BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan adalah hasil proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 1 paragraf ke 7 (revisi 2009), “ Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan suatu entitas”. Pengungkapan keuangan mengacu pada informasi yang berkaitan dengan akun perusahaan (Healy dan Palepu, 2001 dalam Coebergh, 2011). Pengguna informasi keuangan membutuhkan informasi yang akurat dan tepat waktu untuk membuat keputusan (Modugu, Eragbhe dan Ikhatua, 2012). Pengungkapan akuntansi telah dicatat untuk memainkan peran penting dalam perjanjian tata kelola perusahaan (Bushman dan Smith, 2000 dalam Asheq, 2002).Prastowo dan Rifka (2005:56) menyatakan analisis laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya,menelaah masing-masing unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri.Qin dkk (2012:136) menyatakan bahwa analisis laporan keuangan menunjukan suatu analisis dan interprestasi dari laporan keuangan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan.
12
Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank pada suatu waktu (periode tertentu) akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dengan mengeluarkan laporan keuangan (Kasmir, 2008:253). Laporan keuangan ini bertujuan memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan tersebut. Transparasi merupakan komponen yang sangat penting dari pelaporan keuangan. Perusahaan harus mengungkapkan sesuatu yang mungkin mempengaruhi keputusan awal investasi dari investor. Pengungkapan keuangan mengacu pada informasi yang berkaitan dengan akun perusahaan.(Healy dan Palepu,2001 dalam Coebergh, 2011). Laporan keuangan bersifat historis dan menyeluruh. historis artinya laporan keuangan disusun dan di buat berdasarkan data masa lalu atau masa yang sudah lewat dari masa sekarang. Sedangkan bersifat menyeluruh maksudnya laporan keuangan disusun dan dibuat selengkap mungkin (Kasmir,2011:6). Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan pada saat tertentu atau jangka panjang waktu tertentu. Bagi para analis, laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomi perusahaan. Laporan keuangan merupakan sarana informasi bagi analis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dapat memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam satu periode, dan arus kas perusahaan dalam periode tertentu (Sofyan,2009:105).
13
1. Tujuan Laporan Keuangan Berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2004), laporan keuangan disusun dengan beberapa tujuan, diantaranya yaitu: 1) Untuk memberikan informasi yang dapat dipercayai mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2) Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan sumbersumber
ekonomi
dan
kewajiban,
serta
informasi
mengenai
aktifitas
pembelanjaan dan investasi. 3) Untuk mengungkap sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan,seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang digunakan
2. Unsur-Unsur Laporan Keuangan Unsur-unsur laporan keuangan yang harus ada dalam perbankan menurut Indra Bastian dan Suhardjono (2006:236), yaitu neraca, laporan labarugi, laporan perubahan modal pemilik (untuk jenis perusahaan perseroan digunakan laporan laba ditahan), laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.
2.1.2 Pengertian Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Lembaga perkreditan desa (LPD) adalah salah satu unsur kelembagaan desa pakraman yang menjalankan fungsi keuangan desa pakraman untuk mengelola potensi dari desa pekraman tersebut. LPD adalah lembaga keuangan dengan dua karakteristik yang unik yaitu sebagai lembaga yang dimiliki dan diatur oleh desa adat yang
14
sepenuhnya terintegrasi ke dalam budaya Bali dan tidak seperti lembaga keuangan lain yang meliputi hampir semua desa adat di Bali yang luas mayoritas penduduknya. Menurut Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002, LPD merupakan lembaga keuangan milik desa pakraman yang telah berkembang, memberiklan manfaat sosial, ekonomi, dan budaya pada anggotanya sehingga perlu dibina, ditingkatkan kinerjanya, dan dilestarikan keberadaannya. Gunawan (2009:174) mengemukakan bahwa LPD di Bali adalah badan usaha yang didirikan oleh desa adat dan berfungsi sebagai wadah kekayaan desa adat yang melaksanakan fungsi pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan di Bali. Fungsi LPD didirikan sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007 yang menyatakan: 1) LPD adalah suatu lembaga desa yang merupakan unit operasional serta berfungsi sebagai wadah kekayaan desa yang berupa uang/surat-surat berharga lainnya. 2) Pendayagunaan LPD diarahkan kepada usaha-usaha peningkatan taraf hidup krama desa untuk menunjang pembangunan. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007, tujuan didirikan LPD yaitu: 1) Mendorong pembangunan masyarakat desa melalui tabungan yang terarah serta penyaluran modal kerja yang efektif. 2) Memberantas ijon, gadai gelap dan lain-lain yang dapat dipersamakan dengan itu dipedesaan.
15
3) Menciptakan pemerataan dan kesempatan berusaha bagi warga desa dan tenaga kerja pedesaan. 4) Meningkatkan daya beli/lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di desa.
2.1.3 Pengelolaan dan Kegiatan Usaha Lembaga Perkreditan Desa Pengelolaan LPD dilakukan oleh pengurus, dimana pengurus bertanggung jawab kepada krama desa dan dalam mengelola LPD pengurus dapat mengangkat karyawan untuk membantu jalannya kegiatan operasional LPD. LPD di provinsi Bali bernaung dibawah desa adat yang bertugas sebagai pengawas dan dibantu oleh seorang ketua, sekretaris dan bendahara yang dapat dilengkapi dengan sejumlah kepala seksi dan karyawan sesuai dengan kebutuhan LPD desa adat setempat (Gunawan, 2009:175). Pasal 7 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007 menyebutkan bahwa kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilakukan LPD adalah sebagai berikut: 1) Menerima atau menghimpun dana krama desa dalam bentuk tabungan dan deposito. 2) Memberikan pinjaman hanya kepada krama desa pekraman untuk kegiatankegiatan yang bersifat produktif, pada sektor pertanian, industri/kerajinan kecil, pedagang dan usaha-usaha lainnya. 3) Menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan maksimal sebesar 100 persen dari jumlah modal termasuk cadangan laba, kecuali batasan lain dalam jumlah pinjaman atau bantuan dana. 4) Menyimpan kelebihan likuiditasnya pada Bank Pembangunan Daerah dengan imbalan bunga bersaing dan pelayanan yang memadai.
16
2.1.4 Sumber Modal Lembaga Perkreditan Desa Sumber permodalan LPD ditentukan berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 972 Tahun 1984 yang disebutkan dalam pasal 4, yaitu: 1) Modal pertama LPD berjumlah Rp. 2.000.000 (dua juta rupiah) yang bersumber dari APBD Provinsi Bali sebagai kredit investasi dengan jangka waktu 5-10 tahun. 2) Modal LPD dalam perkembangan lebih lanjut terdiri atas pemupukan modal, pemanfaatan tabungan dan pinjaman.
2.1.5 Kinerja Operasional Kinerja dapat dipandang sebagai suatu proses maupun hasil suatu pekerjaan. Kinerja merupakan suatu proses tentang bagaimana pekerjaan berlangsung untuk mencapai hasil dari pekerjaan tersebut (Wibowo, 2012:81). Menurut Wirawan (2009:5) konsep kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja atau dapat diartikan sebagai keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau profesi dalam waktu tertentu. Pengukuran kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan kinerja terdapat deviasi dari rencana yang telah dirumuskan atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang telah ditentukan. Untuk melaksanakan pengukuran tersebut, diperlukan kemampuan untuk mengukur kinerja sehingga diperlukan adanya ukuran kinerja. Pengukuran ini hanya dapat dilakukan terhadap kinerja yang terukur dan nyata (Wibowo, 2012:229). Kinerja operasional adalah prestasi atau hasil yang dicapai oleh suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional. Menurut Dian dan Astuti
17
(2005:278) kinerja operasional perusahaan merupakan kinerja yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan modal tetap perusahaan tanpa adanya hutang. Hal ini ditunjukkan melalui besar kecilnya tingkat laba operasional setelah pajakyang diperoleh perusahaan pada satu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan. Penilaian kinerja akan LPD sangat penting untuk mengkaji perkembangan lembaga tersebut (Suci dan Desi, 2011). Kinerja operasional LPD dapat diukur dengan melihat tingkat rentabilitas LPD yaitu tingkat kemampuan LPD untuk menghasilkan laba. Rasio yang digunakan untuk mengukur rentabilitas LPD adalah rasio BOPO yang merupakan perbandingan biaya operasional dengan pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan oleh LPD yang bersangkutan, sehingga kemungkinan LPD dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Yuliani, 2007). BOPO adalah rasio yang diperoleh dari perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, dimana semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena dapat lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan (Riyadi,2006:159 dalam Eka Mahendra (2010:20). Dengan menggunakan rasio ini dapat diketahui tingkat efisieni kinerja manajemen suatu bank, jika angka rasio menunjukkan angka diatas 90% dan mendekati 100% ini berarti bahwa kinerja bank tersebutmenunjukkan tingkat efisieni yang sangat rendah. Tetapi jika rasio ini rendah, misalnya mendekati 75% ini berarti bahwa kinerja bank/LPD yang bersangkutan menunjukkan tingkat efisiensi yang tinggi. Untuk menentukan sehat atau tidaknya suatu bank dari segi BOPO dapat dilihat dalam tabel berikut:
18
Tabel 2.1 Tingkat kesehatan bank dari segi BOPO Rasio BOPO
Nilai Kredit
Predikat Bank
100%- > 100%
0
Tidak Sehat
96,00% - 99,02%
1-50
Tidak Sehat
95,52% - 95,92%
51-65
Kurang Sehat
93,60% - 95,44%
66-80
Cukup Sehat
92,00% - 93,52%
81-100
Sehat
Sumber: Sudirman (2000:192)
2.1.6Aktiva Produktif Aktiva produktif adalah semua penanaman dana dalam rupiah dan valuta asing yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Komponen aktiva produktif bank terdiri atas kredit yang diberikan, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga dan penyertaan (Siamat, 1995:230). Menurut Taswan (2012:265) aktiva produktif merupakan penanaman dana bank lain dalam valuta rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan termasuk komitmen dan kontinjensi pada transaksi cek administratif. Sebagai sumber utama pendapatan bank, aktiva produktif juga memiliki risiko yang besar. Potensi yang diakibatkan memburuknya kolektibilitas asset ini dapat menyebabkan kebangkrutan. Menurut Sudirman (2002:24), aktiva produktif merupakan penggunaan, penanaman dan penempatan dana bank yang dapat mendatangkan penghasilan bagi bank. Pengelolaan aktiva produktif adalah bagian dari assets
19
management yang juga mengatur tentang cash reserve (liquidity assets) dan fixed assets (aktiva tetap dan inventaris).
2.1.7 Dana Pihak Ketiga Muljono (2006:153) mendefinisikan dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun dari masyarakat yang akan digunakan untuk pendanaan sektor riil melalui penyaluran kredit.Kasmir (2002:64) mengungkapkan dana pihak ketiga memiliki kontribusi terbesar dari beberapa sumber dana tersebut sehingga jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun suatu bank akan mempengaruhi kemampuannya dalam menyalurkan kredit. Kenaikan simpanan dana masyarakat yang dikelola sebuah bank dalam meningkatkan porsi pinjaman (kredit) ke sektor usaha (Kieshan dan Opiela, 2000:121). Kegiatan utama dari perbankan adalah menghimpun dana dan penyaluran dana. Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga efisien serta dapat disesuaikan dengan rencana penggunaan dana tersebut. Menurut Putra dan Wirajaya (2013) besar kecilnya peranan LPD dalam menunjang pembangunan Desa Adat di Kota Denpasar tergantung dari kemampuan LPD itu sendiri dalam mengelola usahanya. Kemampuan pengurus dalam mengelola usahanya dapat dilihat dari kemampuan dalam mengelola dana pihak ketiga dan kredit yang disalurkan. Sementara itu, dengan adanya dana pihak ketiga dan kredit yang disalurkan, semakin besar kredit yang disalurkan, maka pendapatan bunga yang diperoleh semakin besar begitu juga sebaliknya. Pada dasarnya suatu bank mempunyai empat alternatife untuk menghimpun
dana
yang
berguna
untuk
kepentingan
(Budisantoso,2006:96) empat alternatife yang dimaksud yaitu:
20
usahanya
sendiri
1) Dana sendiri (dana pihak kesatu) Sumber dana ini merupakan sumber dana yang bersal dari modal sendiri. Atau dengan kata lain dana sendiri adalah dana yang bersal dari dalam bank, baik pemegang saham maupun sumber lain meskipun untuk suatu bank, proporsi dana sendiri ini relative lebih kecil jika dibandingkan dengan total dana yang dihimpun bank. Dana sendiri ini aan tetap merupakan hal yang paling penting dalam kelangsungan usaha bank. Pentingnya proporsi dana sendiri ini akan tetap merupakan hal yang paling penting dalam kelangsungan usaha bank. Pentingnya proporsi dana sendiri ini telah dibuktikan dengan adanya ketentuan dari bank sentral yang mengatur tentang proporsi minimal modal sendiri dibandingkan dengan total aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). 2) Dana pinjaman (dana pihak kedua) Dana pihak kedua adalah dana yang berasal dari pihak yang memberikan pinjaman kepada bank. Dana pinjaman ini dapat berupa: (1) Call money Call money merupakan sumber dana yang dapat diperoleh bank berupa pinjaman jangka pendek dari bank lain melalui interbank call money market. Sumber dana ini sering digunakan oleh bank untuk memenuhi dana mendesak dalam jangka pendek. Seperti bila terjadi kliring atau adanya penarikan dana besar-besaran oleh pra deposan.
21
(2) Pinjaman antar bank Kebutuhan pendanaan kegiatan usaha bank dapat juga diperoleh dari pinjaman jangka pendek dan menengah dari pihak lain. Berbeda dengan call money yang sudah diuraikan pada bagian sebelumnya. Pinjaman ini dilakukan bukan untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak dalam jangka pendek, melainkan untuk memenuhi suatu kebutuhan dana yang lebih terencana dalam rangka pengembangan usaha atau meningkatkan penerimaan bank. (3)
Kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI) Kredit Likuiditas Bank Indonesia adalah kredit yang diberikan oleh bank
Indonesia, terutama kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas. Untuk kepentingan mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap sector perbankn secara umum, maka BI (Bank Indonesia) akan berusaha memberikan bantuan likuiditas pada bank tersebut sepanjang masih memungkinkan untuk ditolong. 3) Dana pihak ketiga Menurut indra (2006:331) dana pihak ketiga adalah dana-dana yang berasal dari masyarakat , baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh bank dengan menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang dimiliki bank. Dana pihak ketiga merupakan sumber dana yang diperoleh dari masyarakat yang berbentuk giro, tabungan, dan dana deposito berjangka (Siswati, 2013:83) 1) Giro Rekening giro merupakan simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan penerbitan cek untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk
22
pembukuan dana oleh pemiliknya dapat digunakan sebagai alat pembayaran. Sifat penarikan giro dapat dilakukan setiap saat sehingga sumber dana dari rekening giro ini merupakan sumber dana jangka pendek yang jumlahnya berfluktuasi dari waktu ke waktu. 2) Tabungan Tabungan merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu yang telah disepakati, dan tidak dengan menggunakan cek atau bilyet giro atau alat lain yang dapat dipersamakan dengan itu. Syarat-syarat tertentu maksudnya harus ditarik secara tunai, penarikan dapat dilakukan hanya dalam kelipatan tertentu, serta jumlah penarikan tidak boleh melebihi saldo minimal tertentu. Cara penarikan tabungan yang saat ini paling banyak dilakukan yaitu dengan buku tabungan, cash card atau ATM, dan kartu debet. 3) Deposito berjangka Deposito berjangka merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu saja yaitu sesuai dengan tanggal yang diperjanjikan antara deposan dan bank. Jenis simpanan ini hanya dapat dicairkan pada saat jatuh tempo oleh pihak yang namanya tercantum dalam bilyet deposito sesuai tanggal jatuh temponya sehingga deposito berjangka ini merupakan atas nama dan bukan atas unjuk. Pihak deposan dapat memperpanjang deposito berjangkanya secara otomatis dengan menggunakan fasilitas perpanjangan otomatis dari pihak bank. Bunga dari deposito ini dapat ditarik tunai setiap jangka waktu tertentu atau dapat juga ditransfer ke rekening deposan. Dana
23
deposito akan mengendap di bank karena pemegang saham (deposan) tertarik dengan tingkat bunga yang ditawarkan oleh bank dan adanya keyakinan pada saat jatuh tempo (apabila tidak ingin diperpanjang) dananya dapat ditarik kembali (Febri,2012) 4) Cara lain penghimpunan dana dari deposito Persaingan yang sangat ketat dalam penghimpunan dana yang dilakukan antar bank telah memunculkan produk-produk baru dalam cara menghimpun dana. Produk-produk yang dimaksud antara lain : (1) Sertifikat deposito Setifikat deposito yang merupakan hasil pengembangan dari deposito berjangka. Sertifikat deposito merupakan deposito berjangka yang hasil simpanannya dapat diperjualbelikan dengan mudah maka penarikan pada saat jatuh tempo dilakukan atas unjuk sehingga siapa pun yang memegang bukti simpanan tersebut dapat menguangkannya pada saat jatuh tempo.
(2) Deposito on call Deposito on call merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan adanya pemberitahuan terlebih dahulu dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan atau perjanjian antara pihak bank dengan nasabah. (3) Rekening giro terkait tabungan.
24
Dengan meninjau tingkat bunganya, nasabah lebih menyukai tabungan, namun ditinjau dari cara penarikannya, nasabah cnderung lebih menyukai rekening giro. 4) Sumber dana lain Selain berasal dari dana sendiri, dana dari deposan dan dana pinjaman, sumber dana bank dapat juga bersumber dari sumber-sumber lain yang tidak dapat digolongkan dalam jenis dana diatas. Sumber dana lain ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan usaha perbankan dan perekonomian secara umum. Sumber-sumber dana lain tersebut antara lain: 1) Setoran jaminan Setoran jaminan atau lebih sering disebut storjam adalah sejumlah dana yang wajib diserahkan oleh nasabah yang menerima jasa-jasa tertentu dari bank. Penggunaan dana dari storjam ini harus disesuaikan dengan jangka waktu storjam itu sendiri. 2) Dana transfer Pemindahan dana (dana transfer) dapat berupa pemindahan buku antar rekening, dari uang tunai kesuatu rekening atau dari suatu rekening yang kemudian ditarik tunai. Sebelum dana transfer ini ditarik oleh penerima transfer atau selama dana ini masih mengendap dibank, dana ini dapat digunakan oleh bank untuk menandai kegiatan usahanya. Dana ini sangat jelas hanya akan mengendap dalam waktu yang sangat singkat. Sumber dana ini digolongkan dalam sumber dana tidak berbiaya.
25
2.1.8 Sistem Informasi Akuntansi Wilkinson (2000:8) menyatakan bahwa sebuah sistem informasi formal adalah kerangka kerja di mana pengumpulan sumber koordinat, proses kontrol dan manajemen pengelola data secara keseluruhan dalam rangka untuk menyelesaikan informasi melalui jaringan komunikasi ke berbagai pengguna untuk suatu tujuan. Sistem informasi akuntansi (SIA) adalah suatu kumpulan sumber daya manusia dan modal dalam suatu organisasi yang bertugas dalam menyiapkan informasi keuangan dan informasi yang diperoleh dari kegiatan pengumpulan pengolahan data (Baridwan, 2003:3). Akuntansi sebagai bisnis, sistem bahasa dan informasi harus menyesuaikan diri dengan teknologi baru yang akan disampaikan kepada pengguna laporan keuangan (Sarokalaei et al., 2012). Bodnar dan Hopwood (2006:3) menyatakan sistem informasi akuntansi merupakan kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi. Menurut Hall(2009:10), sistem informasi akuntansi terdiri dari tiga yaitu: 1) Sistem
pemprosesan
transaksi
(transaction
processing
sistem-TPS),
yang
mendukung operasi bisnis harian melalui berbagai dokumenserta pesan untuk para pengguna di seluruh perusahaan. 2) Sistem buku besar/pelaporan keuangan (general ledger/financial reporting sistemGL/FRS), yang menghasilkan laporan keuangan, seperti laporan laba rugi, neraca, pengambilan pajak, serta berbagai laporan lainnya yang disyaratkan oleh hokum. 3) Sistem
pelaporan
manajemen
(manajemen
reporting
sistem-MRS),
yang
menyediakan pihak manajemen internal berbagai laporan keuangan bertujuan
26
khusus serta informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan, seperti anggaran, laporan kinerja, serta laporan pertanggungjawaban. Azhar dan susanto (2001) menyatakan sistem informasi akuntansi merupakan suatu sistem pengolahan data akuntansi yang merupakan kordinasi dari manusia, alat, dan metode yang berinteraksi secara harmonis dalam suatu wadah organisasi yang terstruktur untuk menghasilkan informasi akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen yang terstruktur pula.
2.1.9 Aplikasi Sistem Informasi Akuntansi Menurut Astika (2011:29) akuntansi menghasilkan informasi tentang kinerja dan posisi keuangan suatu entitas bisnis, yang berawal dari hubungan antar manajemen dengan investor. Lingkungan akuntansi di Indonesia sudah berkembang sangat pesat, kebutuhan dunia bisnis akan pelaporan keuangan berguna untuk para investor yang ingin mengetahui hasil dari kinerja perusahaannya. Konsep dasar akuntansi keuangan tercermin dari SFAC (Statement Of Financial Accounting Concept) No. 1. Aplikasi sistem informasi akuntansi merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran sejauh mana target dapat dicapai dari suatu kumpulan sumber daya yang diatur untuk mengumpulkan, memproses dan menyimpan data elektronik lalu mengubahnya menjadi sebuah informasi yang berguna. Sistem Informasi Akuntansi (SIA). menurut Salehi et al. (2010) didefinisikan sebagai seluruh komponen terkait yang diletakan bersama-sama untuk mengumpulkan informasi, data mentah atau data biasa yang mengubahnya menjadi data keuangan untuk tujuan pelaporan kepada pengambil keputusan. Menurut
27
Dahghanzade et al. (2011) menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi adalah elemen dari organisasi yang menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan untuk para pengguna melalui pengolahan peristiwa keuangan.
2.2
Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh Pertumbuhan Kredit Terhadap Kinerja Operasional Sebagaimana diketahui salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan LPD adalah kualitas aktiva produktif yang dimiliki LPD bersangkutan. Disamping mempengaruhi tingkat kesehatan LPD, kualitas aktiva produktif juga berpengaruh secara langsung terhadap perolehan laba (Mahayana, 2013). Salah satu komponen dari aktiva produktif adalah pemberian kredit kepada nasabah. Meningkatnya pertumbuhan kredit akan menyebabkan bertambahnya pendapatan yang diperoleh LPD dari pembayaran bunga. Pendapatan bunga merupakan salah satu pendapatan operasional yang diperoleh LPD. Dengan meningkatnya pendapatan operasional, rasio BOPO akan semakin kecil. Kecilnya rasio BOPO mengindikasikan bahwa kinerja operasional dari LPD tersebut semakin baik. Penelitian yang dilakukan oleh Mahayana (2013) berpendapat bahwa pertumbuhan kredit berpengaruh positif pada kinerja operasional yang diukur dengan rasio BOPO. Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H1
: Pertumbuhan kredit berpengaruh positif pada kinerja operasional.
28
2.2.2 Pengaruh Pertumbuhan Deposito Terhadap Kinerja Operasional Pertumbuhan deposito merupakan bagian dari dana pihak ketiga. Pertumbuhan deposito mencerminkan seberapa besar dana yang berhasil dihimpun oleh LPD dalam bentuk deposito. Deposito merupakan dana yang relatif mahal karena bunga yang diberikan kepada deposito biasanya lebih tinggi dari bunga tabungan. Apabila mampu mengelola dana deposito ini dengan baik, maka dana ini bisa menghasilkan pendapatan operasional yang lebih tinggi daripada biaya operasional yang dikeluarkan. Namun, apabila sebaliknya, berarti pendapatan operasional yang dihasilkan tidak akan sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyanti (2010) menunjukkan bahwa pertumbuhan deposito berpengaruh positif terhadap kinerja operasional yang diukur dengan rasio BOPO. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Setyawan (2010) juga menunjukkan hasil yang sama yaitu pertumbuhan deposito berpengaruh secara positif pada rasio BOPO sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan. Berdasarkan uaraian diatas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H2
: Pertumbuhan deposito berpengaruh positif pada kinerja operasional.
2.2.3 Pengaruh Pertumbuhan Tabungan Terhadap Kinerja Operasional Pada dasarnya dana pihak ketiga merupakan sumber dana masyarakat yang berupa giro, tabungan dan deposito berjangka yang berasal dari nasabah perorangan atau badan (Budisantoso, 2009:96). Semakin tinggi pertumbuhan tabungan, maka semakin besar tabungan. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan bank (Widyanti, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyanti (2010) menyatakan bahwa pertumbuhan tabungan berpengaruh positif pada
29
kinerja operasional yang diukur dengan rasio BOPO, begitu pula hasil penelitian dari Yuliani (2006) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan tabungan berpengaruh positif pada rasio BOPO. Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H3
: Pertumbuhan tabungan berpengaruh positif pada kinerja operasional.
2.2.4 Pengaruh Aplikasi Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Kinerja Operasional Kinerja sistem informasi akuntansi merupakan kualitas dari kombinasi hardware dan software dalam sistem informasi. Fokusnya adalah performa dari sistem yang menunjukan seberapa baik kemampuan perangkat keras, perangkat lunak, kebijakan, prosedur dari informasi dapat menyediakan informasi. Keberadaan aplikasi sistem informasi akuntansi diharapkan dapat memberikan kontrbusi, seperti kemudahan dalam megolah data keuangan sehingga mempermudah untuk pengambilan keputusan dan juga mempercepat pekerjaan dalam hal pengolahan data yang tidak lagi menggunakan cara manual. Romney dan Steinbart (2005) menyatakan bahwan penerapan teknologi SIA di perusahaan dapat memberikan nilai tambah bagi pengguna sehingga dapat meningkatkan kinerja individual. Adanya aplikasi SIAakan berpengaruh pada kinerja operasional dari LPD yang semakin meningkat. Anggaraini(2011), menyatakan bahwa SIA berpengaruh pada kinerja manajerial perusahaan, sedangkan Sayyda (2012) menyimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi berpengaruh tidak signifikan pada kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
30
H4
: Aplikasi sistem informasi akuntansi berpengaruh positifpada kinerja operasional.
31