BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Semantik Pragmatik Semantik adalah salah satu cabang ilmu linguistik, yang berasal dari bahasa Yunani yakni semantikos yakni memberikan tanda atau lambang. Semantik merupakan studi yang mempelajari tentang makna dalam bahasa. Berikut penulis mengutip tentang definisi semantik dari para ahli bahasa. Menurut Saeed (1997:3)‟‟ Semantics is the study of meaning communicated through the language and semantics is the study of meanings of words and sentences‟‟. Menurutnya, semantic adalah studi yang mempelajari tentang makna komunikasi dalam bahasa dan semantik merupakan studi yang mempelajari tentang makna dari mulai level kata dan kalimat. Lebih lanjut , Griffiths (2006:1) „‟ Semantics is the study of the „‟toolkit‟‟ for meaning: knowledge encoded in the vocabulary of the language and its patterns for building more elaborate meanings, up to level sentences‟‟. Semantik merupakan studi linguistik yang dikhususkan untuk mempelajari makna hanya pada tingkat kata, frasa, kalimat dan teks. Menurut Lyons (1995:3)‟‟ Semantics is generally defined as the study of meaning; and this is the definition that which we shall initially adopt‟‟. Maka dapat disimpulkan bahwa studi yang mempelajari tentang makna pada sebuah kata, frasa, kalimat dan teks adalah semantik.
Salah satu kajian yang berkaitan dengan semantik adalah pragmatik, yang merupakan ilmu yang mempelajari hubungan konteks dan makna. Menurut Yule (1996:4) „‟pragmatics is the study of the relationships between linguistics forms and the users of those forms‟‟. Pragmatik merupakan bidang studi yang mempelajari hubungan linguistik dan bentuk penggunaan. Lebih lanjut Yule menambahkan (1996:3) „‟pragmatics is concerned with the study of meaning as communicated by a speaker (or writer) and interpreted by a listener (or reader)‟‟.Yule menyatakan bahwa pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari tentang makna yang di komunikasikan oleh penutur (penulis) dan diinterpretasikan oleh pendengar/mitra tutur (pembaca). Lebih lanjut Yule (1996:4) „‟ the advantage of studying pragmatics is that one can talk about people‟s intended meanings, their assumptions, their purposes or goals, and the kinds of action (for example, request) that they are performing when they speak‟‟. Yule mengatakan bahwa keuntungan mempelajari pragmatik adalah kita dapat mempelajari tentang maksud penutur, asumsi mereka, tujuan, dan tindakan lainnya seperti permintaan saat mereka mengucapkannya. Dari pernyataan Yule tersebut dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan bidang studi yang mempelajari makna yang diucapkan oleh penutur. Pragmatik merupakan hubungan antara tanda dan penerjemah. Dalam melakukan percakapan atau penuturan kadangkala maksud atau makna yang dituturkan mempunyai arti langsung dan tidak langsung.
Pada saat berkomunikasi penutur dan mitra tutur harus mempunyai konteks dan pemahaman yang sama sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Oleh karena itu, pragmatik merupakan bidang studi yang tepat untuk dipahami pada saat komunikasi sedang berlangsung, karena pragmatik tidak hanya mempelajari makna pada tuturan tapi juga konteks pada saat tuturan itu dituturkan dan pada saat tuturan diucapkan oleh penutur merupakan tindak tutur. Dari pendapat para ahli bahasa tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan studi yang mempelajari tentang konteks makna suatu tuturan dan semantik merupakan studi yang mempelajari tentang makna pada suatu kalimat dan tanda.
2.2 Tindak Tutur Salah satu pembahasan pada pragmatik adalah tindak tutur dalam Bahasa Inggris dikenal dengan istilah speech acts. Teori tindak tutur pertama kali diungkapkan oleh Austin pada ceramah di universitas Harvard pada tanggal 1955 dan kemudian diterbitkan buku yang berjudul „‟ How to do things with words‟‟ pada tahun 1962. Dewasa kini teori tindak tutur telah dikembangkan oleh Searle dan Yule (1996) .Tindak tutur adalah tindakan yang dilakukan oleh penutur terhadap mitra tutur dengan tujuan yang dipengaruhi berdasarkan konteks ucapan/ujaran. Austin (Nadar 2009:11) menyebutkan pada saat orang
mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Selanjutnya, Searle (Nadar 2009:12) mengembangkan hipotesa bahwa pada hakekatnya semua tuturan mengandung arti tindakan dan bukan hanya tuturan yang mempunyai kata kerja performatif. Pada saat menuturkan suatu tuturan kita mungkin membuat suatu pernyataan,
memberikan
perintah,
meminta
maaf,
berterima
kasih,
mengucapkan sesuatu, mengajak , menguraikan sesuatu, dan lain-lain. Yule mengatakan (1996:47) „‟ in attempting to express themselves, people do not only produce utterance containing grammatical structure and words, they perform actions via those utterances‟‟. Yule mengatakan dalam mencoba menyatakan diri mereka sendiri, orang tidak hanya menghasilkan tuturan berisikan struktur bahasa dan kata, mereka melakukan tindakan melalui ujaran mereka.Yule (1996:47) memberikan contoh seperti berikut: 1. You‟re fired The utterance in [1] can be used to perform the act of ending your employment. Yule mengatakan ujaran [1] digunakan untuk dilakukan dalam tindakan mengakhiri status karyawan. Teori-teori tentang tindak tutur banyak dikemukakan oleh para ahli bahasa seperti Austin (1962), dan Searle (1965 dan 1969).Dari pernyataan yang telah diungkapkan maka kita dapat menyimpulkan bahwa tindak tutur merupakan suatu tindakan yang diungkapkan oleh penutur melalui tuturan yang mampu menjelaskan maksud dari penutur tersebut.Menurut Searle (Nadar
2009:14) membagi tindak tutur menjadi tiga macam tindakan yang berbeda, yakni lokusioner „utterance act‟ atau „locutionary act‟ tindak ilokusioner „illocutionary act‟ dan tindak perlukosioner „perlocutionary act‟.
2.2.1 Tindak Tutur Lokusi Tindak lokusi merupakan tindak tutur yang menyatakan tentang sesuatu. Menurut Yule (1996:48)‟‟ There is first a locutionary act, which is the basic act of utterance, or producing meaningful linguistic expression‟‟. Maksudnya adalah tindak lokusi merupakan makna dasar tuturan atau yang menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna. Tindak ujar ilokusi bersifat informatif, contoh: 2. Jokowi is the president of Republic Indonesia 3. Jakarta is the capital city of Indonesia Dari contoh tersebut dapat disimpulkan berdasarkan teori Yule yang menyatakan bahwa tindak tutur ilokusi merupakan tindakan dasar untuk menyatakan sesuatu dan hanya bersifat informatif.
2.2.2 Tindak Ilokusi Tindak tutur ilokusi adalah melakukan tindakan dengan menyatakan sesuatu. Menurut Austin (Yule 1996:44) „‟the illocution or illocutionary force
is what the speaker doing by uttering those words: commanding, offering, promising, threatening, thangking, etc. Austin mengatakan bahwa tindak ilokusi adalah maksud penutur dengan menuturkan kata-kata seperti: perintah, penawaran, menyatakan sebuah janji, mengancam, berterimakasih dan lain-lain. Van Rees (1995:13) berpendapat „‟ the illocutionary act means that speaker gives his words a particular force‟‟.Van Rees mengatakan bahwa tindak tutur ilokusi merupakan tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dengan memberikan usaha tertentu. Contoh tindak ilokusi: 4. Erin : Gloria? Please read the first sentence on the board
Percakapan tersebut merupakan tindak tutur ilokusi, penutur memiliki suatu tujuan yakni meminta Gloria untuk membaca kalimat pertama pada papan tulis.
2.2.3 Tindak Tutur Perlokusi Tindak perlokusi merupakan tindak untuk mempengaruhi mitra tutur. Tindak ini sering disebut „‟the act of affecting someone‟‟.Menurut Nadar (2009:14) tindak tutur perlokusioner adalah tindakan untuk mempengaruhi lawan tutur seperti memalukan, mengintimidasi, membujuk dan lain-lain. Van
Rees (1995:13)‟‟ the perlocutionary act means that with his utterance the speaker brings about certain other effects on the thought, sentiment or action of the listener.Menurut Van Rees (1995:13) tindak tutur perlokusi merupakan tindakan dengan menggunakan ujaran penutur membawa efek pada pikiran, perasaan ataupun tindakan pada mitra tutur. Contoh tindak tutur perlokusi yakni: 5. Kentri: I‟m so tired Pada contoh di atas Kentri menuturkan sebuah tuturan yakni ia merasa lelah, lalu seorang mitra tutur memberikan Kentri secangkir minum. Contoh tersebut merupakan tindak perlokusi karena kita dapat melihat reaksi dari mitra tutur yang memberikan Kentri minum maka tindakan tersebut dapat dinyatakan sebagai sebuah tindak perlokusi yakni tuturan tersebut memberikan efek kepada seorang mitra tutur.
2.3 Klasifikasi Tindak Tutur Ilokusi Yule membagi fungsi tindak tutur ilokusi ke dalam lima jenis yakni: representatif, direktif, komisif, ekspresif dan deklaratif. Berikut merupakan penjelasan dari kelima tindak tutur ilokusi.
2.3.1 Asertif
Salah satu kategori tindak tutur ilokusi yakni tuturan asertif atau tuturan representatif. Tuturan asertif merupakan tuturan yang mengikat penutur dalam kebenaran proporsi. Menurut Searle dalam Tarigan (2009:42) tuturan asertif melibatkan pembicara pada kebenaran proporsi yang diekspresikan, misalnya: menyatakan, memberitahukan, menyarankan, membanggakan, mengeluh, menentukan, melaporkan. Yule mengatakan (1996:53) „‟representatives are those kinds of speech acts that state what the speaker believes to be the case or not. Statement of fact, assertions, conclusions and descriptions‟‟. Yule mengatakan bahwa tuturan representatif merupakan jenis dari tindak tutur apa yang di percaya untuk di percaya atau tidak. Pernyataan pada fakta, pernyataan tegas, kesimpulan dan deskripsi. Contoh tuturan asertif atau representatif yakni: 6. Taufik Hidayat is one of talented badminton player‟‟ Contoh di atas merupakan tuturan asertif atau representatif sebab tuturan tersebut berdasarkan fakta dan dapat dibuktikan. Taufik Hidayat meraih piala emas pada olimpiade 2004 di Athena sehingga dapat dikatakan bahwa dia salah satu pemain bulu tangkis berbakat. Contoh lainnya diberikan oleh Yule (1996:53) sebagai berikut: 7. The earth is flat
8. Chomsky didn‟t write about peanuts 9. It was a warm sunny day Lebih lanjut Yule mengatakan (1996:53) „‟ in using representatives, the speaker makes words fit the world (of belief)‟‟. Yule mengatakan dalam penggunaan representatif kata yang digunakan harus sesuai dengan kepercayaan umum. 2.3.2 Direktif Tuturan
direktif
merupakan
tuturan
yang
dimaksudkan
agar
memberikan suatu dampak pada mitra tutur. Tujuan dari tindak tindak tutur direktif untuk menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur misalnya memerintah, meminta, mengundang, menuntut, dan memberi nasihat. Menurut Searle (Leech 1993:164) jenis ilokusi ini sering dikategorikan ke dalam kategori kompetitif (a) karena itu mencangkup juga kategori-kategori ilokusi
yang
membutuhkan
sopan
santun
.Yule
juga
mengatakan
(1996:54)‟‟directives are those kinds of speech acts that speakers use to commit themselves to some future action‟‟. Yule mengatakan bahwa tuturan ilokusi direktif merupakan tindak tutur yang digunakan oleh penutur untuk dilakukan oleh mereka dalam tindakan masa depan. Contoh tuturan direktif yakni: 10. Sit down! Please 11. Stand on the line if you‟ve lost more than one friend.
Contoh (10) termasuk ke dalam tuturan direktif sebab tuturan diatas dimaksudkan agar mitra tutur melakukan tindakan yakni duduk.Tuturan (11) yakni merupakan tuturan ilokusi direktif sebab setelah penutur memerintahkan mitra tutur yakni para muridnya untuk berdiri pada sebuah garis jika mereka merasa kehilangan teman mereka, mitra tutur melakukan hal tersebut dengan cara berdiri pada garis yang telah dibuat. 2.3.3
Komisif Tuturan komisif merupakan tuturan yang mengikat, tuturan komisif
adalah tuturan yang melibatkan penutur pada beberapa tindakan yang akan datang. Menurut Searle (Nadar 2009: 16) tuturan komisif seperti „undertake‟ mengusahakan, „promise‟ berjanji, „threathen‟ mengancam. Selain dari Searle, Yule mengatakan (1996:54) „‟ commisives are those kinds of speech acts that speakers use to commit themselves to some future action‟‟. Yule mengatakan tindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang digunakan untuk tindakan masa depan. Contoh tindak tutur komisif : 12. I‟ll be back 13. I‟m going to get it right next time 14. We will not to do that (Yule 1996:54)
Pada contoh tersebut tuturan komisif bersifat kompetitif karena cenderung bersifat menyenangkan mitra tutur.
2.3.4
Ekspresif Tuturan ekspresif berfungsi sebagai tuturan ekspresi. Menurut Searle
(Leech 1993:164) fungsi ilokusi ini ialah mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi. Lebih lanjut Searle (Nadar 2009:16) contoh tuturan ekspresif seperti „thank‟ berterima kasih, „congratulation‟ mengucapkan selamat, „welcome‟ menyambut. Lebih lanjut Yule mengatakan (2009:53) „‟ Expressives are those kinds of speech acts that state what the speaker feels. They express psychological states and can be statement of pleasure, pain, likes, dislikes, joy, or sorrow‟‟. Yule mengatakan ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang dinyatakan berdasarkan dari apa yang dirasakan oleh penutur. Dinyatakan dengan psikologi dan dapat dinyatakan sebagai pernyataan kebahagiaan, kesedihan, rasa suka, rasa tidak suka, kebahagiaan ataupun dukacita. Yule menambahkan (1996:53) „‟ they can be caused by something the speaker does or the hearer does, but they are about the speaker‟s experience‟‟. Menurut Yule, tindak tutur ekspresif dapat disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan penutur atau mitra tutur lakukan, tetapi secara menyeluruh adalah pengalaman dari penutur tersebut.contoh dari tindak tutur ekspresif adalah sebagai berikut:
15. I‟m sorry for being late 16. Congratulation you did great job! Pada tuturan (15) merupakan tuturan ekspresif yang menyatakan penyesalan karena penutur melakukan kesalahan, yakni dengan datang terlambat. Dengan mengatakan‟‟ I‟m sorry for being late‟‟ maka penutur melakukan tindakan meminta maaf pada mitra penutur.Pada tuturan (16) merupakan ungkapan selamat dari penutur terhadap mitra tuturannnya karena mitra tutur telah melakukan pekerjaan dengan baik. Dengan kalimat „‟congratulation you did great job‟‟ maka penutur telah melakukan tindakan memberi selamat. Dari kedua tuturan diatas maka penutur telah melakukan tindak tutur ilokusi eksperesif karena menyatakan keadaan psikologis yang dirasakan oleh penutur. 2.3.5
Deklaratif Tuturan deklaratif merupakan tuturan yang mengakibatkan kesesuaian
antara isi tuturan dengan realitas yang ada. Menurut Yule (1996:53) „‟Declarations are those kinds of speech acts that change the world via utterance‟‟. Tuturan deklaratif dimaksudkan untuk membuat status baru, misalnya, mengundurkan diri, menyatakan, menamakan, membaptis, memecat, menjatuhkan hukuman, mengangkat pegawai, membuang, dan lain-lain. Contoh tindak tutur deklaratif yakni sebagai berikut : 17. Priest : „‟I pronounce you as husband and wife‟‟(Yule 1996:53)
Pada tuturan tersebut maka seorang pendeta mengubah status kedua pasangan tersebut menjadi suami dan isteri. Yule mengatakan (1996:53) „‟ in using declaration, the speaker changes the world via utterance‟‟. Yule mengatakan dalam menggunakan tindak tutur ilokusi deklaratif, penutur mengubah dunia melalui sebuah ujaran. Tidak hanya itu Yule melanjutkan (1996:53)‟‟ the speaker has to have a special institutional role, in spesific context in order to perform a declaration properly‟‟. Menurut Yule, ketika penutur menuturkan tuturan deklarasi maka harus memiliki peranan insitusional yang khusus sehingga tuturan tersebut dapat dititurkan secara tepat.
2.4 Implikatur Setiap tuturan yang diucapkan oleh penutur tentunya memiliki tujuan ataupun makna yang diinginkan penutur terhadap mitra tutur. Dalam setiap peristiwa yang dituturkan, seorang penutur mungkin saja memaparkan sebuah makna yang tersirat berbeda dengan apa yang dituturkan ,peristiwa tersebut ini disebut implikatur. Teori implikatur telah banyak dikemukakan oleh para ahli bahasa seperti Paul Grice (1975) pada bukunya yang berjudul „‟Logic and Conversation‟‟ dan juga Yule (1996). Grice mengatakan (Jenny Thomas 1995:56) „‟ grice theory is an attempt as explaining how a hearer gets from what is said to what is meant, from the level of expressed meaning to the level implied meaning‟‟. Teori grice mengaitkan apa yang di dapatkan dengan apa yang dimaksudkan oleh mitra tutur, mulai dari
tingkat makna yang diungkapkan hingga pada makna tersirat. Selain oleh Grice, Yule memberikan contoh dan mengatakan seperti berikut (1996:35). [18] A hamburger is hamburger „‟ when the listener hears the expression in [18], she first has to assume that the speaker is being cooperative and intends to communicate something. That something must be more than just what words mean. It is an additional conveyed meaning, called an implicature „‟ Yule mengatakan ketika mitra tutur mendengar tuturan pada tuturan [18], pertama-pertama
ia
harus berasumsi bahwa pembicara sedang
berkerjasama dan bermaksud untuk menyampaikan sesuatu. Sesuatu tersebut harus lebih dari arti sebuah kata. Hal ini merupakan makna tambahan yang disampaikan, disebut implikatur. Selain itu, Levinson pada Nadar (2009:61) menyebut implikatur „‟ one of the single most important ideas in pragmatics‟‟ menurut Levinson implikatur sebagai gagasan terpenting dalam pragmatik. Levinson menjelaskan dalam Nadar (2009:61) bahwa salah satu alasan penting mengapa implikatur menjadi salah satu gagasan penting dalam pragmatik adalah „‟ provides some explicitaccount of how it is possible to mean more than what is actually said‟‟. Levinson mengatakan bahwa implikatur memberikan penjelasan eksplisit tentang cara bagaimana dapat mengimplikasikan lebih
banyak dari pada apa yang dituturkan. Lebih lanjut Levinson dalam Nadar(2009:61) memberikan contoh sebagai berikut : 19. Can you tell me the time? di jawab „‟ Well, the milkman has come‟‟. Jawaban yang diberikan oleh penutur nampaknya tidak relevan dengan permintaan informasi mengenai waktu, namun penutur jawaban tersebut sebenarnya ingin mengatakan bahwa yang bersangkutan tidak secara tepat mengetahui pada saat itu pukul berapa. Dalam konteks ini, nampaknya penutur sudah sama-sama tau pukul berapa tukang susu biasanya datang. Grice
dalam (Thomas 1995:57)
membagi implikatur menjadi dua yakni:
conventional implicature dan conversational implicature. Konvensional implikatur merupakan implikatur percakapan yang diperoleh langsung dari langsung dari makna kata dan bersifat umum sehingga semua orang dapat memahami makna kata tersebut. Lebih lanjut Yule menambahkan (1996:45)‟‟ …. Conventional implicatures are not based on the cooperative principle or the maxims. They don‟t have to occur in conversation, and they don‟t depend on special
contexts
for their interpretation‟‟.
Yule
mengatakan bahwa
konvensional implikatur tidak berdasarkan pada prinsip kerja sama dan maksim. Mereka tidak terjadi pada percakapan, dan tidak bergantung khusus pada konteks interpretasi mereka. Sedangkan, konversasional implikatur implikasinya diambil dari prinsip-prinsip percakapan. Grice mengatakan dalam
Thomas (1995:58) „‟ conversational implicature arises only in particular context of utterance‟‟ Grice mengatakan implikatur konversasional implikatur hanya muncul pada konteks ucapan tersebut. Implikatur ini merupakan proses interpretasi makna berdasarkan konteks. Implikatur tentunya memiliki ciri-ciri seperti yang diungkapkan oleh Grice (1975) bahwa implikatur memiliki lima ciri-ciri seperti berikut: a. Cancellable, ciri ini merupakan situasi dimana dalam keadaan tertentu dapat dibatalkan baik dengan cara eksplisit ataupun dengan cara kontekstual. b. Non-detachable, ciri ini ke tidak terpisahan dengan cara mengatakan sesuatu sehinnga orang memakai tuturan bermuatan implikatur percakapan untuk menyampaikan sesuatu. c. Nonconventional, merupakan implikatur percakapan yang mempersyaratkan makna konvensional tuturan tersebut. d. Calculable,
merupakan
implikatur
percakapan
tidak
tergantung pada apa yang dikatakan. e. Indeterminate, merupakan implikatur percakapan tidak dapat diberi penjelasan spesifik yang pasti sifatnya. Contoh implikatur yakni: 20. Erin: what he does is very sophisticated and cool, actually.
Maksud dari percakapan tersebut adalah Erin memuji karya dari seorang penulis lagu terkenal dia mengatakan bahwa penulis lagu tersebut sangat berbakat. Dari pernyataan pernyataan dari para ahli bahasa tersebut maka dapat disimpulkan bahwa implikatur percakapan merupakan merupakan proses percakapan yang membahas suatu tuturan yang dimaksudkan dan diartikan. 2.5 Makna Makna merupakan maksud atau pengertian pembicara yang tidak bisa dipisahkan dari semantik dan pragmatik. Menurut Saeed (1997:18) „‟ Meaning described in relation to speaker and hearers is pragmatics, meaning abstracted away from user is semantics‟‟.Saeed mengatakan bahwa makna menjelaskan hubungan antara penutur dan mitra tutur adalah pragmatik, makna yang jauh dari pengguna merupakan semantik. Pada pernyataan Saeed tersebut dapat disimpulkan bahwa makna melekat pada pragmatik, yakni makna menjelaskan hubungan antara penutur dan petutur. Tidak hanya itu makna tidak bisa dipisahkan dari penggunaan semantik yakni pengertian,maksud pada suatu kalimat. Pendapat ahli bahasa lainnya, “Meanings are ideas or concepts which can be transferred from the mind of the hearer by embodying them as they were, in the form of one language or another”(Lyons, 1981:136). Dalam
pernyataan Lyons tersebut dapat disimpulkan bahwa makna merupakan ide atau konsep yang berasal dari pikiran manusia dan diutarakan melalui bahasa. Pada definisi-definisi yang sudah disebutkan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa makna merupakan gagasan, maksud, ide dan konsep yang diwujudkan dalam bentuk ujaran dan tulisan. 2.5.1 Perwujudan Makna Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan perwujudan makna berdasarkan teori dari Larson yang membagi perwujudan makna kedalam dua jenis yakni: 2.5.1.1 Makna Eksplisit Makna eksplisit merupakan makna yang diutarakan secara gamblang, tegas dan beterus terang sehingga pendengar dapat dengan jelas mengerti maksud dan tujuan dari pernyataan yang di utarakan oleh penutur. Makna eksplisit menurut pendapat Larson (1983: 38) “explicit information, then, is the information which is overtly stated by lexical items and grammatical form. It is part of the surface structure form.” Menurutnya makna eksplisit merupakan informasi dengan unsur gramatikal yang jelas. Makna eksplisit tidak hanya muncul pada sebuah kalimat tapi juga muncul pada sebuah tindak tutur ilokusi. Menurut Van Rees (1992:15) „‟Illocutionary acts can be performed in various ways. Apart from an explicit form of performance it is also possible to distinguish implicit and indirect forms‟‟. Van Rees mengatakan tindak tutur
ilokusi dapat dilakukan dalam beberapa cara. Terpisah dari bentuk eksplisit dan bisa juga dibedakan pada bentuk implisit dan tidak langsung. Lebih lanjut Van Rees (1992:15) menyatakan „‟Explicit performance means that the act is completed with the help of linguistics expression the meaning of which is that by its very utterance the act concerned is performed‟‟.Van Ress mengatakan tindak eksplisit merupakan tindakan yang lengkap dengan bantuan pernyataan linguistik yang mana setiap tindakan berfokus pada ujaran. Contoh kalimat makna eksplisit yakni: 21. Kentri : How many people are coming to the Amel‟s party? Imel
: Ten
Dari contoh di atas Imel memberikan informasi yang lengkap atas pertanyaan diajukan oleh Kentri sehingga maksud dan informasinya dapat diterima dengan jelas. 2.5.1.2 Makna Implisit Makna implisit merupakan makna yang diutarakan secara jelas dan tersirat. Larson (1984: 34) menyatakan bahwa “implicit meaning is meaning that‟s not uttered but it‟s part of talking or the aim that will be conveyed by the speaker‟‟. Untuk mengetahui arti makna ini pendengar harus melakukan interpretasi, seperti halnya pendengar harus memperhatikan rujukan, konteks, tujuan dan keadaan. Dengan memahami rujukan, konteks, tujuan dan keadaan maka pendengar akan mudah mendapatkan interpretasi yang tepat.Makna implisit tidak hanya muncul pada sebuah kalimat tapi juga muncul pada sebuah tindak
tutur ilokusi. Menurut Rees (1992:15) „‟Illocutionary acts can be performed in various ways. Apart from an explicit form of performance it is also possible to distinguish implicit and indirect forms‟‟. Lebih lanjut Rees (1992:15) menyatakan „‟Implicit performance means that the act is completed without a linguistic expression being used the meaning of which is that by its very utterance the act concerned is performed. The utterance must possess certain syntactic and semantic characteristics which make it suitable for the performance of act in question‟‟. Makna implisit tidak hanya terdapat pada sebuah kalimat dan tindakan tapi juga pada informasi yang disampaikan. Larson menyatakan (1984:38)
„‟Some information, or meaning is left implicit because of the structure of the source language; some because it has already been included elsewhere in the text, and some because of shared information in the communication situation‟‟. Menurut Larson makna dan informasi bisa menjadi implisit karena struktur ataupun sumber bahasa itu sendiri: dan sebab lainnya yakni situasi pada saat berbagi informasi itu sendiri. Untuk memahami makna implisit maka mitra tutur harus memahami konteks, tidak hanya memahami konteks menurut Douglas (1999:7) „‟Knowledge is a continuous process of realization involving both the implicit and explicit‟‟. Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan umum sangat mempengaruhi proses realisasi baik implisit dan eksplisit.
Contoh dari kalimat makna implisit yakni: 22. Erin: Gloria? Please read the first sentence on the board Gloria: Why me? Erin: Because I know how much you love to read. Close the magazine
Percakapan tersebut mengandung makna implisit yang merupakan makna yang muncul secara tersirat sehingga mitra tutur harus memahami konteks dan rujukan dari percakapan tersebut. Tuturan yang disampaikan Erin tersebut menyatakan rasa kekecewaan Erin akan sikap Gloria yang tidak memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh Erin. Tuturan tersebut bermakna Gloria tidak akan mengerti akan apa yang disampaikan oleh Erin di kelas. Dengan definisi tentang makna implisit tersebut maka kita dapat simpulkan bahwa makna implisit merupakan makna yang tersirat dan untuk mengetahui arti dan memahami makna tersebut maka kita harus melakukan sebuah interpretasi dengan memahami rujukan dan konteks pembicaraan. Larson(1984: 34-37) membagi makna implisit menjadi tiga kelompok, yakni implicit
referential meaning, implicit organizational meaning, dan implicit situational meaning. a. Makna Referensial implisit (implicit referential meaning) Makna referensial implisit merupakan makna implisit yang mengacu pada
sebuah
benda.
Makna
ini
referensial
sangat
penting
dalam
mengintepretasikan makna karena jika tidak ada rujukan maka makna akan sulit dimengerti.
Menurut
Larson
(1984:36)‟‟Referential
meaning
is
what
communication is about. It is the information content‟‟. Dari penyataan Larson tersebut dapat disimpulkan bahwa rujukan tersebut merupakan bagian dari kontent sebuah informasi. Contohnya referensial implisit yakni pada kalimat „‟ There is table in my room‟‟. Kata „‟table‟‟ pada kalimat tersebut merujuk pada benda atau furnitur yang dipakai oleh manusia dan umumnya digunakan untuk menyimpan barang.Kita tahu bahwa meja merupakan sebuah benda karena kita pernah melihat wujudnya. Dari definisi diatas maka kita dapat menyimpulkan bahawa makna referensial
implisit
merupakan
rujukan
yang
sangat
penting
untuk
mengintrepretasikan makna itu sendiri. a. Makna Organisasional Implisit (Organisasional Implicit Meaning) Makna organisasional implisit merupakan makna yang rujukannya di rujuk kembali.Rujukan pada makna ini merupakan element pada bahasa internal dalam teks tersebut. Pengimplisitan makna organisasional dapat diwujudkan ke
dalam bentuk kalimat, yaitu : kalimat pasif, kalimat ellipsis dan subtitusi dalam kalimat (Larson 1984:40-41). b. Makna Situasional Implisit (Situational Implicit Meaning) Makna situasional implisit merupakan makna yang sedikit sulit untuk di mengerti. Menurut Larson (1984:37) „‟ the messages is produced in a given communication situation‟‟. Larson menjelaskan bahwa makna organisasional muncul
dari
situasi
ketika
ujaran
tersebut
diujarkan.
Lebih
lanjut
Larson(1984:37) „‟ the relationship between the writer or speaker and addressee will affect the communication‟‟. Dari pernyataan Larson dapat disimpulkan bahwa makna dapat muncul karena adanya hubungan antara ujaran dan situasi ujaran tersebut.
2.6 Konteks Ketika seorang penutur menuturkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan, terkadang tuturan tersebut sulit untuk dipahami oleh mitra tutur. Maka seorang mitra tutur harus memahami konteks pembicaraan tersebut. Konteks merupakan salah satu penunjang yang sangat penting untuk memperjelas suatu maksud, selain itu konteks merupakan suatu latar belakang pengetahuan yang dapat dipahami penutur dan mitra tutur. Menurut Mey dalam Nadar (1993:38) istilah konteks didefinisikan sebagai „‟the surrounding, in the widest sense, that enable the participants in the communication process to
interact, and that make the linguistic expressions of their interaction intelligible‟‟. Menurut mey situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami. Konteks sangat penting dalam pragmatik karena pragmatik merupakan studi yang mempelajari makna yang terikat dengan konteks. Dari pendapat ahli bahasa yang telah dinyatakan maka dapat disimpulkan bahwa konteks merupakan sarana untuk memperjelas suatu tuturan untuk mencapai maksud dan tujuan dari tuturan tersebut.