BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Adaptasi Adaptasi merupakan proses penyesuaian yang berkembang dalam sebuah struktur masyarakat dan lingkungan alam. Selanjutnya konsep adaptasi ini akan digunakan secara spesifik dalam kerangka pikir, sebagai analisis pembedah perubahan sosial, proses adaptasi merupakan salah satu bagian dari proses evolusi kebudayaan, yakni proses yang mencakup rangkaian usaha-usaha manusia untuk menyesuaikan diri atau memperoleh respon terhadap perubahan lingkungan fisik maupun sosial, Perubahan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap adaptasi manusia adalah perubahan lingkungan yang berupa bencana, yaitu kejadian yang menjadi ancaman terhadap kelangsungan hidup organisme termasuk disini adalah manusia. Adaptasi manusia dapat dilihat secara fungsional dan prosesual. Adaptasi fungsional merupakan respon suatu organism atau sistem yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi stabil (homostatis). Sedangkan adaptasi prosesual merupakan sistem tingkah laku yang dibentuk sebagai akibat dari proses penyesuaian manusia terhadap perubahan-perubahan lingkungan disekitarnya. Strategi adaptasi lain, dilakukan dengan menciptakan, mengembangkan dan memelihara hubungan-hubungan sosial yang telah membentuk suatu jaringan sosial. Fungsi jaringan sosial adalah untuk memudahkan anggota-anggotanya memperoleh akses ke
sumber daya ekonomi yang tersedia di lingkungannya. Jaringan sosial dapat dibentuk berdasarkan basis kerabat, tetangga, pertemanan, atau campuran dari unsur-unsur tersebut.1
2.2. Teknologi Pertanian Teknologi pertanian adalah merupakan penerapan prinsip-prinsip matematika dan ilmu pengetahuan alam dalam rangka pendayagunaan secara ekonomis sumberdaya pertanian dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan manusia, teknologi pertanian antara lain adalah sebagai alat dan mesin budidaya pertanian, mempelajari penggunaan, pemeliharaan dan pengembangan alat dan mesin budidaya pertanian, baik bahan-bahan kimia dan juga alat-alat teknologi modern, yang bisa membantu kehidupan masyarakat petani. Teknologi pertanian sebagai ilmu pengetahuan praktik-empirik yang bersifat pragmatik finalistik, dilandasi Bahan mekanistik dengan penekanan pada obyek formal kerekayasaan dalam pembuatan dan penerapan peralatan, bangunan lingkungan, sistem produksi serta pengolahan dan pengamanan hasil produksi.2 Teknologi dalam usaha pertanian selalu berubah sesuai dengan situasi dan kondisi. Teknolgi yang di pilih tentu harus mempunyai persyaratan tertentu dan tidak asal alat atau mesin teknologi yang di inginkan, sebaiknya alat-alat dan atau mesin atau teknologi yang di
1
2
Sugihardjo, Dkk. Strategi Bertahan dan Strategi Adaptasi Petani Samin Terhadap Dunia Luar, Jurnal Program Sudi Agribisnis, Fakultas Pertanian UNS, 2012, hlm 145 Soeprodjo. 1994. Pengembangan Bidang Ilmu dalam Disiplin Teknologi Pertanian. Konsorsium Ilmu-Ilmu Pertanian, Direktorat Jendral Perguruan Tinggi, Depdikbud. Jakarta.
harapkan adalah teknologi yang mampu menghemat sumberdaya, mampu menghemat penggunaan sarana produksi, mampu meningkatkan produktivitas kerja dan mampu memperbaiki efisiensi pemasaran.3 Pertanian sebagai suatu subsistem dalam kehidupan manusia bertujuan untuk menghasilkan bahan nabati dan hewani termasuk biota akuatik (perairan) dengan penggunaan sumberdaya alam dan perairan secara efektif dan efisien dalam rangka untuk mencapai kesejahteraan hidup manusia dan kelestarian daya dukung lingkungan.
2.3. Desa dan Pertanian Desa sebagai tempat untuk menetap atau bermukim memang berhubungan dengan Pertanian. Sebab cocok tanam, berbeda dengan perburuan memaksa orang tinggal di suatu tempat untuk memelihara tanaman dan menunggui hasil panennya. Erat kaitan antara eksistensi desa dan pertanian ini menyebabkan orang cenderung mengidentifikasikan desa dengan pertanian. Pendapat umum bahwa masyarakat desa adalah petani dan petani adalah masyarakat desa. Kenyataan bahwa ada pula desa-desa non-pertanian, seringkali diabaikan. Dalam perkembangan yang terjadi saat ini, terutama di Negara-negara industri maju (seperti Amerika Serikat dan Beberapa Negara Eopa Barat), semakin terlihat adanya kecenderungan bahwa desa tidak lagi identik dengan pertanian. Di kawasan ini,
3
Lihat, http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_pertanian, 25-2-2013, 1 :25
kebanyakan desa tidak lagi tergantung pada sector pertanian. Beberapa di antara desa-desa itu ada yang petaninya tinggal sepersepuluh dari seluruh penduduk desa. Bahkan ada pula petani-petani yang berasal dai kota. Sifat pertaniannya juga berger menjadi suatu bisnis modern, dalam mana pertanian lebih merupakan sarana untuk mengejar keuntungan dari pada sebagai suatu cara hidup (way of life). Desa sebagai “Setiap pemukiman sebagai petani (Peasent)”. Faktor pertanian bukanlah ciri yang selalu harus terlekat pada setiap masyarakat desa. Ciri utama yang terlekat pada desa adalah fungsi sebagai tempat tinggal (Menetap) Prespeksi Ekologisme merupakan kerangka wawasan tepat untuk menyimak determinasi faktor pertanian terhadap kehidupan-kehidupan masyarakat desa (masyarakat Petani khususnya) yang belum memiliki tingkat teknologi yang tinggi (modern). Untuk masyarakat petani yang sudah menggunakan teknologi dan sitem pertanian yang modern, kerangka wawasan yang lebih tepat adalah Iprespeksi materialisme. Dalam perspeksi ini, sistem produksi pertanian yang telah kompleks, dengan teknologi modern dan orientasinya pada keuntungan, di lihat sebagai dasar yang menetukan bagi corak kehidupan masyarakat desa/Petani.4 2.4. Perubahan Sosial Setiap masyarakat Manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan, yang berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Adapula 4
Rahadjo. pengantar sosiolog pedesaan dan pertanian. Yogyakarta: Gadjah mada University press, 2010, hlm 29
perubahan-perubahannya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, tetapi adajuga yang berjalan dengan cepat.
Perubahan-perubahan
masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebaginya. Perubahan-perubahan pada lembagalembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.5 Perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, tumbuhnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis menyebabkan timbulnya perubahan dalam hubungan antara buruh dengan majikan, yang kemudian menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi politik.6 Berdasarkan pendapat diatas dapatlah dimengerti bahwa yang dimaksud dengan perubahan sosial adalah yang terjadi didalam masyarakat meliputi perubahan struktur, system dan organisasi sosial sebagai akibat adanya modifikasi pola-pola kehidupan manusia, yang dipengaruhi oleh adanya faktor kebutuhan interen dan eksteren Masyarakat itu sendiri. Perubahan tersebut diatas terjadi terus-menerus, oleh karena pada berbagai tahapan dari kehidupan sosial. Perubahan itu sendiri wujudnya, senantiasa menyertai setiap
5 6
Soerjono, Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hlm 263 Ibid hlm 262
kehidupan masyarakat dimanapun ia berada, oleh karenanya tidak ada satu masyarakat pun yang tidak mengalami perubahan dalam sejarah perjalanan kehidupannya.7 2.3.1. Penemuan-Penemuan Baru Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi terjadi dalam jagka waktu yang tidak terlalu lama di sebut dengan inovasi atau innovastion. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsure kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat, dan cara-cara unsure kebudayaan baru tadi di terima, di pelajari, dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan-penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dapat di bedakan dalam pengertian-pengertian Discovery dan innovastion. Discovery
adalah
penemuan unsure kebudayaan yang baru, baik berupa alat, ataupun yang berupa gagasan yang di ciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para individu. Discovery Baru menjadi innovastion kalau masyarakat sudah mengakui, menerima serta menerapkan penemuan baru itu. Seringkali proses dari Discovery sampai ke innovastion membutuhkan suatu rangkaian penciptaan-penciptaan.8 Di dalam setiap masyarakat tertentu ada individu tertentu yang sadar akan adanya kekurangan dalam kebudayaan masyarakatnya di antara orang-orang tersebut banyak yang menerima kekurangan-kekurangan tersebut sebagai sesuatu hal yang harus di terima saja. 7 8
Dewi Wulansari. Sosiologi Konsep Dan Teori. Bandung: Refika Aditama, 2009, hlm 127 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hlm 276.
Orang lain tak puas dengan keadaan, tetapi memperbaiki keadaan tesebut. Keinginan akan kualitas juga merupaka pendorong bagi penciptaannya penemuan-penemuan baru. Keinginan untuk mempertinggi kualitas suatu karya merupakan pendorong untuk kemungkinan-kemungkinan ciptaan baru.9 2.3.2. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain Apabia sebab-sebab perubahan bersumber pada masyarakat lain, yaitu mungkin terjadi karena kebudayaan masyarakat lain melancarkan pengaruhnya. Hubungan yang di lakukan secara fisik antara dua masyarakat mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbale balik. Artinya, masing-masing masyarakat mempengaruhi masyarakat lainnya, tetapi juga menerima pengaruh dari masyarakat yang lain itu. Namun, apabila hubungan tesebut berjalan melalui alat-alat komonikasi massa, ada kemungkinan pengaruh itu hanya datang dari satu pihak saja, yaitu dari masyarakat pengguna alat-alat komonikasi tersebut. sementara itu, pihak lain hanya menerima pegaruh tanpa mempunyai kesempatan memberikan pengaruh balik. Apabilah pengaruh masyarakat tersebut di terima tidak karena paksaan. Proses penerimaan pengaruh kebudayaan asing di dalam antropologi budaya di sebuat akulturasi.10
Apabila salah satu dari kebudayaan yang bertemu mempunyai taraf teknologi yang lebih tinggi, maka yang terjadi adalah proses imitasi, yaitu peniruan unsur9 10
Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hlm 277. Ibid hlm 282.
unsur kebudayaan lain. Mula-mula unsur-unsur tersebut di tambahkan pada kebudayaan asli. Akan tetapi lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli di ubah dan diganti oleh unsurunsur kebudayaan asing tersebut.