiring dengan pertambahan penduduk menyebabkan potensi pasar sayuran organik terbuka luas.
2.1.2 Pengadaan 2.1.2.1 Manajemen Pengadaan Manajemen pengadaan (I Nyoman Pujawan, 2005) adalah salah satu komponen utama supply chain management. Pengadaan merupakan fungsi penting dalam setiap perusahaan. Setiap perusahaan memerlukan sebuah pasokan barang, dan pengadaan bertanggung jawab untuk mengaturnya. Pengadaan barang meliputi tipe-tipe perolehan yang berbeda (pembelian, rental, kontrak, dan sebagainya) termasuk juga pekerjaan yang terkait, seperti memilih pemasok, bernegoisasi, menyetujui syarat-syarat, memperlancar, mengawasi kinerja pemasok, penanganan barang, transportasi, penyimpanan barang, dan penerimaan barang dari pemasok. Pengadaan membentuk hubungan yang penting antar perusahaan dalam rantai pasokan, dan memberikan sebuah mekanisme untuk mengkoordinasikan aliran barang antar konsumen dan pemasok. Tujuan bagian pengadaan adalah menyediakan barang maupun jasa dengan harga yang tepat, berkualitas, dan terkirim tepat waktu. Menurut Pujawan (2005), Secara umum tugas-tugas yang harus dilakukan bagian pengadaan yaitu: 1. Merancang hubungan yang tepat dengan pemasok. Hubungan dengan pemasok dapat bersifat kemitraan jangka panjang maupun hubungan transaksional jangka pendek. Model mana yang tepat tentunya tergantung pada banyak hal, termasuk diantaranya kritis
13
tidaknya barang yang dibeli dari pemasok yang bersangkutan dan besar tidaknya nilai pembelian. Bagian pengadaan yang bertugas untuk merancang relationship portfolio untuk semua pemasok. 2. Memilih pemasok. Kegiatan memilih pemasok bisa memakan waktu dan sumberdaya yang tidak sedikit apabila pemasok yang dimaksud adalah pemasok kunci. Pemasok kunci yang berpotensi untuk menjalin hubungan jangka panjang, proses pemilihan ini bisa melibatkan evaluasi awal, mengundang mereka untuk presentasi, kunjungan lapangan, dan sebagainya. Pemilihan pemasok kunci harus sejalan dengan strategi supply chain. 3. Memilih dan mengimplementasikan teknologi yang cocok. Kegiatan pengadaan membutuhkan bantuan teknologi. Saat ini banyak perusahaan
yang
menggunakan
electronic
procurement
(e-
procurement) yakni aplikasi internet untuk kegiatan pengadaan. 4. Memelihara data item yang dibutuhkan dan data pemasok. Bagian pengadaan harus memiliki data lengkap tentang item-item yang dibutuhkan maupun data tentang pemasok mereka. Beberapa data pemasok yang penting untuk dimiliki adalah nama dan alamat masingmasing pemasok, item apa yang mereka pasok, harga per unit, lead time pengiriman, kinerja masa lalu, serta kualifikasi pemasok.
14
5. Melakukan proses pembelian. Proses pembelian bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya pembelian rutin dan pembelian dengan melalui tender atau lelang. Pembelian rutin dan pembelian dengan tender melewati proses-proses yang berbeda. 6. Mengevaluasi kinerja pemasok. Hasil penilaian ini digunakan sebagai masukan bagi pemasok untuk meningkatkan kinerja mereka. Kriteria yang digunakan untuk menilai pemasok seharusnya mencerminkan strategi supply chain dan jenis barang yang dibeli. 2.1.2.2 Pengadaan Modal Menurut Brigham (2006), modal ialah jumlah dari utang jangka panjang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa, atau mungkin pos-pos tersebut plus utang jangka pendek yang dikenakan bunga. Definisi modal dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007) adalah hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Perusahaan membutuhkan modal dalam menjalankan aktifitasnya. Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam perusahaan. Perusahaan memiliki kebutuhan modal yang berbeda-beda tergantung jenis usaha yang dijalankan. Kebutuhan-kebutuhan modal yang dibutuhkan perusahaan agribisnis antara lain adalah modal yang terkait dengan keuangan perusahaan dalam menjalankan usahanya dan modal fisik yang berupa lahan, bangunan, peralatan, dan kendaraan.
15
Sumber modal terbagi menjadi dua yaitu sumber intern dan sumber ekstern. Modal yang berasal dari sumber intern adalah modal atau dana yang di bentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, sedangkan modal yang berasal dari sumber ekstern adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan. Pemasok, bank, dan pasar modal merupakan sumber modal ekstern. 1. Pemasok Pemasok memberikan dana kepada suatu perusahaan dalam bentuk penjualan barang secara kredit, baik untuk jangka pendek, maupun jangka menengah. Penjualan kredit atau barang dengan jangka waktu pembayaran kurang dari satu tahun terjadi pada penjualan barang dagang dan bahan mentah oleh pemasok kepada langganan. 2. Bank Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. 3. Pasar modal Pasar modal adalah suatu pengertian abstrak yang mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi yang kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal (investor) di suatu pihak dan emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang di lain pihak, atau dengan kata lain adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau jangka panjang. Fungsi dari pasar modal adalah mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi
16
yang mempunyai surplus tabungan kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit tabungan. 2.1.2.3 Pengadaan Tenaga Kerja Pengadaan tenaga kerja merupakan upaya untuk memperoleh jumlah dan jenis tenaga kerja yang tepat untuk memenuhi kebutuhan organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi (Samsudin, 2006). Pengadaan tenaga kerja merupakan langkah pertama yang mencerminkan berhasil tidaknya suatu perusahaan mencapai tujuannya. Pengadaan tenaga kerja meliputi perencanaan tenaga kerja, penarikan tenaga kerja, seleksi tenaga kerja, dan penempatan tenaga kerja. 1. Perencanaan tenaga kerja Perencanaan tenaga kerja adalah penentuan kuantitas dan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan dan cara memenuhinya. Penentuan kuantitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu time motion study dan peramalan tenaga kerja, sedangkan penentuan kualitas dapat dilakukan dengan Job Analysis. Job Analysis terbagi menjadi dua, yaitu Job Description dan Job Specification / Job Requirement. Tujuan Job Analysis bagi perusahaan yang sudah lama berdiri yaitu untuk reorganisasi, penggantian pegawai, dan penerimaan pegawai baru. 2. Penarikan tenaga kerja Penarikan tenaga kerja diperoleh dari dua sumber, yaitu sumber internal dan sumber eksternal. Sumber internal yaitu menarik tenaga kerja baru dari rekomendasi karyawan lama dan nepotisme, berdasarkan sistem kekeluargaan, misalnya mempekerjakan anak, adik, dan sebagainya.
17
Sumber eksternal yaitu menarik tenaga kerja baru dari lembaga tenaga kerja, lembaga pendidikan, ataupun dari advertising, yaitu media cetak dan internet. 3. Seleksi tenaga kerja Terdapat lima tahapan dalam menyeleksi tenaga kerja, yaitu seleksi administrasi, tes kemampuan dan psikologi, wawancara, tes kesehatan dan referensi (pengecekan). Terdapat dua pendekatan untuk menyeleksi tenaga kerja, yaitu Succecive Selection Process dan Compensatory Selection Process. Succecive Selection Process adalah seleksi yang dilaksanakan secara bertahap atau sistem gugur. Compensatory Selection Process adalah seleksi dengan memberikan kesempatan yang sama pada semua calon untuk mengikuti seluruh tahapan seleksi yang telah ditentukan. 4. Penempatan tenaga kerja Penempatan tenaga kerja adalah proses penentuan jabatan seseorang yang disesuaikan antara kualifikasi yang bersangkutan dengan job specificationnya. Indikator kesalahan penempatan tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang tidak produktif, terjadi konflik, biaya yang tinggi dan tingkat kecelakaan kerja tinggi. 2.1.2.4 Pengadaan Bahan Baku Menurut Mulyadi (1986), bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor atau dari pengolahan sendiri. Menurut Burton (1998), bahan baku digolongkan atas tiga kriteria yaitu
18
bahan mentah, parts, dan supplies. Bahan mentah merupakan bagian terbesar dari barang jadi dan merupakan bagian pengeluaran terbesar dalam memproduksi suatu barang. Parts merupakan bagian dari produk jadi yang dipergunakan dalam jumlah kecil, sedangkan supplies merupakan bahan yang dipergunakan dalam proses produksi tetapi tidak mengambil bagian dari barang jadi. Berdasarkan cara perolehannya bahan baku dalam hal ini sayuran organik, dapat dibedakan menjadi kelompok bahan baku yang diproduksi oleh perusahaan sendiri dan didapat dari cara pembelian. Dalam mempertimbangkan perolehan bahan baku ini terdapat dua dasar pokok pertimbangan yaitu ketersediaan bahan di pasar dan tingkat harga yang diterima. Keputusan perolehan bahan baku dengan membeli dilakukan apabila bahan baku yang diperlukan banyak terdapat di pasar dengan harga yang lebih rendah daripada biaya per satuan jika memproduksi sendiri. Cara perolehan bahan baku pada setiap perusahaan berbeda-beda. Sistem pengadaan bahan baku yang baik dan dapat menjamin kelangsungan proses produksi merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas produksi. Dalam analisis pengadaan bahan baku yang berasal dari produk-produk pertanian, terdapat lima unsur yang harus diperhatikan yaitu (Austin, 1998): 1. Kuantitas, menunjukkan jumlah ketersediaan bahan baku. 2. Kualitas, mencakup penentuan dan pengawasan mutu bahan baku. 3. Waktu, karena hasil pertanian bersifat musiman, mudah rusak dan busuk. 4. Biaya yang wajar.
19
5. Organisasi yang meliputi struktur, kekuatan, dan integrasi vertikal. Di dalam sebuah perusahaan harus mengikuti beberapa prosedur untuk merancang pembelian. Terdapat pendekatan umum procurement. Pendekatan ini memiliki sejumlah langkah umum, yang bermula dengan pengguna yang menentukan kebutuhan barangnya dan berakhir ketika barang tersebut dikirim. Gambar 2.1 di bawah ini menjelaskan tahapan umum dalam siklus procurement. Departemen Pengguna
Procurement
Pemasok
1.Menentukan kebutuhan meminta pembelian
2.Menerima permintaan memproses
meminta
catatan harga
3.Menerima permintaan memproses
4.menerima catatan harga mengirim catatan harga Membicarakan
membicarakan
dan
memproses mengirimkan pesanan pembelian
5.menerima
pesanan
memproses 6.Menerima dan 1.menerima dan
mengecek mentransfer
mengirimkan
barang
dan tagihan
mengecek mengesahkan pembayaran
8.mengatur pembayaran
Menerima pembayaran
(Sumber: PPM dan Asosiasi Logistik Indonesia, 2011)
Gambar 2.1 Tahapan dalam siklus procurement Prosedur ini terlihat cukup rumit, serta memerlukan banyak tahapan dan dokumen. Namun upaya ini bermanfaat jika pembelian berskala besar, sedangkan jika melakukan pembelian berskala kecil dan memiliki hubungan dengan pemasok
20
atau hanya ada satu pemasok yang memenuhi syarat tidak perlu melakukan prosedur seperti ini.
2.1.3 Teori Optimasi Secara umum optimasi adalah serangkaian proses untuk mendapatkan hasil terbaik pada situasi tertentu (Nasendi dan Anwar, 1985). Persoalan optimasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai suatu fungsi beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan pembatasanpembatasan yang ada. Setiap perusahaan atau organisasi tentunya memiliki keterbatasan atas sumberdayanya, baik keterbatasan dalam jumlah bahan baku, tenaga kerja, jam kerja mesin maupun modal. Adanya keterbatasan ini membuat perusahaan perlu mencari suatu alternatif strategi yang mengoptimalkan hasil yang dicapainya baik itu berupa keuntungan yang maksimal maupun biaya yang minimum (Herjanto dalam Hendrik, 2006). Secara umum, terdapat dua kriteria mendasar dalam teori optimasi, yaitu : 1. Maksimisasi, yaitu mengalokasikan atau menggunakan input-input tertentu
untuk
menghasilkan
keuntungan
maksimal.
Maksimisasi
keuntungan ini dapat dilihat baik dari segi laba, sistem kerja yang efektif (rancangan penugasan), maksimisasi pangsa pasar, dan lokasi perusahaan. 2. Minimalisasi, yaitu menghasilkan tingkat output dengan menggunakan input
(biaya)
yang paling minimal.
Minimalisasi dapat
berupa
minimalisasi penggunaan sumber daya, biaya distribusi, biaya persediaan,
21
biaya pengendalian mutu, jumlah tenaga kerja, waktu proses pelayanan, dan fasilitas perusahaan. Jenis persoalan optimasi secara umum terbagi menjadi dua, yaitu optimasi tanpa kendala dan optimasi dengan kendala. Pada optimasi tanpa kendala, semua faktor-faktor yang menjadi kendala terhadap fungsi tujuan diabaikan sehingga tidak ada batasan-batasan untuk berbagai pilihan yang tersedia dalam menentukan nilai maksimum atau minimum, namun teori ekonomi akan selalu menuntut adanya kendala sebagai batasan-batasan untuk memastikan bahwa persamaan matematika menyesuaikan kenyataan ekonomi. Karena itu, kendala yang tidak dibatasi diatur dengan ketentuan derivatif parsial pertamanya sama dengan nol (Doll dan Orazem, 1984), sedangkan optimasi dengan kendala memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada untuk menentukan nilai maksimum atau minimumnya. Pencapaian keputusan optimal dapat diselesaikan dengan pembuatan model keputusan atau model optimasi. Model optimasi adalah suatu alat untuk meringkaskan sebuah masalah keputusan dengan cara yang memungkinkan identifikasi dan evaluasi yang sistematis terhadap semua alternatif keputusan suatu masalah. Keputusan akhir didapat dengan memilih alternatif yang dinilai terbaik dari semua pilihan, sehingga tercapailah pemecahan yang optimum. Menurut Taha (1996), model yang digunakan dalam pengambilan keputusan dapat dikelompokkan menjadi model simulasi, model matematis, dan model heuristik.
22
2.1.4 Goal Programming Model goal programming merupakan perluasan dari model pemrograman linier, sehingga seluruh asumsi, notasi, formulasi model matematik, prosedur perumusan model dan penyelesaiannya tidak berbeda. Perbedaannya hanya terletak pada kehadiran sepasang variabel deviasional yang akan muncul di fungsi tujuan dan fungsi-fungsi kendala, oleh karena itu konsep dasar pemrograman linier akan selalu melandasi pembahasan model goal programming (Siswanto, 1993). Menurut Mulyono (1999), perbedaan utama antara linear goal programming (LGP) dan linear programming (LP) terletak pada struktur dan penggunaan fungsi tujuan. Dalam program linier fungsi tujuan hanya mengandung satu tujuan, sedangkan dalam goal programming semua tujuan baik satu maupun beberapa digabungkan dalam sebuah fungsi tujuan. Ini dapat dilakukan dengan mengekspresikan tujuan itu dalam bentuk sebuah kendala (goal constraint), memasukkan suatu variabel simpangan (deviational variabel) dalam kendala itu untuk mencerminkan seberapa jauh tujuan itu dicapai, dan menggabungkan variabel simpangan dalam fungsi tujuan. Keunggulan goal programming dibandingkan dengan program linier adalah informasi yang diberikan oleh goal programming lebih banyak, seperti pencapaian tujuan yang saling bertentangan, pemakaian prioritas, dan pembobot yang diinginkan perusahaan. Analisis goal programming bertujuan untuk meminimumkan jarak antara deviasi terhadap tujuan, target, atau sasaran yang telah ditetapkan dengan usaha yang dapat ditempuh untuk mencapai target atau
23
tujuan tersebut secara memuaskan sesuai dengan syarat ikatan yang ada, yang membatasi berupa sumber daya yang tersedia, teknologi yang ada, kendala tujuan, dan sebagainya (Nasendi dan Anwar, 1985). Hillier dan Lieberman (1990) menyatakan bahwa pendekatan dasar dari goal programming adalah urutan sasaran (goal) yang spesifik untuk setiap tujuantujuan (objectives), merumuskan fungsi tujuan untuk setiap tujuan lalu mencari pemecahan solusi dengan meminimalkan penyimpangan (deviasi) fungsi tujuan ini dari tujuannya masing-masing. Menurut Mulyono (1991), bahwa untuk merumuskan model goal programming dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan variabel keputusan Menentukan variabel keputusan dengan menyatakan secara jelas variabel keputusan yang tidak diketahui. Semakin tepat definisi yang ditetapkan maka akan semakin mudah untuk mengerjakan pemodelan yang lain. 2. Menentukan kendala Beberapa hal yang dilakukan pada bagian ini adalah menentukan nilainilai sisi kanan, kemudian menentukan teknologi dan variabel keputusan yang diikut sertakan dalam kendala. Selain itu harus memperhatikan jenis simpangan yang diperbolehkan. Bila penyimpangan diperbolehkan dalam dua arah, maka kedua variabel deviasional ditempatkan pada kendala tersebut. Apabila penyimpangan tersebut hanya diperbolehkan satu arah, maka hanya satu variabel yang perlu ditempatkan.
24
3. Menentukan prioritas Pada bagian ini dilakukan urutan terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Tujuan mana yang ingin dijadikan prioritas utama, kedua dan seterusnya. Biasanya urutan tujuan merupakan pernyataan preferensi individu perusahaan. Apabila persoalannya tidak memiliki urutan prioritas, maka tahap ini bisa dilewati dan dilanjutkan ketahap berikutnya. 4. Menentukan bobot Pada bagian ini adalah membuat urutan dalam suatu tujuan tertentu. Apabila tahap ini dirasa tidak perlu, maka dilanjutkan pada tahap berikutnya. 5. Menentukan fungsi tujuan Pada tahap ini dipilih variabel deviasional yang benar untuk dimasukkan kedalam fungsi tujuan, setelah itu diberi prioritas dan pembobot yang tepat bila diperlukan. Bentuk umum goal programming yang memiliki struktur pengutamaan dengan urutan prioritas adalah sebagai berikut: Z = ∑ (PyWi+,ydi++PsWi-,sdi-)
Minimumkan Kendala tujuan:
∑(Cij Xj) + di- - di+ = Gi Untuk i = 1, 2,…,m Kendala fungsional: ∑aijXj ≤ bi Xj, di- , di+ ≥ 0
25
di- , di+ = 0 Untuk
i = 1, 2, …, m J = 1, 2, ….., n,
dan Xj, di-, d i+ ≥ 0 Keterangan : Xj
: Kegiatan untuk peubah pengambilan keputusan
bi
: Jumlah sumber daya i yang tersedia
Cij
: Koefisien teknologi fungsi kendala tujuan
Gi
: Tujuan atau target yang ingin dicapai
di-, di+ : Jumlah unit deviasi bawah (-) dan atas (+) terhadap tujuan (Gi) Py, Ps : Faktor prioritas Wi+,Wi - : Pembobot Berdasarkan perumusan model di atas, pencapaian tingkat sasaran dilakukan dengan cara meminimumkan peubah deviasi. Variabel yang terdapat dalam goal programming merupakan peubah slack atau surplus dari program linier. Variabel deviasional dalam fungsi kendala tujuan untuk meminimumkan deviasi dari berbagai tujuan atau sasaran yang ditetapkan. Menurut Siswanto (1993), variabel deviasional terdiri dari dua macam, yaitu: 1. Variabel deviasional yang menampung penyimpangan dibawah sasaran. Variabel yang menampung deviasi dibawah sasaran biasanya ditandai dengan notasi di- atau DB. Variabel deviasi ini berfungsi untuk menampung deviasi negatif. Dengan demikian variabel tersebut akan selalu berkoefisien +1 pada setiap kendala sasaran yang diinginkan.
26
2. Variabel deviasional yang menampung penyimpangan diatas sasaran. Variabel yang menampung penyimpanan diatas sasaran biasanya ditandai dengan notasi di+ atau DA. Variabel ini berfungsi untuk menampung deviasi positif, sehingga variabel ini akan selalu berkoefisien -1 pada setiap kendala sasaran yang diinginkan. Kedua variabel deviasional tersebut dalam fungsi tujuan dinyatakan secara matematis dengan persamaan sebagai berikut: ∑ (Cij Xj) + DBi – DAi = Gi Persamaan di atas akan terpenuhi jika nilai minimum DA dan DB sama dengan nol, apabila: 1. DA=DB=0, sehingga ∑Cij Xj =Gi, artinya sasaran tercapai. 2. DA=0 dan DB > 0, sehingga ∑ Cij Xj = Gi – DBi, artinya sasaran tidak tercapai karena ∑ (Cij Xj) < Gi. 3. DB=0 dan DA > 0, sehingga ∑Cij Xj = Gi + DAi, artinya sasaran terlampaui karena ∑ (Cij Xj) > Gi. Jadi pada kondisi DA>0 dan DB>0 pada sebuah kendala maka sasaran tidak mungkin akan tercapai. Penggunaan variabel deviasional untuk mewujudkan suatu sasaran manajerial yang terdapat dalam perusahaan. Pada dasarnya penggunaan variabel deviasional tersebut dapat dikelompokan ke dalam beberapa cara yaitu: 1. Untuk mewujudkan sasaran dengan nilai tertentu Sasaran yang dikehendaki dimasukan kedalam parameter Gi (nilai ruas kanan kendala). Agar sasaran ini tercapai maka DA dan DB harus
27
diminimumkan, sehingga persamaan fungsi kendala sasarannya sebagai berikut: ∑ (Cij Xj) + DBi – DAi = Gi Persamaan fungsi tujuan sebagai berikut: Minimumkan Z = ∑ (DAi + DBi) Apabila dalam penyelesaian optimal DA>0 dan DB=0, maka terjadi penyimpangan diatas nilai sasaran Gi, ini berarti sasaran terlampaui. Apabila DB>0 dan DB=0 maka terjadi penyimpangan dibawah sasaran, ini berarti sasaran tidak tercapai. 2. Untuk mewujudkan sasaran di bawah nilai tertentu Sasaran yang hendak dicapai dimasukkan ke dalam Gi dan tidak boleh dilampaui, oleh karena itu penyimpangan di atas nilai Gi harus diminimumkan agar hasil penyelesaian tidak melebihi nilai Gi atau paling banyak sebesar Gi. Dalam hal ini hanya diperlukan variabel DA, sehingga fungsi persamaan kendala sasaran dibawah nilai tertentu adalah sebagai berikut: ∑ (Cij Xj) – DAi = Gi Persamaan fungsi tujuannya sebagai berikut: Minimumkan Z = ∑ DAi Apabila dalam penyelesaian optimal DA=0, berarti sasaran tercapai, dan apabila DA>0, maka terjadi penyimpangan diatas Gi, hal ini berarti sasaran yang dikehendaki terlampaui.
28
3. Untuk mewujudkan sasaran di atas nilai tertentu Dalam hal ini, penyimpangan dibawah nilai Gi harus diminimumkan agar hasil penyelesaian paling sedikit sama dengan nilai Gi. Oleh karena itu hanya diperlukan variabel DB, sehingga persamaan fungsi kendala sasarannya sebagai berikut: ∑ (Cij Xj) + DBi = Gi Persamaan fungsi tujuannya sebagai berikut: Minimumkan Z = ∑ DBi Apabila dalam penyelesaian optimal DB=0, berarti sasaran tercapai, dan apabila DB>0 berarti sasaran tidak tercapai. Terdapat enam jenis kendala tujuan yang berlainan. Maksud setiap jenis kendala ditentukan oleh hubungannya dengan fungsi tujuan. Keenam jenis kendala tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Jenis-jenis Kendala Tujuan Kendala Tujuan aij Xj + di- = bi aij Xj – di+ = bi aij Xj + di- - di+ = bi aij Xj + di- - di+ = bi aij Xj + di- - di+ = bi aij Xj + di- = bi
Variabel Simpangan dalam Fungsi d id i+ did i+ di dan di+ di+ (artf)
Kemungkinan Simpangan Negatif Positif Neg dan pos Neg dan pos Neg dan pos Tidak ada
Penggunaan Nilai RHS yang Diinginkan = bi = bi bi atau lebih bi atau kurang = bi Pas = bi
(Sumber : Mulyono, 2004)
2.1.5
Analisis Kepekaan/Sensitivitas Kondisi optimal dapat mengalami perubahan sebagai akibat dari adanya
perubahan nilai-nilai yang terdapat dalam model yang digunakan. Untuk dapat
29
mengetahui pengaruh dari perubahan tersebut terhadap kondisi optimal, maka dilakukan analisis kepekaan yang menghasilkan selang kepekaan. Jika perubahan yang terjadi masih berada didalam selang yang ada, maka hasil analisis optimal juga tidak akan mengalami perubahan (kondisi optimal relatif stabil). Adapun perubahan-perubahan terhadap kondisi optimal terdiri dari (Soebagyo, 1988): 1. Perubahan dalam koefisien fungsi tujuan. 2. Koefisien teknis (teknologi) fungsi kendala atau input-output. 3. Keterbatasan kapasitas sumberdaya atau nilai sebelah kanan fungsi kendala. 4. Tambahan fungsi kendala baru. 5. Tambahan peubah pengambilan keputusan (variabel baru). Selang kepercayaan yang dihasilkan dari analisis kepekaan terdiri dari batas minimum/batas penurunan (allowable decrease) dan batas maksimum/batas kenaikan (allowable increase). Batas minimum menunjukkan besarnya batas penurunan nilai parameter atau nilai ruas kanan kendala tanpa merubah hasil pemecahan optimal. Demikian pula halnya dengan perubahan pada biaya dan harga terhadap perencanaan produksi. Jika perubahan-perubahan yang terjadi masih berada di dalam selang yang ada, maka kondisi optimal relatif stabil. 2.1.6 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Nila Septiati berjudul optimalisasi pengadaan dan distribusi produk buah-buahan segar PT. Moenaputra Nusantara Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengadaan dan distribusi produk buah segar yang dilakukan oleh PT. Moenaputra Nusantara. Tujuan
30
lainnya yaitu menganalisis biaya pengadaan dan distribusi produk buah segar PT. Moenaputra Nusantara dan menentukan komposisi pengadaan dan distribusi produk buah segar yang optimal. Penelitian ini menggunakan program linier model transportasi untuk menganalisis optimalisasi pengadaan dan distribusi produk buah-buahan segar dari pemasok perusahaan ke kelompok-kelompok pelanggan perusahaan. Pola pengadaan dan distribusi dari PT. Moenaputra Nusantara terdiri dari petani, pedagang pengumpul, dan pasar induk, sedangkan pola distribusinya terdiri dari eceran, grosir, dan hotel. Buah-buahan yang diusahakan terdiri dari buah kontinu dan buah musiman. Komposisi pengadaan dan distribusi yang dilakukan oleh PT. Moenaputra Nusantara selama tahun 2011 telah mendekati optimal, tetapi berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa PT. Moenaputra Nusantara masih memiliki peluang untuk mengefisienkan biaya, yaitu dengan mengurangi jumlah pemenuhan pada permintaan kelompok pelanggan dimana jumlah penawaran tetap atau dengan menambah pasokan langsung dari petani dan pedagang pengumpul daerah asal dimana jumlah permintaannya tetap. Hasil optimal menunjukkan terdapat penghematan biaya sebesar Rp. 1.343.136,00 pada semester satu dan Rp.6.978.295,00 pada semester dua. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian optimasi pengadaan sayuran organik adalah penelitian ini membahas mengenai pola pengadaan yang dilakukan PT. Masada Organik Indonesia dan perbandingan hasil pengadaan yang
31
dilakukan perusahaan dengan hasil metode Goal programming untuk optimasi pengadaan sayuran secara optimal.
2.2 Kerangka Pemikiran Produksi akan sayuran terus meningkat, diikuti dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat. Kondisi ini memicu PT. Masada Organik Indonesia meningkatkan produksinya. Di sisi lain, keadaan alam yang sedang tidak menentu. Hal ini mengakibatkan produksi sayuran organik di perusahaan menurun dan pengadaan pasokan sayuran organik pun tidak mencukupi permintaan, sehingga biaya yang dikeluarkan pun meningkat. Melihat kondisi demikian, maka perlu segera dilakukan upaya dalam mengatasi permasalahan tersebut karena akan berdampak langsung terhadap penurunan kinerja pengadaan sayuran di PT. Masada Organik Indonesia. Adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu PT. Masada Organik Indonesia mengatasi permasalahan yang dialami. Salah satu upaya yaitu dengan mengetahui proses pengadaan yang optimal. Tujuannya agar dapat diterapkannya manajemen pengadaan yang optimal dengan biaya yang minimum, sehingga menghasilkan keuntungan yang maksimal. Proses pengadaan melibatkan berbagai komponen yang berpengaruh pada proses pengadaan. Komponen tersebut yaitu komunikasi, seleksi pemasok, teknologi, inventarisasi data, pembelian, dan evaluasi kinerja. Dari hasil tersebut, dapat dibuat model suatu perhitungan agar menghasilkan proses pengadaan yang optimal untuk diterapkan pada sistem pengadaan di PT. Masada Organik Indonesia.
32
Konsumsi sayuran meningkat
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat
Produksi sayuran meningkat
Produksi sayuran organik
Cuaca ekstrim
Service level tidak memenuhi
Biaya pengadaan
Manajemen pengadaan
-
Komunikasi Seleksi pemasok Teknologi Inventarisasi data Pembelian Evaluasi kinerja
Pengadaan sayuran yang optimal Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran