28
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Sistem manajemen Mutu, Layanan Akademik Guru, dan Prestasi Siswa Dalam Konteks Administrasi Pendidikan. Definisi tentang Administrasi Pendidikan sangat beragam,beberapa ahli menyampaikan definisinya masing-masing, Administrasi merupakan proses penyelenggaraan serangkaian kegiatan oleh sekelompok orang yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan pemanfaatan sarana dan prasarana tertentu. (Sondang Siagian, 2000: 2) Menurut Hadari Nawawi (dalam Yusak, 2005: 11), administrasi merupakan kegiatan tulis menulis, mengirim dan menyimpan keterangan. Sutisna (1993: 19) mendefinisikan. Administrasi sebagai “Keseluruhan proses dengan mana sumber-sumber manusia dan materil yang cocok dibuat tersedia dan efektif bagi pencapaian maksud-maksud organisasi secara efisien. Ini dijalankan melalui upaya bersama dan orang-orang. Sedangkan
Ngalim
Purwanto
(2007:
1)
mengemukakan
administrasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani, mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan di dalam mencapai suatu tujuan. Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa administrasi adalah suatu proses membantu, melayani
atau
mengarahkan
dalam
sekelompok orang untuk mencapai tujuan. 28
menjalankan
kegiatan
bersama
29
Dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, diungkapkan yang dimaksud dengan pendidikan adalah: usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dari defenisi pendidikan tersebut, dengan jelas terungkap bahwa pendidikan Indonesia adalah pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana, untuk mengembangkan potensi individu demi tercapainya kesejahteraan pribadi, masyarakat dan negara. Suparlan (2008: 80-84) mendefinisikan pendidikan dalam arti luas adalah wajib bagi siapa saja, kapan saja, dan dimana saja, karena menjadi dewasa, cerdas, dan matang adalah hak asasi manusia pada umumnya. Sementara dalam arti sempit pendidikan didefinisikan sebagai seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi
terorganisasi,
dilaksanakan
secara
terjadwal
dalam
system
pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasar pada tujuan yang telah ditentukan. Beberapa ahli mendefinisikan administrasi pendidikan dalam buku Ngalim Purwanto (2007: 4), (1) Good Carter V menyatakan bahwa : Administrasi Pendidikan adalah segenap teknik dan prosedur yang dipergunakan dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan sesuai dengan kebijakan yang ditentukan. (2) Stephen G. mengemukakan bahwa : Administrasi Pendidikan adalah suatu proses yang berurusan dengan
30
penciptaan, pemeliharaan, stimulasi dan penyatuan tenaga-tenaga dalam suatu lembaga pendidikan dalam usaha merealisasikan tujuan-tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. (3) Robert E Wilson menyatakan : “Educational administration is the coordination of forces necessary for the good instruction of all children within a school organization into an orderly plan for accomplishing the unit objective’s, and the assuring of their proper accomplishment.” Administrasi pendidikan adalah koordinasi kekuatan penting untuk pengajaran yang lebih baik bagi seluruh anak-anak didalam organisasi sekolah untuk mencapai tujuan dan menjamin pencapaian tujuan. Sedangkan Ngalim Purwanto (2007: 3) mengemukakan definisi administrasi pendidikan sebagai : Segenap proses pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personel, spiritual maupun material yang bersangkut paut dengan pencapaian tujuan pendidikan, di dalam proses administrasi pendidikan melibatkan segenap usaha orang-orang dalam proses pencapaian tujuan pendidikan itu diintegrasikan, diorganisasikan, dan dikoordinasikan secara efektif agar semua materi yang diperlukan dapat dimanfaatkan secara efisien. Engkoswara (1987: 42) mengatakan bahwa: Administrasi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari penataan sumber daya manusia yaitu kurikulum dan fasilitas untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal dan penciptaan suasana yang baik bagi manusia dalam mencapai tujuan pendidikan.
Sementara Sutisna (1993: 35) mendefinisikan administrasi pendidikan sebagai suatu peristiwa mengkoordinasikan kegiatan yang saling bergantung dari orang-orang dan kelompok-kelompok dalam mencapai tujuan bersama pendidikan anak-anak. Sejalan dengan itu, Sagala (2008: 39) mempertegas bahwa administrasi pendidikan pada intinya adalah segenap proses
31
pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu atau potensi dalam suatu aktivitas kelembagaan, baik personal, spiritual dan material, yang bersangkutan dengan pencapaian tujuan pendidikan. Dari definisi-definisi yang telah dikemukan di atas dapat disimpulkan bahwa administrasi pendidikan merupakan proses keseluruhan dan kegiatankegiatan bersama yang harus dilakukan oleh semua pihak yang terlibat di dalam tugas-tugas
pendidikan,
yang meliputi
antara lain kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaporan, pengkoordinasian, pengawasan, pembiayaan dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia baik personil, material, maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, administrasi pendidikan seyogyanya harus diketahui dan dijalankan oleh kepala sekolah, guru dan pegawai-pegawai sekolah sesuai dengan fungsi dan jabatanya masing-masing. Administrasi pendidikan merupakan suatu sistem pengelolaan dan penataan sumber daya pendidikan, seperti tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, kurikulum, dana (keuangan), sarana dan prasarana pendidikan, tata laksana dan lingkungan pendidikan. Administrasi pendidikan dilakukan dalam organisasi dan lembaga-lembaga pendidikan dengan bidang garapan dan fungsi-fungsi. Secara umum, bidang garapan administrasi pendidikan meliputi: man (manusia), material (fasilitas), method (kurikulum), money (dana), dan market (pemasaran lulusan). Sedangkan fungsinya meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
32
Sagala (2008: 44) menegaskan bahwa ruang lingkup pembahasan administrasi pendidikan difokuskan pada kegiatan administrasi pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai pelayanan kebutuhan sekolah disatu pihak, dan sekolah sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran dengan fokus utama pelayanan belajar dipihak lainnya. Pada kedua pihak ini kegiatan administrasi pendidikan difokuskan pada profesionalisme pengelolaan pendidikan dilihat dari segi kelembagaan pemerintah sebagai penanggung jawab pendidikan terhadap masyarakat maupun satuan pendidikan atau sekolah pada semua jenjang dan jenis sebagai instansi yang memberikan jasa pelayanan belajar kepada masyarakat.
B. Prestasi Siswa. 1. Pengertian Prestasi. Muray dalam Beck (1990 : 290) mendefinisikan prestasi sebagai berikut : To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult as well and as quickly as possible. Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985:40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto
33
(1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran. Prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.
Poerwanto (1986:28)
memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam
usaha
belajar
sebagaimana
yang
dinyatakan
dalam
raport.
Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sedangkan
menurut
S.
Nasution
(1996:17)
prestasi
belajar
adalah:
Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan
34
instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan. Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujianujian masuk perguruan tinggi. Di dalam kegiatan persekolahan khususnya di sekolah penelitian, prestasi siswa berada di wilayah program kerja kesiswaan yang ditangani secara khusus oleh pembina kesiswaan bidang/seksi prestasi siswa.
35
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar. adalah: 1. Faktor Internal. Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecedersan/ intelegensi, bakat, minat dan motivasi. a. Kecerdasan/intelegensi Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. b. Bakat. Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu. c. Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.
36
d. Motivasi Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. 2. Faktor Eksternal Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalamanpengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. a. Keadaan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
37
b. Keadaan Sekolah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. c. Lingkungan Masyarakat Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada. Dalam hal ini Kartono (1995:5) berpendapat: Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula.
C. Sistem Manajemen Mutu . 1. Pengertian Mutu a. Memahami Konsep Mutu Kualitas memiliki banyak kriteria yang berubah secara terus menerus. Banyak pakar dan organisasi yang mendefinisikan kualitas
38
berdasarkan sudut pandangnya masing-masing. Dalam tataran abstrak kualitas telah didefinisikan oleh dua pakar penting bidang kualitas yaitu Joseph Juran dan Edward Deming. Mereka berdua telah berhasil menjadikan kualitas sebagai mindset yang berkembang terus dalam kajian manajemen, khususnya managemen kualitas. Menurut Deming terdapat empat belas point penting yang dapat membantu manager mencapai perbaikan dalam kualitas yaitu:
1. Create constancy of purpose for improving products and services. 2. Adopt the new philosophy. 3. Cease dependence on inspection to achieve quality. 4. End the practice of awarding business on price alone; instead, minimize total cost by working with a single supplier. 5. Improve constantly and forever every process for planning, production and service. 6. Institute training on the job. 7. Adopt and institute leadership. 8. Drive out fear. 9. Break down barriers between staff areas. 10. Eliminate slogans, exhortations and targets for the workforce. 11. Eliminate numerical quotas for the workforce and numerical goals for management. 12. Remove barriers that rob people of pride of workmanship, and eliminate the annual rating or merit system. 13. Institute a vigorous program of education and self-improvement for everyone. 14. Put everybody in the company to work accomplishing the transformation. Sementara itu J.M. Juran mengartikannya sebagai cocok untuk digunakan ( fitness for use) dan definisi ini sendiri memiliki 2 aspek utama, yaitu: 1. Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan Kualitas yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan
39
pelanggan, membuat produk laku terjual, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan pangsa pasar dan volume penjualan, serta dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.
2. Bebas dari kekurangan Kualitas yang tinggi menyebabkan perusahaan dapat mengurangi tingkat kesalahan, mengurangi pengerjaan kembali dan pemborosan, mengurangi pembayaran biaya garansi, mengurangi ketidakpuasan pelanggan, mengurangi inspeksi dan pengujian, mengurangi waktu pengiriman produk ke pasar, meningkatkan hasil dan kapasitas, dan memperbaiki kinerja penyampaian produk atau jasa. Selanjutnya
Juran (dalam Jerome 2007:9) memandang mutu
sebagai berikut: . proses yang tidak mengenal akhir. . Perbaikan berkesinambungan, bukan program sekali jalan. . memerlukan kepemimpinan dari anggota dewan sekolah dan administrator. . Pelatihan massal merupakan prasyarat mutu. . Setiap orang di sekolah mesti mendapatkan pelatihan. Selain itu dua Pakar di atas, Pakar lain juga mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut pandangnya masing-masing. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut (Fandy Tjiptono. 2003:3): 1. Performance to the standard expected by the customer 2. Meeting the customer's needs the first time and every time 3. Providing our customers with products and services that consistently meet their needs and expectations.
40
4. Doing the right thing right the first time, always striving for improvement, and always satisfying the customer 5. A pragmatic system of continual improvement, a way to successfully organize man and machines 6. The meaning of excellence 7. The unyielding and continuing effort by everyone in an organization to understand, meet, and exceed the needs of its customers 8. The best product that you can produce with the materials that you have to work with 9. Continuous good product which a customer can trust 10. Not only satisfying customers, but delighting them, innovating, creating. Sementara itu Cartin (1999:312) memberikan definisi Quality Assurance is all planned and systematic activities implemented within the the quality system that can be demonstrated to provide confidence that a product or service will fulfill requirements for quality. Siapa yang seharusnya memutuskan apakah sebuah sekolah berhasil memberikan sebuah layanan yang memiliki mutu?, siapa yang berhak menentukan atribut dari sebuah mutu: apakah produsen atau konsumen?, sebab pandangan produsen dan konsumen tidak selalu sama. Organisasi-organisasi yang menganut konsep MMT melihat mutu sebagai sesuatu yang didefinisikan oleh para pelanggan. Pelanggan adalah wasit terhadap mutu dan institusi sendiri tidak akan mampu bertahan tanpa mereka. b. Komponen mutu Menurut Jerome S. Arcaro (2007:IX) setiap program mutu selalu mencakup 4 komponen penting. Pertama, mesti ada komitmen untuk berubah, serta anggota dewan sekolah dan para administrator mesti memperlihatkan komitmennya terhadap perubahan. Kedua, memahami
41
dengan baik di mana sekolah sebelum mengusahakan perubahan yang langgeng dan berhasil, harus mengetahui bagaimana sekarang sistem berjalan. Ketiga, memiliki visi masa depan yang jelas, dan semua personel di sekolah harus "berpegang" pada visi tersebut. Keempat, memiliki rencana untuk mengimplementasikan mutu di sekolah. Rencana dibuat hendaknya memberikan serangkaian pedoman pada tim yang akan melaksanakan proses implementasi. Rencana mutu harus merupakan sebuah dokumen hidup. Baik faktor internal maupun faktor eksternal yang memiliki dampak terhadap perubahan pendidikan. c. Sumber Mutu Paling tidak ada lima sumber kualitas yang biasa dijumpai (Fandy Tjiptono,Anastasia Diana, 2003:34) 1. Program, kebijakan, dan sikap yang melibatkan komitmen dari manajemen puncak. 2. Sistem informasi yang menekankan ketepatan, baik pada waktu maupun detail. 3. Desain produk yang menekankan keandalan dan perjanjian ekstensif produk sebelum dilepas ke pasar. 4: Kebijakan produksi dan tenaga kerja yang menekankan peralatan yang terpelihara baik, pekerja yang terlatih baik, dan penemuan penyimpangan secara cepat. 5. Manajemen yang menekankan kualitas sebagai sasaran utama.
42
Salah satu komponen penting program mutu dalam pendidikan adalah mengembangkan sistem pengukuran yang memungkinkan para profesional pendidikan mendokumentasikan dan menunjukkan nilai tambah pendidikan bagi siswa dan komunitasnya. 2. Manajemen Peningkatan Mutu Manajeman peningkatan mutu pendidikan adalah suatu metode peningkatan
mutu
yang
bertumpu
pada
lembaga
itu
sendiri,
mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif & kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen lembaga pendidikan untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Ada dua teknik dalam SMM dalam upaya meningkatkan mutu yaitu Quality assurance dan Quality control. Quality assurance merupakan suatu teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah berlangsung sebagaimana seharusnya. Dengan teknik ini akan dapat dideteksi ada atau tidaknya penyimpangan yang terjadi pada proses. Quality control merupakan suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai dengan standar. Quality control memerlukan indikator kualitas yang jelas dan pasti, sehingga dapat ditentukan penyimpangan kualitas yang terjadi.
43
Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu meliputi: a. Tahap persiapan: 1) menyampaikan informasi pada tenaga pendidik, orang tua, dan masyarakat; 2) menyusun tim pengembang yang terdiri dari tenaga pendidik, kepala sekolah, dan pakar pendidikan; 3) melatih tim evaluasi sekolah; 4) menentukan fokus: aspek yang akan dievaluasi berikut indikatornya masing- masing. 5) menentukan secara random subjek sumber informasi dan sample responden. b. Tahap implementasi: 1) pengumpulan informasi, 2) pengolahan informasi, 3) penyusunan draft laporan dan rekomendasi, 4) penyampaian laporan dan rekomendasi.
44
Gbr.2.1: Proses Pengembangan Mutu (Sumber: Jerome S. Arcaro, 2007:148)
c. Tahap Tindak Lanjut: Peningkatan mutu tidak dapat dilakukan secara spekulatif atau coba-coba. Semua tindakan dalam peningkatan mutu harus didasarkan data yang jelas. Demikian pula, tujuan, sasaran, dan target harus dinyatakan dalam bentuk data yang jelas, sehingga kelak dapat dievaluasi ketercapaianya secara cermat. Semua komponen pendidikan; yaitu pimpinan lembaga, tenaga pendidik, peserta dan bahkan orang tua harus didorong untuk mengambil peran masing-masing. Lebih lanjut David, Fred R (2004: 142) mengemukakan bahwa: Komponen yang Terkait dengan Mutu Pendidikan, yaitu:
45
a. Student : Readiness and learning motivation. b. Teacher : Professional ability, morale of work, personal ability, and cooperation (social ability). c. Curiculum :Content relevance and learning processoperationalization. d. Fund and infra structur: Sufficiency and effectivity on supporting learning process. e. Community (parent, graduate user, college) : Their participation on learning programs development at school. Component mentioned above becomes principal concern focus. Sebagai unit layanan jasa, yang dilayani sekolah (pelanggan sekolah) adalah (a) pelanggan internal: guru, pustakawan, laboran,teknisi dan tenaga administrasi dan (b) pelanggan eksternal terdiri atas: (1) pelanggan primer : siswa; (2) pelanggan sekunder :orang tua, pemerintah, dan masyarakat; dan (3) pelanggan tertier: pemakai/penerima lulusan (perguruan tinggi dan dunia usaha). Proses pendidikan harus dirancang untuk memenuhi baik mutu maupun respons terhadap tujuan. Konsorsium Sloan (Sloan-C) yang diterbitkan oleh Elemen Kualitas: Kerangka Sloan-C (Moore, 2002), menguraikan lima pilar kualitas 1) belajar efektivitas, 2) akses, 3) kepuasan siswa, 4) kepuasan pengajar, dan 5) efektivitas biaya (Qi Wang. Jurnal Internasional pada e-Learning. Norfolk: 2006. Vol. 5, ISS. 2; pg. 265).
46
Setiap personel mesti terlibat dalam transformasi mutu. Manajemen mesti merniliki komitmen untuk memfokuskan pada mutu. Manajemen administratif dan sekolah harus mendorong seluruh personel sekolah termasuk siswa untuk mengubah cara kerja yang selama ini dilakukannya. Tanpa adanya komitmen, program mutu tidak akan berhasil. Pelibatan personel adalah suatu proses untuk mengikutsertakan para personel/karyawan pada semua level organisasi dalam pembuatan keputusan dan pemecahan masalah. Orang yang paling dekat dengan masalah yang terjadi adalah orang yang tepat dan terbaik untuk membuat keputusan. Selain itu keputusan akan menjadi lebih baik dengan adanya masukan dari setiap pihak. Usaha pemberdayaan personel/karyawan dimulai dengan: •
Keinginan
manajer
untuk
memberi
tanggung
jawab
kepada
personel/karyawan • Melatih personel/karyawan mengenai bagaimana cara untuk melakukan delegasi dan menerima tanggung jawab • Komunikasi dan umpan balik perlu diberikan oleh manajer kepada personel/karyawan • Penghargaan dan pengakuan sebagai hasil dari evaluasi perlu diberikan kepada personel/karyawan sebagai tanda penghargaan terhadap kontribusi mereka kepada lembaga. Tujuan pelibatan dan pemberdayaan adalah untuk meningkatkan kemampuan organisasi dalam memberikan customer value.
47
Kerja sama tim juga merupakan salah satu unsur fundamental dalam Manajemen mutu terpadu. Faktor-faktor yang mendasari perlunya dibentuk tim-tim tertentu dalam suatu lembaga adalah: • Pemikiran dari 2 orang atau lebih cenderung lebih baik daripada pemikiran satu orang saja • Konsep sinergi yaitu bahwa hasil keseluruhan (tim) jauh lebih baik daripada individual. • Anggota tim dapat saling mengenal dan saling percaya, sehingga mereka dapat saling membantu. • Kerja sama tim dapat menyebabkan komunikasi terbina dengan baik. Tidak semua kumpulan orang dapat dikatakan tim (Fandy Tjiptono, Anastasia Diana, 2003:165), untuk dapat dianggap sebagai tim maka sekumpulan orang tertentu harus memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Ada kesepakatan terhadap misi tim. 2. Semua anggota mentaati peraturan tim yang berlaku. 3. Ada pembagian tanggung jawab dan wewenang yang adil 4. Orang beradaptasi terhadap perubahan. Perbaikan terus menerus perlu dilakukan untuk menuju kearah yang lebih baik, hal ini dan banyak orang dengan mengistilahkannya dengan kata Kaizen, istilah kaizen adalah perbaikan sedikit demi sedikit (step by step improvement). Kaizen merupakan istilah bahasa Jepang Kai berarti perubahan dan Zen berarti baik. Jadi, Kaizen mengandung pengertian melakukan perubahan agar lebih baik secara terus-menerus dan tiada berkesudahan. Aspek
48
perbaikan dalam Kaizen mencakup orang dan proses. Esensi kaizen adalah proyek kecil yang berupaya untuk membangun kesuksesan dan kepercayaan diri, dan mengembangkan dasar peningkatan selanjutnya, (Edward Sallis, 2008:76). Bila filosofi Kaizen diterapkan, maka semua aspek organisasi harus diperbaiki sepanjang waktu. Menurut Masaaki Imai (dalam Fandy Tjiptono, Anastasia Diana, 2003: 285) Sistem nilai pokok Kaizen adalah perbaikan/penyempurnaan yang berkesinambungan yang melibatkan setiap orang dalam organisasi. Unsur-unsur Kaizen sendiri terangkum dalam payung Kaizen (Kaizen umbrella), yang terdiri atas: 1. Fokus pada pelanggan 2. Pengendalian kualitas terpadu (Total Quality Control) 3. Gugus kendali kualitas 4. Sistem saran 5. Otomatisasi 6. Disiplin di tempat kerja 7. Pemeliharaan produktivitas terpadu (Total Productive Maintenance) 9. Penyempurnaan kualitas 10. Tepat waktu (just-in-time) 11. Tanpa cacat (zero defect) 12. Aktivitas kelompok kecil
49
13. Hubungan kerja sama karyawan-manajemen 14. Pengembangan produk baru Untuk menciptakan kultur perbaikan terus-menerus, seorang manajer harus mempercayai stafnya. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan staf sebuah tanggung jawab dalam peningkatan mutu di lingkungan mereka. Persaingan global dan selalu berubahnya permintaan pelanggan merupakan alasan perlunya dilakukan perbaikan berkesinambungan. Untuk mencapai perbaikan berkesinambungan, manajer tidak cukup hanya menerima ide perbaikan, tetapi juga secara aktif mendorong setiap orang untuk melakukan perbaikan. 3. Implementasi SMM di Kelas Implementasi MMT bukanlah suatu pendekatan yang sifatnya langsung jadi atau hasilnya diperoleh dalam waktu sekejap, tetapi membutuhkan suatu proses yang sistematis. Mulai dari persiapan, perencanaan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasi. Pendidikan harus mengubah paradigmanya. Norma-norma dan keyakinan-keyakinan lama harus dirubah. Sekolah mesti belajar untuk bisa berjalan dengan sumber daya yang ada. Para profesional pendidikan harus membantu para siswa mengembangkan keterampilan yang akan mereka butuhkan untuk bersaing dalam perekonomian global. Mutu pendidikan akan meningkat bila administrator, guru, staf dan anggota komite sekolah mengembangkan sikap baru yang terfokus pada kepemimpinan, kerja tim,
50
akuntabilitas, pengakuan, memiliki visi mutu terpadu bagi institusi, memiliki komitmen yang jelas terhadap proses peningkatan mutu. Implementasi SMM di kelas, semua guru sudah melaksanakan tugasnya sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh tim manajemen, mulai dari kelengkapan administrasi mengajar, membuka pelajaran sampai dengan proses evaluasi untuk mengukur keberhasilan proses belajar mengajar. a. Peran Pemimpin. Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. James M. Liphan,1985(dalam Rahman,2005:105) mengartikan kepemimpinan sebagai berikut. The Leadership as the behavior of an individual that initiatives a new structure in interaction within a social system by changing the goals, objectives, configuration, procedures, input processes, or output of the system. Aspek penting dari peran kepemimpinan dalam pendidikan adalah memberdayakan para guru dan memberi mereka wewenang yang luas untuk meningkatkan pembelajaran para pelajar. Stanley Spanbauer, Ketua Fox Valley Technical College, yang telah memperkenalkan MMT ke dalam pendidikan kejuruan di Amerika Serikat, berpendapat bahwa, “Quality based approach, leadership at school depend on teacher, and other staffs optimation involved in teaching-learnig process. Teacher are given antority to make up decision so they have big responsibility. They are also given flexibility and autonomy to act.”
51
Hopkins, David (dalam Journal Internasional) menyatakan bahwa peningkatan kerja sekolah yang baik dilakukan secara bersama-sama. Keadaan itu menunjang kesuksesan kerja sekolah. termasuk untuk mencari gambaran, sebuah komitmen dari perencanaan dan pengembangan pegawai , siswa, strategi koordinasi yang efektif , dan kepemimpinan yang kuat. Dalam kesimpulan Spanbauer para pemimpin harus: 1. Melibatkan para guru dan seluruh staf dalam aktivitas penyelesaian masalah,
dengan menggunakan metode ilmiah dasar, prinsip-prinsip
mutu statistik dan kontrol proses. 2. Meminta pendapat mereka tentang berbagai hal dan tentang bagaimana cara mereka menjalankan proyek dan tidak sekedar menyampaikan bagaimana seharusnya mereka bersikap. 3. Menyampaikan sebanyak mungkin informasi manajemen untuk membantu pengembangan- dan peningkatan komitmen mereka. 4. Menanyakan pendapat staf tentang sistem dan prosedur mana saja yang menghalangi mereka dalam menyampaikan mutu kepada para pelanggan, pelajar, orang tua dan partner kerja. 5. Memahami bahwa keinginan untuk meningkatkan mutu para guru tidak sesuai dengan pendekatan manajemen atas ke bawah (top-down). 6. Memindahkan tanggung jawab dan kontrol pengembangan tenaga profesional langsung kepada guru dan pekerja teknis. 7. Mengimplementasikan komunikasi yang sistematis dan kontinyu di antara setiap orang yang terlibat dalam sekolah.
52
8. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta negosiasi dalam rangka menyelesaikan konflik. 9. Memiliki sikap membantu tanpa harus mengetahui semua jawaban bagi setiap masalah dan tanpa rasa rendah diri. 10. Menyediakan materi pembelajaran konsep mutu seperti membangun tim, manajemen proses, layanan pelanggan, komunikasi serta kepemimpinan. 11. Memberikan teladan yang baik, dengan cara memperlihatkan karakteristik yang diinginkan dan menggunakan waktu untuk melihat situasi dan kondisi institusi dengan mendengarkan keinginan guru dan pelanggan lainnya. 12. Belajar untuk berperan sebagai pelatih dan bukan sebagai bos. 13. Memberikan otonomi dan berani mengambil resiko. 14. Memberikan perhatian yang berimbang dalam menyediakan mutu bagi para pelanggan eksternal (pelajar, orangtua dan lainnya) dan kepada para pe langgan internal (pengajar, anggota dewan guru, dan pekerja lainnya). Kepemimpinan yang kuat seperti yang diungkapkan tersebut, adalah kepemimpinan yang efektif dan mampu memberdayakan stafnya. Menurut Curtis & Manning(2003) adalah kepemimpinan yang mampu: 1) menggunakan fakta: a) mencari fakta melalui berbagai sumber b) menggunakan analisis SWOT untuk menentukan strategi sekolah c) memahami motivasi staf
53
d)
menganalisis
bagaimana
agar
staf
bekerja
efektif
dalam
kelompoknya e) mengetahui kemampuan dan motivasi saya 2) memotivasi orang 3) memberdayakan orang 4) menciptakan visi a) memahami nilai-nilai b) melibatkan staf dalam membuat visi c} menjelaskan gambaran masa depan sekolah d) mengembangkan strategi untuk kesuksesan kerja tim e) mengatur dan membuat action plan f) mendorong staf untuk memncapai tujuan g} mengkomunikasikan standar mutu dan kinerja yang harus dicapai h) menunjukkan prhatian kepada staf d) menumbuhkan rasa percaya diri staf e) mengajak staf mencapai tujuan keiompok sesuai dengan target Sedangkan menurut Richard Elmore, dalam Rahman (2005: 63) ada tiga model dalam meningkatkan kualitas belajar siswa bahwa sekolah membutuhkan peranan kepala sekolah berikut: a) Kepala sekolah sebagai seorang entrepreneur , kepala sekolah sebagai pemimpin efektif mengembangkan dan secara terus menerus fokus terhadap peningkatan instruksional dan siswa belajar pada saat yang
54
bersamaan juga melindungi guru dari pengaruh yang merusak dari luar lingkungan. b) Kepala sekolah sebagai organizer, kepala sekolah efektif membawa sekolah inovasi-inovasi individual, gagasan, program dan strategi instruksional yang bisa meningkatkan KBM sekaligus memelihara agenda pembaharuan yang koheren. Mereka juga melibatkan guru, orang tua dan anggota masyarakat sebagai kolabolator dan pemimpin di dalam upaya peningkatan mutu sekolah. c) Kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional - pemimpin sekolah efektif membangun kinerja sekolah yang baik berbasis kebutuhan data masyarakat profesional yang mendukung akuntabilitas individual bagi peningkatan belajar siswa dan instruksional. Diharapkan dampak dari kepemimpinan yang kuat adalah baik ada maupun tidak ada atasan di tempat, semua pekerjaan selesai dengan baik. Greenfield (1987) describes as follows: “Instructional leadership refers to actions undertaken with the intention of developing a productive and satisfying working environment for teachers and desirable learning conditions and outcomes for children.”
b. Partisipasi Stakeholders Partispasi stakeholder yang tinggi dalam penyelenggaraan sekolah akan
mampu
menciptakan
keterbukaan,
kerjasama
yang
kuat,
akuntabilitas, dan demokrasi pendidikan. Kerjasama sekolah yang baik
55
ditunjukkan oleh hubungan antar stakeholder yag baik, dan adanya kesadaran bersama bahwa output sekolah merupakan hasil kerja tim yang kuat dan cerdas (Depdiknas,2002). Demokrasi pendidikan adalah kebebasan yang terlembaga melalui musyawarah dan mufakat dengan menghargai perbedaan, hak asasi manusia serta kewajibannya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan (Depdiknas,2002). Secara filosofis sekolah merupakan bagian integral dari masyarakat, Saling ketergantungan antara sekolah dengan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam pendidikan diarahkan untuk membangun kesadaran mengenai pentingnya pendidikan sebagai aset kehidupan. Lewat keterlibatan mereka dalam pengelolaan pendidikan di sekolah dapat diakomodir aspirasinya. Untuk itu masyarakat perlu memiliki pandangan luas dan ke depan mengenai arah pendidikan dan bagaimana pendidikan di lingkungannya dikelola bersama. Untuk itu hubungan kemitraan antara sekolah dan masyarakat mutlak dibangun. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan. Pada Pasal 4 ayat 6 UUSPN No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peranserta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan , sedangkan Pasal 54 ayat 2 menyatakan Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan; kelompok, keluarga, organisasi profesi, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan
56
pendidikan. Dalam Pasal 9 dalam UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan. serta Pasal 56 menyatakan: (1) Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah. (2) Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat Nasional, Propinsi, dan Kabupaten Kota yang tidak mempunyai hubungan hirarkis. (3) Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan Berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikanpertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikara. (4) Ketentuan mengenai pembentukan dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2j, dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pernyataan ini membuka ruang luas bagi masyarakat baik perorangan maupun kelompok dalam suatu wadah organisasi untuk ikutserta meningkatkan kualitas manajemen sekolah.
Gbr. 2.2: Interaksi Sekolah dengan Stakeholders (Sumber: Syaiful Sagala,2009: 253)
57
Catatan: • jarak menunjukkan tingkat frekuensi sekolah berkonsultasi, atau membangun hubungan keterlibatan • ukuran lingkaran menunjukkan persepsi sekolah mengenai tingkat kepentingan fihak lain Peran serta masyarakat, antara lain dapat berupa keterlibatannya dalam pengambilan keputusan, pendelegasian kewenangan, keterlibatan pengiriman jasa, konsultasi masalah sekolah, kehadiran ke sekolah, sumbangan, dan pelayanan, namun demikian ada batasan-batasan yang diperlukan agar kinerja sekolah dapat lebih optimal. Jika peran serta masyarakat tidak diatur mekanismenya atas dasar kesepakatan bersama, maka mungkin terjadi dampak negatif seperti intervensi yang berlebihan, pemerasan, dan hal-hal negatif lainnya. Oleh karena itu pemerintah daerah, dinas pendidikan, pengawas sekolah, guru, orang tua peserta didik dan peserta didik harus secara bersama menyusun mekanisme peran serta masyarakat dengan sekolah. Namun demikian mereka harus dibekali dengan pengetahuan mengenai pembangunan dunia pendidikan, termasuk kebijakan yang berlaku. Melakukan diskusi mengenai kendala yang dihadapi masing-asing stakeholder dalam melakukan perannya dalam manajemen sekolah. Cara ini diharapkan mampu mengungkap akar masalah dan persepsi masyarakat atau kelompok terkait mengenai pengembangan pendidikan di wilayahnya.
58
D. Konsep Dasar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 1. Pengertian ISO 9001:2008 ISO 9001:2008 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen Mutu / kualitas. ISO 9001:2008 menetapkan persyaratan persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu. ISO 9001:2008 bukan merupakan standar produk, karena tidak menyatakan persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah produk (barang atau jasa). ISO 9001:2008 hanya merupakan standar sistem manajemen kualitas. Namun, bagaimanapun juga diharapkan bahwa produk yang dihasilkan dari suatu sistem manajemen kualitas
internasional,
akan
berkualitas
baik
(standar).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Quality Management System (ISO 9001:2008) adalah Merupakan prosedur terdokumentasi dan praktek praktek standar untuk manajemen sistem, yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu, dimana kebutuhan atau persyaratan tertentu tersebut ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi. ISO 9001 merupakan standar manajemen m u t u , standar kualitas yang diakui dan dihormati di seluruh dunia. ISO berasal dari bahasa Yunani yang berarti sama atau seragam atau standar. ISO (International Organization for Standardization) merupakan suatu lembaga federasi dunia badan-badan standar nasional
59
(badan anggota ISO) yang pertama kali didirikan pada 1947, di Jenewa, Swiss. Perlu diketahui bahwa ISO memiliki beberapa definisi sebagai berikut: 1. ISO adalah suatu organisasi internasional yang berwenang menerbitkan standar 2. ISO bukan merupakan standar untuk kualitas produk tetapi standar sistem kualitas dan kestabilannya 3. ISO merupakan suatu standar sistem kualitas yang diakui oleh semua negara 4. ISO adalah suatu pengakuan yang diberikan bagi perusahaan yang telah dapat memenuhi persyaratan minimum yang ditetapkan. Badan ini intinya bertujuan untuk menyesuaikan standar-standar nasional masing-masing negara dan menjadikannya menjadi satu standar internasional. Fungsi dari standar ISO, yaitu: a. Sebagai fondasi dari kegiatan perbaikan yang kontinu untuk kepuasan pelanggan. b. Sistem dokumentasi yang benar dari perusahaan c. Cara yang jelas dan sistematik dari manajemen kualitas d. Mendapatkan stabilitas dan konsistensi dalam kegiatan dan sistem e. Kerangka kerja yang bagus untuk perbaikan kualitas f. Praktek manajemen yang lebih efektif dengan otoritas dan tanggung jawab yang jelas dari orang yang berkaitan dengan kualitas proses dan produk g. Dapat melakukan segala sesuatu dengan benar setiap saat h. Untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, kualitas, dan kemampuan berkompetisi dari perusahaan
60
i. ISO untuk melakukan bisnis pada kelas dunia 2. Prinsip Dasar ISO 9001:2008 Yang menjadi prinsip dasar dari ISO 9001-2008 adalah sebagai berikut : a. Mengacu pada delapan prinsip manajemen mutu. 1). Costumer Focus ( perhatian kepada pelanggan). 2). Leadership (kepemimpinan). 3). Involvement of People ( pelibatan orang) 4). Approach Process (pendekatan proses). 5).Sistem Approach to Management (pendekatan sistem pada manajemen). 6). Continual Improvement (perbaikan berkelanjutan). 7). Factual Approach to Decision Making (pengambilan keputusan berdasarkan fakta-fakta). 8). Mutually Beneficial Suplier Relationship (hubungan pemasok yang saling menguntungkan). 1. Arah penerapan menuju kepada Total Quality Management (TQM). 2. Melakukan tindakan peningkatan mutu secara berkelanjutan (Continual Improvement). 3. Menggunakan kepada kepuasan pelanggan 4. Pelibatan seluruh personel untuk menerapkan system manajemen mutu. 5. Ketegasan dalam penetapan tanggung jawab dan wewenang serta kompetensi personel dalam melaksanakan aktivitas dalam organisasi yang berpengaruh terhadap mutu.
61
6. Pendekatan peningkatan mutu SDM dengan sistem pelatihan yang terstruktur dan sistematis. 3. Persyaratan Standar dari Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Dalam proses implementasi sistem manajemen mutu perlu dibuat aturan/pedoman pelaksanaannya melalui Prosedur Standar Operasional (SOP) yang mengacu kepada struktur klausul-klausul dalam ISO 9001:2008 Interpretasi Klausul-klausul ISO 9001-2008 Klausul 1 : Ruang Lingkup 1.1. Umum 1.2. Penerapan Klausul 2 : Acuan yang mengatur Klausul 3 : Istilah dan Definisi Klausul 4 : Sistem Manajemen Mutu 4.1. Tentang Persyaratan Umum 4.2. Tentang Persyaratan Dukomentasi 4.2.1. Umum 4.2.2. Tentang Pedoman Mutu 4.2.3. Tentang Pengendalian Dokumen 4.2.4. Tentang Pengendalian Rekaman Klausul 5 : Tanggung jawab manajemen 5.1. Tentang Komitmen manajemen 5.2. Tentang Fokus Manajemen 5.3. Tentang Kebijakan Mutu
62
5.4. Tentang Perencanaan 5.4.1. Tentang Sasaran Mutu 5.4.2. Tentang Perencanaan Sistem Manajemen Mutu 5.5. Tentang Tanggung jawab, Wewenang, dan Komunikasi 5.5.1. Tentang Tanggung jawab dab Wewenang 5.5.2. Tentang Wakil Manajemen 5.5.3. Tentang Komunikasi Internal 5.6. Tentang Tinjauan Manajemen 5.6.1. Umum 5.6.2. Masukan Tinjauan Manajemen Klausul 6 : Manajemen Sumber Daya 6.1. Penyediaan Sumber Daya 6.2. Sumber Daya Manusia 6.2.1. Umum - Pendidik, Tenaga Kependidikan, personel 6.2.2. Pelatihan, kesadaran, dan kompetensi 6.3. Fasilitas/infrastruktur 6.4. Lingkungan kerja Klausul 7 : Realisasi Produk 7.1. Perencanaan dari proses realisasi - identifikasi proses - pertimbangan - konsisten
63
- harus sesuai dengan sasaran mutu 7.2. Kontrol Perubahan 7.3. Pembelian 7.3.1. Pengendalian/control terhadap pembelian 7.3.2. Informasi pembelian - dokumen pembelian 7.3.3. Verifikasi terhadap produk yang dibeli - pemeriksaan barang Klausul 8 : Pengukuran, Analisa, Improvement 8.1. Perencanaan - Penggunaan alat ukur data statistik 8.2. Pengukuran dan Pemantauan 8.2.1. Kepuasan pelanggan - Metode pengukuran 8.2.2. Audit internal - Kriteria, ruang lingkup, frkuensi, dan metode audit -Auditee harus memastikan tindak perbaikan sesuai dengan waktunya. 8.2.3. Pemantauan dan Pengukuran Produk - Pengiriman produk harus melalui verifikasi 8.2.4. Pengukuran dan Pemantauan Produk harus. mengukur dan memantau karakteristik produk.
64
- Harus dilakukan pada tahap produksi. - Bukti kesesuaian dengan kriteria. 8.3. Pengendalian Ketidaksesuaian. - Prosedur pengendalian. - Produk tidak sesuai kriteria diidentifikasi dan dikendalikan untuk pencegahan. 8.4. Analisis Data - evaluasi - kepuasan pelanggan - kesesuaian terhadap persyaratan produk - tindakan preventif 8.5. Peningkatan 8.5.1. Perencanaan untuk peningkatan berkesinambungan melalui : - Kebijakan mutu dan sasaran mutu - Hasil audit - Analisa data - Tindakan koreksi dan pencegahan - Tinjauan manajemen 8.5.2. Tindakan koreksi - identifikasi keluhan pelanggan - penyebab ketidaksesuaian - evaluasi tindakan untuk menghilangkan
65
ketidaksesuaian - menentukan implementasi tindakan koreksi 8.5.3. Tindakan Pencegahan - harus sesuai dengan dampak dari berbagai permasalahan potensial. E. Menejemen Mutu Dalam Pendidikan 1. Mutu Pendidikan a. Pengertian Mutu Pendidikan Pengelolaan mutu dalam pendidikan banyak mengadopsi konsep manajemen mutu terpadu (TQM). Sebagaimana ditegaskan oleh E. Sallis (1994:14) bahwa TQM is a philosophy improvement, which can provide any educational institution with a set of practical tools for meeting and exceeding
present
and
future
custumers
need,
wants,
and
expectations.Secara umum, definisi mutu dapat sudah banyak disebutkan dalam bahasan sebelumnya. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan (Depdiknas, 2001). Jiyono
(1990)
menyebutkan
pengertian
mutu
pendidikan
menyangkut gambaran sifat manajemen. Sedangkan analisis Don Adam et al. (1991) kualitas pendidikan didefinisikan sebagai outputs, input or process characteristic of formal or non formal education. Typical output measures include student achievment (or such proxies as completion rates and various form of certification) literacy and pratical skills.
66
Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi sekolah; peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, dan program. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dan sebagainya) dilakukan secara harmonis, dan menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benarbenar mampu memberdayakan peserta didik. Output pendidikan adalah merupakan produktivitas sekolah. Produktivitas sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses perilaku sekolah. Produktivitas sekolah dapat diukur dari kualitas, efektivitas, kinerja, efisiensinya, inovasi, kualitas kehidupan kerja, dan moral kerjanya. b. Masalah Mutu Pendidikan Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu isu sentral dalam pendidikan nasional, terutama berkaitan dengan rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Dalam laporan Badan
67
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bidang pendidikan, United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), yang dirilis pada Kamis (29/11/07) menunjukkan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari 58 menjadi 62 di antara 130 negara di dunia. Yang jelas, education development index (EDI) Indonesia adalah 0.935, di bawah Malaysia (0.945) dan Brunei Darussalam (0.965). (Ditulis dalam Uncategorized ,www.google.com, Desember 12, 2007). Menyadari hal tersebut, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan media pembelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih sangat memprihatinkan. Kondisi tersebut lebih diperparah lagi oleh krisis ekonomi yang berkepanjangan,
yang
telah
berkembang
menjadi
krisis
multidimensional, dan telah memperburuk berbagai bidang kehidupan termasuk menurunkan mutu pendidikan. Adapun sifat-sifat pokok mutu jasa, menurut Slamet (1999) adalah mengandung
unsur-unsur:
(1).
keterpercayaan
(reliability),
(2).
keterjaminan (assurance), (3). penampilan (tangibility), (4). perhatian (emphaty), dan 5). ketanggapan (responsiveness).
68
Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Untuk menjadikan sekolah bermutu membutuhkan waktu, hal ini senada dengan Dr. W Edward Deming yang menegaskan bahwa transformasi mutu memerlukan waktu 5 tahun sebelum sebuah organisasi menyadari beberapa manfaat dari upaya mutu. c. Pendidikan Sebagai Produk Jasa Pendidikan merupakan produk jasa, akan tetapi lulusan tidak dapat sepenuhnya merupakan produk pendidikan, karena terdapat faktor lingkungan yang juga mempunyai peran dalam perkembangan peserta didik menjadi lulusan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produk pendidikan adalah jasa pendidikan. Dengan pengertian ini. perencanaan dan pelaksanaan pendidikan termasuk pengukuran hasil
pendidikan,
dapat
dilakukan
dengan
objektif
(Dede
Sutisna,1999:7). Jasa sekolah dikelompokkan atas lima komponen utama yakni: (a). Jasa kurikuler; (b). Jasa administrasi; (c). Jasa kebijakan; (d). Jasa ekstrakurikuler: (e ). Jasa penelitian. Jasa kurikuler, merupakan pelayanan yang bersifat kurikuler seperti penyusunan kurikuler dan silabus, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi, serta bimbingan. Jasa administrasi umum, berbagai pelayanan yang bersifat kebijakan umum terutama dilaksanakan
69
oleh pemimpin sekolah. Sedangkan jasa ekstrakurikuler merupakan pelayanan dalam pengembangan kesiswaan di luar kegiatan kurikuler, tetapi mendukung kegiatan studi seperti pengembangan minat, rekreasi, kesejahteraan dan pengembangan kemampuan untuk berkarier. Adapun jasa penelitian, merupakan pelayanan dan pelaksanaan penelitian yang menghasilkan konsep yang dapat dipergunakan oleh kostumer tersier. 2. Manajemen RSBI a. Pengertian, dan Karakteristik. 1) Pengertian Sekolah RSBI Pengertian Sekolah Bertaraf Internasional adalah satuan pendidikan yang diselenggarakan dengan menggunakan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan standar salah satu negara anggota Organizatian for Economic Cooperation and Development (OECD) atau negara maju lainnya. SNP (Standar Nasioanal Pendidikan) adalah standar minimal yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan meliputi standar: kompetensi lulusan, isi, proses, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Sedangkan pengayaan
dengan
standar
negara
maju
dapat
berupa
penyesuaian, penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman pada peningkatan mutu pendidikan yang mengacu pada standar mutu pendidikan bertaraf internasional atau pada negara maju.
70
Pencapaian kualitas pendidikan nasional selaras dengan kategori sekolah formal yang ada, yaitu: Sekolah Kategori Standar (Sekolah Standar Nasioanl), Sekolah Kategori Mandiri, R-SMA-BI, dan Sekolah Bertaraf Internasional. Sekolah yang berkategori mandiri didorong menuju sekolah rintisan bertaraf internasional, sekolah rintisan bertaraf internasional didorong menuju menjadi Sekolah bertaraf internasional, R-SMA-BI perlu menjalin kerjasama (networking) dengan sekolah lain, baik di dalam maupun luar negeri, yang telah memiliki
reputasi
internasional
sebagai
bentuk
kegiatan
perujukan (benchmarking). Bentuk kerjasama lain dapat berupa kolaborasi dengan lembaga pendidikan tinggi sebagai pengguna lulusan. R-SMA-BI juga harus mengembangkan program sertifikasi, meningkatkan daya saing dalam lomba tingkat internasional, yaitu penerapan system manajemen mutu ISO 9001-2008. Di Indonesia terdapat beberapa jenis SMA yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Di luar Sistem Pendidikan Nasional
Dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia
SMA-SSN
SMA-KM
R-SMA-BI
SMA-BI
Indonesia
SMA Franchise
SMA-ASING
Gbr. 2.3: Jenis SMA Berdasarkan Kategori Sumber: Panduan Penyelenggaraan Program R-SMA-BI (Depdiknas, 2009).
71
SMA SSN merupakan sekolah yang telah memenuhi Standar Nasional Indonesia dari Badan Standarisasi Nasional (BSN). SMA Kategori Mandiri merupakan sekolah yang telah memenuhi standar nasional pendidikan, mampu menerapkan dan mengelola pembelajaran dengan system SKS. Rintisan SMA Bertaraf Internasional adalah SMA nasional yang telah memenuhi seluruh standar nasional pendidikan, menerapkan sistem kredit semester dan dalam proses menuju SMA bertaraf internasional (hanya salah satu strategi menyiapkan SBI). SMA Bertaraf lnternasional adalah SMA nasional yang telah memenuhi seluruh standar nasional pendidikan, menerapkan sistem kredit semester serta mengembangkan keunggulan yang mengacu pada peningkatan daya saing yang setara dengan mutu sekolahsekolah unggul dari negara maju. SMA Franchise merupakan sekolah yang diselenggarakan warga negara Indonesia, memberlakukan kurikulum asing dan wajib mengajarkan pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan kepada peserta didik warga negara Indonesia. SMA Asing merupakan sekolah yang diselenggarakan oleh lembaga/negara asing, memberlakukan kurikulum asing, dan diperuntukkan bagi warga negara asing yang berada di Indonesia. Bagi SMA Asing wajib mengajarkan pendidikan agama dan
72
pendidikan kewarganegaraan kepada peserta didik warga negara Indonesia. 2) Karakteristik Sekolah RSBI Visi dan misi Sekolah R-SMA-BI merupakan bagian integral dari usaha mewujudkan tujuan pendidikan nasional sekaligus sebagai strategi peningkatan mutu. Merujuk pada amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Departemen Pendidikan Nasional menetapkan visi pendidikan nasional : Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional tersebut, Depdiknas berkeinginan untuk pada tahun 2025 menghasilkan: Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif (Insan Kamil/Insan Paripurna). Segenap usaha mencapai tujuan harus berporos pada visi pendidikan nasional dan visi Depdiknas,dan visi sekolah R-SMA-BI yang berfungsi sebagai arah pengembangan pendidikan nasional yang bercirikan wawasan kebangsaan, memberdayakan seluruh potensi kecerdasan dan meningkatkan daya saing global. Contoh visi yang mencakup komponen tersebut misalnya, Mewujudkan insan Indonesia yang berkepribadian Pancasila, cerdas dalam hal intelegensi (IQ), emosi (EQ), dan spiritual (SQ). Visi tersebut memiliki implikasi bahwa penyiapan manusia bertaraf
73
internasional memerlukan upaya-upaya yang dilakukan secara intensif, terarah, terencana, dan sistematik agar dapat mewujudkan bangsa yang maju, sejahtera, damai, dihormati, dan diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain. Visi sekolah R-SMA-BI, yaitu mencirikan wawasan kebangsaan, memberdayakan seluruh potensi kecerdasan dan meningkatkan daya saing global perlu dijabarkan ke dalam misi sekolah R-SMA-BI. Misi yang telah dijabarkan tersebut akan dijadikan dasar rujukan dalam menyusun dan mengembangkan rencana program kegiatan yang memiliki indikator SMART, yaitu spesifik (Specific), dapat diukur (Measurable),
dapat
dicapai
(Achievable),
dapat
dilaksanakan
(Realistic), dan ditentukan batas waktunya (Time Bound). Misi ini direalisasikan melalui kebijakan, rencana, program, dan kegiatan sekolah R-SMA-BI Penyelenggaraan
sekolah
R-SMA-BI
bertujuan
untuk
menghasilkan lulusan yang berstandar nasional dan internasional sekaligus. Lulusan yang berstandar nasional secara jelas telah dirumuskan dalam UU Nomor 20 tahun 2003 dan dijabarkan dalam PP Nomor 19 tahun 2005, dan lebih dirincikan lagi dalam Permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Implementasi stategi pengembangan pada tiga pilar mutu yang terpadu dengan pengembangan 8 standar nasional pendidikan pada program rintisan SMA bertaraf internasional memerlukan perencanan
74
program rintisan SMA bertaraf internasional dituangkan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) atau School Development and Investment Plan (SDIP) yang mengacu pada Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah Bertaraf Internasional pada tingkat satuan pendidikan. a). Evaluasi Diri Program rintisan SMA bertaraf internasional perlu melakukan evaluasi diri untuk mengetahui tingkat kesiapan masing-masing sekolah untuk mewujudkan sekolah bertaraf internasional. Evaluasi diri dilakukan dengan membandingkan antara kondisi ideal dengan kondisi nyata sekolah. Melalui evaluasi diri dapat diketahui kekuatan dan kelemahan masing-masing sekolah untuk setiap komponen sekolah. Hasil evaluasi diri digunakan sebagai dasar untuk menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) atau School Development and Investment Plan (SDIP) yang meliputi Rencana Kerja Jangka Menengah dan Rencana Kerja Tahunan. Pada tahap pelaksanaan evaluasi diri setiap satuan pendidikan dapat mengembangkan berbagai model keunggulan SMA-BI, seperti di bawah ini:
TABEL 2.1: Kriteria Keunggulan Evadir. No.
1.
Standar SMA-BI Sekolah memiliki sistem pengelolaan dan sistem dokumen data
Kriteria Keunggulan SMA-BI Seluruh sekolah R-SMA-BI menerapkan sistem informasi manajemen dalam pengelolaan data R-SMA-BI untuk mewujudkan standar aplikasi sistem informasi manajemen sekolah (contoh : PAS)
75
2.
Sekolah mengelola data secara efektif sebagai dasar pengambilan keputusan
Seluruh pimpinan sekolah R- SMA-BI menetapkan keputusan berbasis data Empirik.
3.
Sekolah mempublikasikan data pencapaian kinerja sebagai bagian dari pencitraan public
Seluruh sekolah RSMA BI menggunakan media seperti internet untuk mempublikasikan keberhasilan dalam menerapkan standar pengelolaan
Sumber: Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI), Jakarta, Dirjenmandikasmen, Depdiknas. 2009.
b). Penyusunan dan Pengesahan RPS Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) yang disusun oleh sekolah bersama dengan komite sekolah diketahui oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi. Sekolah menunjukan keunggulan dalam penyusunan dan pengesahan dokumen dengan model keunggulan sebagai berikut : TABEL 2.2: Penyusunan dan Pengesahan RPS No.
Standar SMA-BI
Kriteria Keunggulan SMA-BI
RPSmendapat dukungan komite sekolah
Sekolah mendapat dukungan nyata dalam bentuk partisipasi dalam pembiayaan pendidikan dari komite sekolah pada penyelenggaraan peningkatan mutu pelayanan belajar
RPS disahkan Dinas Pendidikan Kab/ Kota
Terdapat pernyataan dukungan Dinas Pendidikan danmendapat dukungan nyata pendanaan dari Pimpinan Daerah
RPS disahkan Dinas Pendidikan Provinsi
Terdapat pernyataan dukungan Dinas Pendidikan Provinsi serta mendapat dukungan pembiayaan dari Pemerintah Provinsi
1.
2.
3.
Sumber: Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI), Jakarta, Dirjenmandikasmen, Depdiknas. 2009.
76
Pelaksanaan program Rintisan SMA Bertaraf Internasional meliputi komponen sebagai berikut: 1. Akreditasi Mutu setiap sekolah R-SMA-BI dijamin dengan keberhasilan memperoleh akreditasi yang sangat baik. Akreditasi menentukan kelayakan program pendidikan dengan sertifikat predikat A dari BAN S/M. Disamping itu ditandai dengan perncapaian hasil akreditasi internasional dalam bidang pendidikan dari salah satu lembaga di negara maju dengan model keunggulan R-SMA-BI sebagai berikut : a. Akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M) b. Nilai akreditasi SMA-BI di atas 95 c. Mengadopsi konsep akreditasi penjaminan mutu oleh institusi yang memberikan pelayanan dan pengakuan atas terpenuhinya standar bertaraf internasional d. Mengaplikasikan model monitoring, evaluasi dan regulasi mutu bertaraf
internasional
secara
online
dalam
peningkatan
kemampuan profesi tenaga pendidik dan standar proses belajar siswa. 2. Pengembangan Kurikulum (KTSP) Perangkat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun berdasarkan standar isi dan standar kompetensi lulusan
77
yang ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Disamping itu kurikulum yang digunakan diperkaya dengan cara mengadopsi dan/atau mengadaptasi kurikulum sekolah pada negara maju yang memiliki keunggulan dalam bidang pendidikan sehingga dihasilkan kurikulum adaptif. Pengayaan muatan kurikulum dalam bentuk sumber belajar, buku teks siswa, buku pegangan guru, LKS (student worksheet), dan bahan ajar elektronik dalam bentuk e-learning, video cassette, compact disc, audio ,cassette, dan digital video disc. Menerapkan sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta mengembangkan kesiapan sekolah dalam menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS). Ada pun model keunggulan R-SMA-BI yang dapat sekolah kembangkan sebagai berikut: TABEL 2.3: Pengembangan KTSP No. 1.
Standar SMA-BI Hasil UN di atas Standar Nasional Menetapkan Standar Kompetensi bahasa Inggris
2.
3.
Menetapkan standar Penyusunan student worksheet yang merujuk pada student worksheet sekolah unggul bertaraf internasional.
Kriteria Keunggulan SMA-BI Minimum rata-rata pada tingkat satuan pendidikan 7,5 Skor TOEFL Minimum 450 atau ekuivalen dengan 45 IBT TOEFL skor. Menggunakan bahasa Inggris dalam komunikasi sehari-hari di sekolah. Menunjukkan kemampuan mengolah teks, grafik, diagram, gambar, dan spasial sebagai landasan argumentasi yang disajikan dalam bahasa Inggris . Tiap mata pelajaran dilengkapi student worksheet berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris. Tiap sekolah menggunakan model student worksheet pembanding dari sekolah sekolah unggul bertaraf internasional.
78
4.
Menetapkan standar dalam pendayagunaan Teknologi Infromasi dan Komunikasi (TIK)
5.
Menetapkan standar pembinaan prestasi bidang akademik
6.
7.
8.
9.
10.
1 1.
Menetapkan standar pembinaan prestasi bidang akademik, olah raga, dan seni
Menetapkan standar dalam melaksankan kegiatan interaksi dan berkolaborasi pada ruang lingkup global Memiliki standar dalam pengembangan kemampuan berpikir kritis yang setara dengan standar pada sekolah unggul bertaraf internasional Menetapkan standar prosedur adopsi dan adaptasi kurikulum dan manteri pelajaran dari lembaga pendidikan unggul bertaraf internasional
Tiap sekolah menerapkan standar pemanfaatan TIK Tiap sekolah menggunakan internet dalam interaksi pembelajaran (email, blog,web atau e-learning project, e-library) Minimum 25 % siswa terlibat dalam kegiatan bertaraf internasional secara langsung dan~atau melalui media TIK . Minimum dalam kurun waktu tiga tahun meraih : - 6 medali tingkat kabupaten (juara I) - 4 medali tingkat provinsi (juara I, II, III) - 2 medali tingkat nasional (juara I-VI, dan harapan I,II,II) - 1 medali internasional (juara) - memiliki bukti fisik karya siswa atau pendidik yang dipublikasikan dalam media bertaraf internasional. Memiliki mitra interaktif dengan memberdayakan email, blog, web atau forum diskusi berbasis TIK pada taraf internasional Menunjukkan kemampuan bertanya secara kritis setara dengan standar berpikir kritis dari negara maju. Menyajikan tulisan dengan dilandasi berpikir kritis, imajinatif yang didasal -i dengan data pada forum ilmiah. Mengadopsi dan mengadaptasi materi pelajaran dari lembaga pendidikan di negara maju dengan indikator dokumen awal dan hasil proses adopsi atau adaptasi.
Menetapkan standar dalam implementasi pengembangan daya dukung sumber daya pendidikan melalui pelaksanaan PTK atau lesson studi
Melaksanakan perbaikan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan rujukan bahan penyempurnaan perangkat pembelajaran hasil proses adopsi dan adaptasi. Menghasilkan PTK atau Karya Tulis Ilmiah melalui kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau lesson studi.
Memiliki standar penggunaan bahasa Inggis dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluas: belajar.
Menetapkan rencana jangka menengah dalam pengemba-ngan materi bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pembelajaran. Menetapkan target pengemba-ngan yang spesifik dan ter-ukur dalam tiap tahun. Merekam data kemajuan tiap semester dalam penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.
79
12.
Menerapkan SKS dalam penyelenggaraan kurikulum
Sekolah mengembangkan RPP dan modul pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran Sekolah mengelola sistem administrasi untuk menerapkan pelayanan sistem SKS Melakukan perbaikan sistem berkelanjutan
Sumber: Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI), Jakarta, Dirjenmandikasmen, Depdiknas. 2009. c). Proses Pembelajaran Proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan menantang sehingga dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Proses pembelajaran memberikan ruang yang cukup untuk peserta didik agar memiliki akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneurship, jiwa patriot, jiwa inovator, prakarsa, kreativitas, kemandirian berdasarkan bakat, minat dan perkembangan fisik maupun psikologisnya secara optimal yang terintegrasi pada keseluruhan kegiatan pembelajaran. Pendidik harus dapat mengembangkan proses pembelajaran yang membangun pengalaman belajar siswa melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang efektif dan efisien. Mutu proses pembelajaran ditingkatkan dengan menerapkan model model pembelajaran yang secara nyata telah berhasil diterapkan dengan baik pada sekolah unggul dari negara maju (seperti ; penerapan standar belajar, standar mengajar: persiapan pembelajaran, penentuan indikator hasil belajar, pemilihan bahan ajar, strategi pembelajaran, pengelolaan kelas, pemilihan alat peraga pembelajaran, dan pemilihan sumber belajar). Mutu pembelajaran ditingkatkan dengan dukungan penerapan TIK pada semua mata pelajaran serta menggunakan bahasa Inggris untuk kelompok sains dan matematika di jurusan
80
IPA. Pengembangan berikutnya untuk mata pelajaran ekonomi pada jurusan IPS. Tiap satuan pendidikan dapat menentukan mata pelajaran lain yang termasuk dalam pelayanan bertaraf internasional apabila sekolah memiliki sumber daya yang memenuhi kriteria mutu yang ditetapkan. Ada pun model keunggulan yang dapat sekolah kembangkan sebagai berikut : TABEL 2.4: Proses KBM No.
Standar SMA-BI
1.
Menetapkan standar minimal Indikator hasil belajar berlandaskan teori belajar dan rujukan internasional
2.
Menetapkan standar prosedur pelaksanaan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan dan menantang. Menetapkan Standar pembelajaran yang mengembangkan memiliki akhlak mulia, budi pekerti luhur dan kepribadian unggul. Menetapkan Standar pembelajaran yang menguatkan akhlak mulia, budi pekerti luhur dan kepribadian unggul. Menetapkan Standar pembelajaran yang menguatkan kepemimpinan dan jiwa entrepreneurship.
3.
4.
5.
6.
7.
Menetapkan standar pembelajaran yang menguatkan patriotisme, inovator, kreatif, dan mandiri. Menetapkan standar prosedur penerapan konsep eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi .
Kriteria Keunggulan SMA-BI Guru pada R-SMA-BI menetapkan indikator pembelajaran kecerdasan atau berpikir kritis di antaranya menggunakan berbagai kriteria sesuai dengan teori taxonomi Bloom's, Model Meyer Briggs atau Multiple I intellegence Gardner. Menentukan kriteria pemenuhan sistem administrasi pembelajaran yang interaktif. Menentukan prosedur operasional standar pelaksanaan pembelajaran yang interaktif inspiratif, menyenangkan dan menantang. Menetapkan indikator akhlak mulia, budi pekerti luhur dan kepribadian unggul Menentukan kriteria sukses dalam mengembangkan akhlak mulia, budi pekerti luhur dan kepribadian unggul. Menetapkan indikator akhlak mulia, budi pekerti luhur dan kepribadian unggul. Menentukan kriteria sukses dalam mengembangkan akhlak mulia, budi pekerti luhur dan kepribadian unggul. Menetapkan indikator kepemimpinan dan jiwa entrepreneurship. Menentukan kriteria sukses dalam mengembangkan kepemimpinan dan jiwa entrepreneurship. Menetapkan indikator patriotisme, inovator, kreatif, dan mandiri. Menentukan kriteria sukses dalam mengembangkan patriotisme, inovator, kreatif, dan kemandirian. Menetapkan definisi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dalam pengalaman belajar siwa. Menetapkan kriteria minimal pelaksanaan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dalam mengangun pengalaman belajar siwa
81
8.
9.
Memiliki standar prosedur kebervariasian penggunaan metode pembelajaran Mengembangkan model-model strategi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi pada seluruh mata Pelajaran
10.
Menetapkan standar mutu pengelolaan kelas.
11.
Menerapkan standar penggunaan bahasa Inggris pada proses pembelajaran.
12.
Alat peraga proses pembelajaran
13.
Penggunaan teknologi informasi sebagai penunjang administrasi akademik.
14.
Menetapkan penggu-naan TIK untuk mempublikasikan model-model perencanaan belajar dan model metode pembelajaran Standar penggunaan internet sebagai penun-jang proses pembela-jaran.
15.
Melaksanakan pemantauan keterpenuhan kriteria dalam kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Guru pada SMA-BI sekurang- kurangnya dapat menggunakan, menguasai berbagai jenis metode pembelajaran. Melalui kegiatan MGMP mengembangkan model model strategi eksplorasi Melalui kegiatan MGMP mengembangkan model model strategi elaborasi Melalui kegiatan MGMP mengembangkan model model konfirmasi Melalui kegiatan MGMP mengembangkan model pembelajaran interaktif. Guru mengembangkan kebervariasian strategi pembelajaran Sekolah menyediakan informasi penunjang eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang guru dan siswa butuhkan. Menetapkan indikator mutu pengelolaan kelas. Menetapkan kriteria sukses pengelolaan kelas. Mengembar.gkan model kelas interaktif dan kompetitif. Menetapkan criteria pengelolaan kelas yang interaktif dan kompetitif. Menerapkan kirteria penggunaan bahasa Inggris dalam proses pembelajaran sesuai kriteria yang sekolah tetapkan mengacu pada standar nasional SMA-BI. Memantau keterpenuhan kriteria secara berkelanjutan. Melakukan perbaikan mutu penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Adopsi adaptasi video berbasis ICT sebagai alat peraga pembelajaran dari negara yang unggul pada penggunaan TIK. Menetapkan program pengembangan TIK dalam menunjang tertib administrasi pembelajaran. Menetapkan target penerapan TIK dalam kegiatan belajar. Menetapkan target penerapan TIK dalam pengelolaan administrasi hasil belajar. Menetapkan target penerapan TIK dalam pengumuman hasil belajar. Guru R-SMA-BI mempubli-kasikan model model perenca naan belajar melalui internet. Guru R-SMA-BI mempublika-sikan metode perencanaan belajar melalui internet. Menetapkan target yang terukur dalam penggunaan internet dalam menunjang efektivitas proses pembelajaran. Memantau ketercapaian target penggunaan internet dalam menujang-efektivitas Pembelajaran
82
16.
Perpustakaan sekolah Menetapkan pengguna-an TIK untuk mempublikasikan model- model perencanaan belajar dan model metode pembelajaran
17.
Laboratorium IPA, IPS, Bahasa/ Multi-media
18.
Pelaksanaan Remedial
19.
Pelaksanaan pengayaan
20.
Pengembangan prestasi pendukung kompetisi.
21.
Supervisi atau audit proses pembelajaran
Melaksanakan perbaikan dalam penggunaan internet sebagai sumber pembelajaran. Mentapkan program pengembangan perpustakaan merujuk pada model perpustakaan bertaraf internasional. Menetapkan indikator sukses pengelolaan perpustakaan sekolah sesuai dengan standar nasional dan internasional. Menetapkan target pencapaian standar perpustakaan. Melaksanakan pengembangan sesuai dengan rencana. Menetapkan program penge-lolaan laboratorium sekolah sesuai dengan standar sekolah unggul bertaraf internasional. Menetapkan indikator sukses pengelolaan laboratorium sekolah sesuai dengan standar internasional. Menetapkan target pencapaian standar pengelolaan laborato-rium. Melaksanakan pengembangan laboratorium sesuai dengan rencana. Melaksanakan kegiatan remedial Menetapkan target pencapaian standar remedial. Mengadministrasikan kegiatan remedial. Melaksanakan kegiatan pengaya-an merujuk pada standar soal-soal olimpiade. Menetapkan target pencapaian standar pengayaan. Mengevaluasi pencapaian hasil belajar. Menetapkan standar pembinaan daya kompetisi pada tingkat sekolah Menetapkan standar pencapaian hasil kompetisi tingkat provinsi, nasional, dan internasional Mengembangkan tim supervisi melalui kegiatan audit tim intenal dan Eksternal Mengembangkan instrumen audit sesuai denga standar keunggulan. Melaksanakan supervise berkalanjutan Melaksanakan pebaikan berkelanjutan.
Sumber: Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI), Jakarta, Dirjenmandikasmen, Depdiknas. 2009.
3). Peningkatan Mutu Penilaian Sekolah perlu mengembangkan instrumen penilaian autentik yaitu penilaian yang diperoleh dari proses pembelajaran yang mengukur tiga ranah penilaian, yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif, termasuk
83
penilaian portofolio. Hasil belajar siswa dapat diukur melalui ujian sekolah, ujian nasional, dan ujian internasional, yang diperkaya dengan model penilaian sekolah unggul dari negara maju yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Ujian sekolah dan ujian nasional bersifat wajib. Ujian internasional bersifat pilihan, karena memerlukan dukungan dana dari orang tua atau stakeholders, namun sekolah harus berupaya memfasilitasi siswa yang ingin mengikuti ujian internasional tersebut untuk mendapatkan sertifikat internasional. TABEL 2.5: Evaluasi No.
1.
2.
Standar SMA-BI
Kriteria Keunggulan SMA-BI
Guru melaksanakan Guru menggunakan instrumen evaluasi aspek evaluasi yang meliputi kognitif dengan tingkat validitas soal yang aspek kognitif, apektif, terukur. dan psikomotor dalam Guru menggunakan instrumen eva-luasi apektif pelaksanaan pembelajaran secara proporsional. Guru menggunakan instrumen eva-luasi psikomotor secara proporsio-nal. Sekolah memiliki model yang mengintegrasikan sistem penilaian dalam ketiga ranah sebagai ukuran efektivitas kinerja belajar siswa. Guru melaksanakan Guru memiliki dokumen hasil penilaian proses. penilaian proses Guru menggunakan sistem pengolahan hasil penilaian proses dalam mengukur efektivitas kinerja belajar.
3.
Guru melaksanakan penilaian portofolio.
Sekolah menetapkan standar dalam penge-lolaan data portofolio siswa.
4.
Sekolah melaksanakan ujian untuk mengukur kinerja belajar untuk memperoleh sertifika-si bertaraf internasio-nal
Sekolah melakukan kerja sama dengan lembaga/ institusi internasional dalam melaksanakan pengujian siswa agar memperoleh sertifikat internasional.
5.
Sekolah menggunakan Guru menggunakan soal soal olimpiade un-tuk soal-soal olimpiade untuk melakukan pengujian tingkat kesiapan daya menguji tingkat kompetisi siswa dalam menghadapi olimpiade. penguasaan pengeta-huan siswa.
Sumber: Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI), Jakarta, Dirjenmandikasmen, Depdiknas. 2009.
84
4). Peningkatan Mutu Kompetensi Lulusan Penetapan
kompetensi
lulusan
rintisan
SMA
bertaraf
internasional menerapkan standar kelulusan yang lebih tinggi daripada standar nasional pendidikan, meraih prestasi tingkat internasional pada bidang sains, matematika, teknologi, seni dan olah raga. Lulusan memperoleh pengakuan internasional yang dibuktikan dengan sertifikat. Mampu mengembangkan logika dan imajinasi secara tertulis, menguasai penggunaan bahasa Inggris, menguasai teknologi informasi dan komunikasi sebagai modal dasar dalam berinteraksi, berkolaborasi dalam menghadapi kompetisi global. TABEL 2.6: Peningkatan Mutu Kelulusan. No. 1. 2. 3.
Standar SMA-BI
Kriteria Keunggulan SMA-BI
Manusia berakhlak mulia, inovatif, dan kreatif. Hasil UN di atas Standar Nasional
Menetapkan indikator dan kriteria siswa berakhlak mulia, inovatif, dan kreatif. Minimum rata-rata pada tingkat satuan pendidikan 7,5
Menetapkan standar kompetensi bahasa Inggris Menetapkan standar pem binaan prestasi bidang akademik, olah raga dan seni.
Siswa memperoleh Skor TOEFL Minimum 450 atau ekuivalen dengan 45 IBT TOEFL skor Berhasil mewujudkan target minimal dalam waktu tiga tahun : 6 medali tingkat kabupaten (juara I) 4 medali tingkat provinsi (juara I, II, III) 4. 2 medali tingkat nasional (juara I-VI, dan harapan I,II,II) 1 medali internasional (juara) Memiliki bukti fisik karya siswa atau pendidik yang dipublikasikan dalam media bertaraf internasional. Kompetensi bidang TIK Menggunakan internet sebagai sum-ber belajar, 5. media komunikasi, media kolaborasi global. Mampu membeberkan pikiran mela-lui media web Sumber: Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI), Jakarta, Dirjenmandikasmen, Depdiknas. 2009.
85
5). Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dalam
rangka
mengembangkan peningkatan
meningkatkan
program
kualifikasi
mutu
peningkatan pendidikan
SDM
sekolah
kompetensi guru
minimal
guru 30%
harus melalui guru
berpendidikan S2/ S3 dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A dengan program studi sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Selain
itu
kompetensi
guru
dalam
pengelolaan
sistem
pembelajaran ditingkatkan untuk menuju pada proses pembelajaran yang setara dengan proses pembelajaran pada sekolah unggul dari negara maju. Untuk itu sekolah perlu mengembangkan pula kompetensi bahasa inggris guru dan kompetensi pada bidang TIK terutama untuk guru kefompok sains dan matematika. Peningkatan mutu SDM melalui kegiatan pelatihan dalam bentuk, pemagangan, studi banding, workshop (on the job training atau off the job training) dan seminar yang dilakukan oleh masing-masing sekolah atau bekerjasama dengan lembaga pendidikan di luar sekolah yang memiliki kewenangan dan kompetensi yang relevan. Kepala sekolah harus mempunyai visi internasional, mampu membangun jejaring internasional, memiliki kompetensi manajerial, serta jiwa kepemimpinan dan entrepreneurship yang kuat dalam memfasilitasi seluruh anggora komunitas sekolah untuk mengembangkan keunggulan kompetitif dan komparatif bertaraf internasional. Untuk mendukung
86
kelancaran tugas tersebut kepala sekolah harus berpendidikan minimal S2 dan mampu berbahasa inggris secara aktif. TABEL 2.7: Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan No.
Standar SMA-BI
Kriteria Keunggulan SMA-BI
1.
Menetapkan program dengan target yang terukur dalam meningkatkan kualifikasi guru jangka menengah.
4.
Kualifikasi pendidikan guru minimal 30% berpendidikan S2/ S3 serta relevan dengan mata pelajaran yang diampu. Guru MIPA mengguna kan sumber belajar ber-bahasa Inggris. Guru MIPA mengguna kan bahasa Indonesia dan Inggris dalam interaksi pembelajaran Staf Administrasi
5.
Kepala sekolah
6.
Memenuhi standar kompe tensi pendidik dalam penggunaan tekonologi informasi dan komuni-kasi.
7.
Memenuhi standar kompetensi tenaga kependidi-kan dalam penggunaan tekonologi informasi dan komunikasi.
8.
Memiliki standar kompetensi kepribadian, social
9.
Memiliki standar kompetensi profesi dan pedagogis
2.
3.
Sebanyak 100% guru MIPA dapat menggunakan sumber belajar berbahasa Inggris 100% guru MIPA menggunakan bahasa Inggris dengan meningkatkan standarnya dalam jangka waktu 4 tahun. Sebanyak 20 % staf administrasi mampu berkomunikasi lisan dan tertulis dengan menggunakan bahasa Inggris Menetapkan standar kualifikasi pendidi-kan S2 dari lembaga pendidikan tinggi yang terakreditasi A. Menetapkan standar berkomunikasi dalam bahasa Inggris Menetapkan standar kompentensi ICT Menetapkan standar kompetensi manaje-rial tingkat satuan pendidikan. 100% guru menggunakan teknologi infor masi dan komunikasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Seluruh guru menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam penge-lolaan dokumen data 100% tenaga kependidikan mengguna-kan teknologi informasi dan komunikasi dalam pelaksanaan tugas pengelolaan administrasi sekolah Seluruh tenaga kependidikan mengguna-kan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengelolaan dokumen data seko-lah Seluruh tenaga kependidikan terintegrasi pada SIM sekolah. Sekolah menetapkan indikator pada tiap jenis kompetensi dan menetapkan standar minimal pada tingkat satuan pendidikan. Memenuhi indikator kompetensi pendi-dik dalam memenuhi standar prosedur operasional eksplorasi, kolaborasi, dan konfirmasi pada kegiatan pembelajaran. Memenuhi indikator kompetensi pendi-dik dalam pengeloloan mutu penerapan prinsip-
87
10.
TRRC
11.
Pelaksanaan Lesson Studi
12.
Pengembangan karya ilmiah guru Guru dan kep sek berprestasi
prinsip pedagogis. Menetapkan standar Kelengkapan TRRC Menetapkan standar pendayagunaan atau agenda penggunaan. Menetapkan standar prosedur operasional pelaksanaan kegiatan lesson studi tingkat satuan pendidikan. Menetapkan target jumlah guru yang menulis karya tulis ilmiah. Menetapkan target pembinaan kompetensi guru.
Mengembang kan mutu entrepreneurship
Menetapkan target pengembangan bidang wirausaha pendidik dan tenaga kependidi-kan.
13. 14.
Sumber: Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI), Jakarta, Dirjenmandikasmen, Depdiknas. 2009.
6). Sarana dan Prasarana Pendidikan Sekolah secara bertahap harus memenuhi standar sarana dan prasarana yang mendukung efektivitas proses pembelajaran yang setara dengan proses pembelajaran sekolah unggul di salah satu negara maju. a. Pengembangan Perpustakaan Perpustakaan memegang peranan penting, oleh karena itu perlu dilengkapi dengan buku-buku pelajaran berbahasa Inggris, buku referensi, jurnal nasional dan internasional, buletin, koran, majalah, serta perangkat audio visual. Perpustakaan diharapkan dapat membantu siswa mengasah otak, memperluas dan memperdalam pengetahuan, melahirkan kreativitas, serta membantu kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Kecanggihan teknologi dewasa ini, mengharuskan perpustakaan dilengkapi dengan fasilitas komputer dan internet yang memungkinkan warga sekolah mendapatkan berbagai informasi yang disediakan di alam maya. Perpustakaan juga harus menerapkan sistem komputerisasi digital dalam mencari katalog buku. Ruang perpustakaan
88
harus nyaman, sebaiknya dilengkapi dengan alat pendingin (AC) yang memadai. TABEL 2.8: Sarana Prasarana No.
Standar SMA-BI
Kriteria Keunggulan SMA-BI
1.
Koleksi buku perpustakaan meliputi pelajaran .berbahasa Inggris, buku referensi, jurnal nasional dan internasional, buletin, koran, majalah, serta perangkat audio visual. Mengembangkan perpustakaan digital.
Menetapkan target pengadaan buku terukur dalam meningkatkan kualifikasi guru jangka menengah.
2.
Menetapkan standar pengelolaan perpustakaan berbasis TIK Menetapkan standar penyediaan informasi digital Menetapkan standar pelayanan perpustakan.
Sumber: Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI), Jakarta, Dirjenmandikasmen, Depdiknas. 2009.
b. Pengembangan Laboratorium Laboratorium Fisika, Biologi, Kimia Setiap sekolah harus memiliki minimal satu laboratorium Fisika, satu laboratorium Biologi, dan satu laboratorium Kimia, yang dilengkapi dengan peralatan dan bahan praktikum yang memadai untuk menunjang proses pembelajaran. Laboratorium tersebut perlu didayagunakan secara maksimal dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi serta memenuhi standar. TABEL 2.9: Pengembangan Laboratorium IPA No.
Standar SMA-BI
Kriteria Keunggulan SMA-BI
1.
Memiliki laboratorium pendukung pembelajaran
2.
Mendayagunakan labora torium pendukung pembelajaran
Memiliki laboratorium kimia, biologi, fisika sesuai standar nasional pendidik an. Menetapkan indikator efektivitas penge lolaan dan pendayagunaan laboratori-um. Menetapkan standar tingkat satuan pendidikan dalam mengintegrasikan laboratorium pada jaringan dan akses internet. Menetapkan standar efektivitas pendayagunaan laboratorium kimia, biologi, fisika sesuai standar nasional pendidi-kan Melaksanakan evaluasi pendayagunaan laboratorium kimia, biologi, fisika sesuai standar nasional pendidikan.
Sumber: Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI), Jakarta, Dirjenmandikasmen, Depdiknas. 2009.
89
c. Pengembangan Laboratorium Bahasa Dalam pembelajaran bahasa terdapat empat keterampilan dasar, yaitu mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam mengembangkan kemampuan menyimak dan berbicara sekolah dapat memanfaatkan jasa native speaker atau dalam bentuk rekaman suara, video atau media rekam lainnya. TABEL 2.10: Pengembangan Laboratorium Bahasa No. 3.
Standar SMA-BI Memiliki laboratorium bahasa pendukung pembelajaran
4.
Mendayagunakan labora torium pendukung pembelajaran
Kriteria Keunggulan SMA-BI Memiliki laboratorium bahasa sesuai standar nasional pendidik an. Menetapkan indikator efektivitas penge lolaan dan pendayagunaan laboratori-um bahasa. Menetapkan standar tingkat satuan pendidikan dalam mengintegrasikan laboratorium pada jaringan dan akses internet. Menetapkan standar efektivitas pendayagunaan laboratorium bahasa. Melaksanakan evaluasi pendayagunaan laboratorium bahasa.
Sumber: Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI), Jakarta, Dirjenmandikasmen, Depdiknas. 2009.
c. Pengembangan Laboratorium Multimedia. Laboratorium multimedia adalah fungsional laboratorium (tempat praktikum) yang mampu memfasilitasi beberapa aktivitas praktikum sekolah dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Aktivitas praktikum dapat dilayani oleh laboratorium konvensional (Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa, dan Komputer) tetapi dapat juga dilayani oleh laboratorium multimedia dengan menggunakan teknologi multimedia dan simulasi komputer.
90
Laboratorium multimedia berisi seperangkat komputer berikut perangkat audio visualnya yang saling terintegrasi, dilengkapi dengan program aplikasi yang sesuai untuk memberikan layanan tambahan
terhadap
laboratorium
konvensional.
Laboratorium
multimedia dapat melayani seluruh rumpun mata pelajaran. Fungsi pokok laboratorium multimedia adalah untuk melayani kegiatan:
interaksi
antara
guru-siswa,
penayangan
video
pembelajaran, latihan mata pelajaran interaktif (online), simulasi kasus berbasis multimedia, operasionalisasi eBook, dan menyediakan eEnsiklopedi. TABEL 2.11: Pengembangan Laboratorium Multimedia No.
Standar SMA-BI
Kriteria Keunggulan SMA-BI
5.
Memiliki laboratorium multimedia pendukung pembelajaran
6.
Mendayagunakan labora torium multimedia pendukung pembelajaran
Memiliki laboratorium multimedia sesuai standar nasional pendidik an. Menetapkan indikator efektivitas penge lolaan dan pendayagunaan laboratori-um multimedia. Menetapkan standar tingkat satuan pendidikan dalam mengintegrasikan laboratorium multimedia pada jaringan dan akses internet. Menetapkan standar efektivitas penda-yagunaan laboratorium multimedia. Melaksanakan evaluasi pendayagunaan laboratorium multimedia.
Sumber: Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI), Jakarta, Dirjenmandikasmen, Depdiknas. 2009.
d. Pengembangan Laboratorium Komputer. Sekolah Bertaraf Internasional harus memiliki laboratorium komputer sesuai dengan kebutuhan siswa. Laboratorium komputer digunakan untuk pembelajaran Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) atau Information & Communication Technology (ICT).
91
TABEL 2.12: Pengembangan Laboratorium TIK No.
Standar SMA-BI
Kriteria Keunggulan SMA-BI
7.
Memiliki laboratorium komputer.
8.
Mendayagunakan labora torium komputer.
Menetapkan rencana dan target pengembangan laboratorium komputer sesuai kemajuan teknologi dan sumber daya sekolah. Menetapkan indikator efektivitas penge lolaan dan pendayagunaan laboratori-um komputer. Menetapkan standar tingkat satuan pendidikan dalam mengintegrasikan laboratorium komputer pada jaringan dan akses internet. Menetapkan standar efektivitas penda-yagunaan laboratorium komputer. Melaksanakan evaluasi pendayagunaan laboratorium komputer.
Sumber: Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI), Jakarta, Dirjenmandikasmen, Depdiknas. 2009.
e. Pengembangan Laboratorium Ilmu Pengetahuan Sosial Menurut SNP, Sekolah harus memiliki laboratorium IPS. Pengembangan laboratorium IPS dilakukan terutama untuk laboratorium geografi, workshop keperluan praktek ekonomi. TABEL 2.13: Pengembangan Laboratorium IPS No.
Standar SMA-BI
Kriteria Keunggulan SMA-BI
9.
Memiliki laboratorium IPS.
10.
Mendayagunakan labora torium pendukung pembelajaran.
Memiliki laboratorium IPS sesuai standar nasional pendidikan. Menetapkan indikator efektivitas penge lolaan dan pendayagunaan laboratori-um IPS. Menetapkan standar tingkat satuan pendidikan dalam mengintegrasikan laboratorium pada jaringan dan akses internet. Menetapkan standar efektivitas pendayagunaan laboratorium IPS. Melaksanakan evaluasi pendayagunaan laboratorium IPS.
Sumber: Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI), Jakarta, Dirjenmandikasmen, Depdiknas. 2009.
92
f. Pengembangan TRRC (Teacher Resource & Reference Centre) TRRC merupakan pusat kegiatan untuk pengembangan diri guru secara individual dan kelompok melalui diskusi atau latihan, dan workshop dalam bentuk forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Oleh karena itu TRRC juga perlu dilengkapi dengan fasilitas buku referensi guru, ICT, Learning Resource Centre (LRC), dan
perangkat
pengembangan
produk
inovasi
pembelajaran.
Kegiatan guru ini diarahkan untuk membahas masalah-masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran, berlatih menggunakan alat, dan persiapan untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). TABEL 2.14: Pengembangan TRRC No.
Standar SMA-BI
Kriteria Keunggulan SMA-BI
11.
Memiliki sarana Teacher Resource & Reference Centre (TRRC).
12.
Mendayagunakan labora torium pendukung pembelajaran.
Memiliki sarana Teacher Resource & Reference Centre (TRRC). Menetapkan indikator efektivitas penge lolaan dan pendayagunaan TRRC sebagai penunjang peningkatan mutu kompetensi guru. Menetapkan standar tingkat satuan pendidikan dalam mengintegrasikan laboratorium pada jaringan dan akses internet. Menetapkan standar efektivitas penda-yagunaan laboratorium TRRC dalam meningkatkan kompetensi guru. Melaksanakan evaluasi pendayagunaan TRRC dalam meningkatkan kompetensi guru.
Sumber: Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI), Jakarta, Dirjenmandikasmen, Depdiknas. 2009. h. Pengembangan sarana lainnya Sekolah bertaraf internasional harus dilengkapi dengan sarana lainnya seperti ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang
93
TU, ruang BK, ruang OSIS, dan ruang serbaguna yang dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK. Selain itu juga dilengkapi dengan ruang UKS, kantin, ruang ibadah, WC, koperasi, ruang kesenian, gudang, lapangan upacara, dan lapangan olah raga dalam jumlah memadai, berfungsi, dan terawat dengan baik. Alat olahraga dan kesenian juga memenuhi standar tingkat kecukupan kebutuhan meningkatkan prestasi siswa bertaraf internasional. TABEL 2.15: Pengembangan Sarana lainnya No.
Standar SMA-BI
Kriteria Keunggulan SMA-BI
1.
Standar peningkatan estetika
2.
3.
Menunjang peningkatan prestasi sekolah dalam meraih pencitraan Inventarisasi
4.
Keterpeliharaan
Sekolah menetapkan standar prosedur pemeliharaan kebersihan dan keindahan srana sekolah. Standar optimalisasi penunjang prestasi siswa, pendidik dan tenaga kependidi-kan pencitraan sekolah. Memenuhi standar administrasi inven-tarisasi barang. Menetapkan target pemeliharaan barang dan sarana lain.
Sumber: Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI), Jakarta, Dirjenmandikasmen, Depdiknas. 2009.
i. Pengelolaan Pengelolaan SMA bertaraf internasional menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Dalam melaksanakan standar pengelolaan, sekolah harus menentukan arah program dengan jelas, termasuk dengan tahapan-tahapan pelaksanaannya, sehingga semua warga sekolah paham dan terpandu oleh pentahapan itu.
94
Penerapan arah dan pentahapan tersebut harus dilakukan pada rapat dewan pendidik bersama komite sekolah. Dengan demikian semua yang diputuskan dan dirumuskan dapat menjadi keputusan bersama yang pada gilirannya dapat mendukung implementasinya. Kultur sekolah yang perlu mendapat perhatian adalah menegakkan disiplin, budaya baca, semangat kompetitif, kejujuran, sopan santun, budaya malu dan kekeluargaan. Untuk mendukung itu sekolah juga perlu menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan kondusif dengan lebih meningkatkan kebersihan, kerapihan, keamanan, keindahan, dan kerindangan. Administrasi sekolah meliputi proses pembelajaran, kurikulum, ketenagaan, kesiswaan, sarana prasarana, dan keuangan, harus dilakukan secara tertib, rapi, efisien dan efektif. Pengelolaan administrasi sekolah diarahkan untuk menerapkan Paket Aplikasi Sekolah (PAS). Pengelola sekolah mengarahkan pencapaian akreditasi A dengan nilai minimal 95 dari Badan Akreditasi Nasional S/M dan memperoleh akreditasi sekolah dari salah satu negara maju. Mengembangkan sekolah multi kultural yang menerapkan prinsip-prinsip kesetaraan gender, menyediakan dana bea siswa untuk yatim piatu, siswa dari kelompok kurang mampu, dan siswa berprestasi, mengembangkan sekolah bebas rokok, narkoba, bebas kekerasan (bullying), serta mengembangkan kompetensi siswa meraih medali tingkat daerah, nasional,
dan
internasional
pada
berbagai
kompetisi
sains,
95
matematika, teknologi, seni, dan olahraga. Pada usaha peningkatan mutu pengelolaan sekolah mengembangkan jaringan kerja sama tingkat lokal, nasional dan internasional dalam bentuk sister school. Dalam meningkatkan mutu prosedur pengelolaan secara bertahap sekolah perlu mengusahakan untuk memperoleh sertifikat ISO 9001 versi 2008 dan ISO 14000. TABEL 2.16: Pengelolaan No.
Standar SMA-BI
1.
Memberikan arah dalam mewujudkan tujuan pendidikan Tujuan pendidikan pada satuan pendidikan. Manajemen Berbasis Sekolah
2. 3.
4.
Kebijakan mutu sekolah
5.
Rencana kerja jangka menengah terkait dengan mutu lulusan bertaraf internasionai. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
6.
7.
Rencana kerja jangka menengah dan tahunan sekolah
8.
Penerapan pedoman tertulis
9.
Pedoman pengelolaan KTSP, kalender pendidi-kan dan pembagian tugas pendidik dan tenaga kependidikan. Uraian tugas pimpinan sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan .
10.
Kriteria Keunggulan SMA-BI Memiliki kriteria keunggulan bertaraf internasional. Menetapkan kriteria yang memenuhi standar mutu kompetensi lulusan bertaraf Internsional Menentukan indikator pemenuhan krite ria kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas Sekolah menetapkan standar kebijakan manajemen mutu secara terukur dan berkelanjutan. Menentukan rencana kerja jangka mene ngah dengan indikator mutu lulusan bertaraf internasional. Menentukan indikator Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) sekolah yang trans paran, efektif dan efisien. Menerapkan indikator kemandirian penyusunan rencana kerja dikembangkan secara mandiri oleh sekolah serta menda-pat persetujuan komite sekolah. Menerapkan pedoman tertulis dalam mengatur berbagai aspek pengelolaan yang mudah dibaca oleh pihak-pihak yang terkait. Pedoman berfungsi sebagai petunjuk operasional sekolah Menerapkan standar prosedur operasional dalam mengimplementasikan KTSP, kalender pendidikan dan pembagian tugas pendidik dan tenaga kependidikan. Menetapkan indikator kinerja pimpi-nan sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan. Menetapkan uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas dalam penyelenggaraan dan administrasi sekolah secara tertulis.
96
11.
Monitoring dan evaluasi
12.
Melaksanakan kegiatan refleksi
13.
Melaksanakan perbaikan mutu
14.
Peraturan Akademik
Menetapkan tujuan dan target monito-ring dan evaluasi. Menetapkan jadwal dan melaksanakan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk mengukur efektivitas kinerja. Menetapkan indikator kinerja dalam melaksanakan kegiatan refleksi. Menyusun rekomendasi perbaikan mutu kinerja. Menetapkan tujuan dan target perbaikan mutu dengan mengarahkan pelaksanaan program pada optimalisasi pencapaian tujuan mewujudkan sekolah bertaraf internasional. Menetapkan peraturan akademik meliputi Persyaratan minimal kehadiran siswa untuk mengikuti pelajaran dan tugas dari guru Ketentuan mengenai ulangan, remedial, ujian, kenaikan kelas, dan kelulusan Ketentuan mengenai hak siswa untuk menggunakan fasilitas belajar, laboratorium, perpustakaan, penggunaan buku . pelajaran, buku referensi, dan buku perpustakaan Ketentuan mengenai layanan konsultasi kepada guru mata pelajaran, wali kelas, dan konselor.
Sumber: Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI), Jakarta, Dirjenmandikasmen, Depdiknas. 2009.
j. Pembiayaan Sumber pembiayaan program rintisan sekolah bertaraf internasional berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, biaya penyelenggaraan SBI berasal
dari
Pemerintah,
Pemerintah
Propinsi,
Pemerintah
Kabupaten/Kota, orang tua siswa (Komite Sekolah), pihak asing yang tidak mengikat, Dunia usaha dan dunia industri (DU-DI). Sekolah dalam program rintisan SMA bertaraf internasional harus mampu menggalang dana dari sumber-sumber tersebut dalam jumlah
yang
cukup
memadai
untuk
membiayai
program
97
peningkatan mutu rintisan SMA Bertaraf Internasional. Dana dari Komite Sekolah, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi lebih difokuskan untuk kegiatan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu pembelajaran. Sedangkan dana dari Pemerintah Pusat lebih difokuskan untuk pemenuhan penjaminan mutu pendidikan. Sumber dana lain yang berasal dari masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri (DU-DI) yang
tidak
mengikat
perlu
digalang
untuk
mendukung
penyelenggaraan program rintisan SMA bertaraf internasional. Mengalokasikan dana secara tepat guna melalui kesepakatan pada rapat dewan pendidik dan komite sekolah, menggunakan dana secara transparan, berhasil guna, tidak double counting, dan akuntabel dengan menerapkan Sistem Informasi Manajemen Keuangan (berbasis TIK) untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan. TABEL 2.17: Pembiayaan No.
Standar SMA-BI
Kriteria Keunggulan SMA-BI
1.
Sumber biaya
2.
Performa Anggaran
3.
Bea siswa
Mendapatkan dukungan dalam pemenuhan kebutuhan biaya dalam rencana pengembangan mutu satuan pendidikan dari a. pemerintah b. pemerintah daerah c. masyarakat d. bantuan pihak asing yang tidak mengikat e. sumber lain yang sah. Menetapkan Indikator efektivitas dan efisiensi pengelolaan anggaran Menetapkan peraturan serta kriteria pengalokasian bea siswa kepada siswa yang kurang mampu dan kepada siswa yang berprestasi. Menerapkan sistem informasi teknologi dan komunikasi.
4.
Administrasi pengelolaan
98
5. 6.
Prosedur pengalokasian keuangan
Menetapkan standar prosedur penggunaan dana untuk memenuhi kriteria akuntabilitas.
Transparansi
Menetapkan indikator transparansi
Sumber: Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan SMA Bertaraf Internasional (R-SMA-BI), Jakarta, Dirjenmandikasmen, Depdiknas. 2009.
k. Kesiswaan 1. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Proses penerimaan peserta didik baru harus transparan dan dilakukan seleksi secara ketat dengan menerapkan tahapan sebagai berikut : a) Seleksi Administrasi, meliputi : (1) Nilai rapor SMP atau MTs kelas VII s.d. IX untuk mata pelajaran Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris rata-rata minimal 7,5 (2) Penghargaan prestasi Akademik. (3) Sertifikat dari lembaga kursus bahasa Inggris b) Achievement test, meliputi: Bahasa Indonesia; Matematika, IPA, dan IPS dengan skor minimal 7 dalam rentang 0 – 10. c) Tes Kemampuan Bahasa Inggris, meliputi: Listening, Reading, Writing, dan Speaking dengan skor minimal 7 dalam rentang nilai 0 – 10. d) Lulus Psikotes, meliputi: IQ, CQ, TC, dan Kepribadian. e) Wawancara dengan siswa dan orang tua siswa.
99
Wawancara dengan siswa dimaksudkan untuk mengetahui tingkat minat siswa untuk masuk program rintisan SMA Bertaraf Internasional. Wawancara dengan orang tua dimaksudkan untuk mengetahui minat dan dukungan orang tua. Dalam penerimaan siswa baru harus memberikan kesempatan kepada masyarakat golongan ekonomi lemah atau tidak mampu namun berprestasi, minimal 10% dari jumlah siswa. f) Penerimaan peserta didik baru dapat dilakukan lebih awal sebelum penerimaan siswa baru dalam memenuhi target program by school. 2. Pembinaan Siswa Pembinaan siswa dimaksudkan untuk mengembangkan seluruh potensi siswa secara maksimal, baik potensi akademik maupun non-akademik. Pola pembinaannya dilakukan melalui kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, tugas mandiri tidak terstruktur, dan
pengembangan
diri
melalui
layanan
konseling
dan
ekstrakurikuler.
b. Kebijakan Sekolah R-SMA-BI Pengembangan program rintisan SMA bertaraf internasional di SMA Kota Bandung menggunakan landasan hukum sebagai berikut: 1. Surat Pernyataan dukungan dari Komite Sekolah.
100
2. Surat Pernyataan dukungan dari Dinas Pendidikan Kota Bandung, nomor 420-2005-TU-2007 3. Surat Keputusan Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, Nomor 697/C4/MN/2007 c. Strategi Dalam Pencapaian Kriteria R-SMA-BI. Upaya lembaga dalam meraih prestas siswa merupakan salah satu hal yang mendukung pemahaman mengenai sukses pendidikan, yaitu pendidikan yang mampu mengantarkan anak didiknya menjadi bertaqwa, berkepribadian matang, berilmu mutakhir, dan berprestasi mempunyai rasa kebangsaan, dan berwawasan global.
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), adalah sekolah nasional yang menyelenggarakan pendidikan berdasarkan standar pendidikan nasional (SNP) dan mutu internasional sehinggga lulusannya memiliki mutu/kualitas bertaraf nasional dan internasional sekaligus. Kualitas mutu nasional diukur dengan SNP, dan kualitas bertaraf internasional diukur dengan kriteria-kriteria internasional yang dikaji dengan cara seksama melalui persandingan SNP dengan standar/kriteria mutu internasional. SBI = SNP + X SNP adalah standar nasional pendidikan yang terdiri atas 8 komponen utama, yaitu: standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar penilaian,
101
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. SNP harus digunakan sebagai acuan bagi pengembangan seluruh komponen pendidikan pada SBI. X adalah : 1. Penguatan, pendalaman, pengayaan, perluasan dan/atau penambahan terhadap SNP. 2. Penggunaan ICT (Information Communication Technology). 3. Billingual/Bahasa Asing (Inggris, Jepang, Jerman, Arab, Cina, dsb.) 4. Budaya lintas bangsa.
1. Nilai (Imtaq)
5. Percaya diri
2. Life Skill
4. ICT
3. Bahasa Asing
Gbr.2.4: 5 Strategi Pencapaian Kriteris SBI. Sumber: RSBI SMAN 5 Bandung
Strategi yang diterapkan ditindak lanjuti, antara lain dengan: 1. Mengadakan pembinaan terhadap guru, peserta didik, dan karyawan secara berkelanjutan. 2. Meningkatkan kedisiplinan.
102
3. kegiatan pembacaan Al-Qur`an setiap hari Jum`at sebelum pelajaran dimulai, melaksanakan sholat dzuhur berjamaah,melaksanakan kegiatankegiatan besar keagamaan,sholat jum`at berjamaah. 4. melaksanakan pembelajaran BBAQ (Belajar Baca Al-qur`an). 5. Menambah jam belajar pada mata pelajaran : Matematika, Fisika, Kimia, Boilogi, Ekonomi, Geografi, dan Bahasa Inggris. 6. Mengefektifkan kegiatan MGMP dan mengaplikasikan model-model pembelajaran yang bervariasi. 7. Menambah sarana belajar : buku referensi, buku fiksi, buku non fiksi, media belajar melalui elektronik. 8. Meningkatkan sarana dan prasarana alat-alat praktik : Fisika, Kimia, Biologi, Komputer dan Bahasa Inggris di laboratorium. 9. Meningkatkan intensitas pembelajaran Praktik : Fisika, Kimia, Biologi, Komputer dan Bahasa Inggris di laboratorium. 10. Mengembangakan kelompok pecinta Matematika dan kelompok debat Bahasa Inggris. 11. Membina kelompok Olympiade : Fisika, Kimia, Biologi, Metematika, Ekonomi, Astronomi, dan Informatika secara berkelanjutan. 12. Melaksanakan pelatihan Bahasa Inggris dan Komputer untuk guru dan karyawan. 13. Mengintensifkan komunikasi dan kerja sama dengan orang tua siswa. 14. Memberikan pemantapan pada mata pelajaran yang melaksanakan ujian sekolah dan ujian nasional secara intensif.
103
15. Pengadaan modul pemantapan untuk setiap mata pelajaran melaksanakan ujian sekolah dan ujian nasional untuk setiap siswa. 16. Menyampaikan hasil Try-Out dan Pra UN/US kepada orang tua siswa. 17. Melakukan kerja sama dengan orang tua dalam pemantauan kehadiran siswa, prestasi siswa, dan perkembangan kemajuan siswa. 18. Membahas soal-soal SPMB dan perguruan tinggi lainnya dalam kegiatan pemantapan.
d. Pengembangan. Berikut adalah uraian kegiatan pentahapan pengembangan rintisan SMA bertaraf internasional. Pada
tahap
Pengembangan
(3
tahun
pertama)
sekolah
didampingi oleh tenaga dari lembaga profesional independen dan atau lembaga terkait dalam melakukan persiapan, penyusunan dan pengembangan kurikulum, penyiapan SDM, modernisasi manajemen dan kelembagaan, pembiayaan, serta penyiapan sarana dan prasarana. Proses pembelajaran pada program rintisan SMA bertaraf internasional yang ideal dapat dicapai dengan melalui rincian tahapan berikut ini.
104
1) Pendampingan Tahun I Pada tahun pertama sekolah telah mampu menyelenggarakan proses pembelajaran sesuai standar minimal pembelajaran di SMA bertaraf internasional, antara lain: a. 20% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar proses SMA bertaraf internasional. b. 20% pembelajaran mata pelajaran dilakukan secara bilingual. c. 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi, karakteristik peserta didik, dan lingkungan sekolah d. 20% pembelajaran bilingual telah menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan/atau berbasis TIK e. Intensitas pendampingan (In-house training) oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi minimal 2 kali seminggu. f. 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat pada siswa (student centered) g. 20% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problembased instruction). 2) Pendampingan Tahun II Pada
tahun
kedua
sekolah
telah
mampu
menyelenggarakan proses pembelajaran yang lebih baik dari
105
standar minimal pembelajaran di SMA bertaraf internasional, antara lain: a. 50% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar proses b. 50% pembelajaran dilakukan secara bilingual. c. 50% pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi dan karakteristik peserta didik dan lingkungan sekolah d.50%
pembelajaran
bilingual
telah
menggunakan
media
pembelajaran yang inovatif dan/atau berbasis TIK e. Intensitas pendampingan (In-house training) oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi sekali dalam seminggu f. 50% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat pada siswa (student centered) g. 50% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problembased learning). 3) Pendampingan Tahun III Pada tahun ketiga sekolah telah mampu menyelenggarakan proses pembelajaran mendekati standar pembelajaran di SMA bertaraf internasional, antara lain: a. 100% pelaksanaan pembelajaran telah mengacu pada standar proses
106
b. 100% pembelajaran dilakukan secara bilingual c. 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual telah dilengkapi perangkat pembelajaran berdasarkan potensi dan karakteristik peserta didik dan lingkungan sekolah d. 100% pembelajaran bilingual telah menggunakan media pembelajaran yang inovatif dan/atau berbasis TIK e. Intensitas pendampingan (In-house training) oleh tenaga ahli (dosen) dengan proporsi sekali dalam sebulan f. 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang dengan berpusat pada siswa (student centered) g. 100% pelaksanaan pembelajaran bilingual dirancang secara terintegrasi dan berbasis masalah (integrated and problembased learning). Pada tahap ini sekolah sudah mempunyai perangkat pembelajaran
sesuai
dengan
standar
proses
yang
telah
dikembangkan.
F. Layanan Akademik Guru. Kualitas pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari sekolah atau perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki. Menurut pengamat ekonomi Dr. Berry Priyono, bekal kecakapan yang diperoleh dari lembaga pendidikan tidak
107
memadai untuk dipergunakan secara mandiri, karena yang dipelajari di lembaga pendidikan sering kali hanya terpaku pada teori, sehingga peserta didik kurang inovatif dan kreatif (Kompas, 4 Desember 2004). Kedua, peringkat Human Development Index (HDI) Indonesia yang masih rendah (tahun 2004 peringkat 111 dari 117 negara dan tahun 2005 peringkat 110 di bawah Vietnam dengan peringkat 108). Ketiga, laporan International Educational Achievement (IEA) bahwa kemampuan membaca siswa SD Indonesia berada di urutan 38 dari 39 negara yang disurvei. Keempat, mutu akademik antarbangsa melalui Programme for International Student Assessment (PISA) 2003 menunjukkan bahwa dari 41 negara yang disurvei untuk bidang IPA, Indonesia menempati peringkat ke-38, sementara untuk bidang Matematika dan kemampuan membaca menempati peringkat ke-39. Jika dibandingkan dengan Korea Selatan, peringkatnya sangat jauh, untuk bidang IPA menempati peringkat ke-8, membaca peringkat ke-7 dan Matematika peringkat ke-3. Kelima, laporan World Competitiveness Yearbooh tahun 2000, daya saing SDM Indonesia berada pada posisi 46 dari 47 negara yanag disurvei. Keenam, posisi Perguruan Tinggi Indonesia yang dianggap favorit, seperti Universitas Indonesia dan Universitas Gajah Mada hanya berada pada posisi ke-61 dan 68 dari 77 perguruan tinggi di Asia (Asiaweeh, 2000). Ketujuh, ketertinggalan bangsa Indonesia dalam bidang IPTEK dibandingkan dengan negara tetangga,
seperti
www.google.com).
Malaysia,
Singapura,
dan
Thailand.
(Tersedia
108
Indikator rendahnya kualitas pendidikan Indonesia di atas lebih memprihatinkan lagi dengan data Kementerian Pemuda dan Olahraga yang menyatakan bahwa sebanyak 37,06 persen pemuda Indonesia hanya lulus Sekolah Dasar (SD). Dari 217 juta penduduk Indonesia jumlah pemuda diperkirakan 97 juta orang. Diasumsikan pemuda adalah mereka yang berusia 15-35 tahun. Dengan kondisi tersebut sulit mengharapkan mereka menjadi agen perubahan sosial, sebagaimana yang diharapkan masyarakat luas (Media Indonesia, 22-12-2005).
1. Profesionalisme Guru Pada era informasi dan komunikasi mendorong tingginya persaingan, persyaratan kerja, dan perubahan orientasi yang menuntut dunia
pendidikan
harus
melakukan
perubahan
dan
penyesuaian
kompetensi lulusan. Perubahan dan penyesuaian ini menyebabkan terjadinya perubahan paradigma pengetahuan, belajar, dan mengajar yang mau tidak mau harus melakukan perubahan kurikulum. Karena, pembelajaran merupakan implementasi kurikulum, sebagai kegiatan berupa pengalaman belajar. (Sagala, 2007:230). Selanjutnya menurut pengamatan
Sagala
(2007:232)
kurikulum
tidak
hanya
sekedar
mempelajari mata pelajaran, tetapi lebih mengembangkan pikiran, menambah dimilikinya.
wawasan,
serta
mengembangkan
pengetahuan
yang
109
Sejalan dengan pandangan tersebut menurut pandangan Sanjaya (2008:3) bahwa Kurikulum bukan hanya berkaitan dengan bahan ajar, aktivitas peserta didik mempelajari bahan ajar, dan lain sebagainya. Tetapi kurikulum berkaitan dengan berbagai persoalan yang lebih luas dari itu sebagai arah dan tujuan pendidikan. Tugas dan kewajiban guru baik yang terkait langsung dengan proses belajar mengajar maupun tidak terkait langsung, sangatlah banyak dan berpengaruh pada hasil belajar mengajar. Bila peserta didik mendapatkan nilai tinggi, maka guru mendapat pujian. Pantas menjadi guru, dan harus dipertahankan, walaupun tetap disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Tetapi bila yang terjadi sebaliknya, yakni para peserta didik mendapat nilai yang rendah, maka serta merta juga kesalahan ditumpahkan kepada guru. Oleh karena itu, perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh bagaimana memberikan prioritas yang tinggi kepada guru. Sehingga mereka dapat memperoleh kesempatan untuk selalu meningkatkan kemampuannya melaksanakan tugas sebagai guru. Guru harus diberikan kepercayaan, untuk melaksanakan tugasnya melakukan proses belajar mengajar yang baik. Kepada guru perlu diberikan dorongan dan suasana yang kondusif untuk menemukan berbagai alternatif metode dan cara mengembangkan proses pembelajaran sesuai perkembangan jaman. Agar dapat meningkatkan keterlibatannya dalam melaksanakan tugas sebagai guru, dia harus memahami, menguasai, dan terampil menggunakan sumber-sumber belajar baru di dirinya.
110
Saat ini sudah banyak guru yang merasa diabaikan atau ditinggalkan oleh murid-muridnya karena berbagai hal. Keadaan seperti ini akan terus berlanjut, manakala seorang guru tidak segera menyadari dan mengambil langkah khusus untuk mengembalikan atau meningkatkan posisinya sebagai guru. Kompetensi Guru yang Profesional menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, Ayat 10, disebutkan bahwa Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan keterampilan (daya fisik} yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Rumusan kompetensi di atas mengandung aspek (1) kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang menjadi ciri dan karakteristik seseorang dalam menjalankan tugas.; (2) ciri dan karakteristik kompetensi yang digambarkan dalam aspek pertama itu tampil nyata (manifest) dalam tindakan, tingkah laku dan unjuk kerjanya. Aspek ini merujuk pada kompetensi sebagai gambaran unjuk kerja nyata yang tampak dalam kualitas pola pikir, sikap dan tindakan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya secara piawai.
111
TABEL 2.18. Kemampuan Dasar Profesionalisme Guru No 1.
Kemampuan
Pengalaman Belajar
MENGUASAI BAHAN Dasar 1.1. Menguasai bahan 1.1.1. Mengkaji bahan kurikulum mapel matapelajarandan 1.1.2. Mengkaji isi buku-buku teks mapel yang kurikulum Sekolah Bersangkutan 1.1.3. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang disarankan dalam kurikulum mapel yang Bersangkutan 1.2. Menguasai bahan pendalaman/aplikasi 1.2.1. Mempelajari ilmu yang relevan pelajaran 1.2.2. Mempelajari aplikasi bidang ilmu ke dalam bidang ilmu lain (untuk program-program studi tertentu) 1.2.3. Mempelajari cara menilai kurikulum mapel
2.
MENGELOLA PROGRAM BELA JAR MENGAJAR 2.1. Merumuskan tujuan instruk sional
2.1.1. Mengkaji kurikulum mapel 2.1.2. Mempelajari ciri-ciri rumusan tujuan Instruksional 2.1.3. Mempelajari tujuan instruksional mapel yang Bersangkutan 2.1.4. Merumuskan tujuan instruksional mapel yang Bersangkutan
2.2. Mengenal dan dapatgunakan meng- metode mengajar
2.2.1. Mempelajari macam-macam metode mengajar 2.2.2. Menggunakan macam-macam metode mengajar
2.3. Memilih dan 2.3.1. Mempelajari kriteria pemilihan materi dan Prosedurinstruksiona prosedur mengajar menyusun lyang Tepat 2.3.2. Menggunakan kriteria pemilihan materi dan prosedur mengajar 2.3.3. Merencanakan program pelajaran 2.3.4. Menyusun satuan pelajaran Kemampuan Dasar 2.4. Melaksanakan program belajar mengajar
Pengalaman Belajar 2.4.1. Mempelajari fungsi dan peran guru dalam
112
instruksi belajar mengajar 2.4.2. Menggunakan alat bantu kriteria pemilihan materi dan prosedur mengajar 2.4.3. Menggunakan lingkungan sebagai sumber Belajar 2.4.4. Memonitor proses belajar siswa 2.4.5. Menyesuaikan rencana program pengajaran dengan situasi kelas 2.5. Mengenal kemampuan anak Didik
2.5.1. Mempelajari faktor-faktor yang memengaruhi pencapaian prestasi belajar 2.5.2. Mempelajari prosedur dan teknik meng identifikasi kemampuan siswa 2.5.3. Menggunakan prosedur dan teknik meng identifikasi kemampuan siswa
3.
2.6. Merencanakan dan 2.6.1. Mempelajari faktor-faktor penyebab kesulitan melak sanakan Belajar pengajaran remedial 2.6.2. Mendiagnosis kesulitan belajar 2.6.3. Menyusun pengajaran 2.6.4. Melaksanakan pengajaran remedial Remedial MENGELOLA KELAS 3.1. Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran 3.1.1. Mempelajari macam-macam pengaturan tempat duduk dan setting ruangan kelas sesuai dengan tujuan instruksional yang hendak dicapai 3.1.2. Mempelajari kriteria penggunaan macam macam pengaturan tempat duduk dan setting Ruangan
3.2. Menciptakan iklim 3.2.1. Mempelajari faktor-faktor yang mengganggu belajar mengajar yang iklim belajar mengajar yang serasi serasi 3.2.2. Mempelajari strategi dan prosedur pengelo laan kelas yang bersifat preventif 3.2.3. Menggunakan strategi dan prosedur penge lolaan kelas yang bersifat preventif 3.2.4. Menggunakan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat kuratif
4.
MENGGUNAKAN SUMBER MEDIA 4.1. Mengenal, memilih, dan menggunakan media
4.1.1. Mempelajarimacam-macammediapendidikan 4.1.2. Mempelajari kriteria pemilihan media pendidikan
113
4.1.3. Menggunakan media pendidikan
4.1.4. Merawat alat-alat bantu belajar mengajar Kemampuan Dasar
Pengalaman Belajar
4.2. Membuat alat-alat 4.2.1. Mengenali bahan-bahan yang tersedia di bantu pelajaran sederhana lingkungan sekolah untuk membuat alat-alat bantu 4.2.2. Mempelajari perkakas untuk membuat alat alat bantu mengajar 4.2.3. Menggunakan perkakas untuk membuat alat alat bantu mengajar 4.3. Menggunakan dan
4.3.1. Mempelajari cara-cara menggunakan labora torium
mengelolalaboratorium 4.3.2. Mempelajari cara-cara dan aturan penga dalamrangkaproses laman kerja di laboratorium belajarmengajar 4.3.3. Berlatih mengatur tata ruang laboratorium 4.3.4. Mempelajari cara merawat dan menyimpan alat-alat 4.4. Mengembangkan laboratoLaboratoriumium
4.5. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar
4.4.1. Mempelajari fungsi laboratorium dalam proses belajar mengajar 4.4.2. Mempelajari kriteria pemilihan alat 4.4.3. Mempelajari berbagai desain laboratorium 4.4.4. Menilai keefektifan kegiatan laboratorium 4.4.5. Mengembangkan eksperimen baru 4.5.1. Mempelajari fungsi-fungsi perpustakaan dalam proses belajar 4.5.2. Mempelajari macam-macam sumber Perpustakaan 4.5.3. Menggunakan macam-macam sumber Perpustakaan 4.5.4. Mempelajari kriteria pemilihan sumber macam-macam sumber perpustakaan 4.5.5. Menilai sumber-sumber perpustakaan
4.6. Menggunakan microteaching dalam proses belajar mengajar
4.6.1. Mempelajari fungsi micro teaching dalam
proses belajar mengajar
114
4.6.2. Menggunakan micro teachihg unit dalam proses belajar mengajar 4.6.3. Menyusun program micro teachihg dengan atau tanpa hardware 4.6.4. Melaksanakan progiam micro teachihgdengan atau tanpa hardware 4.6.5. Menilai program dan pelaksanaan micro Teaching 4.6.6. Mengembangkan program-program baru 5~
MENGUASAI 5.5.1. Mempelajari konsep dan masalah pendidikan LANDASAN KEPENDIDIKAN dan pengajaran dengan sudut tinjauan sosiologis, filosofis, historis, dan psikologis Kemampuan Dasar
Pengalaman Belajar 5.5.2. Mengenali fungsi sekolah sebagai lembaga sosial yang secara potensial dapat memajukan masyarakat dalam arti luas serta pengaruh timbal balik antara sekolah dan masyarakat
6-
MENGELOLA INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR
6.6.1. Mempelajari cara-cara memotivasi siswa untuk Belajar 6.6.2. Menggunakan cara-cara memotivasi siswa untuk belajar 6.6.3. Mempelajari macam-macam bentuk perta nyaan 6.6.4. Menggunakan macam-macam bentuk pertanyaan secara Tepat
7. .
6.6.5. Mempelajari beberapa mekanisme psikologis belajar mengajar di sekolah 6.6.6. Mengkaji faktor-faktor positif dan negatif dalam proses belajar 6.6.7. Mempelajari cara-cara berkomunikasi antar Pribadi 6.6.8. Menggunakan cara-cara berkomunikasi antar Pribadi MENILAI PRESTASI 7-7-1. Mempelajari fungsi penilaian SISWA UNTUK KEPENTINGAN 7-7.2. Mempelajari bermacam-macam teknik dan PENGAJARAN prosedur penilaian 7.7.3. Menyusun teknik dan prosedur penilaian 7.7.4. Mempelajari kriteria penilaian teknik dan prosedur penilaian
115
7.7.5. Menggunakan teknik dan prosedur penilaian 7.7.6- Mengolah dan menginterpretasikan hasil Penilaian 7.7.7- Menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar 7-7.8. Menilai teknik dan prosedur penilaian 7.7.9. Menilai keefektifan program pengajaran 8.
MENGENAL FUNGSI DAN PROGRAM PELAYANAN 8.1. BP Mengenal fungsi dan program layanan BP di sekolah
8.1.1. Mempelajari fungsi BP di sekolah 8.1.2. Mempelajari program layanan BP 8.1.3. Mengkaji persamaan dan perbedaan fungsi, kewenangan, serta tanggung jawab antara guru dan pembimbing di sekolah
8.2. Menyelenggarakan program layanan BP di sekolah
8.2.1. Mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa 8.2.2. Menyelenggarakan program layanan BP di sekolah, terutama bimbingan belajar
9.
Kemampuan Dasar MENGENAL DAN GARAKAN MENYELENG~ ADMINISTRASI SEKOLAH 9.1. Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah
Pengalaman Belajar
9.1.1. Mempelajari strukturorganisasi dan administrasi persekolahan 9.1.2. Mempelajari fungsi dan tanggung jawab administrasi guru, kepala sekolah, dan kantor wilayah Depdiknas 9.1.3. Mempelajari peraturan-peraturan kepegawai an pada umumnya dan peraturan kepegawai an guru pada khususnya
9.2. Menyelenggarakan administrasi 9.2.1. Menyelenggarakan administrasi sekolah sekolah 9.2.2. Mempelajari prinsip~prinsip dan prosedur pengelolaan program akademik
116
10.
MEMAHAMI PRINSIPPRINSIP DAN MENTAFSIRKAN HASIL- HASIL
10.1. Mempelajaridasar-dasarpenggunaanmetode
ilmiah dalam penelitian pendidikan .
PENELITIAN 10.2. Mempelajari teknik dan prosedur penelitian PENDIDIKAN GUNA KEPERLUAN pendidikan, terutama sebagai konsumen PENGA JARAN Hasil-hasil penelitian pendidikan 10.3. Menafsirkan hasil-hasil penelitian untuk perbaikan pengajaran
Sumber: Zainal Aqib dengan modifikas; 2002. Tugas guru selain memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada anak didik agar anak didik memiliki kepribadian yang paripurna. Dengan keilmuan yang dimilikinya, guru membimbing anak didik dalam mengembangkan potensinya. Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah, (Saiful Bahri Djamarah, 2002). Setiap guru memiliki kepribadian yang sesuai dengan latar belakang mereka sebelum menjadi guru. Kepribadian dan pandangan guru serta latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran. Setiap guru adalah manusia yang memiliki karakter yang berbeda. Perbedaan karakter ini akan menyebabkan situasi belajar yang diciptakan oleh setiap guru bervariasi. Menurut Pupuh Fathurrohman (2001), performance guru dalam mengajar dipengaruhi berbagai faktor, seperti tipe kepribadian, latar
117
belakang pendidikan, pengalaman dan yang tak kalah penting adalah pandangan filosofis guru kepada murid. Guru yang memandang anak didik sebagai makhluk individual yang tidak memiliki kemampuan akan menggunakan pendekatan metode teacher centered, sebab murid dipandangnya sebagai gelas kosong yang bisa diisi apapun. Padahal tugas guru adalah membimbing, mengarahkan dan memotivasi anakdidikdalam mengembangkan potensinya. Guru adalah orang dewasa yang bertanggungjawab memberi pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khafifah Allah SWTdan mampu sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk hidup yang mandiri. (Muhaimin & Abdul Mujib, 1993).
2. Tugas Pokok, Fungsi, dan Peran Guru. Tugas dan peran guru dari hari ke hari semakin berat, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan langsung dengan para peserta didik di kelas melalui proses belajar mengajar. Di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral serta spiritual. Dengan
118
demikian, akan dihasilkan generasi masa depan yang siap hidup dengan tantangan zamannya. Oleh karena itu, diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Realitas menunjukkan bahwa mutu guru di Indonesia dinilai masih memprihatinkan. Input guru di Indonesia sangat rendah, dari peserta tes calon guru PNS setelah dilakukan tes bidang studi ternyata ratarata skor tes seleksinya sangat rendah. Dari 6.164 calon guru Biologi ketika dites Biologi rata-rata skornya hanya 44,96; dari 396 calon guru Kimia ketika dites Kimia rata-rata skornya hanya 43,55; dari 7.558 calon guru Bahasa Inggris rata-rata skornya hanya 37,57; dari 7.863 calon guru Matematika ketika dites Matematika rata-rata skornya hanya 27,67; dan dari 1.164 calon guru Fisika ketika dites Fisika rata-rata skornya hanya 27,35. (Data Balitbang Depdiknas ,1999), juga hasil penelitian terhadap guru SD (negeri dan swasta) yang dinilai layak mengajar hanya 38 persen dari 1.141.168 guru se-Indonesia. Begitu pula untuk jenjang menengah, jumlah guru yang dinilai layak mengajar masih di bawah 70 persen (Data Balitbang Depdiknas tahun 2001 dalam Kompas, 25 Januari 2004). Untuk menghadapi era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan ketidakpastian, dibutuhkan guru yang visioner dan mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif dan inovatif. Tugas guru sangat banyak baik yang terkait dengan kedinasan
dan
profesinya
di
sekolah.
Seperti
mengajar
dan
119
membimbing para muridnya, memberikan penilaian hasil belajar peserta
didiknya,
mempersiapkan
administrasi
pembelajaran
yang
diperlukan, dan kegiatan lain yang berkaitan dengan pembelajaran. Disamping itu guru haruslah senantiasa berupaya meningkatkan dan mengembangkan ilmu yang menjadi bidang studinya agar tidak ketinggalan jaman, ataupun di luar kedinasan yang terkait dengan tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan secara umum di luar sekolah. Sebagai seorang pendidik, guru bertugas mengajar dan menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada siswanya. Untuk melaksanakan tugasnya tersebut, diperlukan berbagai kemampuan serta kepribadian. Sebab, guru juga dianggap sebagai contoh oleh siswa sehingga ia harus memiliki kepribadian yang baik sebagai seorang guru. Menurut Muhibbin Syah (2004), ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar mengajar, yaitu: 1. Menguasai bahan, yang meliputi: a) Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah; b) Menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi; 2. Mengelola program belajar mengajar, yang meliputi: a) Merumuskan tujuan instruksional; b) Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar; c) Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat; d) Melaksanakan program belajar mengajar;
120
e) Mengenal kemampuan (entry behavior) anak didik; f) Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial; 3. Mengelola kelas,meliputi: a) Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran; b) Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi; 4. Menggunakan media atau sumber belajar, yang meliputi: a) Mengenal, memilih dan menggunakan media; b) Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana; c) Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar; d) Mengembangkan laboratorium; e) Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar; f) Menggunakan micro-teaching unit dalam program pengalaman lapangan; 5. Menguasai landasan-landasan kependidikan. 6. Mengelola interaksi belajar mengajar. 7. Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran. 8. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, meliputi: a) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan konseling di sekolah; b) Menyelenggarakan program ~ayanan dan bimbingan di sekolah; 9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, meliputi:
121
a) Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah; b) Menyelenggarakan administrasi sekolah; 10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan pengajaran. Asian Institute for Teacher Educators (dalam Mohamad Ali, 1989), mengemukakan tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang yang menduduki jabatan guru. Ada tiga macam kompetensi guru, yaitu: a) Kompetensi pribadi, berisi kemampuan menampilkan mengenai: - Pengetahuan tentang adat istiadat (baik sosial maupun agama); - Pengetahuan tentang budaya dan tradisi; - Pengetahuan tentang inti demokrasi; - Pengetahuan tentang estetika; - Apresiasi dan kesadaran sosial; - Sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan; - Setia kepada harkat dan martabat manusia. b) Kompetensi mata pelajaran, yakni mempunyai pengetahuan yang memadai tentang mata pelajaran yang dipegangnya. c) Kompetensi profesional, mencakup kemampuan dalam hal: - Mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baikfilosofis, psikologis, dan sebagainya; - Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan perilaku anak;
122
- Mampu menangani mata pelajaran yang ditugaskan kepadanya; - Mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai; - Dapat mengguanakan berbagai alat pengajaran dan fasilitas belajar lain; - Dapat mengorganisasi dan melaksanakan pogram pengajaran; - Dapat mengevaluasi; dan - Dapat menumbuhkan kepribadian anak . Kepedulian pada kualitas pendidikan telah memberikan tekanan pada Penge lola sekolah untuk mengevaluasi dan meningkatkan kompetensi dari para staff pengajarnya . Apa yang dimaksud dengan guru yang berkompeten, menurut Pearson, 1980 (dalam Eric Clearinghouse, Thomas Ellis, 1984) ada tiga penilaian yang harus dibuat untuk mengidentifikasi seseorang sebagai guru yang kompeten : - Standar apa yang harus dipenuhi seorang pengajar untuk lebih memuaskan dari standar minimal ? - Kemampuan apa yang harus dimiliki secara umum untuk seseorang pada level ini ? - Apakah seseorang tersebut memiliki kemampuan yang dibutuhkan ? Di samping itu, sebagaimana yang dikutip dalam buku Dasar Dasar Proses
Belajar Mengajar, Nana Sudjana (1991), Glasser
menyebutkan ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni: 1. Menguasai bahan pengajaran; 2. Kemampuan mendiagnosa tingkah laku siswa;
123
3. Kemampuan melaksanakan proses pengajaran; 4. Kemampuan mengukur hasil belajar siswa. Agar pembelajaran bisa berjalan secara efektif dan bermakna, maka minimal 2 kompetensi yang harus dimiliki serta dikuasai oleh seorang guru yaitu: 1) Menguasai Materi Bahan Pelajaran, 2) Menguasai llmu Mendidik
1.
Menguasai Materi Bahan Pelajaran Sebelum guru itu tampil di depan kelas untuk mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang akan diajarkan sekaligus bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar. Dengan modal menguasai bahan, guru akan dapat menyampaikan materi pelajaran secara dinamis. Ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam menentukan bahan pengajaran: - Bahan pengajaran hendaknya sesuai dengan/menunjang
tercapainya
tujuan instruksional; - Bahan pengajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan siswa secara umumnya; - Bahan pengajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan; - Bahan pengajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual (Ibrahim & Nana Syaodih, 2003).
124
2.
Menguasai llmu Mendidik Selain menguasai materi, seorang guru juga harus menguasai ilmu mendidik (pedagogik/andragogik). Tanpa penguasaan ilmu mendidik, pembelajaran tidak akan bermakna. Beberapa hal yang termasuk ilmu mendidik yang harus dikuasai oleh seorang guru, berikut ini: - Ilmu tentang dasar-dasar pendidikan; - Ilmu tentang metode mengajar; - Ilmu tentang media; - Ilmu mengelola kelas; - Ilmu manajemen waktu; - Ilmu tentang karakteristik peserta didik; - Ilmu tentang strategi belajar mengajar. Menurut Prof. Suyanto, Ph.D. Guru harus diajak berubah dengan dilatih terus-menerus dalam pembuatan satuan pelajaran, metode pembelajarannya yang berbasis inquiry, discovery, contextual teaching and learning, menggunakan alat bantunya, menyusun evaluasinya, perubahan filosofisnya, dan lain-lain. Sedangkan Roestiyah N.K. (1989) menginventarisir tugas guru secara garis besar (1) mewariskan kebudayaan dalam bentuk kecakapan, kepandaian dan pengalaman empirik, kepada para muridnya; (2) membentuk kepribadian anak didik sesuai dengan nilai dasar negara; (3) mengantarkan anak didik menjadi warganegara yang baik. Memfungsikan diri sebagai media dan perantara pembelajaran bagi anak didik; (4) mengarahkan dan membimbing anak sehingga memiliki kedewasaan dalam berbicara, bertindak dan bersikap;
125
(5) memungsikan diri sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat lingkungan, baik sekolah negeri maupun swasta; (6) harus mampu mengawal dan menegakkan disiplin baik untuk dirinya, maupun murid dan orang lain; (7) memungsikan diri sebagai administrator dan sekaligus manajer yang yang disenangi; (8) melakukan tugasnya dengan sempurna sebagai amanat profesi; (9) guru diberi tanggung jawab paling besar dalam hal perencanan dan pelaksanaan kurikulum serta evaluasi keberhasilannya; (10) membimbing anak untuk belajar memahami dan menyelesaikan masalah yang dihadapi muridnya; dan (11) guru harus dapat merangsang anak didik untuk memiliki semangat yang tinggi dan gairah yang kuat dalam membentuk kelompok studi, mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler dalam rangka memperkaya pengalaman. Dari penegasan Roestiyah N.K tersebut dapat ditegaskan bahwa guru bertanggung jawab mencari cara untuk mencerdaskan kehidupan anak didik dalam arti sempit dan bangsa dalam arti luas. Dalam melaksanakan tugasnya guru bukanlah sebatas kata-kata, akan tetapi juga dalam bentuk perilaku, tindakan, dan contoh-contoh. Pengalaman Anwar dan Sagala (2006) menunjukkan bahwa sikap dan tingkah laku jauh lebih efektif dibanding dengan perkataan yang tidak dibarengi dengan amal nyata. Lebih jauh Wens Tanlain, dkk, (1989) menyebutkan ada beberapa poin yang menjadi tanggung jawab seorang guru, antara lain: mematuhi norma dan nilai kemanusiaan, menerima tugas mendidik bukan sebagai beban, tetapi dengan gembira dan sepenuh hati, menyadari benar akan apa yang dikerjakan dan akibat dari setiap perbuatannya itu, belajar dan mengajar memberikan
126
penghargaan kepada orang lain termasuk kepada anak didik, bersikap arif bijaksana dan cermat serta hati-hati, dan sebagai orang beragama melakukan kesemua yang tersebut di atas berdasarkan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. c. Proses Kegiatan Belajar Mengajar 1). Konsep Mengajar Mendidik bukan hanya dengan nasihat saja. Sebab yang menjadi sukses adalah memberikan contoh dengan perbuatan yang baik, sesuai dengan apa yang dikatakannya. Jangan lain di kata, lain di perbuatan. (Jully Cheung, dalam Pupuh, 2009:7)) Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks.Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik pada seluruh siswa. Oleh karena itu, rumusan
pengertian
mengajar
tidaklah
sederhana.
Dalam
arti,
membutuhkan rumusan yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri. (Muhammad Ali, 1992). Sedangkan Bohar Suharto (1997) mendefinisikan, mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur (mengelola) lingkungan sehingga tercipta suasana yang sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan. Sementara Oemar Hamalik (1992) mendefinisikan mengajar sebagai proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa. Dalam pengertian yang lain, juga dijelaskan bahwa mengajar adalah suatu
127
aktivitas profesional yang memerlukan keterampilan tingkat tinggi dan menyangkut pengambilan keputusan. Hasil penelitian dan pendapat para ahli (Pupuh, 2009: 7) Konsep mengajar menurut pengertian mutakhir merupakan suatu perbuatan yang kompleks. Perbuatan mengajar yang kompleks dapat diterjemahkan sebagai
penggunaan secara integratif sejumlah komponen yang
terkandung dalam perbuatan mengajar itu untuk menyampaikan pesan pengajaran. Atau dengan gaya bahasa lain, mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan
ini
terdiri
dari
komponen-komponen
yang
saling
mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia. Kedudukan guru dalam pengertian ini sudah tidak dapat lagi dipandang sebagai penguasa tunggal dalam kelas atau sekolah, tetapi dianggap sebagai manager of learning (pengelola belajar) yang perlu senantiasa siap membimbing dan membantu para siswa dalam menempuh perjalanan menuju kedewasaan mereka sendiri menyeluruh.
yang utuh dan
128
2). Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran khusus ini harus dirumuskan secara operasional dengan memenuhi syarat-syarat tertentu. Mudhoffir (1990), memberikan petunjuk praktis merumuskan tujuan pembelajaran, yakni: . Formulasikan dalam bentuk yang operasional; . Rumuskan dalam bentuk produk belajar, bukan proses belajar; . Rumuskan dalam tingkah laku siswa bukan perilaku guru; . Rumuskan standar perilaku yang akan dicapai; . Hanya mengandung satu tujuan belajar; . Rumuskan dalam kondisi mana perilaku itu terjadi. 3). Konsep Belajar Banyak definisi para ahli tentang belajar, di antaranya adalah: 1. Skinner (dalam Barlow,1985), mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. 2. Hilgard & Bower dalam bukunya Theories of Learning (1975) mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaankeadaan sesaat seorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya). 3. M. Sobry Sutikno dalam bukunya Menuju Pendidikan Bermutu (2004), mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
129
4. Belajar sebagai suatu perubahan yang relatif dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu C.T.Morgan dalam Introduction to Psychology (1962). 5. Thursan Hakim dalam bukunya Belajar Secara Efektif(2002), mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah "perubahan" yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Walaupun pada kenyataanya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar.
4). Ciri-ciri Belajar Mengajar Belajar dan mengajar merupakan dua aktivitas yang berlangsung secara bersamaan, simultan dan memiliki fokus yang dipahami bersama. Sebagai suatu aktivitas yang terencana, belajar memiliki tujuan yang bersifat permanen, yakni terjadinya perubahan pada anak didik. Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar menurut Slameto (1987) meliputi: 1. Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar, sekurang-kurangnya sadar bahwa pengetahuannya bertambah, sikapnya berubah, kecakapannya berkembang, dan lain-lain. 2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Belajar bukan proses yang statis karena terus berkembang secara gradual dan setiap hasil belajar memiliki makna dan guna yang praktis. 3. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif. Belajar senantiasa menuju perubahan yang lebih baik. 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, bukan hasil belajar jika perubahan itu hanya sesaat, seperti berkeringat, bersin, dan lainlain.
130
5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Sebelum belajar, seseorang hendaknya sudah menyadari apa yang akan berubah pada dirinya melalui belajar. 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian tertentu secara parsial.
5). komponen Belajar Mengajar Kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, media dan sumber, serta evaluasi. a). Tujuan Tujuan merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran.Tidak ada suatu pembelajaran yang diprogramkan tanpa tujuan, karena hal ini merupakan kegiatan yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan arah, target akhir dan prosedur yang dilakukan. Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran merupakan suatu citacita yang bernilai normatif. Sebab dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosial, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Tujuan menentukan jadi apakah anda kelak. (Julius Erving) Lebih spesifik Roestiyah (1989), berpendapat bahwa suatu tujuan pengajaran merupakan deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) anak didik yang diharapkan setelah mempelajari bahan pelajaran tertentu. Suatu tujuan pengajaran menunjukkan suatu hasil yang kita harapkan dari pengajaran dan bukan sekedar proses dari pengajaran itu sendiri.
131
b). Bahan Pelajaran Bahan/materi merupakan medium untuk mencapai tujuan pengajaran yang "dikonsumsi" oleh peserta didik. Bahan ajar merupakan materi yang terus berkembang secara dinamis seiring dengan kemajuan dan tuntutan perkembangan masyarakat. Bahan ajar yang diterima peserta didik harus mampu merespon setiap perubahan dan mengantisipasi setiap perkembangan yang akan terjadi di masa depan. Oleh karena itu, bahan pelajaran menurut Suharsimi Arikunto (1990), merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. Karena itu pula, guru khususnya, atau pengembangan kurikulum umumnya, harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan atau topik yang tertera dalam silabus berkaitan dengan kebutuhan peserta didik di masa depan. Sebab, minat peserta didik akan bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai dengan kebutuhannya. Dengan demikian, bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengajaran, sebab bahan pengajaran merupakan inti dalam proses belajar mengajar. c). Kegiatan Belajar Mengajar Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan peserta didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu peserta didiklah yang lebih aktif, bukan guru. murid
132
sebagai sentral pembelajaran. Keaktifan peserta didik tentu mencakup kegiatan fisik dan mental, individual dan kelompok. Oleh karena itu interaksi dikatakan maksimal bila terjadi interaksi antara guru dengan semua peserta didik, antara peserta didik dengan guru, antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan bahan dan media pembelajaran, tetapi tetap dalam kerangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. (1). Pengelolaan Kelas (a). Pengertian Pengelolaan Kelas Pengelolaan kelas mengarah pada peran guru untuk menata pembelajaran. Secara kolektif atau klasikal dengan cara mengelola perbedaanperbedaan kekuatan individual menjadi sebuah aktivitas belajar bersama. Suharsimi Arikunto (1988), berpendapat bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. Pengertian di atas menunjukkan adanya beberapa variabel yang perlu dikelola secara sinergik, terpadu dan sistemik oleh guru, yakni: (1) ruang kelas, menunjukkan batasan lingkungan belajar, (2) usaha guru, tuntutan adanya dinamika kegiatan guru dalam mensiasati segala kemungkinan yang terjadi dalam lingkungan belajar,(3) kondisi belajar, merupakan batasan aktivitas yang harus diwujudkan dan (4) belajar yang optimal, merupakan ukuran kualitas proses yang mendorong mutu sebuah produk belajar.
133
Menurut definisi operasional, pengelolaan kelas merupakan penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa yang berlangsung pada lingkungan sosial, emosional, dan intelektual anak dalam kelas menjadi sebuah lingkungan belajar yang membelajarkan. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, tercapainya suasana kelas yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, nyaman dan penuh semangat sehingga terjadi perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa. (Sudirman N., 1991). Dari beberapa uraian tersebut, dapatlah dipahami bahwa pengelolan kelas merupakan usaha yang dengan sengaja dilakukan oleh guru agar peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan pembelajaran. (b). Tujuan Pengelolaan Kelas Karakter
kelas
yang
dihasilkan
karena
adanya
proses
pengelolaan kelas yang baik akan memiliki sekurang-kurangnya tiga ciri, yakni: 1. Speed, artinya anak dapat belajar dalam percepatan proses. 2. progress, artinya membutuhkan waktu yang relatif singkat. 3. Simple, artinya organisasi kelas dan materi menjadi sederhana, mudah dicerna dan situasi kelas kondusif. 4. Self-confidence, artinya anak dapat belajar dengan penuh rasa percaya diri atau menganggap dirinya mampu mengikuti pelajaran dan belajar berprestasi. (2). Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran. (a). Keterampilan Membuka Pelajaran
134
Keterampilan membuka pelajaran ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi murid agar minat dan perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya. (Udin S Sa’ud, 2009: 56). Selanjutnya menurut Udin bahwa Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menciptakan suasana mental siswa agar terpusat pada hal-hal yang dipelajarinya. Kegiatan membuka pelajaran harus dilakukan oleh guru pada awal jam pelajaran dan setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengemukakan tujuan yang akan dicapai, menarik perhatian siswa, memberi acuan, dan membuat kaitan antara materi pelajaan yang telah dikuasai oleh siswa dengan bahan yang akan dipelajarinya. a. Tujuan keterampilan membuka pelajaran, yaitu untuk: 1) membantu siswa mempersiapkan diri agar sejak semula sudah dapat membayangkan pelajaran yang akan dipelajarinya. 2) menimbulkan minat dan perhatian siswa pada apa yang akan dipelajari dalam kegiatan belajar mengajar. 3) membantu siswa agar mengetahui batas-batas tugas yang akan dikerjakan. 4) membantu siswa agar mengetahui hubungan antara pengalamanpengalaman yang telah dikuasainya dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang belum dikenalnya.
135
(b). Keterampilan Menutup Pelajaran Keterampilan menutup pelajaran ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran. a. Tujuan keterampilan menutup pelajaran, yaitu untuk: 1) mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran. 2) mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam membelajarkan pada siswa. 3) membantu siswa agar mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah dikuasainya dengan hal-hal yang baru saja dipelajarinya. b. Komponen keterampilan menutup pelajaran, yaitu: 1) meninjau kembali penguasaan inti pelajaran atau membuat ringkasan 2) mengevaluasi, dengan cara: a) mendemonstrasikan keterampilan. b) mengaplikasikan ide baru. c) mengekspresikan pendapat siswa sendiri. d) memberi soal-soal lisan maupun tulisan. e) mengadakan pengayaan, tugas mandiri, maupun tugas terstruktur (3). Prinsip-prinsip Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran, yaitu:
136
a. Bermakna Usaha untuk menarik perhatian siswa atau memotivasi siswa harus sesuai dengan isi dan tujuan pelajaran. Menghindari cerita yang tidak ada hubungannya dengan materi pelajaran. b. Berurutan dan Berkesinambungan Kegiatan ini dilakukan oleh guru dalam memperkenalkan/ merangkum kembali petajaran sebagi bagian dari kesatuan yang utuh. (4). Keterampilan Bertanya. Brown, dalam Udin S Sa’ud (2009) menyatakan bahwa bertanya adalah setiap pernyataan yang mengkaji atau menciptakan ilmu pada diri siswa. Selanjutnya menurut Udin pertanyaan yang diajukan kepada siswa, mempunyai tujuan untuk: a. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dibicarakan. b. Memusatkan perhatian siswa pada suatu masalah yang sedang dibahas. c. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa dalam belajar. d. Mengembangkan cara belajar siswa aktif. e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
137
f. Mendorong siswa mengemukakan pendapat dalam diskusi. g. Menguji dan mengukur hasil belajar. (5). Komunikasi dalam Proses Belajar Mengajar Faktor komunikasi antara peserta didik dengan guru merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan karena komunikasi dapat menyatukan arah antara keduanya terutama dalam proses KBM. Komunikasi adalah sesuatu yang mudah, susahnya ialah apabila kita tidak menyebutnya dengan perkataan yang mudah. (T.s. Matthews) Ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa yaitu: 1. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah. Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif. Ceramah pada dasarnya adalah komunikasi satu arah, atau komunikasi sebagai aksi. Komunikasi jenis ini kurang banyak menghidupkan kegiatan siswa belajar. 2. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah. Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu pemberi aksi dan penerima aksi. Di sini, sudah terlihat hubungan 2 arah, tetapi terbatas antara guru dan pelajar secara individual. Antara pelajar dan pelajartidakada hubungan. Pelajar tidak dapat berdiskusi dengan teman atau bertanya sesama
138
3.
Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi. Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif. Diskusi dan simulasi merupakan strategi yang dapat mengembangkan komunikasi ini. (Nana Sudjana, 1989).
d). Metode Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan oleh guru, dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menguasai metode mengajar merupakan keniscayaan, sebab seorang guru tidak akan dapat mengajar dengan baik apabila ia tidak menguasai metode secara tepat. Syaiful Bahri Djamarah & Winarno Surakhmad (1991), mengemukakan lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar, yakni: 1. Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsinya; 2. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya; 3. Situasi berlainan keadaannya; 4. Fasilitas bervariasi secara kualitas dan kuantitasnya; 5. Kepribadian dan kompetensi guru yang berbeda-beda.
139
Menurut Syaiful B. Djamarah, dkk, 1995, metode memiliki kedudukan : - Sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar - Menyiasati perbedaan individual anak didikpencapaian tujuan pembelajaran. - Untuk mencapai tujuan pembelajaran Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar, diharapkan makin efektif pencapaian tujuan pembelajaran dengan memperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh, misalnya factor guru, faktor siswa, faktor lingkungan belajar, media, dan sebagainya. Oleh sebab itu, fungsi-fungsi mengajar tidak dapat diabaikan karena metode mengajar turut menentukan keberhasilan proses belajar mengajar dan merupakan bagian integral dalam suatu sistem pengajaran. e). Media dan sumber (1). Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa fatin medium yang secara harfiah berarti 'tengah; 'perantara; atau 'pengantar,' atau dengan kata lain media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Gearlach & Ely(1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun suatu kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.
140
Sementara Atwi Suparman (1997) mendefinisikan bahwa media merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesa. Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik. (2). Fungsi Media Media dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu media verbal dan media bantu non verbal. Media verbal berupa suruhan, perintah, larangan dan sebagainya. Sebagai media bantu non verbal berupa globe, papan tulis, batu tulis, batu kapur, gambar, diagram, slide, video dan sebagainya. Alat merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Dalam proses pengajaran maka alat mempunyai fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan (Ahmad D. Marimba, 1991). Jika dilihat dari sisi asalnya, media terbagi atas alat material dan non material. Alat material termasuk alat bantu audiovisual. Dwyer (1967) berpendapat bahwa belajar yang sempurna hanya dapattercapai jika menggunakan bahan-bahan audio-visual yang mendekati realitas. Dalam proses belajar mengajar, fungsi media menurut Nana Sudjana (1991) yakni: - Penggunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif;
141
- Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa media pengajaran merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan guru; - Media dalam pengajaran, penggunaannya bersifat integral dengan tujuan dan isi pelajaran; - Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata sebagai alat hiburan yang digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa; - Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru; - Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar. Ketika fungsi-fungsi media pengajaran itu diaplikasikan dalam proses belajar mengajar, maka terlihat peranannya sebagai berikut: - Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan yang guru sampaikan; - Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses pembelajaran. f). Evaluasi (1). Definisi Evaluasi. Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian/evaluasi. Evaluasi adalah
142
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan membandingkan hasilnya dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Nana Sudjana (1998) menjelaskan bahwa evaluasi pada dasarnya memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah
laku
yang
diharapkan
dimiliki
peserta
didik
setelah
menyelesaikan pengalaman belajarnya. Sejauh mana keberhasilan seorang memberikan materi dan sejauh mana siswa menyerap materi yang disajikan dapat diperoleh informasinya melalui evaluasi. Suke Silverius (1991) menjelaskan, evaluasi yang baik haruslah didasarkan pada tujuan pembelajaran (instructional yang ditetapkan oleh pendidik dan kemudian benar-benar diusahakan pencapaiannya oleh pendidik dan peserta didik. Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu evaluation. Dalam buku Essential of Educational Evaluation karangan Edwin Wand & Gerald W. Brown, dikatakan bahwa Evaluation refer to the act orprocess to deterrnining the value of action refer to the value of something. Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Senada dengan pendapat di atas, Wayan Nurkancana & Sumartana (1983) berpendapat bahwa evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan
143
nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan. (2). Kegunaan Evaluasi Berdasarkan UU Sisdiknas No.20Tahun 2003 Pasal 58 (1) evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan,
dan
perbaikan
hasil
belajar
peserta
didik
secara
berkesinambungan. Lebih rinci, M. Sobry Sutikno (2005) menyebutkan di antara kegunaan evaluasi adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu; 2. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasnya; 3. Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses belajar mengajar; 4. Bahan pertimbangan bagi bimbingan individual peserta didik; 5. Membuat diagnosis mengenai kelemahan-kelemahan dan kemampuan peserta didik; 6. Bahan pertimbangan bagi perubahan atau perbaikan kurikulum; 7. Mengetahui status akademis seseorang murid dalam kelompok; 8. Mengetahui efisiensi metode mengajar yang digunakan; (3). Interpretasi Hasil Penilaian dalam Menetapkan Ketuntasan Belajar Penilaian dilakukan untuk menentukan apakah peserta didik telah berhasil menguasai suatu kompetensi mengacu ke indikatorindikator yang telah ditentukan atau belum, untuk mengumpulkan informasi apakah suatu indikator telah tampil pada diri peserta didik, dilakukan penilaian sewaktu pembelajaran berlangsung atau setelah pembelajaran.
144
Sebuah indikator dapat dijaring dengan beberapa soal/tugas. Selain itu, sebuah tugas dapat dirancang untuk menjaring informasi tentang ketercapaian beberapa indikator. Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0% - 100%: Kriteria ideal untuk masing-masing indikator lebih besar dari 60%. Namun sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, apakah 50%, 60% atau 70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti kemampuan peserta didik dan guru serta ketersediaan prasarana dan sarana. Untuk mendapatkan nilai suatu kompetensi dasar atau hasil belajar dari kriteria ketuntasan indikator yang berbeda, guru dapat melihat profil peserta didik dari kecenderungan nilai setiap indikator atau nilai rata-rata indikator. TABEL 2.19: Contoh KKM KELAS
X
XI-IPA
XI-IPS
XII-IPA
No
PELAJARAN
SM 1
1
Pend. Agama
2
SM 2
SM 1
SM 2
SM 1
SM 2
SM1
SM 2
SM 1
SM2
77
77
77
77
77
77
77
77
77
77
KWN
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
3
B. Indonesia
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
4
B. Inggris
77
77
77
77
77
77
75
75
75
75
5
Matematika
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
6
Fisika
75
75
75
75
75
75
7
Biologi
75
75
75
75
75
75
8
Kimia
75
75
75
75
75
75
9
Sejarah
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
XII-IPS
145
10
Geografi
75
75
75
75
75
75
11
Ekonomi
75
75
75
75
75
75
12
Sosiologi
75
75
75
75
75
75
13
Seni Budaya (S. Rupa dan S. Musik)
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
14
Penjaskes
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
15
TIK
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
16
B. Jepang
75
75
75
75
75
75
75
75
75
75
17 18
B. Sunda PLH
75 B
75 B
75 B
75 B
75 B
75 B
75
RATA-RATA
75
75
75
75
75
75
75
75 75
75
75
(Sumber: KKM SMA Negeri 5 Bandung 2009-2010).
G. Implementasi Sistem Manajemen Mutu dan Layanan Akademik GuruTerhadap Prastasi Siswa. Mutu pendidikan sebagai salah satu pilar pengembangan sumber daya manusia sangat penting maknanya bagi pembangunan naisonal. Manajeman peningkatan mutu pendidikan adalah suatu metode peningkatan
mutu
yang
bertumpu
pada
lembaga
itu
sendiri,
mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif & kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen lembaga pendidikan untuk secara berkesimbangunan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi guna memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat. Dalam manajemen peningkatan mutu, terkandung upaya: (a) mengendalikan proses yang berlangsung, (b) melibatkan proses diagnosa
146
dan proses tindakan untuk menindak lanjuti diagnosa, (c) memerlukan partisipasi semua pihak. Peningkatan mutu tidak dapat dilakukan secara spekulatif atau coba-coba. Semua tindakan dalam peningkatan mutu harus didasarkan data yang jelas. Demikian pula, tujuan, sasaran, dan target harus dinyatakan dalam bentuk data yang jelas, sehingga kelak dapat dievaluasi ketercapaianya secara cermat. Semua komponen pendidikan; yaitu pimpinan lembaga, tenaga pendidik, peserta dan bahkan orang tua harus didorong untuk mengambil peran masing-masing. Implementasi MMT bukanlah suatu pendekatan yang sifatnya langsung jadi atau hasilnya diperoleh dalam waktu sekejap, tetapi membutuhkan suatu proses yang sistematis. Mulai dari persiapan, perencanaan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasi. Pengelolaan mutu dalam pendidikan banyak mengadopsi konsep manajemen mutu terpadu (TQM). Sebagaimana ditegaskan oleh E. Sallis (1994:14) bahwa TQM is a philosophy improvement, which can provide any educational institution with a set of practical tools for meeting and exceeding present and future custumers need, wants, and expectation. Dan diharapkan dengan diterapkannya sistem manajemen mutu di sekolah dapat meningkatkan kinerja mengajar guru dalam rangka pelayanan yang meningkat dari guru kepada peserta didik di dalam proses belajar mengajar, apakah di dalam kelas maupun di luar kelas.
147
Tugas dan kewajiban guru baik yang terkait langsung dengan proses belajar mengajar maupun tidak terkait langsung, sangatlah banyak dan berpengaruh pada hasil belajar mengajar. Bila peserta didik mendapatkan nilai tinggi, maka guru mendapat pujian, pantas menjadi guru, dan harus dipertahankan, walaupun tetap disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Tetapi bila yang terjadi sebaliknya, yakni para peserta didik mendapat nilai yang rendah, maka serta merta juga kesalahan ditumpahkan kepada guru. Oleh karena itu, perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh bagaimana memberikan prioritas yang tinggi kepada guru. Sehingga mereka dapat memperoleh kesempatan untuk selalu meningkatkan kemampuannya melaksanakan tugas sebagai guru. Dengan diterapkannya sistem manajemen mutu dan layanan akademik guru yang baik bersama-sama diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa di dalam proses pembelajaran. Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian/evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objekdengan menggunakan instrumen dan membandingkan hasilnya dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Nana Sudjana (1998) menjelaskan bahwa evaluasi pada dasarnya memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah
laku
yang
diharapkan
dimiliki
menyelesaikan pengalaman belajarnya.
peserta
didik
setelah
148
Berdasarkan UU Sisdiknas No.20Tahun 2003 Pasal 58 (1) evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untuk memantau proses kemajuan,
dan
perbaikan
hasil
belajar
peserta
didik
secara
berkesinambungan. Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran. Prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan.
H. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan. Penelitian
terdahulu
yang
dapat
dijadikan
referensi
dan
pertimbangan dalam penelitian ini, yakni : 1. Jan McKay, David Kember. Quality Assurance in Education (Quality assurance systems and educational development: part 1 - the
149
limitations of quality control). Bradford: 1999. Vol. 7, Iss. 1; pg. 25, meneliti tren kearah untuk penekanan peningkatan pada pengukuran QC yang menjamin bahwa pengajaran dan pembelajaran mencapai tingkat minimal yang dapat diterima. Penulis mengemukakan studi kasus dimana ada mekanisme penjaminan mutu dalam bentuk program prosedur Validasi. 2. Petter Cuttance, Sydney, Australia, 1994. Quality Assurance in Education Systems, memberikan analisa pendekatan penjaminan mutu dan manajemen kualitas dalam literature manajemen umum dan mempertimbangkan penerapannya pada system pendidikan umum. Kualitas pelayanan didefinisikan sebagai kualitas feature dan karakteristik
yang
bergantung
kepada
kemampuannya
untuk
memenuhi kebutuhan tertulis dan tidak tertulis. Definisi ini mengenalkan catatan kebutuhan yang dianggap merupakan pelayanan pengguna. Banyak diskusi tentang kualitas pendidikan tetapi tidak terfokus pada penggunanya, melainkan pada kebutuhan penyedia pelayanan belajar mengajar. 3 Moses Waithanji Ngware, Mwangi Ndirangu. Quality Assurance in Education (An improvement in instructional quality: can evaluation of teaching effectiveness make a difference?). Bradford: 2005. Vol. 13, Iss. 3; pg. 183, 19 pgs, dalam laporan temuan penelitiannya bahwa keefektifan mengajar dan mekanisme umpan balik di Universitas Kenyan, yang
150
dapat membantu manajemen mengembangkan kebijakan QC. Secara menyeluruh. Tiga Universitas negeri dan dua swasta dipilih untuk penelitian diambil secara acak sebagai responden. Tidak ada kebijakan Universitas yang jelas tentang evaluasi keefektifan
mengajar, walaupun hal ini penting QC. Evaluasi
keefektivan mengajar tidak dapat diandalkan meskipun digunakan secara luas dimana evaluasi itu berada, tanpa sistem penunjang evaluasi lainnya. Umpan balik dari evaluasi, meskipun penting dalam meningkatkan profesionalisme, tidak diberikan kepada responden. Penelitian evaluasi keefektifan mengajar selama ini hanya dari perspektif dari para dosen, belum dari sisi pelajar. Setiap Universitas sebaiknya membuat arahan kebijakan yang jelas bagi kontrol kualitas, Setiap fakultas untuk mengembangkan berbagai instrumen evaluasi keefektivan mengajar. Evaluasi mengajar penting untuk membuat perubahan peningkatan seperti prestasi siswa dan penggunaan dana masyarakat . 4. Qi Wang. International Journal on Elearning (Quality Assurance - Best Practices
for
Assessing
Online
Programs),
Norfolk: 2006.
Vol. 5, Iss. 2; pg. 265, 10 pgs mengatakan bahwa Pendidik telah lama berusaha untuk mendefinisikan kualitas dalam pendidikan. Untuk membantu para pendidik dan lembaga mencari metode penjaminan mutu untuk terus menerus meningkatkan program pendidikan jarak
151
jauh. Konsorsium Sloan-C menerbitkan unsur-unsur kualitas: The Sloan-C framework (Moore, 2002), menggaris bawahi lima pilar kualitas yaitu keefektivan belajar, akses, kepuasan siswa, kepuasan pengajar, dan keefektifan biaya untuk program online. 5. R.P. Dickenson, J.H. Rogerson, V.N. Azarov. Quality Assurance in Education (Building an infrastructure for quality management in Russia). Bradford: 2000. Vol. 8, Iss. 2; pg. 70. Menjelaskan hasil riset Dickenson di Rusia tentang kebutuhan manajemen pendidikan. Kebutuhan-kebutuhannya ditentukan melalui kuesioner, wawancara, dan umpan balik dari pakar kunci pada seminar khusus. 6. Chandru Kistan. Quality Assurance in Education (Quality assurance in South Africa). Bradford: 1999. Vol. 7, Iss. 3; pg. 125 Afrika Selatan merupakan kandidat terakhir untuk menerapkan penjaminan mutu dalam membangun beberapa kebijakan dan inisiatif hukum untuk merubah pendidikan tinggi. Setelah runtuhnya Apartheid, Kistan mendiskusikan asal mula dan sifat penjaminan mutu di Afrika Selatan. 7. Leslie Nabors Oláh, Nancy R Lawrence, Matthew Riggan. PJE. Peabody Journal of Education (Learning to Learn From Benchmark Assessment Data: How Teachers Analyze Results). Philadelphia: April 2010. Vol. 85, Iss. 2; pg. 226 Menyatakan meskipun penilaian sementara digunakan sebagai alat untuk meningkatkan pengajaran dan belajar
152
siswa,
kita
hanya
tahu
sedikit
tentang
bagaimana
pengajar
menggunakan data-data tersebut untuk memodifikasi instruksi. Bahasan ini mengemukakan temuan-temuan dari sebuah penelitian yang besar mengenai penggunaan informasi evaluasi pada matematika dasar oleh guru. Kami mengajukan beberapa pertanyaan: (a) Bagaimana guru di Philadelphia, di sampel kami menganalisis hasil evaluasi sebagai bahan rujukan, (b) bagaimana mereka merancang instruksi berdasarkan hasilhasil, (c) apa instruksi yang diberikan untuk merespon hasil-hasil seperti itu. Untuk menjawab pertanyaan itu diwawancara para guru yang mengajar kelas 3 dan kelas 5 SD. Hasilnya didapat bahwa meskipun guru-guru menggunakan evaluasi untuk memperoleh informasi pembelajaran siswa pada pelajaran tersebut. Guru lebih cenderung menerangkan kesalahan-kesalahan siswa sebagai nkesalahan langkah siswa. 8. Pedro M Saraiva, Maria J Rosa, Joao L d'Orey. Quality Progress (Applying an excellence model to schools). Milwaukee: Nov 2003. Vol. 36, Iss. 11; pg. 46. Menyatakan menarik perkembangan dan proyek-proyek yang berkaitan dengan manajemen mutu dalam pendidikan telah dilakukan di seluruh dunia, terutama di Amerika Serikat dan Eropa. Di Portugal, sebuah proyek skala besar di 47 sekolah didasarkan pada penerapan Foundation Eropa untuk Manajemen Mutu (EFQM) model terbaik. The EFQM Excellence
153
Model bukan merupakan petunjuk melainkan pengakuan bahwa ada banyak cara yang berbeda untuk meraih organisasi yang baik. Memberikan kerangka acuan untuk diagnosa dan evaluasi pencapaian tingkat kepuasan, berdasarkan 9 kriteria yang mencakup 30 subkriteria. Kesembilan kriteria merupakan satu dua kategori. Tahap pertama dari proyek penelitian pengembangan kualitas adalah desain dan peningkatan dokumen penunjang.
Sebagian besar sekolah yang
mengikuti proyek ini kurang terbuka, objektif, dan relevan. Hasil yang diperoleh sejauh ini menunjukkan bahwa EFQM Exellence Model dapat dengan mudah diterapkan dan digunakan di sekolahsekolah sebagai daya penggerak peningkatan penampilan yang kuat. 9. Nancy Winitz and Don Kauchak, USA, 1995, Vol. 11. Laerning To Teach: Knowledge Development In Classroom Management. Menyatakan
bagaimana kemampuan memperoleh
ilmu pengetahuan berkontribusi pada proses belajar mengajar. Untuk menjawab pertanyaan ini data kualitatif dan kuantitatif di kumpulkan untuk mkenginvestigasi perkembangan pengetahuan pendidikan guru secara khusus, peta konsep dan wawancara membuka pola dan perubahan kognitif lebih dari dua perempat kursus. Analisa peta konsep menunjukan turbulen dan perubahan ciri khas yang dipengaruhi oleh pengalaman program dengan kecenderungan yang nyata dalam organisasi kognitif.
154
10. Cheryl Albers. Teaching Sociology (Improving Pedagogy Through Action Learning And Scholarship Of Teaching And Learning). Beverly Hills: Jan 2008. Vol. 36, Iss. 1; pg. 79, 8 pgs Model action learning berkembang pada manajemen industri dan didasari pada pernyataan bahwa pengamatan merupakan sumber yang bermanfaat untuk mempelajari bagaimana memecahkan masalah yang dihadapi di tempat kerja. Kelompok action learning dilibatkan dalam refleksi dan kolaborasi dengan tujuan identifikasi dan implementasi srategis yang merujuk pada masalah-masalah khusus dalam pengajaran. Beasiswa
belajar
dan
mengajar
memberikan
arahan
untuk
mendokumentasikan dan menyebarkan secara sistematis dampak pada belajar siswa yang disebabkan oleh latihan perubahan kelas. 11. Thomson, David C (2005)Organizaion Power and Management in High School in Mexico Unversity for Education Adminitration. Kekuatan organisasi dan manajemen di sekolah menengah di Universitas Mexico untuk administrasi pendidikan. Sebuah agenda dijanjikan oleh pemerintah yang baru untuk memberikan dukungan besar bagi pendidikan dengan menekankan pada kesetaraan. Penelitian ini menelaah penggunaan kekuatan di sekolah-sekolah menengah di kota Meksiko dengan menginterview para ahli, direktur, direktur sebeluymnya, dan para ahli kunci.
155
Tujuannya adalah untuk menganalisa efek-efek penggunaan kekuasaan pada organisasi sekolah. Pemahaman yang lebih baik dapat membuat lembaga tersebut mampu lebih demokrasi dan lebih focus pada pembelajaran siswa. 12. Jan P. Tucker, Gary R. Gentry. Foresight : the Journal of Futures Studies, Strategic Thinking and Policy (Developing an e-learning strategy in higher education). Bradford: 2009. Vol. 11, Iss. 2; pg. 43 Tujuan untuk menjelaskan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan yang lebih tinggi seperti pemotongan anggaran dan tekanan untuk menawarkan akses, kesanggupan belajar kapanpun dimanapun dan menawarkan solusi dalam bentuk pengembangan strategi e-learning. Metode ini menelaah riset-riset yang telah dilakukan tentang pendidikan yang lebih tinggi dan strategi e-learning dalam upaya menawarkan partisipasi pedagogic berpasangan dengan biaya teknologi yang efektif sebagai sebuah solusi untuk mengatasi masalah peningkatan npermintaan di pasar dan tekanan sosioekonomi yang dihadapi institusi pendidikan yang lebih tinggi. Memberikan penilaian pragmatic tentang lima tahap strategi pengembangan e-learning yang meliputi menentukan metode dan teknologi, penyampaian, membuat kurikulum dan mengembangkan keput usan, memadukan penerapan dan peran strategis dan memonitor serta mengevaluasi program-program yang baru.
156
13. Leslie Wang. Sociological Focus (North Central Sociological Association 2007 Reflections on Teaching Address: Teaching and Learning across Academic Cultures). Cincinnati: Nov 2007. Vol.40, Iss. 4; pg. 337, 11 pgs. Menyatakan bahwa usaha untuk
mengerti
budaya akademik. Perjalanannya sebagai instruktur sosiologi telah membedakan tipe-tipe institusi akademik dari belajar yang tertinggi, meliputi perguruan tinggi komunitas publik, bagian terbesar dari Universitas dan sebagian kecil pribadi perguruan tinggi seni yang bebas. Cross dan Steadman (1996) menginformasikan kepada kita dari strategi mengajar bahwa bekerja secara bersama-sama di dalam lingkungan ruang kelas, termasuk penelitian Universitas dan tidak tergantung pada perguruan tinggi yang bebas, sebuah institusi perkotaan dan Universitas pusat. 14. Neti Meilyawati (Sps. UPI Bandung, 2009) dalam tesisnya yang berjudul ”Pengaruh Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Terhadap Mutu Pelayanan dan Dampaknya Pada Kepuasan Siswa Dalam Belajar”, hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kepuasan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 sebesar 11,35 % dan mutu pelajaran sebesar 39,45 %. Hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa kepuasan siswa dalam belajar tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh Sistem Manajemen mutu ISO 9001:2000 dan mutu pelayanan, melainkan masih ada faktor lain yang perlu diperhatikan.
157
15. Dini Irawati (SPs. UPI Bandung, 2009) dalam tesisnya yang berjudul ”Pengaruh Organization
Penerapan (ISO)
Manajemen 9001:2000
Mutu dan
International
Kepemimpinan
Standard Terhadap
Produktivitas Kerja Pegawai”, menyimpulkan bahwa : Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 yang diukur melalui 3 indikator, termasuk kategori tinggi. Hal ini ditunjukan oleh skor rata-rata jawaban responden terhadap angket variabel Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 sebesar 80,5 %. 16. Weni Subarkah (SPs UPI, 2004) Dalam tesisnya
yang berjudul
”Kontribusi Kemampuan Profesional Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Mengajar Pada SMA Negeri Di Kota Cimahi”. Salah satu kesimpulannya menyatakan bahwa hasil pengolahan dan analisis data menunjukan bahwa kemampuan profesional guru memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi kinerja guru. Kontribusi yang diberikan dari kemampuan profesional guru terhadap kinerja guru hanya 9,8%. Disisi lain, hasil analisis deskriptif kecenderungan dari jawaban responden berkaitan dengan variabel kemampuan profesionalisme guru berada pada kategori cukup tinggi. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan profesionalisme guru SMA Negeri di Kota Cimahi sudah memberikan kontribusi yang signifikan bagi peningkatan kinerja guru. Namun demikian, melihat kondisi yang ada diperlukan adanya upaya-upaya untuk meningkatkan kompetensi profesionalisme guru.
158
17. Sigit Pratikno (SPs UPI, 2008) Dalam tesisnya yang berjudul ”Kontribusi kualifikasi Dan IPS Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik SMP Negeri Di Kabupaten Sumedang”, diantaranya menyimpulkan bahwa: a. Hasil uji regresi kontribusi kemampuan guru terhadap hasil belajar sebesar 6,5%. Guru yang profesional akan menghargai pembelajaran dengan baik, maka akan meningkatkan hasil belajar. b. Hasil regresi kontribusi kinerja guru terhadap hasil belajar sebesar 4,2%.
Kinerja
guru
seperti
kesetiakawanan, dan lain-lain.
tanggung
jawab,
kerjasama,