BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Menulis Menurut Nurgiyantoro (2001:191) bahwa menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola berbahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan”. Sedangkan menurut Tarigan (2008: 22) Bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Kedua pendapat tersebut sama-sama mengacu pada menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan aturan-aturan tertentu. Artinya segala ide, pikiran dan gagasan yang ada pada penulis disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang berpola. Melalui lambang-lambang tersebutlah pembaca dapat apa yang dikomunikasikan penulis. Menulis merupakan proses kreatif dalam menuangkan gagasan. Hal ini sejalan dengan pendapat Atar (2007:14) bahwa menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan”. Dalam pengertian ini menulis memiliki tiga aspek utama yaitu: 1) adanya tujuan atau maksdu tertentu yang hendak dicapai. 2) adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomuikasikan. 3) adanya sistem pemindahan gagasan, yaitu berupa sistem bahasa. Dalam kegiatan berbahasa, menulis melibatkan empat unsur, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, medium tulisan, serta
pembaca sebagai penerima pesan. Kegiatan menulis sebagai sebuah perilaku berbahasa memiliki fungsi dan tujuan: personal, interaksional, informatif, instrumental, heuristik, dan estetis. Menurut Suparno dan Yunus (2007: 1.3) mendefinisikan menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambing bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Hardini dan Puspitasari (2012: 203) menyatakan bahwa menulis merupakan kemampuan berkomukasi melalui bahasa yang tingkatannya paling tinggi. Kemampuan menulis menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Kemampuan menulis merupakan usaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ada pada diri seorang pemakai bahasa melalui bahasa tulis. Sebagai bahan dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan aktivitas berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-ulang. Mulyati (2007: 5.3) mengemukakan bahwa menulis adalah suatu proses berpikir dan menuangkan pemikiran dalam bentuk wacana atau karangan. Tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil pemikiran. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya. Mengemukakan gagasan secara tertulis tidaklah mudah. Menurut Akhadiah (dalam Depdiknas, 2009: 120) menulis merupakan aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan.
Disamping dituntut kemampuan berpikir yang memadai, juga dituntut sebagai aspek terkait lainnya misalnya penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis, motivasi yang kuat, paling tidak seorang penulis harus menguasai lima komponen yaitu, isi (materi), tulisan, organisasi tulisan, kebahasan (kaidah bahasa tulis), gaya penulisan dan mekanisme tulisme tulisan. Kegagalan dalam satu komponen mengakibatkan gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah adalah menurunkan atau melukiskan gambar-gambar grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut. 2.1.1 Tujuan Menulis Untuk mengetahui tujuan menulis maka penulis mengutip teori yang diungkapkan oleh Atar (2007: 14) yaitu sebagai berikut: 1. Untuk menceritakan sesuatu Menceritakan sesuatu kepada orang lain mempunyai maksud agar orang lain atau pembaca tahu tentang apa yang dialami yang bersangkutan. Pembaca tahu apa yang dimpikan, dikhayalkan, dan dipikirkan penulis. Dengan begitu terjadi kegiatan berbagi pengalaman, perasaan, dan pengetahuan. 2. Untuk memberikan petunjuk atau pengarahan Tujuan menulis yang kedua ialah memberikan petunjuk atau pengarahan. Bila seorang mengajari orang lain bagaimana mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar, berarti dia sedang member petunjuk atau pengarahan. 3. Untuk menjelaskan sesuatu
Apabila kita menghadapi atau membaca berbagai buku pelajaran, tentu kita akan merasakan bahwa buku itu berisi berbagai penjelasan. 4. Untuk meyakinkan Orang menulis adalah untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau pandangannya mengenai sesuatu. Mengapa seseorang perlu meyakinkan orang lain tentang pandangan atau buah pikirannya? Karena orang sering berbeda pendapat tentang banyak hal. 5. Untuk merangkum Biasanya orang menulis untuk merangkum sesuatu. Tujuan menulis semacam ini umumnya dijumpai pada kalangan siswa sekolah, baik yang berada di sekolah dasar, sekolah menengah mapun para mahasiswa yang berada diperguruan tinggi. Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan menulis adalah untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada para pembaca tentang berbagai macam informasi yang terkandung dalam sebuah tulisan yang dibacanya. 2.1.2 Manfaat Menulis Sedangkan menurut Yunus dan Suparno (2007: 1.4) menyatakan manfaat dari kegiatan menulis yaitu: 1) Peningkatan kecerdasan. 2) Pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas. 3) Penumbuhan keberanian. 4) Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Manfaat lain dari kegiatan menulis adalah manfaat menulis adalah: 1) Menulis menjernihkan pikiran. 2) Menulis mengatasi trauma. 3) Menulis
membantu mendapatkan dan mengingat informasi. 4) Menulis membantu memecahkan masalah. 5) Menulis membantu ketika kita harus menulis. 6) Orang yang rajin menulis akan semakin canggih dalam mentransfer gagasan ke dalam bentuk simbol-simbol. 7) Orang yang sudah terbiasa menulis bisa mengontrol distribusi gagasan menurut jumlah kata/kalimat yang digunakan. 8) Dengan menulis kita diajak untuk berpikir lebih runtut dan logis. 9) Orang yang terbiasa menulis akan lebih menyukai cara sederhana, supaya pembacanya mudah memahami. 10) Dengan menulis kita diajak untuk menggali lebih dalam ilmu kita. 11) Dengan menulis kita diajak untuk mengamati sesuatu secara lebih luas. 12) Dengan menulis kita diajak untuk menggali makna dari sebuah peristiwa. (http://fianzoner.blogspot.com) Dari beberapa manfaat di atas, penulis menyimpulkan bahwa manfaat dari membaca dapat memperoleh informasi tidak hanya dari lisan tetapi juga informasi berupa tulisan, serta menulis mempunyai peranan dalam memperluas pengetahuan seseorang dan sebagai wadah dalam menuangkan segala ide, gagasan, ideologi, dan imajinasi yang dimiliki seseorang. 2.1.3 Kegiatan Menulis Kegiatan menulis menurut Yunus dan Suparno (2007: 1.15) meliputi: a. Pra Menulis Tahap pra menulis merupakan langkah awal dalam menulis. Pada tahap ini, penulis melakukan kegiatan penggalian gagasan/ide, pendaftaran gagasan, dan pengurutan gagasan.
b. Saat Menulis Penyusunan draf ditulis berdasarkan gagasan-gagasan yang sudah diurutkan. Gagasan-gagasan ini diuraikan secara sistematis berdasarkan urutan yang sudah ditetapkan sebelumnya. c. Merevisi Gagasan yang telah digali dan didaftar oleh penulis diurutkan penulis secara sistematis. Sistematika gagasan diurutkan berdasarkan klasifikasi tertentu. d. Mengedit Tahap ini dapat dilakukan jika tulisan sudah selesai disusun. Draf disunting untuk diperbaiki dari segi bentuk dan isi. Bentuk tulisan yang disunting terkait dengan sistematika dan teknis penulisan. e. Mempublikasikan Kegiatan publikasi dapat dilakukan melalui media cetak dan elektronik. Media cetak dapat berupa buku, koran, majalah, jurnal, pamflet, booklet, selebaran, spanduk, dan baliho. Media elektronik dapat berupa televisi, radio, dan internet. Agar pelaksanaan pengajaran menulis dapat berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan perlu ditempuh berbagai cara dari yang termudah (sederhana) sampai yang sulit (komplek). Dalam Depdiknas (2002:41) dijelaskan bahwa langkah yang ditempuh untuk menulis adalah sebagai berikut. a. Pengenalan huruf Sebelum mengajarkan menulis tentunya guru terlebih dahulu mengenalkan bunyi tulisan atau huruf yang terdapat pada kata-kata dalam kalimat. Dalam
pengenalan ini siswa disuruh memperhatikan benar-benar bentuk tulisan dan pelafalannya, baik tulisan cetak/huruf lepas ataupun tegak bersambung. Pengenalan tulisan yang dimaksud ditekankan pada huruf yang baru dikenal siswa. Oleh karena itu, pelajaran menulis permulaan ini erat kaitannya dengan pelajaran membaca. Fungsi pengenalan ialah untuk melatih indera siswa dalam mengenal suatu tulisan. b. Latihan Agar siswa mengenal dan dapat menulis suatu tulisan dengan baik dan benar perlu diadakan latihan. Latihan dapat dilaksanakan dari yang mudah sampai yang sukar. Latihan yang dimaksud antara lain latihan memegang pensil dan sikap duduk, latihan gerakan tangan, menirukan dan menebalkan, menatap, menyalin, menulis halus/indah, dikte/imlak, melengkapi, menulis nama dan mengarang sederhana. Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis meliputi 1) Pra Menulis 2) Saat Menulis 3) Merevisi 4) Mengedit 5) Mempublikasikan. 2.1.4 Pengertian Karangan Menurut Dhiwie (2010: 1) karangan adalah suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Selanjutnya menurut Suparno dan Yunus (2007: 3.1) bahwa mengarang pada hakekatnya adalah mengungkapkan atau menyampaikan gagasan dengan
bahasa tulis. Dilihat dari keluasan dan keterinciannya, gagsan dalam karangan memiliki jenjang (hierarki) dan secara berjenjang pula gagasan itu dapat diungkapkan dalam dan dengan berbagai unsure bahasa. Secara umum aspek yang dapat dinilai dalam membuat karangan Suparno dan Yunus (2007: 3.2) di antaranya adalah seperti berikut ini. a. Aspek kebebasan 1) Isi 2) Penalaran/kelogisan dan ketajaman 3) Ketepatan dan kesesuaian 4) Teknik penyajian 5) Gaya penyajian dan bahasa 6) Keterbacaan/ kejelasan 7) Struktur 8) Ejaan, tanda baca 9) Pilihan kata b. Aspek penampilan dan sikap 1) Kesungguhan 2) Memikat pembaca 3) Hati-hati 4) Teliti 5) Bijaksana 6) Berani dan percaya diri.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa karangan adalah tulisan yang tersusun dengan teratur dari kata, kalimat, sampai paragraf yang saling berhubungan dan merupakan kesatuan yang utuh, dengan maksud menceritakan kejadiaan atau peristiwa, mempercakapkan sesuatu, dan tujuan lainya. 2.1.5 Manfaat Karangan Adapun menfaat dari sebuah karangan menurut Suparno dan Yunus (2007: 3.2) adalah 1. Karangan dapat menjernihkan pikiran. 2. Menulis karangan dapat mengatasi trauma. 3. Menulis karangan dapat membantu mendapatkan dan mengingat informasi. 4. Menulis karangan membantu memecahkan masalah. 5. Melatih berpikir tertib dan teratur karena menulis ikarangan harus mengikuti tata cara penulisan yang sudah ditentukan prosedur tertentu, metode dan teknik, aturan / kaidah standar, disajikan teratur, runtun dan tertib. 6. Memberikan gambaran tentang ide dan gagasan yang terdapat dalam karangan. 7. Dapat memahami isi dari karangan. Dari manfaat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat dari karangan adalah memberikan pengetahuan tentang isi dari karangan tersebut. 2.1.6 Pengertian Eksposisi Menurut Suparno dan Yunus (2007: 5.4) eksposisi berasal dari kata bahasa Inggris exposition yang berarti “membuka” atau “memulai”. karangan eksposisi
merupakan karangan yang bertujuan utama untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu. Dalam karangan eksposisi masalah yang dikomunikasikan
terutama
adalah
informasi.
Hal
atau
sesuatu
yang
dikomunikasikan terutama itu mungkin berupa: a) data factual, misalnya tentang suatu kondisi yang benar-benar terjadi atau bersifat historis, tentang bagaimana sesuatu (misalnya suatu mesin) bekerja, dan tentang bagaimana suatu operasi diperkenalkan. b) suatu analisis atau penafsiran yang objektif terhadap seperangkat fakta. c) mungkin sekali berupa fakta tentang seorang yang berpegang teguh pada suatu pendirian yang khusus, asalkan tujuan utamanya adalah untuk memberikan informasi. Seringkali eksposisi itu pendek dan sederhana. Misalnya petunjuk bagaimana menggunakan obat kulit. Atau dimana letak gedung pertemuan. Tidak jarang paparan itu panjang dan sukar. Misalnya, menguraikan teori/gagasan baru sesuatu, tetapi panjang atau pendek, sukar atau mudah, setiap eksposisi harus dipersipakan dengan seksama. Sebelum memaparkan sesuatu, kita harus memahami terlebih dahulu. Jika tidak, eksposisi kita menjadi kabur. 1. Langkah-langkah Penyusunan Eksposisi Suparno dan Yunus (2007: 5.7) mengemukakan langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam membuat eksposisi ialah sebagai berikut: 1) menentukan topik karangan, 2) menentukan tujuan penulisan, 3) merencanakan paparan dengan membuat kerangka yang lengkapdan tersusun baik.
2. Teknik Pengembangan Eksposisi Untuk mengembangkan karangan eksposisi ada beberapa teknik yang dapat kita gunakan. Teknik tersebut adalah: 1) teknik identifikasi, 2) teknik perbandingan, 3) teknik ilustrasi, 4) teknik klasifikasi, 5) teknik definisi, 6) teknik analisis, Keraf (dalam Suparno dan Yunus, 2007: 5.9). Berdasarkan teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa eksposisi merupakan bentuk karangan yang menerangkan tentang sesuatu informasi. 2.1.7 Tujuan Eksposisi Menurut Aurigama (2012) bahwa eksposisi merupakan karangan yang bertujuan untuk menginformasikan tentang sesuatu atau menerangkan suatu topik kepada pembaca dengan tujuan memberikan informasi sehingga memperluas pengetahuan pembaca. Untuk memahaminya, pembaca perlu proses berpikir dan melibakan pengetahuan. Paragraf eksposisi umumnya menjawab pertanyaan apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana.Menginformasikan/menceritakan sesuatu yang tidak bisa dicapai oleh alat indera. Menurut Gie (2003 : 58) mengemukakan bahwa tujuan mengarang eksposisi sama dengan tujuan pengajaran bercakap – cakap hanya berbeda dengan bentuk tulisan, yaitu : a. Memperkaya pembendaharaan bahasa positif dan aktif b. Melatih melahirkan pikiran dan perasaan dengan tepat c. Latihan memaparkan pengalaman – pengalaman dengan tepat. d. Latihan – latihan penggunaan ejaan yang tepat (ingin menguasai bentuk bahasa).
Berdasarkan teori tersebur, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari karangan eksposisi adalah untuk memberikan informasi yang terkandung dalam sebuah karangan. 2.1.8 Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi Pembelajaran menulis karangan ekposisi tersebut umumnya mengacu pada KTSP yang diterbitkan oleh Depdiknas. Pembelajaran menulis karangan eksposisi diajarkan secara khusus yang tergabung dengan pokok bahasan menulis paragraf naratif dan deskriptif. Dalam penelitian ini peneliti hanya fokus pada manulis karangan eksposisi sebagai objek penelitian. Salah satu bahan pembelajaran bahasa Indonesia yang perlu dicermati dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah pembelajaran menulis karangan khususnya eksposisi. Pembelajaran karangan secara umum berbicara tentang siswa mampu manulis untuk mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk karangan (naratif, deskriptif, ekspositif). Dari standar itu kemudian dijabarkan dalam kompetensi dasar yakni siswa dapat menulis hasil observasi dalam bentuk karangan eksposisi. Berikut akan dijelaskan setiap teknik pengembangan dalam pembelajaran eksposisi yaitu: a. Teknik Identifikasi Teknik identifikasi adalah sebuah teknik pengembangan eksposisi yang menyebutkan ciri-ciri atau unsur-unsur yang membentuk suatu hal atau objek sehingga pembaca dapat mengenal objek itu dengan dan jelas. Sesuatu yang di
identifikasi dapat bersifat fisik atau konkret, dapat pula bersifat nonfisik atau abstrak. b. Teknik Perbandingan Pengembangan eksposisi dengan teknik perbandingan kita lakukan dengan mengemukakan uraian yang menbandingkan antara hal-hal yang kita tulis dengan sesuatu yang lain. Perbandingan ini kita lakukan dengan menunjukkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antara keduanya. c. Teknik Ilustrasi Dalam karangan eksposisi, teknik ilustrasi sering digunakan, karena teknik berusaha menunjukka contoh-contoh nyata. Baik contoh-contoh untuk pengertian yang konkret maupun contoh-contoh untuk menggambarkan yang abstrak. Contoh-contoh dalam ilustrasi berfungsi untuk mengkonkretkan suatu prinsip umum yang sudah diuraikan sebelumnya. Contoh-contoh yang dikemukakan harus bersifat menyakinkan. d. Teknik Klasifikasi Dalam pengembangan eksposisi, klasifikasi dapat menunjang kejelasan pokok msalah. Menurut Keraf (dalam Suparno dan Yunus, 2007: 5.17) klasifikasi bermanfaat untuk menyiapkan penjelasan penjelasan yang dibutuhkan eksposisi. e. Teknik Definisi Secara umum definisi itu adalah eksposisi terhadap arti kata-kata. Definisi merupakan penjelasan formal terhadap pembatasan-pembatasan arti-arti dengan tujuan untuk jelasnya komunikasi.
f. Teknik Analisis Analisis merupakan cara memecahkan suatu pokok masalah. Suatu pokok masalah dipecah menjadi bagian-bagian yang logis. 2.1.9 Pengertian Media Media berasal dari bahasa latin yang mempunyai arti antara. Menurut Hamzah Uno (2010:113) media adalah “Alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada penerima”. Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauman audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audiens (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan individu mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Djamarah dan Zain (2010: 120) bahwa kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Sedangkan Ibrahim dan Syaodih (2010: 112) mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media adalah alat bantu dalam mengajar adalah merupakan salah satu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. untuk itu siswa dapat termotivasi untuk lebih giat belajar. 2.1.10 Fungsi Media Fungsi media dalam proses pembelajaran menurut Mafrukhi (2003:5) adalah: 1) Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat Bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif 2) Penggunana media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. 3) Media pengajaran, penggunaannya dengan tujuan dari sisi pelajaran . 4) Penggunaan media bukan semata-mata alat hiburan, bukan sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa. 5) Penggunaan media dalam pengajaran lebih dituangkan untuk mempercepat proses belajar mengajar. 6) Pengunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. 2.1.11 Manfaat Media Adapun manfaat media seperti yang dikemukana oleh Mafrukhi (2003:8) bahwa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu:
1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2) Bahwa pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan pengajaran. 3) Melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran. 4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengar uraian guru tetapi juga aktivitas lain. 2.1.12 Pengertian Media Gambar Seri Media pembelajaran khususnya media gambar membantu guru dalam mengatur proses pengajarannya serta penggunaan waktu di kelas dengan bijak. Menurut Uno (2010: 119) media gambar adalah representasi visual dari orang, tempat ataupun benda yang diwujudkan di atas kanvas, kertas, atau bahan lain, baik dengan cara lukisan, gambar atau foto. Media pembelajaran yang biasa digunakan meliputi gambar, chart CD, VCD, TV dan sebagainya. Ketersediaan media disatu kelas akan memperngaruhi pembelajaran siswa dimana penempatan media sesuai akan mendukung proses penyampaian pembelajaran itu sendiri. Dalam kriteria pemilihan media disinggung bahwa media digunakan harus sesuai dengan taraf berfikir anak didik. Demikian pula dalam pembelajaran menulis karangan di SD. Penggunaan media gambar seri dirasakan sangat tepat untuk membantu siswa dalam keterampilan mengarang. Dengan melihat gambar, siswa dapat menarik isi kesimpulan dari gambar tersebut, kemudian dapat menguraikan dalam bentuk tulisan.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa cerita gambar seri adalah cara atau daya upaya dalam menyusun atau menulis suatu tulisan atau karangan dengan menerjemahkan isi pesan visual (gambar seri) ke dalam bentuk tulisan. 2.1.13 Karakteristik Media Gambar Seri Beberapa karakteristik media gambar seri menurut Gagne (dalam Sadiman, 2007:35) adalah: 1) Harus autentik, artinya dapat menggambarkan objek atau peristiwa seperti melihat langsung. 2) Sederhana, komposisisnya cukup jelas menunjukkan bagian-bagian pokok dalam gambar tersebut. 3) Ukuran gambar proporsional, sehingga siswa mudah membayangkan ukuran gambar yang sesungguhnya. 4) Memadukan antara keindahan dengan kesesuainya dengan mencapai pembelajaran. 5) Gambar harus message, tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus, hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 2.1.14 Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar Seri Setiap media yang digunakan dalam pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan media gambar seri menurut Uno (2010: 119) adalah sebagai berikut:
1) Kelebihan a) Menarik perhatian, pada umumnya semua orang senang melihat gambar. b) Sifatnya konkrit dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah jika disbandingkan dengan bahasa verbal. c) Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. d) Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. e) Memperjelas masalah bidang apa saja. f) Harganya murah dan mudah di dapat serta digunakan 2) Kekurangan a) Menampilkan indera mata. b) Ukurannya terbatas hanya dapat dilihat oleh sekelompok siswa. c) Gambar di interpretasikan secara personal dan subjektif. d) Gambar disajikan dalam ukurang yang sangat kecil sehingga sangat kecil dalam pembelajaran. Dengan demikian media gambar merupakan salah satu teknik media pembelajaran yang efektif karena mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas, kuat dan terpadu melalui pengungkapan kata-kata dan gambar. Atas dasar uraian tersebut diatas, hendaknya guru mau mempertimbangkan penggunaan media gambar seri didalam pelaksanaan proses belajar mengajar terutama dalam pengajaran menulis karangan. Karena dengan gambar dapat merangsang imajinasi seorang siswa supaya suka bercerita tentang gambar yang dilihatnya sehingga selanjutnya diharapkan siswa tersebut dapat mampu menulis karangan.
2.1.15 Penerapan Media Gambar Seri dalam Menulis Karangan Eksposisi Cara untuk menerapkan media gambar seri dalam menulis karangan ekspisisi dapat dilakukan sebagai berikut: 1.
Merangsang siswa untuk menulis karangan.
2.
Menampilkan gambar-gambar menarik dengan menyebutkan tema/judul dari gambar seri.
3.
Siswa menulis karangan berdasarkan gambar yang ditampilkan.
4.
Siswa melaporkan hasil karangannya sesuai gambar seri.
5.
Memberikan pertanyaan kepada siswa tentang isi/kesimpulan gambar seri.
6.
Memberi bantuan kepada siswa yang belum dapat menulis karangan eksposisi melalui gambar seri.
7.
Guru memberikan motivasi kepada siswa berupa penghargaan atas prestasi yang dicapai dalam pembelajaran.
8.
Kesimpulan/Penutup.
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian yang pernah ada sebelumnya dan ada relevansinya dengan topik penelitian ini dan dijadikan sebagai salah satu acuan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Maryani T. Permana dengan judul “Meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan melalui penggunaan media gambar seri di kelas V SDN Cibulan II Desa Cibulan Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka” hasil penelitian tersebut menunjukkan pada pelaksanaan tindakan siklus I siswa belum mencapai indikator. Sehingga
dilaksanakan siklus II sebagai refleksi dari siklus I. Pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 80.80 % atau indikator kinerja berhasil.