BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Nilai perusahaan Dalam mengambil keputusan keuangan, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Diketahuin bahwa nilai perusahaan dipengaruhi oleh keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen. Ketiga keputusan tersebut saling berinteraksi satu sama lain, karena keputusan investasi dipengaruhi oleh tersedianya dana dan biaya modal. Biaya modal dan ketersediaan dana dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang ditahan (Wiagustini, 2010:255). Keputusan keuangan yang tepat dapat memaksimumkan
nilai
perusahaan
sehingga
mampu
meningkatkan
kemakmuran pemilik perusahaan (Dewi dan Wirajaya, 2013). Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi nilai perusahaan. Menurut Rakhimsyah dan Gunawan (2011) nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang. Keberhasilan manajemen dalam mengelola operasional perusahaan akan tercermin pada harga saham perusahaan tersebut (Tandelilin, 2010:301). Secara garis besar nilai perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal perusahaan adalah faktor-faktor yang berasal dari
17
dalam perusahaan baik secara teknis maupun nonteknis, yang secara umum meliputi faktor fundamental perusahaan, seperti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, arus kas perusahaan, jumlah aset keuangan perusahaan,
kemampuan
manajemen
dalam
mengelola
oprasional,
dan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan yaitu lingkungan makro, seperti keadaan pasar modal, perubahan kurs atau nilai tukar, dan tingkat suku bunga (Husnan, 2006:135). Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) faktor internal yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah profitabilitas, ukuran perusahaan, pembayaran dividen, dan pangsa pasar relatif, sedangkan faktor eksternalnya adalah tingkat suku bunga, keadaan pasar modal, dan pertumbuhan pasar Nilai perusahaan merupakan harga yang bisa dibayar oleh calon pembeli apabila perusaahaan tersebut dijual (Husnan, 2006:6). Kusumajaya (2011) menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan nilai pasar dari suatu ekuitas perusahaan ditambah nilai pasar hutang. Ryadi dan Sujana (2014) menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan persepsi investor dan calon investor atas kinerja perusahaan yang tercermin dari perubahan harga saham. Nilai perusahaan dapat diukur salah satunya adalah menggunakan return saham. Return menjadi indikator dalam memaksimumkan kekayaan para pemegang saham karena pemegang saham ingin memperoleh return (tingkat pengembalian) yang sebesar-besarnya (Sukasih, 2011). Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return saham memiliki peranan yang
18
signifikan dalam menentukan nilai perusahaan dari suatu investasi (Furda dkk, 2012). Nilai
perusahaan
merupakan
persepsi
investor
terhadap
tingkat
keberhasilan atas kinerja perusahaan dalam mengelola sumber daya perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham perusahaan. Tingginya harga saham perusahaan dapat menunjukkan bahwa nilai perusahaan juga tinggi. Sehingga semakin tinggi nilai perusahaan maka menandakan semakin tinggi kemakmuran dari pemegang saham.
2.1.2 Price earning ratio Pelaksanaan manajemen keuangan yang baik akan mencerminkan nilai perusahaan yang baik pula. Manajemen keuangan berhubungan dengan pengambilan keputusan penting atas keuangan perusahaan. Investor dalam berinvestasi di pasar modal memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang matang, sehingga informasi yang relevan dengan kondisi pasar modal merupakan suatu yang selalu dicari para pelaku pasar modal dalam upaya pengambilan keputusan investasi (Stella, 2009). Salah satu rasio yang mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan sehingga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan investasi adalah price earning ratio. Rasio ini menunjukkan seberapa tinggi suatu saham dibeli oleh investor dibandingkan dengan laba per lembar saham. Jika price earning ratio perusahaan tinggi berarti saham perusahaan dapat memberikan return yang besar bagi investor. Besarnya nilai price earning ratio biasanya terkait dengan tahap pertumbuhan perusahaan (Arisona, 2013). Perhitungan yang paling umum dari
19
price earning ratio adalah menggunakan laba per lembar saham untuk tahun buku terbaru, yang menghasilkan price earning ratio saat ini (Truong, 2009). Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai price earning ratio yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba di masa mendatang. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung mempunyai price earning ratio yang rendah pula. Price earning ratio menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham cenderung semakin turun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan (Prasetyorini, 2013). Menurut Ryadi dan Sujana (2014) perusahaan dengan price earning ratio tinggi menggambarkan harga saham perusahaan tersebut tinggi, tingginya harga saham perusahaan tersebut disebabkan oleh peningkatan permintaan atas saham tersebut, peningkatan pada harga saham akan memberikan capital gain yang merupakan unsur dari return. Teori yang mendasari keputusan investasi adalah signalling theory. Menurut Brigham dan Houstan (2011:186) signalling theory merupakan suatu tindakan yang diambil oleh manajemen suatu perusahaan memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen menilai prospek perusahaan tersebut. Teori ini menunjukkan bahwa pengeluaran investasi yang dilakukan oleh perusahaan memberikan sinyal, khususnya kepada investor maupun kreditur bahwa perusahaan tersebut akan tumbuh di masa mendatang. Price earning ratio (PER) merupakan rasio antara harga pasar saham dengan laba per lembar saham (Arisona, 2013). Price earning ratio juga merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga
20
pada saham perusahaan (Arisona, 2013). Safitri (2013) menyatakan bahwa price earning ratio (PER) merupakan rasio yang menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Oleh karena itu, price earning ratio (PER) merupakan
rasio yang digunakan oleh investor untuk
mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang.
2.1.3 Debt to equity ratio Keputusan pendanaan keuangan perusahaan akan sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya selain juga berpengaruh terhadap risiko perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan meningkatkan porsi hutangnya, maka perusahaan ini dengan sendirinya akan meningkatkan risiko keuangan (Joni dan Lina, 2010). Keputusan pembiayaan suatu perusahaan pada dasarnya harus mengarah pada struktur modal optimal (Pirashanthini dan Nimalathasan, 2013). Struktur modal menunjuk pada perbedaan pilihan yang digunakan perusahaan untuk membiayai modalnya (Saleem et al. 2013). Modal sebagai komponen struktur modal relevan dengan nilai perusahaan, dan jangka panjang hutang juga ditemukan menjadi penentu utama nilai perusahaan (Antwi, 2012). Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini diukur dengan membandingkan antara hutang termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas (Kasmir, 2013:157). Menurut Basuki (2012) semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar
tingkat
ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal dan semakin besar beban
21
biaya hutang yang harus dibayar perusahaan. Semakin meningkat rasio hutang maka hal tersebut berdampak pada menurunnya profit yang diperoleh peusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Menurut Fransiska (2013) debt to equity ratio diketahui dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan sehingga dapat melihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang dan juga karena merupakan salah satu rasio pengelolaan modal yang mencerminkan kemampuan perusahaan membiayai usahanya dengan pinjaman dana yang disediakan pemegang saham.
2.1.4 Dividen payout ratio Untuk mencapai tujuan perusahaan, perusahaan harus menetapkan kebijakan dividen, karena menyangkut masalah penggunaan laba yang menjdi hak para pemegang saham. Kebijakan dividen berpengaruh terhadap aliran dana, struktur finansial, likuiditas perusahaan, dan perilaku investor. Sehingga kebijakan dividen merupakan salah satu keputusan penting dalam memaksimumkan nilai perusahaan (Wiagustini, 210:255). Besar kecilnya dividen payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan disisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Pertimbangan mengenai dividen payout ratio diduga berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Apabila kinerja keuangan perusahaan bagus, maka perusahaan tersebut akan mampu menetapkan besarnya dividen payout ratio sesuai dengan ekspektasi dari para pemegang saham (Hardiatmo dan Daljono, 2013). Dividend payout ratio sebagai penentu seberapa besar laba yang ditahan perusahaan untuk sumber pendanaan dan untuk pembagian dividen kepada pemegang saham (Rahayuningtyas, dkk. 2014).
22
Banyak investor yang menginvestasikan dana yang mereka miliki di pasar modal dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau imbalan berupa dividen atau capital gain. Sebagian besar investor memilih dividen menjadi motivator yang lebih menjanjikan investor untuk menanamkan dananya dalam bentuk saham. Dividen akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan (Sumiadji, 2011). Semakin tinggi dividend payout ratio yang ditetapkan perusahaan, semakin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan. Menurut Osegbue et al. (2014) dividen dialokasikan sebagai jumlah tetap per saham kepada pemilik atau pemegang saham usaha pada periode tertentu. Biasanya sebagai pembagian keuntungan dan rekomendasi yang dibuat oleh manajer keuangan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana internal. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin besar (Sartono, 2010:281) Kondisi keuangan perusahaan dapat digambarkan oleh pembayaran dividen, karena perusahaan diasumsikan akan membayar dividen jika perusahaan mendapatkan laba dan memiliki dana internal yang memadai. Menurut Gill et al. (2010) pembayaran dividen penting bagi investor karena dividen memberikan kepastian bagi pemegang saham dengan mengamankan penghasilannya saat ini dan membantu menjaga harga pasar saham. Pada umumnya pembayaran dividen dilakukan secara tunai. Di Indonesia keputusan pembagian dividen melalui Rapat
23
Umum Pemegang Saham (RUPS) berdasarkan UU No 1 tahun 1995, pasal 62 ayat 1 dan 2. Apabila RUPS telah memutuskan untuk membagikan dividen, maka tanggal tersebut merupakan declaration date. Pembayaran dividen dilakukan melalui pemindahan bukuan atau pengalihan hak atas saham ditutup pada saat pembayaran dividen (Wiagustini, 2010:255).
2.1.5 Teori-teori yang mendukung Beberapa teori
yang mendukung keputusan investasi, keputusan
pendanaan dan kebijakan dividen (Mardiyati, dkk. 2012), antara lain: 1)
Teori Modigliani dan Merton Miller (MM) Teori ini dikemukakan oleh Profesor Franco Modigliani dan Merton Miller selanjutnya disebut MM yang menerbitkan apa yang disebut sebagai artikel keuangan paling berpengaruh. MM membuktikan dengan menggunakan sekumpulan asumsi yang patut dipertanyakan, bahwa nilai suatu perusahaan seharusnya tidak dipengaruhi oleh struktur modal. Atau dengan kata lain, hasil yang diperoleh MM menunjukkan bahwa bagaiamana cara perusahaan menandai operasinya tidak memiliki pengaruh, sehingga struktur modal adalah sesuatu yang tidak relevan (Brigham dan Houstan, 2011:183).
2)
Trade Off Theory Menurut Brigham dan Houston (2011:183) trade off theory adalah teori struktur modal yang menyatakan bahwa perusahaan menukar manfaat pajak dari pendanaan hutang dengan masalah yang ditimbulkan oleh potensi kebangkrutan.
24
3)
Signal Theory Menurut Brigham dan Houstan (2011:186) signal theory merupakan suatu tindakan yang diambil oleh manajemen suatu perusahaan memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen menilai prospek perusahaan tersebut. Perusahaan dengan prospek yang sangat cerah lebih memilih untuk tidak melakukan pendanaan melalui penawaran saham baru, sementara perusahaan dengan prospek yang buruk memang menyukai pendanaan dengan ekuitas luar.
4)
Pendekatan teori keagenan Teori ini menjelaskan bahwa struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham dengan manajer sebenarnya adalah konsep free cash flow. Tetapi ada kecenderungan bahwa manajer ingin menahan sumber daya (termasuk free cash flow) sehingga mempunyai kontrol atas sumber daya tersebut. Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan terkait free cash flow. Jika perusahaan menggunakan hutang maka manajer akan dipaksa untuk mengeluarkan kas dari perusahaan (Mardiyati,dkk. 2012).
5)
Balance theory Teori ini memprediksi suatu hubungan variabilitas pendapatan dengan penggunaan hutang. Teori tersebut menyatakan bahwa perusahaan dengan risiko bisnis rendah menggunakan hutang lebih banyak, dan menggunakan sedikit hutang pada risiko bisnis yang tinggi. Jadi pada kondisi yang
25
rendah
ketidakpastiannya,
dampak
keputusan
pendanaan
pada
pertumbuhan akan positif, dan pada kondisi yang tidak pasti dampak keputusan pendanaan pada pertumbuhan negatif (Sulistiono, 2011). 6)
Dividen adalah tidak relevan Teori ini menyatakan bahwa kebijakan pembayaran dividen oleh perusahaan
kepada
pemegang
saham
tidak
akan
mempengaruhi
kemakmuran pemegang saham. Selain itu, pembayaran dividen kepada pemegang saham tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan (Sartono, 2010:281). 7)
Bird In Hand Theory Teori ini menyatakan bahwa investor lebih menyukai pendapatan berupa dividen yang sudah pasti diterima dibandingkan dengan mengharapkan keuntungan dari selisih harga saham (capital gain) atau dengan kata lain pendapatan berupa dividen mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan keuntungan capital gain (Sartono, 2010:281).
8)
Tax Differential Theory Teori ini menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham cenderung dibebani dengan tingkat pajak yang lebih tinggi dibandingkan capital gain. Oleh karena itu, para investor cenderung akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi dari pembayaran dividen (Sartono, 2010:281).
26
2.2
Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh price earning ratio terhadap nilai perusahaan Price earning ratio merupakan
rasio yang menggambarkan apresiasi
pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Jika price earning ratio perusahaan tinggi berarti saham perusahaan dapat memberikan return yang besar bagi investor. Price earning ratio juga merupakan ukuran untuk menentukan bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan (Arisona, 2013). Menurut Ryadi dan Sujana (2014) perusahaan dengan price earning ratio (PER) tinggi menggambarkan harga saham perusahaan tersebut tinggi, peningkatan pada harga saham akan memberikan capital gain yang merupakan unsur dari return, sehingga peningkatan harga saham akan meningkatkan nilai price earning ratio, dan meningkatkan return dari saham perusahaan tersebut. Margaretha dan Damayanti (2008) menyatakan bahwa price earning ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Semakin tinggi price earning ratio saham suatu perusahaan maka harga per lembar saham akan cenderung meningkat, sehingga perusahaan akan memperoleh laba yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian dari Prasetyorini (2013) yang menyatakan price earning ratio berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil ini senada dengan penelitian dari Rakhimsyah dan Guanawan (2013) yang menyatakan apabila price earning ratio semakin tinggi maka akan membuat nilai perusahaan akan naik dihadapan investor karena price earning
27
ratio yang tinggi akan memberikan pandangan bahwa perusahaan dalam keadaan sehat dan menunjukkan pertumbuhan perusahaan. Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebelumnya dalam penelitian ini, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: H1 : Price earning ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
2.2.2 Pengaruh debt to equity ratio terhadap nilai perusahaan Debt to equity ratio merupakan salah satu rasio pengelolaan modal yang mencerminkan kemampuan perusahaan membiayai usahanya dengan pinjaman dana yang disediakan pemegang saham (Fransiska, 2013). Menurut Nugraha (2013) modal kerja menjadi penunjang utama sebuah perusahaan untuk melakukan kegiatan operasional agar tujuan perusahaan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Keputusan struktur modal yang efektif dapat merendahkan biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan. Keuntungan perusahaan menggunakan hutang yaitu bunga yang dibayarkan dapat dipotong untuk tujuan pajak, sehingga menurunkan biaya efektif dari hutang dan pemegang hutang (debtholder) mendapat pengembalian yang tetap, sehingga pemegang saham (stockholder) tidak perlu mengambil bagian laba mereka ketika perusahaan dalam kondisi prima (Setiana dan Rahayu, 2012). Pirashanthini dan Nimalathasan (2013) menyatakan bahwa debt to equity ratio mempengaruhi nilai perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suteja (2009) yang menyatakan bahwa debt to equity ratio berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian
28
Kusumajaya (2011) yang menyatakan bahwa debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian tersebut menjadi tidak konsisten terhadap hasil penelitian dari Jusriani dan Rahardjo (2013) yang menyatakan bahwa debt to equity ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebelumnya dalam penelitian ini, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: H2 : Debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
2.2.3 Pengaruh dividen payout ratio terhadap nilai perusahaan Dividend payout ratio sebagai penentu seberapa besar laba yang ditahan perusahaan untuk sumber pendanaan dan untuk pembagian dividen kepada pemegang saham (Rahayuningtyas, dkk. 2014). Menurut Risqia, et al. (2013) menyatakan bahwa komitmen perusahaan untuk membayar dividen harus meningkatkan nilai pemegang saham. Hal ini menunjukkan perusahaan percaya bahwa informasi dalam dividen dapat memberikan sinyal positif kepada investor. Pembayaran
dividen
merupakan
salah
satu
tujuan
investor
ketika
menginvestasikan uang mereka untuk saham. Perusahaan menggunakan dividen untuk menarik investor dan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Leon dan Putra, 2014) Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran kepada pemegang saham apabila perusahaan tersebut memperoleh keuntungan. Keuntungan tersebut akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Pernyataan ini
29
diperkuat dengan adanya bird in hand theory. Teori ini menyatakan bahwa investor lebih menyukai pendapatan berupa dividen yang sudah pasti diterima dibandingkan dengan mengharapkan keuntungan dari selisih harga saham (capital gain) atau dengan kata lain pendapatan berupa dividen mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan keuntungan capital gain (Sartono, 2010:281) Jiang and Jiranyakul (2013) dan Guizani and Ezzeddine (2012) menyatakan bahwa dividen payout ratio berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sukirni (2012) menyatakan bahwa dividen payout ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap niali perusahaan. Sari (2013) serta Sujoko dan Soebiantoro (2007) menyatakan bahwa dividen payout ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian tersebut menjadi tidak konsisten terhadap hasil penelitian dari Afzal dan Rohman (2012) menyatakan bahwa dividen payout ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebelumnya dalam penelitian ini, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut: H3
:
Dividen payout ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Berdasarkan hipotesis penelitian yang telah diuraikan maka dapat disusun suatu kerangka konseptual seperti pada gambar berikut:
30
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual yang Dibentuk dari Pengaruh Price Earning Ratio, Debt To Equity Ratio, dan Dividen Payout Ratio Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Variabel Independen
Variabel Dependen H1
Price earning ratio (X (X1)
Debt to equity ratio (X2)
Return saham
H2
Nilai perusahaan (Y)
H3
Dividen payout ratio (X3)
31