perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. TINJAUAN UMUM MOVIE I. Definisi Movie Sebuah film, juga disebut gambar bergerak, adalah serangkaian gambardiam atau bergerak. Kata lain dari movie juga bisa disebut dengan sebutan sinematografi. Hal ini dihasilkan oleh rekaman gambar fotografi dengan kamera, atau dengan membuat gambar menggunakan teknik animasi atau efek visual.Proses pembuatan film telah berkembang menjadi sebuah bentuk seni dan industri. Film adalah artefak budaya yang diciptakan oleh budaya tertentu yang mencerminkan budaya, yang pada gilirannya mempengaruhi mereka. Film ini dianggap sebagai bentuk seni yang penting, sumber hiburan populer dan metode yang kuat untuk mendidik – atau mengindoktrinasi – warga negara. Unsur-unsur visual dari bioskop memberikan gambar gerakan universal kekuatan komunikasi. Beberapa film telah menjadi pertunjukkan populer di seluruh dunia menggunakan dubbing atau sub judul yang menerjemahkan dialog dalam bahasa penonton.(www wordpres.definisi/film)
Gambar II.1 (Gambar rol film)
Film terdiri dari serangkaian gambar individu yang disebut frame. Ketika gambar-gambar yang ditampilkan dengan cepat ke dalam layar, Penonton tidak dapat melihat flicker antara frame karena efek yang dikenal sebagai persistence of vision, dimana mata mempertahankan citra visual untuk sepersekian detik setelah dihapus. Penonton dapat melihat gerakan karena efek psikologis yang disebut beta movement.Nama “film” commit to user berasal dari film fotografi (juga disebut stock film). secara historis menjadi
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
media utama untuk merekam dan menampilkan gambar bergerak. Banyak istilah
lainnya
yang
termasuk picture, picture
ada
untuk
show, moving
sebuah
individual
film,
picture, photo-play dan flick.
istilah umum untuk sebutan film Amerika Serikat adalah Movie, sementara di Eropa sebutan film lebih disukai. II.
Sejara Film Menurut para teoritikus film, film yang kita kenal sekarang ini merupakanperkembangan
dari
fotografi yangdiciptakan
oleh Joseph
Nicephore Niepce dari Perancis pada tahun 1826.Bila dikaitkan dengan gambar bergerak, maka terciptanya film bermula dari suatu pertanyaan unik, “Apakah keempat kaki kuda pada suatu saat berada pada posisi melayang secara bersamaan ketika berlari?” Untuk menjawab pertanyaan ini, tahun 1878 Edward Muybridge dari Standford University, Inggris, membuat serentetan 16 foto (frame) kuda yang sedang berlari. Kemudian, ketika foto kuda berlari tersebut dilihat secara berurutan dalam kecepatan tertentu terjadilah gerakan kuda berlari. Inilah gambar rekaman bergerak pertama
yang
diciptakan
di
dunia
Untuk
mempertunjukkan
gambar rekaman bergeraknya selama perjalanan kuliahnya ke berbagai tempat
Edward
Muybridge
menciptakanZoopraxiscope. Berdasarkan
ciptaannya ini, Edward Muybridge disebut sbagai pencipta gambar rekaman
bergerak/film
pertama (motion
picture).http://www.wildwestweb.net/ (09/02/2010)
Gambar II.2 (16 foto (frame) kuda to yang sedang berlari) commit user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Zoopraxiscope Zoopraxiscope atau putaran roda yang menghidupkan (wheel of life) pertama kali dipatenkan tahun 1867 di USA oleh William Lincoln, gambar atau foto yang bergerak dilihat melalui lobang kecil pada zoopraxiscope. Tapi alat ini jauh dari film yang kita kenal sekarang.Kalau terciptanya film bermula dari pertanyaan unik tentang kaki kuda, maka industri film dimulai dengan “orang bersin” seperti dikatakan Bob Thomas dalam bukunyaKing Cohn, Biografi Pendiri Columbia PicturesPada mulanya sederhana saja. Thomas Alva Edison membuat gambar hidup memperlihatkan Fred Ott yang sedang bersin., maka lahirlah sebuah industri . Bayar uang satu sen, film diputar, silahkan lihat betapa lucunya orang itu bersin. Orang berduyun-duyun menuju salon kinestope, berdesak-desakan untuk selama satu menit menonton gambar yang bergerak.
Gambar II.3 (Zoopraxiscope)
Kinematoscope Edison Pertunjukan ini kemudian popular di seluruh Amerika Serikat, bahkan terus menyebar ke luar negri, terutama Eropa. Di antara pengagum pertunjukan
ini
adalah
kakak
beradik Auguste
Lumiere dan Louis
Lumiere dari Perancis yang kemudian terkenal dengan sebutan Lumiere Bersaudara.Film
modern
seperti
sekarang
ini
dimulai
setelah
ditemukannya kamera film olehLouis Lumiere. Dia dianggap sebagai orang
pertama
yang
menciptakan
kamera
film(motion
picture
camera) pada tahun 1865 (walaupun sebenarnya, beberapa orang juga commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya;Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid.Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap
lensa.
padapenggunaan
Pada media
generasi digital
berikutnya elektronik
fotografi sebagai
bergeser penyimpan
gambar.Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya.Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah film cerita dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog maupun digital. Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yang mengacu pada bentuk karya seniaudio-visual. Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya.Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa.Pada generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media digital elektronik commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya. Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah filmcerita dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid,
analog
maupun
digital.Perkembangan
teknologi
media
penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yeng mengacu pada bentuk karya seniaudio-visual. Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya.
Poster pertunjukkan film Thomas
Alva
Edison
juga
menyelenggarakan
bioskop (vitascope) di New York, Amerika Serikat, pada tanggal 23 April 1896. Kemudian film dan bioskop ini terselenggara pula di Inggris (Februari 1896), Uni Sovyet (1896), Jepang (1896-1897), Korea (1903), Italia
(1905),
Indonesia
(1900,
film
pertama
diputar
di
Batavia).Pertunjukan film di ruangan gelap akhirnya menyebar ke seluruh dunia.
Sekitar
tahun
1905,
pertunjukan
film
dengan
sebutan nicleodeontumbuh subur di Amerika Serikat (penonton membayar satu nicle, sedangkan odeonkata Latin yang berarti gedung pertunjukan kecil). Film-filmyang dipertunjukkan sudah merupakan cerita, tapi masa putarnya masih pendek, sekitar sepuluh menitan. commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sejarah Film di Indonesia Di Indonesia, film pertama kali diperkenalkan pada tanggal 5 Desember 1900 di Batavia (Jakarta). Pada masa itu film disebut “gambar idup”. Pertunjukan film pertama digelar di Tanah Abang, sebuah film dokumenter yang mempertunjukkan perjalanan ratu dan raja Belanda di Den Haag. Pertunjukkan pertama ini kurang berhasil karena harga karcisnya dianggap terlalu mahalFilm cerita pertama kali dikenal di Indonesia pada tahun 1900 yang diimpor dari Amerika. Film-film impor ini berubah judul ke dalam bahasa Melayu. Film lokal pertama kali diproduksi pada tahun 1926. Sebuah film cerita yang masih bisu. Sementara film luar negeri sudah bersuara. Film pertama dibuat oleh NV Java Film Compahy di Bandung dengan judul “Loetoeng Kasaroeng” (1926). Berikutnya adalah film “Eulis Atjih” diproduksi oleh perusahaan yang sama. Kemudian muncul perusahaan film lainnya, seperti Halimun Film Bandung yang membuat “Lily van Java dan central Film Coy. (Semarang) yang membuat “Setangan Berloemoer Darah”Film bersuara pertama adalah film “Nyai Dasima” (Jakarta, 1031), disusul kemudian “Zuster Theresia” (Bandung, 1932). Selama kurun waktu 1926-1931 tercatat 21 judul film (bisu dan bersuara) diproduksi. Jumlah bioskop meningkat dengan pesat.
III.
Perkembangan Film Perkembangan film memiliki perjalanan cukup panjang hingga
pada akhirnya menjadi seperti film di masa kini yang kaya dengan efek, dan sangat mudah didapatkan sebagai media hiburan. Perkembangan film dimulai
ketika
digunakannya
alat kinetoskop temuan Thomas
Alfa
Edison yang pada masa itu digunakan oleh penonton individual. Film awal masih bisu dan tidak berwarna. Pemutaran film di bioskop untuk pertama kalinya
dilakukan
film Hollywood yang merajadi industri
pada pertama
awal kali,
perfilman populer
1927 teknologi sudah
cukup
abad
20,
bahkan secara
mumpuni
hingga hingga
global.
untuk
industri saat
Pada
ini tahun
memproduksi film
bicara yang dialognya dapat didengar commit to user secara langsung, namun masih
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hitam-putih. Hingga pada 1937 teknologi film sudah mampu memproduksi film berwarna yang lebih menarik dan diikuti dengan alur cerita yang mulai populer. Pada tahun1970-an, film sudah bisa direkam dalam jumlah massal dengan menggunakan videotape yang kemudian dijual. Tahun 1980-an
ditemukan
teknologi laser
disc,
lalu VCD dan
kemudian
menyusul teknologi DVD. Hingga saat ini digital movie yang lebih praktis banyak digemari sehingga semakin menjadikan popularitas film meningkat dan film menjadi semakin dekat dengan keserarian masyarakat modern. a. Klasifikasi Film Seiring berkembangnya dunia perfilman, semakin banyak film yang diproduksi dengan corak yang berbeda-beda. Secara garis besar, film dapat diklasifikasikan berdasarkan cerita, orientasi pembuatan, dan berdasarkan genre.Berdasarkan cerita, film dapat dibedakan antara film Fiksi dan Non-Fiksi. Fiksi merupakan film yang dibuat berdasarkan imajinasi manusia, dengan kata lain film ini tidak didasarkan pada kejadian nyata. Kemudian film Non-Fiksi yang pembuatannya diilhami oleh suatu kejadian yang benar-benar terjadi yang kemudian dimasukkan unsur-unsur sinematografis dengan penambahan efek-efek tertentu seperti efek suara, musik, cahaya, komputerisasi, skenario atau naskah yang memikat dan lain sebagainya untuk mendukung daya tarik film Non-Fiksi tersebut. Contoh film non-fiksi misalnya film The Iron Lady yang diilhami dari kehidupan Margaret
Thatcher.Kemudian
berdasarkan
orientasi
pembuatannya, film dapat digolongkan dalam film komersial dan nonkomersial. Film komersial, orientasi pembuatannya adalah bisnis dan mengejar keuntungan. Dalam klasifikasi ini, film memang dijadikan sebagai komoditas industrialisasi. Sehingga film dibuat sedemikian rupa agar memiliki nilai jual dan menarik untuk disimak oleh berbagai lapisan khalayak. Film komersial biasanya lebih ringan, atraktif, dan mudah dimengerti agar lebih banyak orang yang berminat untuk menyaksikannya. Berbeda commit to userdengan film non-komersial yang
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bukan berorientasi bisnis. Dengan kata lain, film non-komersial ini dibuat bukan dalam rangka mengejar target keuntungan dan azasnya bukan untuk menjadikan film sebagai komoditas, melainkan murni sebagai seni dalam menyampaikan suatu pesan dan sarat akan tujuan. Karena bukan dibuat atas dasar kepentingan bisnis dan keuntungan, maka biasanya segmentasi penonton film non-komersial juga terbatas. Contoh film non-komersial misalnya berupa film propaganda, yang dibuat dengan tujuan mempengaruhi pola pikir massal agar sesuai dengan pesan yang berusaha disampaikan. Di Indonesia sendiri contoh film propaganda yang cukup melegenda adalah film G30S/PKI. Atau film dokumenter yang mengangkat suatu tema khusus, misalnya dokumentasi kehidupan flora dan fauna atau dokumentasi yang mengangkat kehidupan anak jalanan, dan lain sebagainya. Selain itu, beberapa film yang memang dibuat bukan untuk tujuan bisnis, justru dibuat dengan tujuan untuk meraih penghargaan tertentu di bidang perfilman dan sinematografi. Film seperti ini biasanya memiliki pesan moral yag sangat mendalam, estetika yang diperhatikan detaildetailnya, dengan skenario yang disusun sedemikian rupa agar setiap gerakan dan perkataannya dapat mengandung makna yang begitu kaya. Film seperti ini biasanya tidak mudah dicerna oleh banyak orang, karena memang sasaran pembuatannya bukan berdasarkan tuntutan pasar. Seni, estetika, dan makna merupakan tolok ukur pembuatan film seperti ini. Contohnya di Indonesia seperti film Pasir Berbisik yang di produseri oleh Christine Hakim dan Daun di Atas Bantal yang berkisah mengenai kehidupan anak jalanan.Kemudian klasifikasi berdasarkan genre film itu sendiri. Terdapat beragam genre film yang biasa dikenal masyarakat selama ini, diantaranya:
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Action
Komedi
Drama
Petualangan
Epik
Musikal
Perang
Science Fiction
Pop
Horror
Gangster
Thriller
Fantasi
Disaster / Bencana
b. Industrialisasi Film
Studio besar industri film Terdapat delapan delapan produser film raksasa yang selama ini sudah merajai industri perfilman dunia, diantaranya o Columbia o Fox o MGM o Paramount o Universal o Warner Brothers o Buena Vista (Disney) o TriStar (Sony) Mereka
merupakan
bagian
dari
integrasi
vertikal konglomerasi yang mendominasi distribusi dan produksi film. Masing-masing perusahaan memiliki kemampuan untuk memproduksi
15
hingga
25
film
setiap
tahun.
Namun
sesungguhnya perusahaan produksi film tersebut telah mengurangi commit to user produktivitasnya dengan memproduksi lebih sedikit film pada 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kisaran tahun 2008-2009 dan menjadi lebih konservatif dan berhati-hati dalam segala keputusan distribusi dan produksi mereka. Sekarang, perusahaan besar berani menginvestasikan ratarata sekitar US$66.000.000 perfilm, ditambah biaya pengiklanan dan promosi sekitar rata-rata US$36.000.0000. Nama-nama aktor dan sutradara papan atas juga menjadi perhitungan sumber profit mereka yang dipersentasikan melalui permintaan pasar. Nama besar
aktor
seperti Johnny
Deppmisalnya,
yang
mampu
menghasilkan US$ 50.000.000 pada akhir kesusksesan sebuah film serta tambahan keuntungan sekitar US$ 20.000.000 hanya dengan penampilannya saja. Maka angka pertaruhannya sangat tinggi, sehingga tuntutan untuk mampu memproduksi film-film big hits menjadi sangat besar.Sebuah perusahaan muda, DreamWorks, yang dirintis oleh Steven Spielberg pada 1995 kini juga sudah menuai sukses dalam bidang film animasi, namun masih harus menghadapi persaingan ketat dalam pangsa yang lain. Kesuksesan produksifilm Shrek dan Madagascar kontan menjadikan DreamWorks sebagai
kompetitor
yang
layak
diperhitungkan oleh PixarStudio, yang memproduksi film-film animasi populer, terutama film-film animasi keluaran Disney. B. Tinjauan High Tech Architecture I.
Definisi High Tech Architecture High-Tech Merupakan suatu aliran dalam arsitektur yang terpengaruh oleh kemajuan teknologi industri. Pertama dimulai pada tahun 1970, High Tech sering digunakan sebagai bentuk perlawanan oleh para arsitek yang menganggapbahwa mode / trend / fashionable sebagai suatu teknologi alternatif. Para arsitek menganggap bahwa High Tech sebenarnya adalah penggunaan teknologi yang tepat pada bangunan. Secara umum high-tech adalah sistem penggunaan teknologi tinggi, akan tetapi pada kenyataannya high-tech memiliki pengertian yang tidak terbatas dan tidak hanya dengan memandang high-tech commit to user tinggi mengingat perkembangan sebagai bentuk penggunaan teknologi
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
teknologi selalu mengalami siklus penyempurnaan hingga ke fase yang lebih tinggi (canggih) sehingga pandangan umum ini tidak pernah memunculkan kesimpulan yang pasti dan tepat.Dalam arsitekture sangat banyak digunakan istilah high-tech untuk menginterpretasikan sebuah sistem teknologi yang digunakan pada suatu bangunan dan semakin populer digunakan pada awal 1970 untuk menggambarkan keberhasilan teknologi canggih yang dicapai pada saat itu seperti yang terlihat pada arsitekture pusat Geogers Pompidou, Paris (1972) karya Renzo piano dan Richard Rogers yang memperlihatkan penggunaan material – material kaca dan logam dengan mengekspose secara transparan bentuk bentuk jaringan dalam bangunan serta berbagai fungsi-fungsi layanan seperti escalator, walkways, dan ornament – ornament diluar gedung. Dalam sejarah perkembangannya istilah High-tech masih tetap digunakan sejak pertama kali muncul pada awal 1970-an hingga sekarangdengan perkembangan teknologi dan semakin tinggi dan kompleks (canggih), hal ini memperlihatkan tidak adanya kelas khusus sebuah
teknologi
untuk
dikaitkan
sebagai
high-tech
mengingat
perkembangan teknologi selalu bergeser dari waktu ke waktu, namun berdasarkan sejarahnya istilah high-tech telah disimpulkan sebagai teknologi tercanggih saat ini (teknologi kekinian) yang diambil dari pengenaralisasian periode perkembangan teknologi dimana disepakati bahwa perkembangan teknologi yang dimulai pada tahun 1970 dikategorikan sebagai high-tech (teknologi tinggi) sehingga sistem teknologi pada era 1960 ke bawah telah dipertimbangkan saat sekarang untuk tidak memasukkan kedalam kategori high-tech dan peryataan yang paling baru (2006) bahwa semua penemuan teknologi dari tahun 2000 hingga kedepan dapat dianggap sebagai hight-tech (teknologi tinggi). (sumber : http://sites.google.com/site/architecsitefamily/high-tech-dalam-arsitektur)
II.
Prinsip High Tech Architecture Colin Davies (1988) menyebutkan ada 6 hal penting yang menjadi ciri dari arsitekture High Tech, Yaitu : commit to user 1. Inside-out (penampakan bagian luar – dalam) 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada bangunan High-Tech, struktur,serta servis dan utilitas dari suatu bangunan hampir selalu ditonjolkan pada eksteriornya baik dalam bentuk ornament ataupun sculpture. 2. Celebration of Process (Keberhasilan suatu perencanaan) High Tech menekankan pada pemahaman konstruksinya, bagaimana, mengapa dan apa dari suatu bangunan. Diantaranya hubungan dari struktur, pemakuan, Flanges, dan pipa-pipa salurannya, sehingga dapat dimengerti, baik oleh orang awam maupun ilmuwan. 3. Transparancy, Layering and Movement (Transparan, Pelapisan dan Pergerakan) Bangunan high tech selalu menampilkan ketiga unsur ini semaksimal mungkin. Karakter dari bangunan high tech dapat dilihat pada bangunan yang lebih luas material kaca (Transparan dan tembus cahaya), pelapisan pipa pipa jaringan utilitas (layering), alat transportasi bangunan seperti tangga, escalator atau lift (movement). 4. Flat Bright Colouring (Pewarnaan yang menyala dan merata) Warna cerah yang digunakan dalam bangunan high tech memiliki makna asosiatif, disamping dari segi fungsional untuk membedakan jenis struktur dan utilitas. Warna-warna merah, kuning, biru yang cerah merupakan warna dari benda-bendateknologi masa sekarang. Warna-warna ini kemudian diasosiasikan sebagai suatu elemen yang membatasi masa sekarang dan masa depan terhadap masa lalu. 5. A Lightweigh Filigree of TensileMember (Baja-baja tipis sebagai penguat) Baja-baja tipis yang bersilangan diibaratkan sebagai kolom Doric bagi high tech, dilihat dari penampakan dan penyusunan. Pengekspresian
dan
pengaplikasian
menurut
hierarki
yang
menjadikan kejelasan dari bagian-bagian tersebut. 6. Optimistic Cinfidence in Scientific Culture(Optimis terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi) Penggunaan High-tech merupakan harapan dimasa yang akan datang, meliputi penggunaan material, warna dan penemuan-penemuan baru lainnya. commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. TINJAUAN UMUM LOKASI Surakarta (Hanacaraka, juga disebut Solo adalah kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah, Indonesia yang berpenduduk 503.421 jiwa (2010) dan kepadatan penduduk 13.636/km2. Surakarta merupakan bisa dikatakan menjadi salah satu tujuan kota wisata yang sedang berkembang saat ini. Solo juga mempunyai potensi yang mampu memikat para wisatawan seperti keindahan alam, keunikan budaya dan kehidupan sosial masyarakat. Selain keindahan untuk dunia pariwisata, tentunya kota Surakarta membutuhkan tempat yang biasa dijumpai dikota-kota lain seperti public area yang menunjang untuk hiburan bagi masyarakat kota Surakarta. Dengan potensi dan kondisi yang dimiliki kota Surakarta sangat mendukung terhadap perkembangan dunia entertain, tentunya perencanaan Movie station yang terdapat dikota Surakarta akan memberi suatu wadah posistif terhadap kota Surakrata, antara lain : 1. Meningkatkan pemasukkan devisa negara terutama pemasukan daerah melalui pariwisata dan akomodasi. 2. Menyediakan area public yang dapat memenuhi kebutuhan, Baik untuk masyarakat sekitar atau Wisatawan asing dan lokal. 3. Meningkatkan nilai lingkungan kawasan dengan perencanaan desain yang sesuai. Menurut Letak dan Luas WilayahKota Surakarta terletak antara 110° 45’ 15” dan 110° 45’ 35” Bujur Timur dan antara 7° 35’ dan 7° 56’ Lintang selatan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Jogyakarta. Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan ”Kota SOLO” merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 92 m dari permukaan air laut dengan batas-batas administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara
:
Kabupaten Boyolali dan Karanganyar.
Sebelah Timur
:
Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo.
Sebelah Selatan
:
Kabupaten Sukoharjo.
Sebelah Barat
:
Kabupaten
danBoyolali.
Sukoharjo,
Karanganyar
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Lokasi yang ditentukan
Jl. Bhayangkara Jl. Bhayangkara merupakan ruas-ruas yang berfungsi sebagai jalan Kolektor Primer, yaitu yang menghubungkan Kota Surakarta dengan Kota Wonogiri.Yang dimaksud sebagai jln kolektor primer adalah alan yang terdapat dibagian jalan arteri primer. Jln bhayangkara terletak dekat dengan jln slamet riyadi yang menurut RUTRK adalah jalan areteri primer.
Alasan Jln.Selamet Riyadi merupakan salah satu jlan arteri primer yang terdapat di kota surakarta, volume kendaraan yang melintasi jalan tersebut juga sangat ramai, sedangkan jalan.Bhayangkara adalah salag satu jalan kolektor primer yang terdapat sangat dekat dengan Jln.Selamet riyadi. Walaupun jln bhyangkara merupaan jln kolektor primer namun jln bhayangkara cukup strategis untuk ditemukan dikarnakan lokasinya yang sangat berdekatan dengan Jln selamet riyadi yang menjadi jalan arteri primer.
D. TINJAUAN INTERIOR PERANCANGAN MOVIE STATION I. Pengertian Desain Movie Music Station a. Desain adalah aktivitas pemecahan masalah secara visual (desain sebagai proses) berdasarkan beberapa pertimbangan yang diwujudkan (desain sebagai wujud) untuk memenuhi berbagai kepentingan secara optimal. b. Interior
adalah
bagian
dalam
dari
bangunan
apapun
dan
bagaimanapun bentuk bangunan itu dibatasi oleh lantai,dinding dan plafon (Suptandar 1999:9). c. Interior adalah tatanan perabot didalam ruang dalam dari sebuah gedung. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, cetakan , 1990, halamn 331) d. Desain Interior adalah salah satu bidang studi keilmuan yang diasarkan pada ilmu commit desain.toBidang user keilmuan ini bertujuan untuk
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat menciptakan suatu lingkungan binaan (ruang dalam) beserta elemen-elemen pendukungnya, baik fisik maupun non fisik, sehingga kualitas kehidupan manusia yang berada didalamnya menjadi lebih baik. Ada tiga hal utama yang menjadi kajian dalam desain interior, yaitu ruang, alat dan manusia penggunanya. e. Filmadalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut 'sinema'. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi. f. Studio
adalah
suatu
tempat
di
mana
seorang seniman atau
seseorang bekerja atau beraktivitas. Studio bisa digunakan untuk banyak hal, seperti membuat foto, film, acara TV, kartun, ataumusik. Kata ini berasal dari bahasa Latin studium, yang berarti amat menginginkan sesuatu. g. Hiburan adalah segala sesuatu – baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku – yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih. II.
Persyaratan Akustik dalam Rancangan Auditorium Rancangan macam-macam jenis auditorium (teater, Ruang kuliah, Gereja, ruang konser, rumah opera, dan gedung bioskop) telah merupakan masalah yang kompleks dalam praktek arsitektur masa kini, karna di samping persyaratan keindahan, fungsional, teknik, seni dan ekonomi yang bermacam-macam serta kadang-kadang bertentangan, suatu auditorium seringkali harus menyediakan tempat bagi banyak pengunjung yang sebelumnya belum pernah terjadi. Lebih lanjut, standar-standar sekarang sering berarti bahwa ruang yang sama harus digunakan untuk bermacam – macam jenis acara (auditorium aneka fungsi) dan bahwa kapasitas ruang harus secara mudah disesuaikan dengan kebutuhan sesaat (auditorium aneka bentuk). Ini adalah persyaratan yang penting, dan haruslah diingat bahwa jika penonton memasuki suatu auditorium, maka ia mempunyai hak untuk commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengharapkan – disamping kualitas acaranya sendiri – kenyamanan, keamanan, lingkungan yang menyenangkan, penerangan yang cukup, pemandangan (viewing) yang mamadai dan bunyi yang baik. Kondisi mendengar dalam tiap auditorium sangat dipengearuhi oleh pertimbangan-pertimbangan arsitektur murni, seperti bentuk ruang, dimensi, dan volume, letak batas-batas permukaan, pengaturan tempat duduk, kapasitas penonton, lapisan permukaan dan bahan-bahan untuk dekorasi interior. Hampir tiap rinci (detail) dalam ruang tertutup sedikit banyak akan menentukan penampilan akustik ruang tersebut. Jawaban persyaratan akustik yang memuaskan tidak mengurangi atau bahkan membatasi kebebasan arsitek dalam merancang. Tiap masalah akustik dapat diatasi dengan sejumlah cara. Praktek-praktek dewasa ini dalam konstruksi dan dekorasi interior memungkinkan prinsip-prinsip dan persyaratan akustik diterjemahkan secara memuaskan dalam bahasa arsitektur masa kini. (Leslie L. Doelle, 53) a. Garis Besar Persyaratan Akustik Berikut ini adalah persyaratan kondisi mendengar yang baik dalam suatu auditorium. 1. Harus ada kekerasan (loudness) yang cukup dalam tiap bagian auditorium terutama di tempat-tempat duduk yang jauh. 2. Energi bunyi harus didistribusi secara merata (terdifusi) dalam ruang. 3. Karakteristik dengan optimum harus disediakan dalam auditorium untuk memungkinkan penerimaan bahan acara yang paling disukai oleh penonton dan penampilan acara yang paling efisien oleh pemain. 4. Ruang harus bebas dari cacat-cact akustik seperti gema, pemantulan yang berkepanjangan (long-delayed reflections), gaung, pemusatan bunyi, distorsi, bayangan bunyi, dan resonansi ruang. commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Bising dan getaran yang akan mengganggu pendengaran atau pementasan harus dihindari atau dikurangi dengan cukup banyak dalam tiap bagian ruang. b. Kekerasan (Loudness) yang cukup Masalah/problema pengadaan kekerasan yang cukup, terutama dalam auditorium ukuran sedang dan besar, terjadi karena energi yang hilang pada perambatan gelombang bunyi dan karena penyerapan yang besar oleh penonton dan isi ruang (tempat duduk empuk, karpet, tirai dan lain-lain). Hilangnya energi bunyi dapat dikurangi dan kekerasan yang cukup dapat diadakan dengan caracara sebagai berikut. 1. Auditorium harus dibentuk agar penonton sedekat mungkin dengan sumber bunyi, dengan demikian mengurangi jarak yang harus ditempuh bunyi. 2. Sumber bunyi harus dinaikan agar sebanyak mungkin terlihat, sehingga menjamin aliran gelombang bunyi langsung yang bebas (gelombang yang merambat secara langsung dari sumber bunyi tanpa pemantulan) ke tiap pendengar. 3. Lantai dimana penonton duduk harus dibuat cukup landai atau miring (ramped or raked) karna bunyi lebih mudah diserap bila merambat melewati penonton dengan sinar datang miring (grazing incidence). 4. Sumber bunyi harus dikelilingi oleh permukaan-permukaan pemantul bunyi (plester, gypsum board, plywood, plexiglas, papan plistik kayu, dan lain-lain) yang besar dan banyak; untuk memeberikan energi bunyi pantul tambahan pada tiap bagian daerah penonton, terutama pada tempat –tempat duduk yang jauh.
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar II.8 (langit langit pemantul yang diletakan denga tepat)
5. Luas lantai dan volume auditorium harus dijaga agar cukup kecil, sehingga jarak yang harus ditempuh bunyi langsung dan bunyi pantul lebih pendek. 6. Permukaan pemantulan bunyi yang pararel (horisontal maupun vertikal), terutama yang dekat dengan sumber bunyi, harus dihindari, untuk menghilangkan pemantulan kembali yang tak diinginkan ke sumber bunyi. 7. Penonton
harus
berada
didaerah
penonton
yang
menguntungkan, baik dalam hal melihat maupun mendengar. 8. Bila
disamping
sumber
bunyi
utama
yang
biasanya
ditempatkan dibagian depan auditorium, terdapat sumber bunyi tambahan di bagian lain ruang (seperti misalnya dalam gereja), maka sumber bunyi tambahan ini harus dikelilingi juga oleh permukaan pemantul bunyi. 9. Disamping permukaan pemantul yang berfungsi menguatkan bunyi langsung ke penonton, permukaan pemntul tambahan harus disediakan untuk mengarahkan bunyi kembali ke pementas. III.
Kajian Bioskop
A. Ukuran Bioskop Ukuran bioskop secara garis besar ada dua macam yaitu bioskop commit to user ( Marta Ardianing P, 2004:26) tunggal dan bioskop jamak (cineplek).
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Bioskop tunggal Bioskop tunggal banyak sekali menyajikan film-film yang banyak digemari masyarakat. Kapasitas tempat duduk 600- 1500 kursi. b. Bioskop jamak Bioskop ini juga sering disebut gedung seni. Bioskop ini biasanya kecil dan terdapat di kota-kota besar. Film yang diputar tidak hanya menayangkan satu cerita film sebagai alternatif pilihan penonton. Kapasitas tempat duduk antara 100-200 kursi.Namun, seiring perkembangan zaman sekarang telah hadir mini bioskop Fungsi, tujuan serta persyaratan bioskop. a) Fungsi bioskop 1.) Sebagai tempat sarana untuk melepaskan ketegangan atau refreshingmelalui media fim, yang merupakan hiburan yang dipesan dalam waktu luang dan terutama mencari kepuasan ataupun kesenangan batinnya. 2.) Sebagai tempat pendidikan informal yang digunakan oleh asyarakat umum.( Marta Ardianing P, 2004:26) b) Tujuan bioskop 1.) Mewadahi suatu kegiatan mengenai motivasi produsen dan konsumen serta jasa pelayanan terhadap keduanya sehingga tercapai sasaran kelancaran penyaluran film, pelayanan social ekonomi masyarakat terhadap kebutuhannya akan arena dan sarana hiburan. 2.) Memberikan pelayanan terhadap penonton dalam masalah kenyamanan dan keamanan (Martha Ardianing P, 2004:26) c) Persyaratan Bioskop 1.) Sistem layar pertunjukan 2.) Hal-hal yang diperhatikan dalam menentukan kualitas pandang visual yang nyaman diantaranya: a. Garis pandang commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Garis pandang yaitu garis–garis yang menghubungkan titik-titik di layar proyektor dengan titik-titik di layar proyektor dengan titik mata penonton. Garis mata penonton yang duduk di baris belakang tidak boleh terhalang oleh penonton yang berada di depannya. Perbedaan tinggi antara garis pandang penonton bagian belakang dengan titik mata penonton yang berada di depannya minimal 10 cm. (Martha Ardianing P, 2004:) b. Jarak pandang Jarak pandang yaitu jarak yang masih memungkinkan penonton untuk dapat melihat pertunjukan film dengan jelas pada layar proyektor , yaitu sekitar 25 cm. c. Sudut pandang Sudut pandang horizontal pada objek di panggung terhadap garis sumbu panggung dengan garis yang dihubungkan antara penonton paling tepi dengan titik tengah panggug tidak boleh lebih dari 60
0
.Untuk
penonto pada kursi paling tepi di baris terdepan sudup pandang maksimum 3000, dan bagi penonton pada kursi teratas maksimum pandangan ke bawahnya 3000 dengan pertimbangan
bahwa
sudut
pandang
tidak
akan
mengganggu penonton, baik secara vertiakal maupun horizontal.(Martha Ardianing P, 2004:) d. Layar pertunjukan Ukuran layar akan mempengaruhi lebar sinema secara keseluruhan dan juga kenyamanan bagi penonton dalam melihat kejelasan gambar terproyeksi ke layar. Lebar layar maksimal:
20 m untuk film 70
13 m untuk film 35
Rasio tinggi layar : lebar layar yang ideal 3: 4 Rasio lebar layarto: user jarak pandang maksimal 1: 2-3 commit
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Layar proyeksi dan pengeras suara di belakangnya harus dinaikkan cukup tinggi agar sebanyak mungkin terlihat bagi semua penonton.Jarak minimum penonton dengan layar dimaksudkan agar penonton terdepan maupun penonton pada baris belakang mampu menerima kualitas gambar yang tidak berbeda jauh. Rumus: d1= 1,43 x h1 d1= jarak penonton deretan pertama ke layar (meter) h1= tinggi mata penonto deretan pertama dengan bagian atas layar (meter) (Sumber majalah Audio Interior edisi 04, Septemberoktober 2004) e. Kemiringan lantai Kemiringan dapat dibuat agar penonton tidak terhalang oleh kepala penonton di depannya, dan juga untuk memudahkan proyeksi gambar dari ruang proyektor. f. Panjang dan lebar area pertunjukan Panjang dan lebar area pertunjukan dibuat dengan standar-standar tertentusupaya tidak terlalu panjang untuk mendapatkan kenyamanan dalam menikmati film. g. Lay-out kursi penonton Lay-out kursi penonton lebih kepada efisiensi ruang dan keamanan. Penataan kursi dibuat berselang-seling antara kursi depan dan belakang, untuk memperluas area pandang. (Sumber: Faktor Akustik Dalam Perancangan Desain Interior, j. Pamuji Suptandar) a. Sistem tata suara Sistem tata suara elektronik diperhatikan dengan tujuan:
Menguatkan tingkat commit to user bunyi sesuai dengan keperluan
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menyediakan
fasilitas
pemanggilan
dan
pengumpulan
Member tanda atau instruksi-instruksi tindakan saat keadaan darurat/bahaya. Sistem tata suara elektronik dasar umum terdiri dari:
Sumber bunyi (seperti: microphone, recorder player).
Mixer : mengubah tanggapan frekuensi sinar listrik dari tiap komponen sumber, mencampur sinar listrik, kemudian meneruskannya ke power amplifier.
Ampilifier (penguat) : menguatkan sinar listrik
Loudspeaker
(pengeras
suara/pelantang)
:
mengubah sinyal listrik yang telah diperkuat menjadi gelombang bunyi lagi.(Sumber majalah Audio Interior edisi 04, September-oktober 2004) Letak sumber bunyi dinaikkan untuk menjamin aliran gelombang bunyi langsung ke arah penonton.Sumber bunyi harus dikendalikan (ajusted) guna menjamin aliran gelombang bunyi supaya langsung sampai pada tiap pendengar yang berjarak 1-1,5 m.Sumber bunyi harus dikelilingi oleh permukaan-permukaan pemantul bunyi (plester, gypsum board, plywood, plexiglass, papan plastik kaku, dan lain-lain) yang besar dan banyak untuk memberikan energi bunyi pantul tambahan pada tiap bagian daerah penonton, terutama pada tempat duduk yang jauh.Bila di samping sumber bunyi utama terdapat sumber bunyi tambahan di bagian lain ruang, maka sumber bunyi tambahan ini juga harus dikelilingi oleh permukaan pemantul bunyi. Suara stereo di sepanjang bagian layar dan ke depan maupun ke belakang tersedia pada film 70 dengan menggunakan 5 jalur pengeras suara di belakang layar, dan jalur ke-6 untuk pengeras suara auditorium.Layar lebar dengan sumber suara samping dihindari, karena dapat menimbulkan permasalahan akustik.(sumber:
Faktor Akustik
perancangan desain interior , J. Pamudji Suptandar). commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sistem penguat bunyi (sound-reinforcing system) yang dirancang dengan baik harus terintegrasi dengan akustik bangunan sehingga akan mendukung transmisi alami bunyi dari sumber ke pendengarnya. Sistem tersebut harus menjaga bunyi di dalam ruang terdistribusi dengan baik, dan dengan kekerasan yang cukup. Tidak boleh sama sekali ada anggapan bahwa sistem penguat bunyi dapat menggantikan akustik bangunan yang baik. Dalam banyak kasus, sistem bunyi bahkan dapat membuat akustik banguan menjadi lebih buruk. Faktor utama yang harus diperhatika dalam menata suara diruang terbuka (outdoor) antara lain: kondisi lingkungan, luas lahan/ lapangan, arah angin, sumber kebisingan, jarak penonton dari layar, serta kondisi peralatan yang memadai. Ada 4 tipe penempatan loudspeaker pada sistem bunyi elektronik:
Terusat
Tersebar
Terpadu dengan kursi (seat integrated)
Kombinasi
a. Terpusat (central cluster) Yaitu sekelompok speaker yang diletakkan di atas sumber bunyi asli, setinggi 7-13 m dan agak ke dcpan (manusia tidak tcrlalu pcka terhadap pergescran sumber bunyi secara vertikal, peka
terhadap
pergeseran
tetapi
lebih
secara horizontal).perninibangan pada
tipe terpusat (central duster): Tidak boleh ada penghalang antara speaker dan penonton, seolah-olah penonton dapat nielihat speaker, karena frekuensi tinggi sangat fokus/ mengarah (directional). Perbandingan antara jarak dari masing-masing speaker nada tinggi ke penonion terjauh dan terdekat (d2/dl1) harus kurang dari 2. Speaker nada tinggi harus diarahkan penonton sehingga bunyi tidak dipantulkan oleh permukaan ruangan.(sumber:
Faktor Akustik
perancangan desain interior , J. Pamudji Suptandar). commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. tersebar (distributed) Yaitu peletakan rangkaian speaker di atas penonton secara merata dengan jarak antar speaker yang konstan/ tetap. Setiap loudspeaker mengeluarkan bunyi yang tidak terlalu kuat untuk melayani area yang tidak terlalu luas di bawahnya. Tipe ini digunakan untuk ruangan dengan ketinggian rendah (langit-langit relatif pendek) yaitu kurang dari 7 m sehingga tidak memungkinkan memakai tipe terpusat.Pertimbangan pada tipe tersebar (distributed)
Ketinggian langit-langit (H) < 7 m.
Loudspeaker harus disusun sedemikian rupa sehingga setiap penonton dapat
mendengar langsung dari speaker terdekat.
Mungkin diperlukan alat penunda sinyal (signal delay) untuk menghindari gema buatan (artificial echo) akibat bunyi dari speaker terdekat lebih dulu terdengar daripada bunyi dari sumber bunyi asli, apabila perbedaan jarak tempuhnya > 10 m dan tingkat intensitas bunyi dari sumber bunyi asli 5 -10 dB lebih besar daripada bunyi dari speaker terdekat tadi.
Sistem tersebar dengan penunda sinyal harus digunakan di ruangan yang menunjang atau untuk mendukung sistem terpusat terutama di bawah balkon. (sumber:
Faktor Akustik
perancangan desain interior , J. Pamudji Suptandar). c.
Terpadu dengan kursi (seat integrated) Yaitu
meletakkan speaker secara terpadu
di
belakang
kursi. Tipe ini biasa diterapkan di gcreja, ketika bunyi yang pel an tetapi jelas dan merata diperlukan. Biasanya speaker diletakkan di belakang sandaran kursi ke-n, dan bunyinya
akan
didengar
oleh
orang yang duduk di belakang kursi ke-n tersebut. Sedangkan orang yang ke-n tersebut akan
mcndengar
dari
speaker di
belakang
sandaran kursi di depannya (kursi ke n-1). (sumber: Faktor Akustik perancangan desain interior , J. Pamudji Suptandar). commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Kombinasi dari tipe-tipe di atas. Untuk kombinasi tipe terpusat dan tersebar diperlukan alat penunda bunyi (initial time delay} agar bunyi dari speaker di deretan belakang
mcnunggu
datangnya
bunyi
dari speaker terpusat di
depan agar bunyi dari speaker depan dan belakang dapat berjalan bersamaan/ tepat waktu. Jika tidak, maka penonton yang duduk di belakang akan mendengar bunyi dari speaker belakang lebih dulu (karena dia lebih dekat) baru kemudian bunyi dari speaker depan, hal tersebut mengakibatkan bunyi terdengar bersahut-sahutan. (sumber: Faktor Akustik perancangan desain interior , J. Pamudji Suptandar). E. Bahan Dan Kostruksi Penyerap Bunyi Semua bahan bangunan dan lapisan permukaan yang digunakan dalam konstruksi auditorium mcmpunyai kernarnpuan untuk menycrap bunyi sampai suatu dcrajat tertentu. Bahan-bahan dan konstruksi penyerap bunyi yarig digunakan dalam rancangan akustik suatu auditorium atau yang dipakai scbagai pengendali bunyi dalam ruang-ruang bising dapat diklasifikasikan menjadi (1)bahan berpori-pori, (2) penyerap panel atau penyerap selaput, dan (3) resonator rongga. (atau HelmHoltz) (sumber:
Faktor Akustik
perancangan desain interior , J. Pamudji
Suptandar).
Gambar II.9 (penyerap bunyi yang baik) Gambar (A) Pcnyerap yang baik. (α= 0,70) dilekatkan pada insulator bunyi yang jelek, seperticommit plywood, tidak akan mencegah tranmisi bunyi to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lewat dinding semacam ini.. (B) sebagai ganti plywood, penghalang insulasi bunyi yang efektif, sepnti bahan batu-batuan, harus digunakan untuk mengurangi tranmisi bising lewat struktur itu. a. Bahan Berpori Karakteristik akustik dasar semua bahan berpori, seperti papan serat (fiber board), plesteran lembut (soft plasters), mineral wools, dan selimut isolasi, adalah suatu jaringan selular dengan pori-pori yang saling berhubungan. Energi bunyi datang diubah rnenjadi energi panas dalam pori-pori ini. Bagian bunyi datang yang diubah menjadi panas diserap, sedangkan sisanya, yang telah berkurang energinya, dipantulkan oleh permukaan bahan. Bahan.-bahan selular, dengan sel yang tertutup dan tidak saling berhubungan seperti damar busa (foamed resins), karet selular (cellular rubber) dan gelas busa, adalah penyerap bunyi yanq buruk. b. Penyerap Panel (atau Selaput) Penyerap panel atau selaput yang tak dilubangi mewakili kelompok bahan-bahan penyerap bunyi yang kedua. Tiap bahan kedap yang dipasang pada lapisan penunjang yang padat (solid backing) tetapi terpisah oleh suatu ruang udara akan bcrfungsi sebagai penyerap panel dan akan bergetar bila tertumbuk oleh gelombang bunyi. Getaran lentur (flexural) dari panel akan menyerap sejumlah energi bunyi datang dengan rnengubahnya menjadi energi panas. Panel jenis ini merupakan penyerap frekuensi rendah yang efisien, Bila dipilih dengan benar, penyerap panel mengimbangi penyerapan frekuensi sedang dan tinggi yang agak ber-Iebihan oleh penyerap-penyerap berpori dan isi ruang. Jadi, penyerap panel menyebabkan karakteristik dengung yang serba sama pada seluruh jangkauan frekuensi audio. Dengan menggunakan penyerap berpori dalam rongga udara, penyerap pada frekuensi rendah bertambah, hingga memperlebar daerah penyerapan yang semula commitpertambahan to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sempit. Di antara lapisan-laplsan dan konstruksi auditorium prnyerap-penyerap panel berikut ini bcrperan pada penyerapan frekuensi rendah: panel kayu dan hardboard, gypsum boards, langit-langit plesteran yang digantung, plesteran berbulu, plastic board tegar, jendela, kaca, pintu, lantai kaya dan panggung, dan pelat-pelat logam (radiator). Karena pertambahan terhadap daya tahan dan goresan, penyerap penyerap panel tak berlubang ini sering dipasang pada bagi-an bawah dinding-dinding, dengan demikian menyediakan lapisan permukaan yang cocok untuk suatu dado. Bahan-bahan berpori yang diberi jarak dari lapisan pcnunjangnya yang padat juga ber-fungsi sehagai penyersp oanel yang bergetar, dan terutama menunjang penyerapan pada frekuensi rendah, seperti terlihat dalam Gambar di samping:
Gambar II.10 (penyerap bunyi panel plywood) c. Resonator rongga (Helmholtz) terdiri dari sejumlah udara tertutup yang dibatasi oleb dindingdinding tegar dan dihubungkan oleh lubang/celah sempit (disebut leher} ke ruang sekitarnya, di mana gelombang bunyi mcrambat.Resonator rongga menyerap energi bunyi maksirnum pada daerah pita frekuensi rendah yang sempit. (sumber: Faktor Akustik perancangan interior , J. Pamudji Suptandar). commitdesain to user
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Jenis Ruang Secara Umum
Area Parkir
Receptionist
Lobby
Waiting Room
Cafe and resto
Kitchen
Studio Film
Home Theater o VIP room [2 orang] o Luxury room [3 orang] o Family room[4-5 orang] o Suite room [6-7 orang] o Deluxe room [20 orang]
Ruang teknisi
Back Office
Ruang loker
Pantry
Toilet pria dan toilet wanita
G. Aktivitas dan fasilitas Movie music station. Ruang
Aktivitas
Fasilitas
Area parkir
Lobby
Menyambut
tamu, Meja resepsionis, kursi
memberikan informasi kerja, kepada
board
banner
pengunjung, nama, sofa dan meja
melayani pengunjung lounge, commit to user
meja
foyer,
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melakukan ruang
reservasi, meja
tunggu
kerja,
lemari,
bagi storage file
pengunjung Waiting Room
Memberikan
suatu Sofa. meja
fasilitas
untuk
menunggu Café and resto
Melayani makan
kebutuhan Kitchen set, , meja, dan
minum kursi, sofa, back stage,
pengunjung baik itu di fasilitas nobar, area café and resto maupun mengatar ke ruang pemutaran filom. Kitchen
Melayani dan membuat Kitchen set, meja, sink, pesanan makanan yang kulkas, dipesan oleh costumer.
Studio film
Suatu ruangan theater Kursi, audio, proyektor. yang dapat menampung 50 orang dalam 1 kali pemutaran film.
Ruang film VIP room
Suatu
ruang
home Sofa,
tv,
storage,
tv,
storage,
tv,
storage,
theater atau music yang speaker, menampung 2-3 orang Ruang
film
room
Luxury Suatu
ruang
home Sofa,
theater atau music yang speaker, menampung 4-5 orang
Ruang room
film
Family Suatu
ruang
home Sofa,
theater atau music yang speaker, menampung 6-8 orang commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ruang film Suite room
Suatu
ruang
home Sofa,
tv,
storage,
theater atau music yang speaker, menampung 9-10 orang Ruang
film
Deluxe Suatu
room
ruang
home Sofa, audio, proyektor
theater atau music yang menampung
10-15
orang Ruang Teknisi
Ruang yang berfungsi Peralatan teknisi sebagai pengaturan saat film
disuatu
ruang
diputarnya film Back Office
Kantor marketing
Ruang loker
Ruang
Kursi, meja, storage
peralatan Loker,
karyawan Pantry
Dapur khusus karyawan Kitchen, meja kursi
Toilet wanita dan Pria
Kamar
mandi
untuk
konsumen Tabel II.1 (Aktivitas dan Fasilitas Movie Music Station)
H. Pola Sirkulasi Ruang 1. Sirkulasi Linier Merupakan alur sirkulasi yang lurus, namun dapat melengkung atau terdiri dari segmen-segmen, memotong jalan lain, bercabang atau membentuk kisaran (loop). Dicirikan dengan garis-garis gerakan yang sinambung pada satu arah atau lebih. commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Sirkulasi Grid Mempunyai karakteristik yang dapat memungkinkan gerakan bebas dalam banyak arah yang berbeda-beda. Terdiri atas dua set jalur sejajar yang berpotongan. 3. Sirkulasi Radial Sirkulasi ini melibatkan konvergensi pada suatu titik pusat yang fungsional dan memudahkan pencapaian sepanjang titik-titik tersebut yang merupakan tujuan bagi pengunjung. 4. Sirkulasi Organik Sirkulasi paling peka terhadap kondisi tapak, kadang-kadang dengan mengorbankan fungsi atau logic dari sistem tersebut dan penafsiran yang mudah terhadapnya oleh pengguna. 5. Sirkulasi Network Suatu bentuk jaringan yang terdiri dari beberapa jalan yang menghubungkan titik tertentu dalam ruangan. I. Pola Organisasi Ruang Menurut Francis D.K Ching ada lima macam perorganisasian ruang, yaitu: a. Organisasi terpusat Merupakan
komposisi
terpusat
yang
dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat yang besar dan dominan. Organisasi terpusat bersifat stabil. Kelebihannya adalah: 1) Memiliki pusat kegiatan atau orientasi dengan efisiensi dan efektivitas yang tinggi. 2) Menciptakan kofigurasi keseluruhan ruang yang secara geometris teratur dan simetris terhadap dua sumbu atau lebih.
Kelemahannya adalah: Karena bentuknya teratur harus cukup ruang untuk mengumpulkan sejumlah ruang sekunder di sekitarnya. commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Organisasi linier Organisasi linier terdiri dari sederetan ruang yang berhubungan langsung satu sama lain atau dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah. Organisasi linier biasanya terdiri dari ruang-ruang yang berulang mirip dalam hal ukuran, bentuk dan fungsinya. Kelebihannya adalah dapat bertukar fungsi sebagai penunjuk arah sekaligus menggambarkan gerak pemekaran dan pertumbuhan karena karakternya yang memanjang. Kelemahannya adalah bentuk ruangnya kurang variatif tapi dapat memaksimalkan pencapaian ukuran luas. c. Organisasi radial Organisasi jenis radial memadukan unsur-unsur organisasi terpusat maupun linier. Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang dominan, dimana sejumlah organisasi-organisasi linier berkembang seperti bentuk jari-jarinya. Organisasi radial adalah sebuah bentuk ekstrovert yang mengembang ke luar ruang lingkupnya. Dengan lengan-lengan liniernya, bentuk ini dapat meluas dan menggabungkan dirinya pada unsur-unsur tertentu atau benda-benda lapangan lainnya. Kelebihannya adalah mudah menyesuaikan kondisi lingkungan. Kelemahannya adalah membutuhkan banyak ruang. d. Organisasi cluster Organisasi penempatan
cluster
menggunakan
peletakan
sebagai
pertimbangan dasar
untuk
menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya. Sering kali penghubungnya terdiri dari sel-sel ruang yang berulang dan memiliki fungsi-fungsi serupa dan memiliki persamaan sifat visual seperti halnya bentuk dan orientasi. Suatu organisasi cluster dapat juga tomenerima ruang-ruang yang berlainan commit user
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ukuran, bentuk, dan fungsinya tetapi berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan penempatan dan ukuran visual seperti simetri atau menurut sumbu. Kelebihannya adalah: 1) Organisasi cluster dapat menerima ruang yang berlainan ukuran bentuk dan fungsinya tetapi berhubungan satu sama lainnya berdasarkan penempatan dan ukuran visual seperti semetri atau menurut sumbunya. 2) Bentuknya luwes dapat menyesuaikan perubahan dan pertumbuhan langsung tanpa mempengaruhi karakternya, karena polanya tidak berasal dari konsep geometri yang kaku. Kelemahannya adalah tidak adanya tempat utama yang terkandung di dalam pola organisasi cluster signifikasi sebuah ruang harus ditegaskan pada ukuran, bentuk atau orientasi di dalam polanya. e. Organisasi grid Organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk dan ruang-ruang dimana posi-posisinya dalam ruang dan hubungan antar ruang diatur oleh pola grid tiga dimensi atau dengan bidang. Suatu grid dibentuk dengan menetapkan sebuah pola teratur dari titiktitik yang menentukan pamer-pamer dari dua pasang garis sejajar. Suatu organisasi grid dapat memiliki hubungan bersama, walaupun berbeda dalam ukuran, bentuk atau fungsi. Kelebihannya adalah: 1) Organisasi grid ini dapat memiliki hubungan bersama walau berbeda dalam hal ukuran, bentuk, fungsi. 2) Suatu grid dapat juga mengalami perubahan bentuk yang lain dengan cara pengurangan, penambahan kepadatan atau dibuat berlapis dan identitasnya sebagai sebuah grid tetap dipertahankan oleh kemampuan mengorganisir ruang.Kelemahannya adalah dalam aspek bentuk, posisi, hubungan antar ruang semua diatur oleh pola grid tigacommit dimensi atau bidang sehingga sifatnya tidak to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fleksibel.Movie Music Station ini memakai pola sirkulasi ruang terpusat, karena letaknya yang terpisah-pisah antara ruang yang satu dengan yang lain dan efektivitas kegiatan yang tinggi sehingga dipilih pola sirkulasi ini agar Movie Music Station ini juga tetap memiliki pola yang terarah dan aktivitas yang ada di dalamnya dapat berjalan dengan baik tanpa mengganggu aktivitas lainnya. J. Sistem Interior Untuk menciptakan ruang yang diinginkan, maka diperlukan unsur-unsur sistem. Sebuah teori mengatakan bahwa interior sistem adalah “tata cahaya, tata hawa, dan tata suara yang masing-masing bertujauan untuk mencapai kenikmatan bagi para pemakai ruang (Arnold Freidman, Forest Wilson dan Jhon F pile, 1977, hal. 230)
Pencahayaan Cahaya
memiliki
fungsi
yang
sangat
vital
karena
menjadi syarat dalam penglihatan manusia. Meski demikian, cahaya berlebihan akan memberi dampak kesilauan, sehingga untuk mencapai kesesuaian harus berdasarkan kebutuhan yang dituntut
untuk
Sebagai
tujuan
mendapatkan adanya
efektivitas
sumber
cahaya
dan efisien tinggi. didalam
ruang,
dijelaskan sebagai berikut. 1. Cahaya memungkinkan penghuni bergerak dan berjalan secara mudah dan aman. 2. Cahaya menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat detail-detail dari tugas dan kegiatan visual secara mudah dan tepat . 3. Cahaya menciptakan lingkungan visual yang nyaman dan berpengaruh baik terhadap prestasi.(Kusudiajo Hadinoto , 1978, hal. 37) Ada 2 jenis pencahayaan, yaitu pencahayaan alami dan buatan. Untuk pencahayaan alami, diperoleh langsung dari sinar matahari dengan commit memberi lubang cahaya atau dengan cara to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dipantulkan pada bidang sekitarnya. Untuk pencahayaan buatan, yaitu pencahayaan dengan memanfaatkan energi listrik melalui media lampu sebagai sumber penerangan (Prasasto Satwiko, 2004, hal.93). Berdasarkan sumbernya, adapun jenis pencahayaan yaitu: 1.
Pencahayaan Alam (Natural lighting) Yang
dimaksud
penerangan
alami
disini
adalah
pencahayaan yang berasal dari alam seperti, sinar matahari, sinar bulan, sinar api dan sumber lain dari alam (fosfor, dan sebagainya). Namun pada umumnya sumber cahaya alami yang biasa digunakan dalam pencahayaan ruang adalah sinar matahari. Cahaya alam dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
Pencahayaan langsung Pencahayaan langsung yaitu pencahayaan yang berasal dari sinar matahari secara langsung melalui atap, jendela, genting kaca dan lain-lain.
Pencahayaan tidak langsung Pencahayaan tidak langsung adalah cahaya yang diperoleh dari sinar matahari
secara
tidak
langsung,
sistem
pencahayaan
tersebut di biaskan melalui skylight, permainan bidang kaca dan lain-lain. 2. Pencahayaan buatan (Artificial lighting) Yang dimaksud dengan pencahayaan buatan ialah penerangan yang berasal dari cahaya buatan manusia, seperti cahaya lampu (J.Pamudji Suptandar , 1999, hal. 225). Pada
umumnya
sumber
cahaya
buatan
yang
kita
gunakan dalam perencanaan interior adalah pencahayaan lampu listrik. Seperti dijelaskan dalam Human Faktor Design Hand book bahwa, “Cahaya buatan dipakai apabila tidak cukup cahaya alami untuk dapat digunakan melihat pekerjaan yang diinginkan commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan atau apabila untuk mengendalikan warna cahaya pada suatu ruangan tertentu”. (Wesly E woodson, !981, hal. 149) . Pencahayaan lampu tersebut dapat digunakan sebagai sumber cahaya bagi kegiatan sehari-hari dan menciptakan unsur keindahan dalam
desain
suatu
ruangan.
Kita
banyak
menggunakan cahaya buatan pada perancangan interior suatu bangunan
untuk
menciptakan
suatu kondisi-kondisi
tertentu
sesuai dengan kebutuhan dan fungci ruangan tersebut, agar menimbulkan kenyamanan bagi penghuninya. Contoh sumber cahaya buatan antara lain adalah: a. Lampu Pijar (incandescent) Lampu pijar terdiri dari tiga pokok yaitu basis, filamen (benang pijar) dan bola lampu. Besarnya aliran cahaya (fluks cahaya) yang dihasilkan oleh lampu pijar yang sedang menyala tergantung pada suhu filamennya. Dengan memperbesar input tenaga,
suhu
filamen meningkat,
radiasi
bergeser
ke
arah
gelombang cahaya lebih pendek an lebih banyak cahaya tampak lebih putih. Pengendalian lampu pijar sebagai sumber cahaya umumnya
dengan
melapisi
bola
lampu
dengan
maksud
mendifusikan cahaya.
Gambar II.11 lampu Pijar (incandescent) (Lampu FluorescentSumber : iniunic.blogspot.com . Senin 17 Juni 2013. Jam 02.18 WIB) commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Lampu Fluorescent Bentuk lampu ini dapat berupa tabung (tube lamp) maupun bola. Lampu jenis ini merupakan salah satu lampu pelepas listrik yang berisi gas air raksa bertekanan rendah. Lampu fluorescent generasi terbaru penggunaan listriknya semakin efisien (mencapai 80 lumen per watt) dan distribusi speltralnya mendekati
grafik
kepekaan
mata,
sehingga
tidak
terjadi
penyimpangan warna.
Gambar II.12 Lampu Fluorescent ( Sumber : elektronika-dasar.web.id . Senin 17 Juni 2013. Jam 02.19 WIB) c. Lampu HID (High-Intensity Discharge Lamps) Cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik melalui uap zat logam. Lampu mercury menghasilkan cahaya dari lecutan listrik dalam tabung kaca atau kuarsa berisi uap merkuri bertekanan tinggi. Efikasinya antara 40 – 60 lm/watt. Dibutuhkan waktu antara 3 – 8 menit (untuk menguapkan merkuri) sebelum menghasilkan cahaya maksimal. Karena itu disebut lampu metalhalida.
Untuk
memperoleh
hasil
yang
maksimal
dalam
pencahayaan, dipakai beberapa type lampu antara lain yaitu: 1.
Flood Light, lampu yang menghasilkan sudut pencahayaan sebesar 100o – 180o
2.
Sot Light, lampu dengan hasil cahaya yang menyebar, sehingga tidak banyak menimbulkan bayangan.
3.
Special Flood Light, lampu dengan sudut kasus kurang dari 100o commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id
Reflector Spotlight, merupakan reflektor yang sederhana dan mudah
menyesuaikan
dengan
sudut
pencahayaan
dan
pengoperasian. 5.
Sealed Beam Lamp, lampu dengan reflektor bervariasi
6.
Lens Spotlight, terdiri dari lensa sederhana dengan atau tanpa reflector.
7.
Profile Spotlight, lampu yang menghasilkan sudut pencahayaan yang kuat dan dapat disesuaikan silhuette yang dikehendaki
8.
Effects Spotlight, untuk menghasilkan proyeksi yang sama dengan Obyeknya.
9.
Bifocal Spotlight, efek spotlight yang dilengkapi dengan dua saklar atau lebih, sehingga dapat digunakan sebagai lampu dengan sudut pencahayaan yang kuat dan lemah serta kombinasinya.
Gambar II.13 (Lampu HID sumber : www.tokopedia.com . senin 17 Juni 2013 . Jam 02.21 WIB) Berdasarkan pendistribusian cahaya terdapat 5 sistem penerangan
(iluminasi) yang masing-masing berbeda sifat,
karakter dan pengaruh distribusi cahayanya. Lima sistem tersebut meliputi : a. Sistem pencahayaan langsung ( direct lighting ) Sistem iluminasi ini
90%
hingga 100% cahaya mengarah
langsung ke obyek yang diterangi. Oleh karena itu sistem ini mengakibatkan ; penyinaran efektif, menimbulkan kontras dan bayangan, terjadi silau, baik langsung dari sumber cahaya maupun akibat cahaya pantulan. commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Sistem pencahayaan setengah langsung ( semi direct lighting ) Pada
sistem
iluminasi
ini,
60%
sampai
90%
cahaya
mengarah pada obyek yang diterangi dan cahaya selebihnya menerangi langit-langit dan dinding yang juga memantulkan cahaya karena obyek tersebut. c. Sistem iluminasi difus ( general diffuse lighting ) Sistem iluminasi difus jika 40% sampai 60% cahaya diarahkan pada obyek dan sisanya menyinari langit-langit dan dinding, yang juga memantulkan cahaya kearah obyek tersebut. d. Sistem pencahyaan setengah tak langsung Pada prinsipnya sistem ini merupakan kebalikan dari sistem setengah langsung. Sistem setengah tak langsung 60% hingga 90% cahaya diarahkan pada langit-langit dan dinding, sisanya diarahkan langsung ke obyek. Karena sebagian besar cahaya mengenai bidang kerja, berasal dari pantulan langit-langit dan dinding. Maka dapat dikatakan cahaya yang datang berasal dari segala arah, sehingga bayangan relatif tidak tampak dan silau dapat diperkecil. e.
Sistem iluminasi tidak langsung ( indirect lighting ) Pada sistem ini 90% hingga 100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding. Oleh karena keseluruhan cahaya yang menyinari obyek pada bidang kerja merupakan cahaya pantulan segala arah dari langit-langit dan dinding, maka mengakibatkan: penyinaran tidak efektif, tidak ada kontras dan relatif tidak menimbulkan.Ditinjau dari sistem perletakannya, perletakan sumber cahaya dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain:
1. Cornice,
adalah
suatu
sistem
pencahayaan
umum,
yang
pemasangannya pada dinding bagian atas atau pertemuan antara ceiling dan dinding. Sumber cahaya dihasilkan dari flourescent tube (sebagai sumber cahaya pantul). commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Recessed in ceiling, adalah suatu sumber pencahayaan yang difungsikan sebagai penerangan pada panel, built in dan sebagainya, yang pemasangannya pada ceiling. Sumber cahaya dihasilkan dari incandescen lamp. 3.
Attached
to
ceiling,
adalah
penempatan
lampu
pada
permukaan ceiling sebagai penerangan umum. 4. Hanging lighting adalah penempatan lampu dengan
cara
digantung berfungsi sbagai penerangan umum. 5. Luminous ceiling adalah penempatan lampu yang ditutup dengan screeb jernih dan sumber cahaya dari flourescent lamp. 6. Soffit
adalah
suatu
pencahayaan
yang
dipakai
sebagai
penerangan pada lekukan dinding yang penerangannya dari flourescent lamp. 7. Cove lighting merupakan suatu pencahayaan yang dipakai sebagai efek, sumber cahaya dipasang pada dinding yang diarahkan ke permukaan ceiling. 8.
Valance
lighting
adalah
suatu
pencahayaan
yang
pemasangannya pada dinding yang penyinarannya diarahkan ke permukaan
ceiling secara
langsung.
Sumber
cahaya
jenis
flourescent lamp yang disembunyikan dibalik frame. Wall bracket lighting adalah suatu pencahayaan yang dipasang pada dinding dengan memakai lampu cahaya atau dekorasi. K. Penghawaan Penghawaan mempunyai peranan penting pada kebutuhan udara yang optimal dalam ruangan termasuk kelembaban udara dalam ruang. Seperti dijelaskan bahwa “Penanganan sistem ventilasi harus memperhatikan faktor-faktor kelambapan agar memenuhi unsur kenyamanan dalam ruang “. (Pamudji Suptandar , 1982, hal. 62 ). a.
Penghawaan alami dengan ventilasi Yang dimaksud dengan
ventilasi adalah suatu usaha
pembaharuan udaracommit dalamto suatu user bangunan atau ruang dengan
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jalan memasukkan sejumlah udara segar/ bersih dari luar untuk menggantikan
udara
yang kotor di dalam ruangan dengan
menggantikan faktor-faktor kelembapan agar dapat memenuhi unsur kenyamanan bagi si pemakai. (Pamudji Suptandar,1982, hal. 62). Sedang pengaruh ventilasi terhadap interior antara lain: 1. Peletakan
ventilasi
akan
mempengaruhi
bentuk
interior,
misalnya letak jendela. 2. Letak ventilasi yang mempengaruhi udara langsung pada susunan interior yaitu ketinggian, lebar, dan, posisi. 3. Ventilasi mempengaruhi suasana, pencahayaan dan akustik di dalam termasuk hubungan ruang dengan alam sekitarnya. 4. Sistim ventilasi harus mempehatikan fungsi ruang. 5.
Jenis ventilasi mempengaruhi akan ketinggian tiap ruangan. ( P amudji Suptandar,1982, hal. 63 )
Gambar II.14 (kemungkinan yang terjadi pada sistem ventilasi silang Sumber : Ir. Setyo Soetiadji S, Anatomi Utilitas, Djambatan,1986 : 41) b. Penghawaan buatan atau ventilasi buatan Pengertian dari ventilasi buatan yaitu “penghawaan yang diperoleh
secara buatan atau mengalami proses mekanisme”
(Pamudji Suptandar, 1982, hal. 83) Ventilasi buatan ini terdiri dari dua macam, sepeti dijelaskan Pamudji Suptandar di bawah ini . commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Exhoust yaitu mekanisme dari kipas angin dengan sisitim menggerakkan udara denagan tidak mengurangi kelembapan udara alam.
b.
A.C. yaitu sisitim mekanisme memasukkan udara segar dengan termperatur dipakai
maupun
kelembapan
tertentu.
A.C.
apabila ventilasi alam tidak memenuhi persyaratan;
polusi udara, polus suara, dan apabila ingin mendapatkan kelembapan udara yang konstan. c.
Selanjutnya dijelaskan pengertian jenis A.C tersebut oleh Pamudji Suptandar dalam bukunya interior desain yang menyebutkan .
d.
Window unit, yaitu jenis AC yang dipergunakan pada ruangruang kecil dimana sistim mekaniknya terdapat pada satu unit yang kompak. pemasangan unit tersebut bisa pada jendela bagian
atas
maupun bawah pada dinding sebagai ornamen
hiasan. e.
Split unit, yaitu jenis AC yang dipergunakan untuk satu atau beberapa ruang, sedangkan perlengkapan untuk evaporator terpisah pada tiap ruang. Unit ini berdiri sendiri pada lantai dengan bentuknya yang indah sepadan denga furniture lain yang merupakan ornamen.
f.
Package Unit yaitu Jenis AC yang dipergunakan dalam satu ruang yang cukup luas seperti restoran, super market dan sebagainya. Perlengkapan evaporator dan condensor terpisah dan tersendiri. Unit ini bisa berdiri sendiri atau built-in, sehingga dapat menambah keserasian dalam ruangan.
g.
Central Unit yaitu, jenis yang dipergunakan untuk ruang yang luas sekali seperti restoran pekantoran, gedung teater, shopping center. Perlengkapan keseluruhan terletak di luar ruangan
kemudian didistribusikan ke masing-masing ruang
melalui ducting dan berahkir dengan diffuser.
(Pamudji
Suptandar, 1982, commit hal. 83) to user
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
L. Sistem Keamanan dan Sistem Pemadam Kebakaran. Keamanan yang dimaksud adalah keamanan fisik manusia, fisik bangunan, serta lingkungan, untuk sistem ini diperlukan : a. Satuan pengamanan atau biasa disebut Satpam b. Keamanan terhadap bahaya kebakaran c. Tanda petunjuk arah (exis signs) d. Alat pengunci (hardware locking) e. Tanda bahaya (alarm) Adapun bentuk-bentuk penganmanan antara lain : 1. Pengamanan umum Pengamanan ini dilakukan melalui tata kerja dan tata ruang. Untuk menjamin seluruh keamanan di dalam ruang khususnya dampak kejahatan, maka perlu adanya pembagian tugas dan kewajiban yang tegas diantara para petugas. Adapun tugas tersebut yaitu : a.
pemerikasaan ruang-ruang secara rutin dan berkala.
b.
membuat peraturan yang diperlukan.
c.
menyelenggarakan pengamanan umum bagi seluruh fasilitas ruang yang ada.
2. Pengamanan terhadap tangan-tangan jahil, yaitu dengan : a. Sistem perlindungan sekitar (perimeter protection system) Bertujuan untuk melindungi bangunan terhadap bahaya dari luar. Penekanan pengamanan terutama ditujukan pada jendela, pintu, atap, lubang ventilasi, dan dinding yang mudah tembus. b. Sistem perlindungan dalam (interior protection system) Sistem ini sangat bermanfaat dalm pengaman gedung, apabila perimeter gagal berfungsi, misalnya pencuri berhasil menyelinap masuk dan bersembunyi di dalam gedung sebelum saatnya pintu-pintu ditutup. Kedua system di atas ada yang bekerja secara mekanis ataupun commit to user elektris,yaitu: 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- saklar magnetic (magnetic control switch) - pita kertas logam (metal foil tape) - sensor pemberitahuan atau pencegah bila kaca pecah (glass breaking sensor)- kamera pemantau (photoelectronic eyes) - pendeteksi getaran (vibration detector) - pemberitahuan/perimgatan getaran (internal vibration sensor) - alat pemasuk data (acces control by remote door control) - pengubahan sinar infra merah (passive infra - red) 3. Pengaman terhadap kebakaran Beberapa syarat untuk mencegah bahaya kebakaran pada bangunan, yaitu : a. mempunyai bahan stuktur utama dan finishing yang tahan api. b. mempunyai jarak bebas dengan bangunan-bangunan di sebelahnya atau terhadap lingkungan. c. melakukan penempatan tangga kebakaran sesuai dengan persyaratan-persyaratannya d. mempunyai pencegahan terhadap sistem elektrikal e. mempunyai pencegahan terhadap sistem penangkal petir f. mempunyai alat kontrol untuk ducting pada sistem pengkondisian udara g. mempunyai sistem pendeteksian dengan sistem alarm, sistem automatic smoke, dan head ventilating h. mempunyai alat kontrol terhadap lif untuk mendeteksi dan mengatasi adanya kebakaran diperlukan alat seperti fire damper Alat ini untuk menutup pipa ducting yang mengalirkan udara supaya asap dan api tidak menjalar kemana-mana. Alat ini bekerja secara otomatis, kalau terjadi kebakaran akan segera menutup pipa-pipa tersebut commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
i. Smoke dan head ventilating Alat ini dipasang pada daerah-daerah yang menghubungkan udara luar. Kalau terjadi kebakaran, asap yang timbul segera dapat mengalir ke luar, sehingga para petugas pemadam kebakaran akan terhindar dari asap-asap tersebut. j. Vent dan exhaust Dipasang di depan tangga kebakaran yang akan berfungsi mengisap asap yang akan masuk pada tangga yang akan dibuka pintunya. Atau dapat juga dipasang di dalam tangga, secara
otomatis
berfungsi
memasukkan
udara
untuk
memberikan tekanan pada udara di dalam ruang tangga. k. Hidran kebakaran Hidran kebakaran adalah alat untuk memadamkan kebakaran yang sudah terjadi dengan memakai alat bantu air. l. Sprinkler Penempatan titik-titik sprinkler harus disesuaikan dengan standar yang berlaku dalam kebakaran ringan. Setiap sprinkler dapat melayani luas area 10-20 m2 dengan ketinggian ruang 3 m. Ada beberapa cara pemasangan kepala sprinkler, seperti dipasang di bawah plafon/langit-langit, di atas plafon atau ditempel di tembok. m. halon Pada daerah yang penanggulangan pemadam kebakarannya tidak diperbolehkan menggunakan air, seperti pada ruang yang penuh peralatan-peralatan elektronik atau ruang arsip, ruang tersebut harus dilengkapi dengan sistem pemadam kebakaran halon. N. Warna dan Garis 2. Warna Pemilihan warna perlu mendapatkan perhatian karena dengan warna mampu menciptakan suasana dan karakter ruang. Warna dalam kaitannya dengan desain adalah sebagi suatu elemen commitsuatu to user
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang dapat diapresiasikan dan mampu memberikan kesan yang diinginkan dan juga memiliki efek psikologi, mampu menimbulkan dorongan atau suatu reaksi terhadap lingkungannya (Neti S, 2005 ; 72). Pada umumnya warna mempunyai fungsi sebgai alat untuk meningkatkan pemahaman ruang, yaitu : 1) Membantu membentuk orientasi 2) Menjaga karakter ruang 3) Untuk menambaj rasa manusiawi pada ruang tersebut Warna dapat berpengaruh terhadap psikologi dan perasaan manusia sebagai analisa warna berikut ini :
Warna Merah
Analisa Warna Semangat, panas, menggairahkan, keintiman, rasa keingintahuan, karakter energik, kaya gagasan dan optimis
Biru
Ketenangan, kedamaian, istirahat, sejuk , stabil dalam menghadapi tugas-tugas rutin.
Hijau
Kesegaran, kesejukkan, ketenangan, mewakili warna alam dan menentramkan emosi
Orange
Kuat dan dominan, kemewahan, kesehatan, membangkitkan
semangat,
menimbulkan
gejolak emosi, bercahaya dan menggigitkan aktivitas kerja. Coklat
Hening, tenang mewakili warna (kayu dan tanah), menentramkan, aman stabil.
Hitam
Misteri, despresi, abstrak, berat, kesan sempit, sebagai kontras pada ruang yang di dominasi warna putih.
Abu-abu
Hening tenang, penetralistik suasana
Putih
Kepolosan, kebersihan, keagungan , terang, anggun,
bersahaja,
luas
dan
membantu
commit to user konsentrasi
56
perpustakaan.uns.ac.id
Kuning
digilib.uns.ac.id
Ceria, cerah, semangat, senang, hangat , temperamental, menarik perhatian, lecerdikan, kaya
ide
dan
sumber
kekuatan.
Sebagai
penghangat suasana pada ruang-ruang suram karena kurang perncahayaan. Tabel II.2 (Analisa Warna, Sumber : Lou Mitchel, 1996 : 15) Sedangkan untuk kesan warna pada elemen interior, sebagai berikut : Warna Merah
Merah muda
Cokelat
Jingga
Kuning
Analisa warna pada elemen interior
Plafon : menekan , berat , memaksa
Dinding : agresif dan menarik
Lantai : tajam
Plafon : lembut, intim, nyaman
Dinding : agresif, lemah, pasif
Lantai : terlalu lembut
Plafon : menyesakkan, berat
Dinding L aman, menyakitkan
Lantai : kokoh, stabil
Plafon : menggirahkan, menarik perhatian
Dinding: hangat bercahaya
Lantai : aktif, orientasi gerakan
Plafon : terang, bercahaya, menggairahkan
Dinding : hangat (mengarahkan ke orange), mengganggu (terlalu terang)
Hijau
Biru
Lantai : meninggikan, mengasikkan
Plafon : protektif
Dinding : dingin, aman, lembut, pasif
Lantai : alami, lembut, relaks, dingin
Plafon : meninggikan, dingin, nyata (terang), berat menyesakkan
Dinding commit to user:
dingin
dan
jauh
(terang),
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mendorong dan mengecilkan (gelap)
Lantai : kemudahan pergerakkan (terang), kuat (gelap)
Abu-abu
Putih
Plafon : membayangi
Dinding : netral hampir membosankan
Lantai : netral
Plafon : kosong
Dinding : netral, kosong, steril, tidak bertenaga,
Hitam
Lantai : menghalangi
Plafon : menyesakkan
Dinding
:
tidak
menyenangkan,
menggelapkan,
Lantai : maya, abstrak Tabel II.3
(Analisa Warna Pada Elemen Interior, Sumber: Fark Mahnke, 1975 : 11) 3. Garis Orientasi atau arah sebuah garis dapat mempengaruhi peranannya dalam kontruksi visual, yaitu : 1) Garis lurus vertical dan horizontal merupakan arah pokok, mempunyai kesain dingin, keras dan lugas. 2) Garis miring (diagonal) terasa mengarah keatas dan kebawah, mempunyai kesan tidak tenang. 3) Garis lengkung mempunyai kesan lemah gemulai, lunak. Sedangkan menurut Pamudji Suptandar (1995:100) sebagai berikut: 1) Garis horizontal dalam sebuah ruangan member kesan lebih luas dan lebar. 2) Garis vertical akan member kesan sempit atau panjang dan meninggi. 3) Garis lengkung akan bersifat romantic 4) Garis yang tidak beraturan menjadikan tidak formil atau member commit to user kesan kepada irama-irama yang menguasai ruang
58