6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Sistem Informasi Banyak aktivitas manusia yang berhubungan dengan sistem informasi. Tak
hanya di negara-negara maju, di Indonesia pun sistem informasi telah banyak diterapkan sebagai alat bantu dalam menjalankan usaha maupun untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi. Sistem informasi memberikan nilai tambah terhadap proses, produksi, kualitas, manajemen, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah serta keunggulan kompetitif yang tentu saja sangat berguna bagi kegiatan bisnis (Kroenke, 1992). Peningkatan penggunaan sistem informasi juga tidak terlepas dari perhatian manajemen dalam perusahaan terhadap betapa pentingnya manajemen informasi. Dalam hal ini, McLeod (1998) mengemukakan dua alasan, pertama kegiatan bisnis menjadi semakin rumit dan kedua komputer telah mencapai kemampuan yang semakin baik. Hal-hal yang bisa dikerjakan oleh sistem informasi tentu saja terkait dengan kemampuan yang dapat dilakukannya, Turban (1999), memaparkan kemampuan utama sistem informasi yaitu: a. Melaksanakan komputasi numerik, bervolume besar, dan dengan kecepatan tinggi. b. Menyediakan komunikasi dalam organisasi atau antar organisasi yang murah, akurat dan cepat.
6
7
c. Menyimpan informasi dalam jumlah yang sangat besar dalam ruang yang kecil tetapi mudah diakses. d. Memungkinkan pengaksesan informasi yang sangat banyak di seluruh dunia dengan cepat dan murah. e. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi orang-orang yang bekerja dalam kelompok dalam suatu tempat atau pada beberapa lokasi. f. Pembiayaan yang jauh lebih murah daripada pengerjaan secara manual.
2.2
Siklus Informasi Informasi menjadi penting, karena berdasarkan informasi itu kontraktor
dapat mengetahui kondisi obyektif proyeknya. Informasi tersebut merupakan hasil pengolahan data atau fakta yang dikumpulkan dengan cara tertentu. Informasi disajikan dalam bentuk yang mudah di pahami dan merupakan pengetahuan yang relevan bagi pemakainya guna mencapai suatu tujuan. Pengolahan data menjadi informasi merupakan suatu siklus yang terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Pengumpulan data Pada tahap ini dilakukan suatu proses pengumpulan data yang asli dengan cara tertentu seperti data transaksi, data harga barang dan lain sebagainya yang biasanya merupakan proses pencatatan data ke dalam suatu file. b. Input Tahap ini merupakan proses pemasukan data dan prosedur pengolahan data ke dalam komputer melalui alat input seperti keyboard. Prosedur pengolahan data tersebut merupakan urutan langkah untuk mengolah data yang ditulis dalam suatu bahasa pemrograman.
8
c. Pengolahan data Tahap ini merupakan tahap dimana data diolah sesuai dengan prosedur yang telah dimasukkan. Kegiatan pengolahan data ini meliputi pengumpulan data, klasifikasi (pengelompokan), kalkulasi, pengurutan, penggabungan, peringkasan baik dalam bentuk tabel maupun grafik, penyimpanan dan pembacaan dari tempat penyimpanan data. d. Output Hasil pengolahan data akan ditampilkan pada alat output seperti monitor dan printer sebagai informasi. e. Distribusi Setelah proses pengolahan data dilakukan, maka informasi yang dihasilkan harus segera didistribusikan. Proses pendistribusian ini tidak boleh terlambat dan harus diberikan kepada yang berkepentingan, sebab hasil pengolahan
tersebut
akan
menjadi
bahan
pertimbangan
dalam
pengambilan keputusan atau menjadi data dalam pengolahan data selanjutnya.
2.3
Web Based Application Web based application adalah suatu aplikasi yang dapat berjalan dengan
menggunakan basis teknologi web. Aplikasi ini dapat diakses dimana saja asalkan ada koneksi internet yang mendukung, tanpa perlu melakukan penginstallan di komputer masing-masing seperti pada aplikasi desktop, cukup dengan membuka browser dan menuju tempat server aplikasi tersebut dipasang. Sebuah web based application umumnya terdiri dari dua atau lebih elemen struktur aplikasi, yaitu database dan interface. Database adalah kumpulan informasi yang disimpan
9
dalam komputer secara sistematik dan dapat diperiksa menggunakan suatu program komputer untuk memproleh informasi dari database tersebut sedangkan interface adalah tampilan atau cara perangkat lunak berinteraksi dengan penggunanya. Elemen lain yang mungkin ada diantaranya transaction manager, secure socket layer (SSL) dan lain-lain. Masing-masing elemen tersebut dibuat dengan menggunakan software yang berbeda namun biasanya memiliki ciri yang sama, yaitu sifat open source-nya. Selain socket, ada lagi alat pengatur antar software yang berfungsi untuk memetakan alur komunikasi yang disebut dengan configuration file. Dalam configuration file ini ditentukan bagaimana sofwaresoftware tersebut harus menerima dan menangani request, bila perlu melimpahkan request tersebut ke software yang lain. Contoh dari web based application adalah GoogleDocs, Yahoo!, Facebook, dan Kaskus. Terkait dengan lisensi (hak cipta) pengguna tidak memerlukan lisensi ketika menggunakan web based application, sebab lisensi itu telah menjadi tanggung jawab dari pihak penyedia aplikasi web, misalnya saat menggunakan aplikasi word procesing GoogleDocs maka pihak pengguna tidak perlu lagi membayar lisensi atas penggunaan fasilitas tersebut. Selain web based application juga terdapat desktop based application yang lebih bersifat konvensional. Desktop based application adalah suatu aplikasi yang dapat berjalan sendiri atau independen tanpa menggunakan koneksi Internet di suatu komputer otonom dengan platform tertentu. Contoh dari desktop based application adalah MS-Office, Adobe Photoshop, Microsoft Project, dan sebagainya. Keuntungan dan kerugian desktop based application dengan web based application dapat dilihat pada tabel 2.1
10
Tabel 2.1 Perbandingan desktop based application dan web based application Desktop Based Application
Web Based Application
• Hanya authorized personel yang bisa mengakses aplikasi • Data updating dapat dilakukan setiap saat tanpa perlu perintah dari pengguna • Dapat berjalan dengan independen, tanpa perlu menggunakan browser.
• Kompatibilitas terhadap operating system dan platform lebih terjamin • Komunikasi relatif lebih cepat sebab menggunakan protokol TCP/IP yang memamng telah dirancang untuk keperluan world wide web • Memerlukan ruang hardisk yang relatif lebih sedikit • Bisa di akses melalui komputer client tanpa proses instalasi program terlebih dahulu. • Terkait dengan isu lisensi (hak cipta), kita tidak memerlukan lisensi ketika menggunakan web-based application, sebab lisensi itu telah menjadi tanggung jawab dari web penyedia aplikasi. • Dapat diakses lewat banyak media seperti : komputer, handheld dan handphone yang sudah sesuai dengan standar WAP. • Tidak perlu spesifikasi komputer yang tinggi untuk menggunakan aplikasi berbasis web ini, sebab di beberapa kasus, sebagian besar proses dilakukan di web server penyedia aplikasi berbasis web ini.
• Tidak perlu koneksi Internet, karena semua file yang diperlukan untuk menjalankan aplikasinya sudah terinstall sebelumnya.
Keuntungan
• Distribusi terbatas, perlu proses instalasi • Memerlukan ruang hard-disk yang lebih besar sebab file aplikasi disimpan di komputer client • Komunikasi relatif lebih lambat Kerugian karena layer yang harus dilalui lebih banyak • Memerlukan hardware dengan spesifikasi tinggi • Bermasalah dengan lisensi • Tidak bisa diinstal di berbagai sistem operasi Sumber: Satriyowirang (2011)
• Data updating tidak bisa disimpan secara otomatis sampai pengguna me-refresh halaman yang sedang diakses • Memerlukan sistem administrasi jaringan yang handal • Perlu koneksi internet
11
2.4
Perbandingan Project Management Software Project management software adalah istilah yang meliputi berbagai jenis
perangkat lunak, termasuk penjadwalan, pengendalian biaya dan manajemen anggaran, alokasi sumber daya, perangkat lunak kolaborasi, komunikasi, manajemen kualitas dan sistem dokumentasi atau administrasi, yang digunakan untuk berurusan dengan kompleksitas proyek-proyek besar. Perbandingan dari beberapa project management software yang umum ditemui dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Perbandingan project management software Software
scheduling
Resource management
Document managemet
Web based
Licence
Microsoft Project
yes
yes
no
no
Propietary
GanttProject
yes
yes
no
no
Open source
Smartsheet
no
yes
yes
yes
Propietary
MyWorkPLAN
yes
yes
yes
no
Propietary
Planer suite
yes
yes
yes
no
Propietary
Primavera Project Planer
yes
yes
yes
yes
Propietary
yes
no
no
Propietary
Sistem informasi proyek konstruksi yes (Sujana, 2007) Sumber: Wikipedia (2010)
Keterangan: a. Web based application adalah sebuah aplikasi yang diakses melalui jaringan seperti internet atau intranet. Istilah ini juga dapat berarti sebuah aplikasi perangkat lunak komputer yang di-host dalam lingkungan yang dikendalikan
12
browser atau dikodekan dalam bahasa yang didukung browser dan bergantung pada browser web umum untuk membuat aplikasi dapat dieksekusi. b. Software licence merupakan instrumen yang mengatur penggunaan atau pendistribusikan kembali perangkat lunak. Semua hak cipta perangkat lunak dilindungi, kecuali materi dalam domain publik. Sebuah lisensi perangkat lunak memberikan sebuah ijin end-user untuk menggunakan satu atau lebih salinan perangkat lunak dalam cara menggunakan perangkat lunak di bawah hukum hak cipta. c. Propietary adalah perangkat lunak komputer berlisensi hak hukum eksklusif pemiliknya. Pembeli, atau pemegang lisensi, diberi hak untuk menggunakan perangkat lunak dalam kondisi tertentu, tetapi terbatas dari kegunaan lain, seperti modifikasi, penyebaran lebih lanjut, atau reverse engineering. d. Open-source software adalah software komputer yang tersedia dalam bentuk source code dimana source code dan hak-hak tertentu lainnya biasanya diperuntukkan bagi pemegang hak cipta disediakan di bawah lisensi perangkat lunak yang memungkinkan pengguna untuk mempelajari, mengubah, dan meningkatkan kinerja perangkat lunak. Lisensi open source memenuhi persyaratan dari Open Source Definition. Berdasarkan Tabel 2.2 dapat dilihat bahwa pada umumnya project management software yang ada memiliki keunggulan dan kekurangan tersendiri, setiap pengembang
tentu
memiliki
pertimbangan
tersendiri
dalam
merancang
softwarenya. Selain pemberian hak dan penerapan pembatasan penggunaan perangkat lunak, lisensi perangkat lunak biasanya mengandung ketentuan yang
13
mengatur kewajiban dan tanggung jawab antara para pihak menandatangani perjanjian lisensi.
2.5
Metode dan Teknik Pengendalian Biaya Suatu sistem pemantauan dan pengendalian disamping memerlukan
perencanaan yang realistis sebagai tolak ukur pencapaian sasaran, juga harus dilengkapi dengan teknik dan metode yang dapat segera mengungkapkan tandatanda terjadinya penyimpangan. Untuk pengendalian biaya dan jadwal terdapat dua macam teknik dan metode yang luas pemakaiannya, yaitu identifikasi varians dan konsep nilai hasil (earned value concept). Identifikasi dilakukan dengan membandingkan jumlah uang yang sesungguhnya dikeluarkan dengan anggaran. Sedangkan untuk jadwal, dianalisis kurun waktu yang telah dipakai dibandingkan dengan perencanaan. Melalui identifikasi ini, akan terlihat apakah telah terjadi penyimpangan antara rencana dan kenyataan, serta mendorong untuk mencari sebab-sebabnya.
2.5.1 Identifikasi Varians Analisis varians menunjukkan perbedaan antara kemajuan pekerjaan yang dicapai dengan yang direncanakan pada periode tertentu yang menunjukkan posisi kemajuan pekerjaan tersebut pada periode tersebut. Teknik analisis varians ini akan memperlihatkan perbedaan antara biaya pelaksanaan dengan anggaran; waktu pelaksanaan dengan jadwal; tanggal mulai pelaksanaan dengan rencana; tanggal akhir pekerjaan dengan rencana; angka kenyataan pemakaian tenaga kerja dengan anggaran dan jumlah penyelesaian pekerjaan dengan rencana.
14
Sebagai contoh, tabel 2.3 memperlihatkan alokasi anggaran untuk berbagai macam (kode) pekerjaan, demikian pula jadwal penggunaannya yang disesuaikan dengan perencanaan pekerjaan. Terlihat adanya varians biaya untuk masingmasing pekerjaan pada setiap bulannya, yaitu perbedaan antara anggaran dan jumlah pengeluaran aktual. Pada saat pelaporan (Mei), besar varians (komulatif) = (70)(1.000) = Rp70.000 atau 70/420(100%) =16,6% dari anggaran.
Tabel 2.3 Varians biaya konstruksi KEGIATAN KONSTRUKSI
No
Jan
Macam Pekerjaan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
(Komulatif dalam ribuan Rupiah)
1
2
3
4
5
Menyiapkan lahan
Membuat pondasi
Memasang tiang
Anggaran
60
140
240
Pengeluaran Varians
90
210
350
-30
-70
-110
Anggaran Pengeluaran Varians Anggaran
40
90
120
60
150
200
-20
-60
-80
150
180
140
150
10
30
dan dinding
Pengeluaran Varians
Memasang atap
Anggaran Pengeluaran
120
Varians Anggaran
-20
Interior
210
220
300
80
150
210
510
450
210
140
Pengeluaran Varians jml komulatif anggaran pengeluaran varians
60
140
280
240
420
90
210
410
290
490
-30
-70
-130
-50
-70
Sumber : Soeharto (2001)
Di samping menunjukkan angka perbedaan komulatif antara rencana dan pelaksanaan pada saat pelaporan analisis varians mendorong untuk melacak dan mengkaji di mana dan kapan terjadi varians yang paling dominan dan kemudian
15
mencari penyebabnya untuk diadakan koreksi. Terjadinya varians biaya yang realatif besar dapat ditimbulkan berbagai sebab. Misalnya, oleh perencanaan penggunaan ataupun jumlah anggaran yang tidak tepat atau karena kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang lebih cepat, dan lain-lain. Pendekatan di atas, di samping dapat digunakan sampai batas tertentu untuk memantau kemajuan pelaksanaan proyek, diperlukan juga untuk kegiatan akuntansi dan audit proyek yang berfungsi antara lain untuk meyakinkan antara lain apakah pembebanan biaya telah sesuai dengan prosedur dan alokasi, termasuk verifikasi dan penelitian kebenaran apakah pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan anggaran. Jadi, pendekatan dengan cara di atas akan memberikan gambaran hasil kerja masa lalu dan menunjukkan perbandingan antara hasil pelaksanaan dan perencanaan.
2.5.2 Konsep Nilai Hasil (Earned Value Concept) Sebelumnya telah disebutkan bahwa angka-angka yang dihasilkan analisis varians menunjukkan perbedaan hasil kerja pada waktu pelaporan dibandingkan dengan anggaran atau jadwalnya. Dengan kata lain metode ini menjawab pertanyaan apakah proyek pada saat ini (saat pelaporan) masih sesuai dengan anggaran atau jadwal. Kelemahan metode ini, yang menganalisis varians biaya dan jadwal masing-masing secara terpisah, adalah tidak mengungkapkan masalah kinerja kegiatan yang sedang dilakukan. Misalnya, walaupun suatu kegiatan tertentu pada saat pelaporan dinyatakan memiliki kemajuan yang melampaui jadwal yang direncanakan, belum tentu kegiatan tersebut sesuai dengan anggaran yang dialokasikan untuknya. Bila kegiatan tersebut dikerjakan secara tidak efisien sehingga biaya per unitnya melebihi anggaran, maka pada suatu saat kegiatan
16
tersebut dapat terhenti karena kekurangan biaya, meskipun pada mulanya memiliki kemajuan lebih cepat dari jadwal. Untuk meningkatkan efektifitas dalam memantau dan mengendalikan kegiatan proyek, perlu dipakai metode selain yang telah dibicarakan di atas yang juga mampu menunjukkan kinerja kegiatan. Salah satu metode yang memenuhi tujuan ini adalah konsep nilai hasil (earned value concept). Dengan memakai dasar asumsi tertentu, metode tersebut dapat dikembangkan untuk membuat perkiraan atau proyeksi keadaan masa depan proyek, misalnya untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut. a. Dapatkah proyek diselesaikan dengan sisa dana yang ada? b. Berapa besar perkiraan biaya untuk menyelesaikan proyek? c. Berapa besar proyeksi keterlambatan pada akhir proyek, bila kondisi masih seperti saat pelaporan? Asumsi yang digunakan konsep nilai hasil adalah bahwa kecenderungan yang ada dan terungkap pada saat pelaporan akan terus berlangsung. Keterangan yang memberitahukan proyeksi masa depan penyelenggaraan proyek merupakan masukan yang sangat berguna bagi pengelola maupun pemilik, karena dengan demikian mereka memiliki cukup waktu untuk memikirkan cara-cara menghadapi segala persoalan di masa yang akan datang. Konsep nilai hasil adalah konsep menghitung besarnya biaya yang menurut anggaran sesuai dengan pekerjaan yang telah diselesaikan atau dilaksanakan (budgeted cost of work performed). Bila ditinjau dari jumlah pekerjaan yang diselesaikan maka konsep ini mengukur besarnya unit pekerjaan yang telah diselesaikan pada suatu waktu bila dinilai berdasarkan jumlah anggaran
17
yang disediakan untuk pekerjaan tersebut. Dengan perhitungan ini diketahui hubungan antara apa yang sesungguhnya telah dicapai secara fisik terhadap jumlah anggaran yang dikeluarkan. Gambar 2.1 menjelaskan hubungan tersebut secara grafis.
Gambar 2.1 Penilaian biaya pekerjaan yang telah diselesaikan diamati dari bagian jumlah anggaran yang terpakai
Pada gambar diatas dicontohkan bahwa terdapat pekerjaan beton sebanyak 300 m3 dengan anggaran sebesar Rp. 80 juta dan durasinya 3 hari. Di asumsikan bahwa pada hari pertama direncanakan dilakukan pekerjaan beton sebanyak 100 m3 dengan anggaran (BCWS) sebesar Rp. 26,67 juta, namun yang terealisasi adalah 75 m3. Nilai hasil adalah biaya yang dianggarkan dari pekerjaan yang telah diselesaikan. Jumlah yang telah diselesaikan adalah 75 m3 atau = (75/300)(100%) = 25%, dengan demikian menurut anggaran, pengeluaran adalah sebesar (25%)(Rp. 80 juta) = Rp. 20 juta. Jadi nilai hasil (BCWP) adalah Rp. 20 juta. Dalam hal ini pengeluaran aktual (ACWP) yang diperoleh dari data-data akuntansi atau keuangan proyek pada tanggal pelaporan biaya aktual dari paket kerja atau kode akuntansi termasuk perhitungan overhead dan lain-lain dapat lebih kecil dari
18
Rp. 20 juta, lebih besar dari Rp. 20 juta atau bisa juga besarnya sama dengan nilai hasil, tergantung dari efisiensi pelaksanaan pekerjaan. Bila pekerjaan dilakukan dengan amat efisien dari yang diperkirakan dalam anggaran sehingga pengeluaran aktual misalnya hanya
Rp. 15 juta, dan bila yang terjadi adalah pekerjaan
dilakukan dengan pemborosan sehingga pengeluaran aktual misalnya sampai Rp. 35 juta. Dengan data tersebut maka dapat dijadikan dasar perhitungan dalam analisis earned value. Konsep dasar nilai hasil dapat digunakan untuk menganalisis kinerja dan membuat prakiraan pencapaian sasaran. Untuk itu digunakan 3 indikator, yaitu ACWP (Actual cost of work performed), BCWP (budgeted cost of work performed), dan BCWS (budgeted cost of work sheduled). ACWP (Actual cost of work performed) adalah jumlah biaya aktual dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan. Biaya ini diperoleh dari data-data akuntansi atau keuangan proyek pada tanggal pelaporan (misalnya, akhir bulan), yaitu catatan segala pengeluaran biaya aktual dari paket kerja atau kode akuntansi termasuk perhitungan overhead dan lain-lain. Jadi ACWP merupakan jumlah aktual dari pengeluaran atau dana yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan pada kurun waktu tertentu. BCWP (budgeted cost of work performed) merupakan nilai hasil dari sudut pandang nilai pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap anggaran yang disediakan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Bila angka ACWP dibandingkan dengan BCWP, akan terlihat perbandingan antara biaya yang telah dikeluarkan untuk pekerjaan yang telah terlaksana terhadap biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk maksud tersebut.
19
BCWS (budgeted cost of work sheduled) menunjukkan anggaran untuk suatu paket pekerjaan, tetapi disusun dan dikaitkan dengan jadwal pelaksanaan. Disini terjadi perpaduan antara biaya, jadwal dan lingkup kerja, dimana pada setiap elemen pekerjaan telah diberi alokasi biaya dan jadwal yang dapat menjadi tolak ukur dalam pelaksanaan pekerjaan. Dengan menggunakan 3 indikator di atas dapat dihitung berbagai faktor yang menunjukkan kemajuan dan kinerja pelaksanaan proyek, seperti: a. Varians biaya (CV) dan varians jadwal terpadu (SV). b. Memantau perubahan varians terhadap angka standar. c. Indeks produktivitas dan kinerja. d. Prakiraan biaya penyelesaian proyek. Ketiga indikator konsep nilai hasil dapat dilihat pada gambar 2.2 yang digambarkan dalam bentuk grafik dengan biaya sebagai sumbu vertikal dan waktu sebagai sumbu horisontal.
Sumber: Anonim (2007)
Gambar 2.2 Konsep nilai hasil
20
Selain tiga indikator tersebut terdapat beberapa parameter lainnya untuk mengendalikan biaya proyek, yaitu: a. Variansi 1) SV (Schedule Variance) yaitu variansi atau perbedaan antara kemajuan pekerjaan yang dicapai dengan yang direncanakan pada periode tertentu yang menunjukkan posisi kemajuan pekerjaan tersebut pada periode tersebut. SVcum adalah kumulatif variansi antara kemajuan pekerjaan yang telah dicapai dengan yang direncanakan. SV
= BCWP - BCWS
(2.1)
SVcum = BCWPcum - BCWScum
(2.2)
2) CV (Cost Variance) yaitu variansi atau perbedaan antara biaya biaya yang harus dikeluarkan untuk mengerjakan suatu pekerjaan pada periode tertentu dengan kemajuan pekerjaan yang dicapai pada periode tersebut yang menggambarkan posisi keuangan pada periode yang bersangkutan. CVcum adalah variansi kumulatif antara biaya yang telah dikeluarkan dengan kemajuan aktual komulatif yang telah dicapai oleh pekerjaan tersebut. CV
= BCWP – ACWP
(2.3)
CVcum = BCWPcum – ACWPcum
(2.4)
b. Indeks Pelaksanaan Pekerjaan 1) SPI (Schedule Performance Index) yaitu indeks yang menunjukkan produktifitas pekerjaan (efisiensi jadwal) berdasarkan kemajuan yang dicapainya pada periode tertentu sedangkan SPIcum adalah indeks kumulatif kemajuan yang dicapainya sampai periode tertentu.
21
SPI
= BCWP / BCWS
(2.5)
SPIcum = BCWPcum / BCWScum
(2.6)
2) CPI (Cost Performance Index) yaitu indeks yang menunjukkan produktivitas keuangan (efisiensi biaya) atau penyerapan biaya proyek berdasarkan penyerapan biaya yang sebenarnya terjadi pada periode tertentu. CPIcum adalah indeks yang menunjukkan produktivitas keuangan berdasarkan kumulatif penyerapan biaya yang sebenarnya terjadi sampai pada periode tertentu. CPI
= BCWP / ACWP
(2.7)
CPIcum = BCWPcum / ACWPcum
(2.8)
c. Indeks Untuk Menyelesaikan Pekerjaan TCPI / CPI to go (Time to Complete Performance Index) yaitu indeks yang menunjukkan jumlah biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan berdasarkan kemajuan pekerjaan yang telah dicapai. TCPI =
Pekerjaan Tersisa BAC − BCWPcum = Biaya Tersisa EAC − ACWPcum
(2.9)
d. Estimasi Untuk Menyelesaikan dan Pada Saat Penyelesaian Proyek 1) ETC (Estimate To Complete) yaitu sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan proyek berdasarkan produktivitas terakhir yang dicapai. ETCcum adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan berdasarkan data produktifitas rata-rata. ETC
= (BAC – BCWP) / CPI
ETCcum = (BAC – BCWPcum) / CPIcum
(2.10) (2.11)
22
ETC
tidak
memperhatikan
data
CPI
sebelum
periode
yang
bersangkutan, sedangkan ETCcum walaupun menggunakan CPIcum namun tidak selalu tepat menggambarkan kecenderungan yang terjadi namun bila diasumsikan kecenderungan yang terjadi adalah linear maka ETCcum lebih dapat dipertanggungjawabkan. 2) EAC (Estimate At Complete) yaitu besarnya biaya yang akan diserap secara keseluruhan oleh proyek berdasarkan data produktivitas terakhir yang dicapai. Sedangkan EACcum adalah besarnya biaya yang akan diserap secara keseluruhan proyek berdasarkan data produktivitas ratarata. EAC
= ACWP + ETC
(2.12)
EACcum = ACWPcum + ETCcum, atau
(2.13)
EACcum = BAC / CPIcum, yaitu EACcum composite
(2.14)
EACcum composite tidak memperhatikan biaya yang telah diserap oleh proyek namun langsung menggunakan produktivitas rata-rata untuk mengargumentasikan BAC (Budget at completion) sehingga kurang dapat dipertanggung jawabkan nilainya, sebab dari nilai CPIcum kita telah mengetahui besarnya
EAC relatif terhadap BAC (Budget at
completion). Sedangkan EACcum menambahkan biaya yang telah terserap oleh proyek kemudian menambahkan dengan ramalan besarnya sisa pekerjaan yang harus dilakukan (dalam satuan uang) sehingga kemungkinan salahnya secara logika akan lebih kecil.
23
Dari parameter-parameter tersebut dapat ditentukan kinerja pelaksanaan pekerjaan, baik dari segi pemanfaatan waktu dan pemanfaatan biaya. Kinerja ini direpresentasikan dengan nilai CPI dan SPI yang aturannya adalah sebagai berikut: a. Jika CPI < 1, berarti pengeluaran lebih besar dari anggaran b. Jika CPI = 1, berati pengeluaran sama dengan anggaran c. Jika CPI > 1, berati pengeluaran lebih kecil dari anggaran d. Jika SPI > 1, berarti kinerja pelaksanaan pekerjaan pada periode tersebut melebihi dari rencana. e. Jika SPI = 1, berarti kinerja pelaksanaan pekerjaan pada periode tersebut sesuai rencana. f. Jika SPI < 1, berarti kinerja pelaksanaan pekerjaan pada periode tersebut kurang dari rencana. Selain itu dapat pula diketahui komdisi pelaksanaan pekerjaan ditinjau dari sisi pemanfaatan waktu dan biaya yang direpresentasikan dengan nilai SV dan CV yang aturannya adalah sebagai berikut: a. Jika SV > 0, berarti kemajuan pekerjaan pada periode tersebut lebih cepat dari jadwal (overrun). b. Jika SV = 0, berarti kemajuan pekerjaan pada periode tersebut tepat waktu. c. Jika SV < 0, berarti kemajuan pekerjaan pada periode tersebut lebih lambat dari jadwal (underrun).
24
d. Jika CV > 0, berarti penyerapan biaya pekerjaan pada periode tersebut kurang dari rencana. e. Jika CV = 0, berarti penyerapan biaya pekerjaan pada periode tersebut sesuai dari rencana. f. Jika CV < 0, berarti penyerapan biaya pekerjaan pada periode tersebut melebihi dari rencana. Dari parameter SV dan CV di atas dapat diperkirakan kondisi yang akan terjadi pada saat penyelesaian pekerjaan yang direpresentasikan oleh EAC. Perkiraan ini dibuat berdasarkan asumsi bahwa kinerja (performance) pelaksanaan pekerjaan untuk volume atau prosentase yang tersisa adalah sama dengan kinerja terakhir yang dicapai. Dengan asumsi tersebut pelaksana mampu mengetahui efek yang akan dihadapi apabila ia mempertahankan kinerjanya. Dari nilai estimasi didapat besarnya total biaya pelaksanaan pekerjaan relatif terhadap anggaran awal yang direncanakan. Proses evaluasi selanjutnya adalah dengan cara menginterpretasikan nilai EAC tersebut yang aturannya sebagai berikut: a. Jika EAC > BAC, berarti biaya akhir melebihi budget yang direncanakan. b. Jika EAC=BAC, berarti biaya akhir sama dengan budget yang direncanakan. c. Jika EAC
25
yaitu biaya yang sesuai dengan yang direncanakan. Konsep earned value mengenal rekomendasi ini dalam bentuk parameter TCPI / CPI to-go (To
Complete Performance Index) dimana aturan yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Jika TCPI > 1, berarti kinerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan agar tepat waktu harus lebih dari 100%. b. Jika TCPI = 1, berarti kinerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan agar tepat waktu = 100%. c. Jika TCPI < 1, berarti kinerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan agar tepat waktu boleh kurang dari 100%.
2.6
Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pengaruh perangkat lunak manajemen proyek
terhadap kinerja waktu proyek konstruksi pada tahap pelaksanaan pernah dilakukan oleh Tubagus (2000), penelitian tersebut bermaksud untuk mengetahui pengaruh penggunaan perangkat lunak manajemen proyek dan mengidentifikasi variabel PM Software yang potensial untuk dimaksimalkan kinerjanya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya korelasi positif antara variabel-variabel dalam PM Software terhadap kinerja waktu proyek konstruksi pada tahap pelaksanaan. Variabel tersebut yaitu, integrasi baseline, pelaksanaan, monitoring, proses informasi, analisa awal dan pelaporan, mengenai jadwal dan tingkat fleksibilitas PM software terhadap pengendalian perubahan jadwal proyek (schedule change control), sebagai komponen potensial untuk dimaksimalkan kinerjanya.
26
Zulkasi (2000), melakukan perancangan sistem informasi berbasis internet untuk laporan fisik dan keuangan. Metodologi yang digunakan untuk perancangan ini adalah System Development Livecycle yang menerangkan tahapan dari pengembangan sistem, identifikasi dari kegitan sistem informasi dalam konteks model sistem informasi, identifikasi data yang diperlukan, identifikasi komponen sistem informasi, rancangan global solusi permasalahan dan rencana implementasi dari sistem yang sudah dikembangkan. Kesimpulan dari perancangan ini adalah sistem yang dirancang secara sistematis dan menyeluruh dengan memperhatikan komponen-komponen sistem informasi diharapkan dapat menjawab permasalahan yang timbul dari pemakaian sistem manual dan kemungkinan pengembangan lebih lanjut tetap terbuka. Sujana (2007), merancang sistem informasi yang diaplikasikan pada proyek konstruksi. Proses rancangan dan validasi sistem menggunakan tahapan identifikasi permasalahan, analisis, desain, implementasi, aplikasi dan validasi sistem. Sistem informasi ini dibuat dengan bahasa pemrograman Visual FoxPro 7 dan dikembangkan menjadi desktop based application dan dioperasikan dalam jaringan local area network. Sistem informasi ini diterapkan untuk memudahkan dalam membuat perhitungan daftar analisa pekerjaan, rencana anggaran biaya, rencana anggaran pelaksanaan, rencana waktu pelaksanaan, rencana kebutuhan material alat dan tenaga kerja. Isnandar (1999) melakukan studi tentang perencanaan sistem informasi dengan studi kasus STIMIK Bina Darma yang dimulai dengan menganalisis rencana strategis bisnis organisasi dengan menggunakan pendekatan strategic
framework dari ward (1996) dan SWOT analisis. Setelah itu melalui tahapan
27
kegiatan perencanaan sistem informasi dengan menggunakan pendekatan four-
stage model of planing dari Turban (1996) direncanakan rumusan strategis sistem informasi/teknologi informasi dikombinasikan dengan pendekatan five-forces dari Porter
(1980).
Hasil
dari
perancangan
sistem
informasi
diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan bisnis organisasi.
tersebut