BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Kajian Pustaka Kajian terdahulu tentang penelitian yang sejenis dengan tesis ini di berbagai media massa sudah banyak yang melakukannya. Kajian-kajian ini menjadi referensi bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini. Penelitian ini berbeda dengan kajian sebelumnya, peneliti mengkaji tentang kasus “Pemberitaan Pembangunan Gedung Baru DPR di Metro TV”. Ada tiga kajian sebelumnya yang peneliti telaah, berkaitan dengan analisis studi kasus ini: 1.
Penelitian Endah Heliana mengenai “Tabloidisasi pada Berita Televisi Analisis
Kualitatif
Tabloidisasi
Berita
Mengenai
Meninggalnya
Soeharto di Liputan 6, SCTV. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan strategi case study, yang berangkat dari paradigma konstruktivis.
Hasil penelitiannya adalah untuk melihat bentuk pemolaan tabloidisasi pada pemberitaan Liputan 6 terkait meninggalnya Soeharto, yakni dengan membandingkan pola tabloidisasi melalui perbandingan teoritis dan asumsi dasar tabloidisasi. Tabloidisasi adalah fenomena global yang meluas hingga ke pemberitaan televisi, namun bentuk tabloidisasi itu memiliki format tersendiri, bergantung pada kasus dan
14 http://digilib.mercubuana.ac.id/
konteks media itu sendiri. Tabloidisasi menurut Esser (1999) adalah keadaan menurunnya kualitas jurnalisme yang ditandai oleh beberapa hal seperti beralihnya nilai berita menuju hiburan, ini adalah peristiwa global.
Pemberitaan
mengenai
sakit,
meninggalnya,
hingga
dimakamkannya Soeharto terbawa pada kecenderungan tabloidisasi meliputi bergesernya nilai berita menuju human interest; tidak beragamnya informasi; personalisasi politik; dramatisasi berita dan tema other news. 1
Perbedaan antara hasil penelitian Endah dengan penelitian peneliti adalah, mengenai fenomena pemberitaan rencana pembangunan gedung baru DPR yang marak di beritakan di berbagai media massa yang di dalam pemberitaannya penuh dengan kontroversi. Metro TV melalui program beritanya “Metro Hari Ini”,
mengemas atau
mengonstruksi pemberitaan itu dengan mengungkapkan fenomena yang ada dan berkembang di masyarakat dengan pemakaian information graphic dan teknologi virtual set digunakan agar pemirsa memahami konteks permasalahan tersebut secara komprehensif berdasarkan fakta dan data yang ada. 2. Tesis Sri Sayekti mengenai “Strategi Programming dan Produksi Program Televisi dalam Pengembangan Citizen Journalims” (Studi
1
Jurnal Thesis Jurnal Penelitian Komunikasi, Volume VIII/No. 1 Januari – April 2009, diterbitkan oleh Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI.
15 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kasus Program “I Witness” di Metro TV tahun 2008-2010). Tipe penelitiannya kualitatif, paradigma konstruktivis dengan menggunakan metode penelitian Studi Kasus.
Hasil
penelitiannya
adalah
menjelaskan
bagaimana
strategi
programming dan strategi produksi program “I Witness” di Metro TV. Untuk mengembangkan citizen Journalism, Metro TV menayangkan karya citizen journalist dengan cepat namun tetap dengan verifikasi di program “I Witness”, sehingga Metro TV dapat menghemat biaya peliputan dan jumlah wartawan. Namun setelah episode ke-99 pada akhir Agustus 2010 karena rating, share dan revenue rendah, Metro TV
menghentikan
penayangan
“I
Witness”,
namun
website
www.metrotvnews.com/iwitness tetap ada.
Perbedaan antara hasil penelitian Sri dengan penelitian peneliti adalah, penelitian ini mengenai strategi pemberitaan program “Metro Hari Ini” mengenai kasus rencana pembangunan gedung baru DPR yang ditayangkan dalam segmen program berita “Metro Hari Ini” dengan perencanaan strateginya menggunakan information graphic dan teknologi virtual set dalam pemberitaannya. 3.
Tesis Sainuddin (2008) di Universitas Mercu Buana, Jakarta mengenai Strategi Produksi Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Program Acara Televisi (Studi Deskriptif tentang Produksi Program Feature dokumenter Situs-Situs di Lembaga Penyiaran Publik TVRI
16 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pusat Jakarta). Tipe penelitiannya kualitatif deskriptif, paradigma konstruktivis dengan menggunakan metode penelitian Studi Kasus.
Hasil penelitiannya adalah membahas tentang pengorganisasian tim produksi program Situs-situs di TVRI adalah organisasi terbuka di mana seluruh anggota tim produksi saling berkoordinasi. Tahapan produksi yang dilakukan meliputi tahap praproduksi yaitu dengan melakukan browsing internet; tahap produksi melakukan peliputan program Situs-siitus yang mendapat arahan dari Executive Produser, yang juga sebagai reporter; dan tahap pascaproduksi dengan melakukan preview hasil liputan sebelum proses editing. Program Situs-situs adalah program acara dalam format feature documenter, yang
melaporkan
keberadaan
situs-situs
bersejarah
kepada
penonton. Program ini terdiri dari tiga segmen yang bertujuan memberikan informasi, mendidik, dan menghibur. Program Situs-situs merupakan program berita berkala maupun informational news diproduksi melalui pendekatan karya artistik.
Perbedaan antara hasil penelitian Sainuddin dengan penelitian peneliti
adalah,
penelitian
ini
mengenai
strategi
pemberitaan
mengenai rencana pembangunan gedung baru DPR di dalam segmen program berita “Metro Hari Ini” dengan menggunakan information graphic dan teknologi virtual set dalam pemberitaannya. Pemberitaan program “Metro Hari Ini” tergolong program berita buletin (News
17 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bulletin) sama seperti program berita lainnya (“Metro Pagi”, “Metro Siang”, “Metro Sore”, “Suara Anda”, “Headline News” dan “Breaking News”) yaitu program berita harian (news bulletin) yang penyajiannya sangat terikat waktu (timeconcern) dan penyajiannya kepada khalayak harus secepat mungkin berbeda dengan penelitian Sainuddin yang termasuk program feature, di mana penyajian beritanya tidak bersifat segera (timeless). Pada penelitian ini, program “Metro hari Ini” diproduksi dengan cepat melalui pendekatan Jurnalistik, di mana proses produksinya baik peliputan (shooting), editing, dan dubbing dilakukan dengan cepat. Semakin cepat disiarkan semakin baik, karena nilai aktualitasnya akan semakin tinggi. Semua penelitian terdahulu tersebut di atas secara lebih ringkas dapat disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 2.1. Kajian Pustaka Penelitian terdahulu Endah Heliana
Sri Sayekti
Sainuddin
(2008)
(2011)
(2008)
(2)
(3)
Petunjuk tendensi tabloidisasi sudah terlihat sejak lama ada di pers Indonesia, seperti bentuk pers yang mengangkat isu sensasional dan cenderung provokatif pada masa orde lama. Namun tabloidisasi juga berdampak pada pergeseran nilai berita,
Peristiwa besar seperti bencana, kecelakaan, atau dinamika sosial lainnya sering tidak diliput wartawan, karena tidak berada di lokasi kejadian. Namun peristiwa tersebut tetap dapat ditayangkan media melalui video berita yang dikirim oleh
Aspek
(1)
Latar Belakang
18 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tayangan program Situs-situs menginformasikan nilai-nilai sejarah bangsa yang perlu dijaga dan dilestarikan sebagai budaya bangsa. Program ini bersifat mendidik untuk mengimbangi
kualitas berita dan nilai filosofis jurnalisme yakni pemberi informasi mendidik untuk masyarakat, bukan sebagai pemuas hiburan
warga. Warga seperti itu disebut citizen journalist, yang berperan juga sebagai komunikator. Fenomena citizen journalism di televisi menguat karena atasiun televisi memberi wadah dalam programnya. Di Metro TV ditayangkan dalam program “I Witness”. Bagaimana strategi programming dan strategi produksi program dilakukan untuk mengembangkan citizen journalism.
Tujuan
Melihat bagaimana berita terkait Soeharto dibuat oleh liputan 6, yakni hard news, soft news, feature, dan wawancara (studio interview dan two way interview. Sementara dalam isi, peneliti melihat bagaimana tema, aktor, durasi, dan lokasi berita tersebut.
Meneliti strategi programming dan strategi produksi program “I Witness” di Metro TV; dan meneliti pengembangan citizen journalism di Metro TV di era konvergensi media dan kebebasan berpendapat.
Metode
Case Study
Studi Kasus
Teoriteori yang dipakai
Teori Tabloidisasi yang dikembangkan oleh Frank Esser (1999), Mine Gencel Bek (2004), Djerf Pierre (2000) dan John Langer (2001)
Teori Jurnalistik televisi oleh Morrisan; Citizen Journalism oleh Gillmor.
19 http://digilib.mercubuana.ac.id/
program-program yang lain seperti sinetron, variety show dan lawak.
Melihat bagaimana proses produksi program Situs-situs dilakukan dengan menggunakan strategi produksi dalam rangka meningkatkan kualitas program acara televisi.
Studi Kasus (Kualitatif Deskriptif)
Teori Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak oleh J.B. Wahyudi.
Teori Jurnalistik televisi oleh Morrisan
Hasil
Melihat bentuk pemolaan tabloidisasi pada pemberitaan Liputan 6 terkait meninggalnya Soeharto, yakni dengan membandingkan pola tabloidisasi melalui perbandingan teoritis dan asumsi dasar tabloidisasi.
Menjelaskan strategi programming dan strategi produksi program “I Witness” di Metro TV. Untuk mengembangkan citizen Journalism, Metro TV menayangkan karya citizen journalist dengan cepat namun tetap dengan verifikasi di program “I Witness”, sehingga Metro TV dapat menghemat biaya peliputan dan jumlah wartawan. Namun setelah episode ke-99 pada akhir Agustus 2010 karena rating, share dan revenue rendah, Metro TV menghentikan penayangan “I Witness”, namun website www.metrotvnews.co m/iwitness tetap ada.
Menjelaskan strategi proses produksi program Situs-situs dalam memproduksi program acaranya dalam rangka meningkatkan kualitas program acara televisi, dan menekankan atau mengajak masyarakat untuk menjaga dan melestarikan budaya bangsa.
2.2. Tinjauan Pustaka/ Kerangka Teori 2.2.1. Konstruksi Sosial Realitas Istilah konstruksi atas realitas sosial (social construction of reality) menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge (1966). Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, di mana
20 http://digilib.mercubuana.ac.id/
individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. 2 Teori konstruksi sosial realitas merupakan ide atau prinsip utama dari kelompok pemikiran atau tradisi kultural. Ide ini menyatakan bahwa dunia sosial tercipta karena adanya interaksi antara manusia. Cara bagaimana kita berkomunikasi sepanjang waktu mewujudkan pengertian kita mengenai pengalaman, termasuk ide kita mengenai diri kita sebagai manusia dan sebagai komunikator. Salah satu definisi komunikasi yang memiliki pendekatan kultural paling kuat dikemukakan oleh James Carey (1975) dalam Morrisan, Andy Corry dan Farid Hamid, yang menyatakan, communication is a symbolic process whereby reality is produced, maintained, repaired, and transformed (komunikasi adalah proses simbolik dimana realitas diciptakan, dipelihara, diperbaiki dan diubah). 3 Realitas sosial itu terdapat dalam kehidupan sehari-hari di mana ia memiliki dimensi obyektif dan subyektif. Individu menerima realitas sosial yang berdimensi obyektif melalui proses sosialisasi. Namun tidak semua realitas sosial itu dapat diterima utuh oleh individu. Asumsi-asumsi Konstruksionis Sosial yang dirangkum oleh Robyn Pennam (1992) dalam Novianti (2007: 116-117) menyimpulkan bahwa:
2
Burhan Bungin, 2008. Konstruksi Sosial Media Massa Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen serta Kritik Terhadap Peter L. Berger & Thomas Luckmann. Jakarta, Kencana.
3
Morissan, Andy Corry dan Farid Hamid, 2010. Teori Komunikasi Massa. Bogor, Ghalia Indonesia.
21 http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Tindakan komunikasi sifatnya suka rela. Konstruksionis Sosial memandang komunikator sebagai pembuat pilihan atas situasi yang terbatas. 2. Pengetahuan adalah produk sosial. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang ditemukan secara obyektif, akan tetapi diturunkan dari interaksi di dalam kelompok-kelompok sosial. Bahasa kemudian membentuk realitas, dan pengertian menentukan apa yang kita ketahui. 3. Pengetahuan bersifat kontekstual. Pemahaman kita terhadap peristiwa selalu merupakan produk dari interaksi pada tempat dan waktu tertentu pada lingkungan sosial tertentu, berubah seiring berjalannya waktu. 4. Teori menciptakan dunia-dunia. Teori-teori aktivitas ilmiah dan penelitian berperan dalam menciptakan pengetahuan. 5. Pengetahuan sarat nilai. Penjelasan terhadap suatu teori selalu dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tertanam dalam pendekatan yang dipakai. 4
2.2.1.1.
Definisi Konstruksi Realitas:
Menurut Prof. Gaye Tuchman pembuatan berita di media pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah cerita. Sedangkan menurut Peter L. Berger yang dikutip oleh Eriyanto, “Realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah” tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. 5 Berdasarkan
definisi
di
atas
peneliti
menyimpulkan
bahwa
“konstruksi realitas merupakan sebuah proses pengonstruksian atau pembentukan sebuah rangkaian berita atau cerita melalui penyusunan 4
Dewi Novianti, Tinjauan Teoritis Realitas Simbolik dalam Kajian Konstruksi Realitas Sosial, dalam Jurnal Ilmu Komunikasi FISIP UPN Veteran Yogyakarta, Volume 5, No. 2, Mei – Agustus 2007.
5
Eriyanto, 2002. Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta, LkiS Pelangi Aksara.
22 http://digilib.mercubuana.ac.id/
realitas-realitas yang ada di sekitar manusia yang dilakukan secara sadar untuk tujuan-tujuan tertentu”. Tujuan-tujuan tertentu ini didasari oleh ideologi yang dianutnya. Dalam penelitian ini “Strategi Pemberitaan program “Metro Hari Ini” mengenai Pembangunan Gedung Baru DPR di Metro TV” merupakan sebuah konstruksi sadar para produser di dalam melihat fenomena yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat, dan mengemasnya menjadi sebuah berita yang disajikan kembali kepada masyarakat dengan suatu tujuan tertentu. Pemberitaan televisi di atas tidak hanya bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat tentang fenomena yang diberitakannya, tetapi
lebih
dalam
lagi
pemberitaan
tersebut
memiliki
dimensi
pembentukan pendapat publik (public opinion), yang dikonstruksikan oleh para produser yang secara implisit menyuarakan pandangan berdasarkan ideologi media yang dianutnya.
2.2.1.2. Proses Dialektika Realitas Sosial Frans M. Parera (Berger dan Luckmann, 1990) dalam Bungin, 2008:15-16, menjelaskan, tugas pokok sosiologi pengetahuan adalah menjelaskan dialektika antara diri (self) dengan dunia sosiokulturalnya. Dialektika ini berlangsung dalam proses dengan tiga ‘moment’ simultan. Proses dialektika itu tercipta dari tiga unsur yaitu: 1. Eksternalisasi (penyesuaian diri), yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik baik dalam kegiatan
23 http://digilib.mercubuana.ac.id/
mental maupun fisik. Ini sudah menjadi sifat dasar dari manusia, ia akan mencurahkan diri ke tempat di mana ia berada. Manusia menemukan dirinya sendiri dalam suatu dunia atau penyesuaian diri dengan dunia sosio kultural sebagai produk manusia. 2. Obyektivasi, yaitu hasil yang telah dicapai, baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Proses ini adalah proses interaksi sosial dalam dunia intersubyektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. Hasil dari eksternalisasi— kebudayaan—itu
misalnya,
manusia
menciptakan
alat
demi
kemudahan hidupnya, atau kebudayaan non-materiil dalam bentuk bahasa. Baik alat maupun bahasa adalah kegiatan eksternalisasi manusia ketika berhadapan dengan dunia, ia adalah hasil dari kegiatan manusia menjadi realitas yang objektif. Kebudayaan yang telah berstatus sebagai realitas objektif, ada di luar kesadaran manusia, ada di sana bagi setiap orang. Ia menjadi kenyataan empiris yang bisa dialami oleh setiap orang. 3. Internalisasi, proses ini lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas di luar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi, manusia menjadi hasil dari masyarakat.
Internalisasi
adalah
proses
24 http://digilib.mercubuana.ac.id/
di
mana
individu
mengidentifikasi diri dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial di mana individu itu menjadi anggotanya. 6
2.2.2. Diskursus Organisasi dan Media Massa 2.2.2.1. Organisasi Cara kita menyusun atau mengatur orang, objek, dan gagasan dipengaruhi oleh cara pandang kita, apakah kita mulai dari pandangan objektif atau pandangan subjektif. (Wayne Pace, 2006) 7. 1. Pendekatan objektif menyatakan bahwa sebuah organisasi adalah sesuatu yang bersifat fisik dan konkret, dan merupakan sebuah struktur
dengan
batas-batas
yang
pasti.
Istilah
organisasi
mengisyaratkan bahwa sesuatu yang nyata merangkum orang-orang, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan. Sebagian orang menyebutnya sebagai wadah (container view of organizations). 2. Pendekatan Subjektif Pendekatan Subjektif memandang organisasi sebagai kegiatan yang dilakukan orang-orang. Organisasi terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi, dan transaksi yang melibatkan orang-orang. Organisasi
6
Op. Cit. Burhan Bungin, 2008, h.15-16.
7
Pace,
R.
Wayne.
“Komunikasi
Organisasi
Strategi
Perusahaan”. Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006.
25 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Meningkatkan
Kinerja
diciptakan dan dipupuk melalui kontak-kontak yang terus menerus berubah yang dilakukan orang-orang antara yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan pandangan objektif, organisasi berarti struktur, berdasarkan pandangan subjektif, organisasi berarti proses. Penekanan pada perilaku atau struktur bergantung pada pandangan mana yang anda anut. Dalam pandangan tersebut di atas organisasi dapat berarti struktur dan proses. Organisasi membutuhkan sebuah struktur organisasi yang semuanya bekerja atau berproses sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan organisasi yang diharapkan sesuai dengan visi dan misi organisasi/ perusahaan. Pada masa kebebasan media dewasa ini, jumlah organisasi/ stasiun penyiaran televisi diperkirakan akan bertambah seiring dengan pertumbuhan kebutuhan masyarakat terhadap informasi. Berbagai stasiun televisi bersaing satu sama lainnya untuk menarik sebanyak mungkin perhatian penonton/ pemirsa. Persaingan ini berusaha merebut penonton dalam program siarannya termasuk juga program berita. Hamper setiap stasiun televisi di Indonesia memiliki program berita, dengan demikian stasiun televisi memiliki redaksi berita dan peliputan sebagai bagian dari struktur organisasi perusahaan televisi. Morissan (2010: 41) mengatakan bahwa stasiun televisi memiliki struktur organisasi yang sama seperti perusahaan lain pada umumnya.
26 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Namun bagian pemberitaan (news departemen) sebagai salah satu unit dalam perusahaan televisi memiliki struktur dan sifat yang tidak sama dengan unit lainnya. Perbedaan ini terletak pada pola kerja bagian pemberitaan yang tidak sama dengan bagian lainnya. Stasiun televisi besar biasanya banyak mempekerjakan banyak orang mulai dari reporter, penulis, juru kamera, editor, librarian, produser dan lainnya. 8 2.2.2.2. Media Massa Istilah ‘media massa’ memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dalam berbagai skala, mulai dari skala terbatas hingga mencapai dan melibatkan siapa saja di masyarakat, dengan skala yang sangat luas. Media massa mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap dipergunakan hingga saat ini, seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, internet dan lainlain. Media massa dalam komunikasinya melakukan konstruksi pesan media (content) untuk memunculkan bentuk kesadaran tertentu (packaged consciousness).
Kesadaran
semu
tersebut
membentuk
kerangka
pemikiran khalayak dan kemudian memengaruhi cara berpikir, bersikap dan berprilaku. Sistem komunikasi memiliki kapasitas memproduksimenghasilkan ideologi,
yang kemudian ideologi tersebut menjadi
landasan pikir dan gerak. 8
Morissan, M.A. 2008. “Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi”. Jakarta, Kencana, h.41.
27 http://digilib.mercubuana.ac.id/
1). Definisi Media Massa Kata media berarti sarana atau alat. Media adalah bentuk jamak, sedangkan medium adalah bentuk tunggalnya. Kata Massa, dalam kaitannya dengan media massa mempunyai makna “banyak orang dalam relatif besar, heterogen, berada tidak dalam satu tempat, anonim atau tidak saling mengenal, tidak terlembagakan, perhatiannya terikat pada satu pesan, yaitu pesan dari medium yang sama, tidak dapat memberikan arus balik secara langsung, tetapi tunda. 9 Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa media massa adalah sarana untuk menyampaikan isi/ pesan/ pernyataan/ informasi yang bersifat umum, kepada sejumlah orang yang jumlahnya relatif besar, tinggalnya tersebar, heterogen, anonim, perhatiannya terpusat isi pesan yang sama, yaitu pesan dari media massa yang sama. Joshua Meyrowitz dalam Littlejohn (2009: 407) menggambarkan tiga metafora yang mewakili berbagai sudut pandang mengenai media: 1. Media sebagai vessel, adalah gagasan bahwa media adalah pembawa pesan (content) yang netral. 2. Media sebagai bahasa (language), pada metafora ini masing-masing media memiliki unsur-unsur struktural atau tata kalimat, seperti sebuah bahasa (rancangan halaman, gaya huruf, komposisi suara dan visual dan sebagainya) yang dapat mempengaruhi konsumen dengan berbagai cara. 9
J. B. Wahyudi, 1991. Komunikasi Jurnalistik Pengetahuan Praktis Kewartawanan, Surat Kabar, Majalah, Radio & Televisi. Bandung. Alumni.
28 http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Media sebagai lingkungan (environtment), metafora ini dilandasi oleh gagasan bahwa kita hidup dalam lingkungan yang penuh dengan berbagai informasi yang disebarkan oleh keberadaan media dengan beragam kecepatan, ketepatan, kemampuan melakukan interaksi, persyaratan fisik dan kemudahan belajar. 10
Media mempunyai kebijakan dalam setiap pemberitaannya, karena media mempunyai pandangan, penilaian, serta pemahaman terhadap suatu berita. Dalam penelitian ini, Metro TV memiliki pandangan, pemahaman, dan penilaian dalam mengkonstruksi pemberitaan tentang rencana pembangunan gedung baru DPR ke dalam sebuah berita pada program Metro Hari Ini. Di dalam mengonstruksi realitas tersebut pesan dikemas dengan menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol untuk mengungkapkan makna yang tersirat di dalamnya, hal ini tentunya tidak lepas dari subjektifitas bagaimana
produser. Metro
Penelitian
ini
dilakukan
TV dalam program berita
untuk MHI
mengetahui
mengonstruksi
pemberitaannya. 2). Dinamika Internal dan Eksternal Media Massa Komunikasi sebagai wacana, dapat diartikan sebagai upaya komunikator membangun sebuah wacana melalui suatu proses yang disebut konstruksi realitas (construction of reality) yaitu usaha menyusun 10
Littlejohn, Stephen W. dan Karen A. Foss, 2009. Teori Komunikasi Theories of Human Communication, edisi 9. Jakarta, Salemba Humanika, h.407
29 http://digilib.mercubuana.ac.id/
kembali fakta-fakta yang semula tidak teratur atau tertata berdasarkan perspektif tertentu ke dalam sebuah wacana berdasarkan struktur yang diinginkan pembuat wacana. Media massa kini tengah bergeser menjadi sebuah industri yang memiliki orientasi bisnis layaknya badan usaha lainnya yang profit oriented. Keterlibatan pemodal dan pengelolaan manajemen karyawan serta investasi yang cukup besar mendorong pengelola media massa agar bisa tetap bisa bertahan. Menurut Tuchman dalam Sobur (2009:88) mengatakan bahwa pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengonstruksi realitas. Isi media adalah hasil para pekerja media mengonstruksikan berbagai realitas yang dipilihnya, di antaranya realitas politik. Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang dikonstruksikan (constructed reality). Pembuat berita di media pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebuah “cerita”. 11
2.2.3. Berita Televisi
Definisi berita sekarang ini telah mengalami perluasan makna bukan hanya sekedar pelaporan tentang fakta, laporan tentang peristiwa atau pendapat yang dipublikasikan secara luas melalui media massa 11
Alex Sobur, 2009. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.
30 http://digilib.mercubuana.ac.id/
periodik. Kebanyakkan orang melihat berita adalah setiap item yang bukan iklan dan disajikan oleh media pemberitaan. Robert Park, 1922 berita secara fungsional, sama saja dengan pengumuman yang disampaikan seorang warga kota yang bertugas menjadi juru warta keliling yang meneriakkan “sekarang pukul 10.00, tidak ada kejadian istimewa” atau mungkin meneriakkan, “Sekarang pukul 08.00 dan Ibu Smith baru saja melahirkan putranya”. Bagi Park, berita memiliki tugas untuk membangun kohesi sosial. Tujuan berita adalah menyediakan ruang bagi hal-hal yang perlu diketahui setiap orang sehingga mereka dapat bertindak dalam lingkungannya dan berdasarkan tindakannya tersebut warga kota dapat membangun identitas bersama.
2.2.3.1. Definisi Berita Televisi
Michell
V.
Charnley
dalam
J.B.
Wahyudi
(1992:
124)
mendefinisikan berita adalah uraian/ laporan tentang peristiwa atau pendapat hangat yang penting, menarik, aktual, dan harus secepatnya disajikan kepada khalayak luas. Peristiwa atau pendapat yang pantas disajikan sebagai berita adalah yang memiliki nilai berita (news value) Satu-satunya sarana untuk menyampaikan berita secepatnya kepada khalayak luas adalah media massa periodik (surat kabar, majalah, radio dan televisi). Berita televisi adalah peristiwa atau kejadian yang memiliki
31 http://digilib.mercubuana.ac.id/
nilai berita serta memenuhi kelayakan dari sisi visual, audio, dan kaidah etika.12 2.2.3.2. Kriteria Kelayakan Berita Televisi 1. PENTING : Peristiwa yang mendapat perhatian besar publik karena memengaruhi dan membawa dampak bagi kehidupan publik. Contoh: Harga BBM naik, tsunami Aceh, kerusuhan Mei 1998. 2. AKTUAL : Peristlwa yang baru terjadi sehingga perlu disampaikan secara cepat. Contoh: Gempa bum! Padang. 3. KEDEKATAN : Peristiwa yang memiliki kedekatan dengan pemirsa yang menjadi sasaran. Kedekatan ini bisa berupa jarak maupun emosi.Contoh: Berita tentang 12 WNI yang ditahan tentara Israel. 4. SIGNIFIKANS: Peristiwa yang dibingkai secara lebih spesifik agar menyasar pada kepentingan pemirsa. Contoh: Berita tentang penandatanganan MOU pembangunan pabrik tekstil. Berita ini dapat dikemas dengan angle signifikansi MOU bagi penyerapan tenaga kerja di sektor tekstil. 5. MAGNITUDE : Peristiwa yang ukuran atau bobot pentingnya ditentukan berdasarkan banyak sedikitnya kuantitas, angka-angka. Contoh: Kecelakaan Adam Air. 6. KETOKOHAN : Peristiwa yang berhubungan dengan orang penting. Contoh: Video seks Ariel Peterpan dan Luna Maya. 7. HUMAN INTEREST : Peristiwa yang menyentuh emosi, membangkitkan 12
J.B. Wahyudi, 1992. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, h. 124
32 http://digilib.mercubuana.ac.id/
empati pemirsa. Contoh: Pertemuan Nirmala Bonat dengan keluarganya. 8. MENARIK : Perisitwa yang menarik perhatian orang meskipun tidak memengaruhi kehidupan banyak orang. Contoh: Adu ketangkasan matador. 9. DRAMATIS : Peristiwa yang terkait dengan pencapaian yang di luar dugaan. Contoh: Kesebelasan Indonesia menjadi juara dunia. 10. UNIK : Peristiwa yang langka dan khas. Contoh: Temuan mengenai manusia purba, manusia tertinggi dunia. 11. CATATAN: Semakin banyak unsur yang terkandung dalam sebuah peristiwa, semakin tinggi nilai berita dari peristiwa tersebut. Contoh: kebijakan publik seperti kenaikan harga BBM, kematian tokoh penting seperti Soeharto. 2.2.3.3. Jenis Berita Televisi 1) Hard news : Berita peristiwa yang harus secara langsung/cepat ditayangkan karena memiliki nilai penting dan baru. Pendekatan berbasiskan fakta (isi dan gambar). Contoh: pesawat jatuh, gunung meletus. 2) Soft news : Berita peristiwa yang tidak perlu disampaikan secara cepat karena tidak memiliki aspek kesegeraan. Berita ringan mengutamakan sisi-sisi menarik, memberi warna pada sebuah peristiwa. Contoh: Kegiatan tim medis di lokasi bencana.
33 http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Feature : Berita yang mengisahkan tentang pribadi, obyek dengan menggunakan pendekatan kisah. Contoh: kehidupan pemulung. 2.2.3.4. Format Berita 1) READER •
Definisi: Berita sangat singkat (durasi sekitar 10 detik) yang disampaikan untuk melaporkan peristiwa yang memiliki magnitude besar. Berita ini biasanya disampaikan saat gambar belum siap ditayangkan.
•
Kriteria: (1) Berita penting yang belum bisa dikirim karena kendala teknis, atau berita yang belum sempat diliput namun sudah dikonfirmasi kebenarannya pada narasumber yang kompeten. (2) Kesegeraan dalam berita reader tetap memperhatikan aspek akurasi, dalam hal ini memerlukan chek and rechek terhadap sumber-sumber terkait (3) Ketiadaan gambar pada format reader disiasiati dengan tampilan grafis lokasi, narasumber yang melaporkan dan profil (peristiwa, obyek clan orang). Contoh: Gempa bumi 7,2 SR di Sumatera Barat. Isi berita dibacakan presenter, disertai grafis kondisi gempa, peta lokasi dan narasumber/kontributor yang diwawancarai
CONTOH
:
PEMIRSA/KOTA
PADANG
DIGUNCANG GEMPA BERKEKUATAN TUJUH KOMA DUA SKALA RICHTAR// GEMPA YANG TERJADI JAM SEPULUH
34 http://digilib.mercubuana.ac.id/
PAGI
MENGHANCURKAN
SEJUMLAH
BANGUNAN
PENTING/DI ANTARANYA KANTOR GUBERNUR//
2. VOICE OVER •
Definisi: berita yang dilengkapi gambar, yang dibacakan seluruhnya oleh presenter. Presenter membaca lead berita, lalu outframe sambil membacakan naskah mengiringi gambar yang muncul.
•
Kriteria: Berita yang sangat terbatas data dan videonya, berita yang gambarnya kurang kuat Berta tanpa soundbite penting, berita yang masuk dalam keadaan mendadak menjelang on air sehingga sulit dikemas
secara
cepat,
berita
yang
harus
dipotong
untuk
menyesuaikan dengan perkembangan rundown, berita yang mesti diperkaya dengan atmosfir natural sound, berita yang memiliki durasi lebih singkat tak lebih dari 30 detik, kemasan berita VO tetap memperhatikan kesesuaian gambar dan narasi CONTOH: LEAD : GEDUNG BANK INDONESIA TERBAKAR DINIHARI TADI//API MEMBAKAR LANTAI DUA PULUH TIGA, TEMPAT DISIMPAN BERBAGAI DOKUMEN PENTING// ROLLVO: API MULAI MEMBAKAR LANTAI DUA PULUHTIGA GEDUNG SEKITAR PUKUL LIMA PAGI TADIHHINGGA PUKUL ENAM PAGI API BELUM DAPAT DIPADAMKAN/BAHKAN MENJALAR KE LANTAI DUA PULUH EMPAT //POSISI LANTAI
35 http://digilib.mercubuana.ac.id/
YANG TINGGI MENYULITKAN PEMADAM KEBAKARAN//
ROLLVISUAL: BELUM DIPEROLEH INFORMASI APAKAH ADA KORBAN JIWA DALAM KEBAKARAN INI/SERTA APA YANG MENYEBABKAN KEBAKARAN// NAMUN YANG PASTI LANTAI 23 MERUPAKAN TEMPAT PENYIMPANAN DOKUMEN PENTING TERKAIT KASUS-KASUS PERBANKAN SEPERTI BANTUAN LIKUIDITAS BANK INDONESIA// 3. SOUND ON TAPE •
Definisi : Format berita yang terdiri dari lead dan SOT narasumber. Format ini menekankan penclekatan who talk about what sehingga nama figur mesti disebutkan di lead diikuti dengan inti pernyataannya.
•
Kriteria : (1) Keterangan narasumber yang sangat penting dan perlu segera diketahui masyarakat. (2) Berhubung isi informasi sangat penting, pemenggalan kalimat mesti menggambarkan substansi persoalan yang hendak disampaikan. (3) Durasi SOT sebaiknya clibatasi maksimal 3 menit, terkecuali ada sebuah pernyataan maha penting yang memiliki nilai berita sangat luar biasa. (4) Perlu ada tag on cam presenter pads akhir SOT mengenai latar
36 http://digilib.mercubuana.ac.id/
belakang dari hal-hal yang diungkapkan dalam SOT. (5) Berita SOT bisa terdiri lebih dari satu SOT, baik yang Baling mendukung maupun yang bertentangan. Penempatan beberapa SOT tersebut langsung berurutan (back-to-back) CONTOH SOT: LEAD: PRESIDEN BAMBANG YUDHOYONO MENGUMUMKAN LIMA KRITERIA YANG MESTI DIPENUHI CALON WAKIL PRESIDEN
YANG
MENDAMPINGINYA
PADA
PEMILU
PRESIDEN MENDATANG// (ROLL SOT PRESIDEN SBY) (Tag OC Presenter) PRESIDEN
SBY
MENOLAK
MENJAWAB
PERTANYAAN
WARTAWAN MENGENAI APAKAH WAKIL PRESIDEN JUSUF KALLA MEMENUHI KRITERIA TERSEBUT//
4. VOICE OVER SOUND ON TAPE •
Definisi: Berita yang dikemas dengan menggabungkan VO dan SOT, dimana SOT merupakan bagian pernyataan sumber yang penting atau yang spesifik berkaitan dengan peristiwa atau isu.
•
Kriteria: (1) Gambar terbatas, namun ada pernyataan narasumber yang perlu diketahui pemirsa secara utuh untuk memperkuat isi berita.
37 http://digilib.mercubuana.ac.id/
(2) Bridging dari VO ke SOT tidak boleh "parroting' dengan SOT. (3) Tidak perlu menclahului dengan kalimat "berikut kutipan pernyataan ..." (4) SOT sebaiknya diikuti tag on-cam presenter untuk mengakhiri berita tersebut. (5) Durasi VO/SOT maksimal 90 detik (VO 50 detik clan SOT 40 detik).
5. PACKAGE •
Definisi : Berita yang disampaikan secara lengkap karena memiliki gambar dan SOT, serta clinarasikan oleh reporter/dubber
•
Kriteria : (1) substansi berita kuat, ditunjang oleh SOT yang kuat serta pilihan gambar yang banyak baik master shot maupun dokumentasi. (2) Paket selalu didahului lead yang dibacakan presenter. (3) Lead in PKG mesti singkat dan jelas, namun mesti mewakili berita secara keseluruhan. (4) Lead in PKG tidak boleh paroting dengan lead paket. (5) Lead in presenter dan lead in paket (opening sentences) tidak memiliki hubungan kelanjutan. (6) Narasi paket oleh reporter/dubber dikemas bersama unsur natural sound, SOT dan grafik. (7) Berita PKG diakhiri narasi reporter/dubber atau bisa juga standup reporter (on-cam) dengan outcue menyebutkan 38 http://digilib.mercubuana.ac.id/
namanya bersama cameraperson. (8) Durasi PKG berkisar antara 1,5 hingga 3 menit, tergantung bobot berita. 6. DO and DON'T: 1) Berita paket harus selalu memiliki soundbite. 2) Berita paket selalu di-dubbing oleh narator, tidak dibacakan oleh presenter yang sedang siaran. 3) Setiap soundbite dalam berita paket berdurasi antara 5 hingga 15 detik. 4) Apabila ada kewajiban untuk menayangkan soundbite lebih dari standar, bahkan mencapai 2-5 menit, sebaiknya berita tersebut tidak dikemas dalam bentuk paket tetapi SOT. Diperkenankan seorang sumber diambil soundbite-nya dua kali pada sebuah berita paket. Selalu menuliskan atribusi narasumber setiap kali muncul soundbite-nya. CONTOH PACKAGE: LEAD : GEMPA BERKEKUATAN TUJUH SKALA RICHTER TERJADI DI KOTA PADANG SUMATERA BARAT// GEMPA MENEWASKAN RATUSAN ORANG SERTA MENGHANCURKAN RIBUAN RUMAH// (ROLL PKG) (OTS: GEMPA PADANG)
39 http://digilib.mercubuana.ac.id/
(CG: PADANG – RATUSAN ORANG TEWAS) (CG: NAMA SUMBER/ ATRIBUSI SUMBER) (CLOSING): NAMA REPORTER/ METRO TV
2.2.3.5. Wartawan dan Sumber Berita Organisasi pemberitaan amat bergantung pada legitimasi sumber beritanya. Richard V. Ericson, Patrici M. Baranek dan Janet B/L. Chan. Penelitian Ericson (1989) tentang penegasan Herbert Gans (1979) menyatakan bahwa berita adalah produk sebuah transaksi. Bahwa berita pada umunya adalah mengenai orang yang “dikenal”. Berita adalah produk sebuah transaksi antara jurnalis dan sumber beritanya. Sumber utama realitas berita bukanlah apa yang disajikan atau apa yang terjadi di dunia nyata. Realitas berita melekat pada sifat dan jenis relasi sosial dan budaya yang berkembang di antara jurnalis dan sumber beritanya, dan dalam politik pengetahuan yang muncul pada berita tertentu. 13 Pekerjaan utama wartawan/ produser berita adalah mengisahkan hasil reportasenya kepada
khalayak. Dengan demikian mereka selalu
terlibat dengan usaha-usaha mengkonstruksi realitas, yakni menyusun fakta yang dikumpulkannya ke dalam suatu bentuk laporan jurnalistik berupa berita (news), karangan khas (feature) atau gabungan keduanya (news feature). Kegiatan jurnalistik memang menggunakan bahasa sebagai bahan baku guna memproduksi berita. Bagi media, bahasa bukan 13
Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, 1998. “Menuju Paradigma Baru Penelitian Komunikasi. Bandung, Rosdakarya.
40 http://digilib.mercubuana.ac.id/
sekedar alat komunikasi menyampaikan fakta, informasi atau opini. Bahasa juga bukan sekedar alat komunikasi untuk menggambarkan realitas, namun juga menentukan gambaran atau citra tertentu yang hendak ditanamkan kepada publik. Manakala konstruksi realitas media berbeda dengan realitas yang ada di masyarakat, maka hakikatnya telah terjadi kekerasan simbolik. Kekerasan
simbolik
bisa
mewujud
melalui
penggunaan
bahasa
penghalusan, pengaburan, atau bahkan pengasaran fakta. Singkatnya, kekerasan simbolik tak hanya beroperasi lewat bahasa, namun juga terjadi pada isi bahasa (language content) itu sendiri, yakni pada apa yang diucapkan,
disampaikan
atau
diekspresikan,
Anto
dalam
Sobur
(2009:89) 14
2.2.4. Strategi Pemberitaan di Televisi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Namun untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, tetapi harus menunjukkan bagaimana
14
Alex Sobur, 2009. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.
41 http://digilib.mercubuana.ac.id/
taktik operasionalnya, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu, bergantung kepada situasi dan kondisi. 15
Berita yang dimuat dalam media massa, bukanlah realitas sebenarnya. Berita tersebut telah diseleksi dan disusun menurut pertimbangan-pertimbangan redaksi dan dikonstruksi menjadi sebuah redaksional/naskah baru yang kemudian diberitakan lagi melalui sebuah media. Istilah ini disebut dengan second-hand reality, artinya, ada faktorfaktor subjektivitas para produser dalam proses produksi berita. Oleh karena itu, fakta atau peristiwa adalah konstruksi awak media.
Para produser berita sangat mengerti bahwa sebenarnya berita yang mereka buat dan ditayangkannya memuat kata, ungkapan atau titik pandang (angle berita) yang memiliki arti (meaning) yang tidak sama bagi setiap kelompok masyarakat. Pada dasarnya penyajian berita itu adalah peristiwa komunikasi (News as communication) yang di dalamnya berlangsung
proses
pertukaran
lambang-lambang
dengan
segala
implikasinya (Hartley dalam Hamad, 1997). 16
2.2.4.1. Tahapan Produksi Berita Televisi Menurut Morissan (2008), sebuah program berita dapat tayang sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan melalui proses menajemen 15
16
Onong Uchjana Effendy. 1992., “Dinamika Komunikasi”. Bandung, Remaja Rosdakarya, Ibnu Hamad, 1997 dalam tesisnya “Media Massa sebagai Wahana Benturan Antar Budaya. FISIP-UI.
42 http://digilib.mercubuana.ac.id/
penyiaran yang mencakup perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing) dan pengawasan (controlling) untuk mencapai tujuannya 17. Untuk dapat menjadi informasi audiovisual gerak/ statis, informasi harus dibuat melalui proses produksi yang memerlukan banyak peralatan, dana dan tenaga dari berbagai profesi. Proses produksi sendiri terdiri atas tiga bagian utama yaitu: 1. Praproduksi (perencanaan) adalah semua kegiatan sampai dengan pelaksanaan liputan (shooting). Yang termasuk kegiatan praproduksi antara lain penuangan ide/gagasan ke dalam outline, pembuatan format acara, naskah, storyboard, program meeting, hunting lokasi, technical meeting, dan lain-lain. 2. Produksi (peliputan) adalah seluruh kegiatan peliputan acara baik di dalam studio maupun di luar. Proses peliputan yang tidak segera ditayangkan disebut taping, tetapi yang langsung disiarkan disebut Live News. 3. Pascaproduksi
(penyuntingan)
adalah
semua
kegiatan
setelah
peliputan sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap disiarkan kembali. Manajemen penyiaran ini selanjutnya dijabarkan dalam setiap tahapan produksi program berita televisi meliputi praproduksi, produksi dan pascaproduksi, sebagai berikut: 1). Tahap Praproduksi: 17
Morissan, M.A. 2008. “Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi”. Jakarta, Kencana, h.136.
43 http://digilib.mercubuana.ac.id/
- Perencanaan (Planning) - Pengorganisasian (Organizing) 2). Tahap Produksi: - Pelaksanaan atau implementasi (Actuiting) 3). Tahap Pascaproduksi: - Pengawasan dan Evaluasi (Controlling) Fakta peristiwa umumnya disajikan lewat bahasa berita dan bahasa bukanlah sesuatu yang bebas nilai. Artinya bahasa tidaklah netral, para produser berita, reporter dan juga para editor berkuasa penuh atas pilihan kata yang hendak dipakainya. Para produser berita juga dalam proses/ tahap pencarian beritanya sejak awal sudah harus menentukan pilihan siapa narasumber yang akan dihubungi, pertanyaan apa atau persoalan apa yang mesti diajukan, sementara pada proses penulisan beritanya ia harus memilih fakta mana yang harus didahulukan, dan fakta-fakta mana yang harus diceritakan kemudian serta atribut-atribut apa yang dapat mengkondisikan pesan-pesan yang dikomunikasikan meliputi gambar, video, audio (voice over) dan information graphic dan teknologi virtual set. 2.2.4.2. Proses Produksi Jurnalistik Televisi J.B. Wahyudi (1992: 143) mengatakan tentang proses produksi jurnalistik televisi bahwa: “Proses produksi berita televisi diproduksi melalui dua pendekatan yaitu pendekatan Jurnalistik dan Artistik. Proses produksi harus disesuaikan dengan sifat berita yang akan diproduksi. Untuk berita-berita yang bersifat timeconcern,
44 http://digilib.mercubuana.ac.id/
misalnya, proses perencanaan, produksi, dan editing-nya harus dilakukan secara cepat karena mengejar aktualitas berita. Tetapi untuk berita-berita yang bersifat timeless, produksinya harus dilakukan denga cara yang sama dengan proses produksi karya artistik. Kategori berita berdasarkan proses produksinya dibagi menjadi tiga bagian: 1. Berita Harian atau news bulletin bersifat terikat oleh waktu dan segera untuk diberitakan (Timeconcern), diproduksi dengan cepat melalui pendekatan Jurnalistik. 2. Berita Berkala, bersifat tidak (Timeless), diproduksi dengan Artistik. 3. Informational News, pendekatan Artistik.
terikat oleh waktu melalui pendekatan
diproduksi
dengan
melalui
Namun baik berita berkala maupun informational news dapat diproduksi dengan mengutamakan kecepatan (pendekatan jurnalistik), tergantung situasi dan kondisi saat itu. Prinsip dasar pada proses produksi melalui pendekatan jurnalistik adalah peristiwa/ pendapat yang terjadi dengan cepat diliput, diedit/ disunting, di-dubbing dan segera disiarkan. Semakin cepat disiarkan semakin baik, karena nilai aktualitasnya akan semakin tinggi”. 18
2.2.4.3. Penggunaan Information Graphic 1). Definisi Information Graphic: Informational graphics (Infographics) atau adalah fakta-fakta dan data-data statistik hasil dari survey dan penelitian yang disajikan dalam bentuk grafik (chart), table, diagram, bagan, peta, dan lain-lain. Banyak desainer pembuat grafik merasa angka-angka dan detail adalah suatu yang membosankan, maka mereka menghias grafiknya supaya terlihat 18
J.B. Wahyudi, 1992. Teknologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, h.143.
45 http://digilib.mercubuana.ac.id/
lebih indah. Edward F. Tufte, seorang ahli statistik dan information design menyebut grafik seperti ini dengan istilah chartjunk. 2). Desain Information graphic sebuah kerangka kerja (a Framework) Ada 3 tantangan utama di dalam mendesain information graphic yang berhasil: 1. Untuk mengerti dengan jelas jenis informasi apakah yang sedang coba dikomunikasikan – prakiraan cuaca, kronologikal, kuantitatif atau biasanya sebuah kasus, sebuah kombinasi dari ketiganya. 2. Untuk menyampaikan sebuah presentasi yang cocok untuk informasi sebagai kebersamaan – semua itu adalah lebih dari rangkuman dari bagian-bagian konstituen seperti grafik, diagram, maps, timeline dan sebagainya. 3. Untuk memilih media yang cocok untuk presentsai – statis (kertas atau layar monitor), motion (animasi atau video), atau interaktif.
2.3.
Kerangka Pemikiran (Theoretical Framework) Kerangka pemikiran ini disusun berdasarkan pada pemikiran bahwa
di dalam melihat atau menyaksikan sebuah peristiwa atau fenomena yang ada di sekitar, setiap individu mengalami proses dialektika realitas sosial yakni eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi, proses di mana manusia menjadi hasil dari masyarakat melalui lembaga/ organisasi di mana individu berada. Dalam proses pemberitaan di Metro TV di awali dari hal ini, dan merencanakan strategi pemberitaan pada program beritanya (“Metro Hari Ini”) di mana di dalamnya terdapat proses
46 http://digilib.mercubuana.ac.id/
manajemen penyiaran/pemberitaan dan melalui tahapan produksi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kerangka pemikiran dapat diringkas sebagai berikut:
Peristiwa Rencana Pembangunan Gedung Baru DPR
Proses Dialektika Realitas Sosial
Strategi Pemberitaan di program “Metro Hari Ini”
Proses Manajemen Pemberitaan Televisi: Planning, Organizing, Actuiting, Controlling
Proses Tahap Produksi Televisi: Praproduksi, Produksi dan Pascaproduksi
Pengemasan program berita “Metro Hari Ini”
Penggunaan Information Graphic
Penggunaan Teknologi Virtual Set
Pemahaman Isi Berita
47 http://digilib.mercubuana.ac.id/