7
BAB II Kajian Pustaka A. Analisis Teoritik Dalam analisis teoritik akan diuraikan berbagai tinjauan yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu Sekolah Menengah Kejuruan, metode belajar mengajar, pembelajaran kooperatif, aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran kooperatif, dan prestasi belajar. 1. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab {Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU SIKDIKNAS), Bab II, Pasal 3}. Sistem pendidikan di Indonesia dibagi menjadi dua jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan non sekolah atau luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah adalah jalur pendidikan sekolah yang dilaksanakan di lingkungan sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Jalur pendidikan luar sekolah adalah pendidikan di masyarakat dan melalui kursus-kursus. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jalur pendidikan sekolah yang dalam
8
kegiatannya mengutamakan pada pengembangan kemampuan siswa dalam melaksanakan suatu jenis pekerjaan dan mengambangkan skill siswa dalam menghadapi dunia kerja yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa SMK merupakan pendidikan kejuruan pada tingkat menengah
yang
dalam
penyelenggaraannya
dimaksudkan
untuk
mempersiapkan peserta didik memasuki dunia kerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki. SMK terus meningkatkan mutu dan kualitasnya guna menghasilkan lulusan yang handal dan siap bekerja. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan tenaga kerja di berbagai industri maka jumlah SMK semakin diperbanyak, hal ini dapat dilihat dari proporsi SMK dengan sekolah umum yang semakin seimbang. Dengan berkembangnya SMK diharapkan kualitas pembangunan di Indonesia akan terus meningkat. Selanjutnya akan dibahas tentang berbagai metode belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran. 2. Metode Belajar Mengajar Proses belajar mengajar adalah merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi sedemikian rupa agar kegiatan belajar terarah pada tujuan pendidikan. Terciptanya proses belajar mengajar yang baik akan kegiatan pendidikan dan pengajaran, memerlukan usaha terjadinya interaksi yang baik antar guru dan murid. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara bersama dan saling berkaitan antara peserta didik,
9
pengajar dan lingkungan dengan mengkoordinasikan tujuan, bahan, metode, alat, dan penilaian secara optimal. Guru harus memiliki strategi dalam mengajar supaya proses belajar mengajar dapat tercapai dengan maksimal. Salah satu strategi yang yang harus dikuasai adalah teknik penyajian atau metode mengajar. a. Metode ceramah Metode ceramah biasanya dipakai
ketika berlangsung
pelajaran bersifat teori, yakni guru menerangkan materi di depan kelas dan peserta didik mendengarkan serta memperhatikan. Kelemahan dari metode ini adalah apabila guru tidak pandai memotivasi dan menarik perhatian peserta didik serta kurang jeli mengamati kondisi belajar peserta didik di kelas, maka peserta akan menjadi pasif, karena hanya sebagai penerima informasi yang tentu saja akan cepat membosankan (Wardoyo, 2004:1) Menurut Gulo (2002:138-142) ceramah sebagai metode pengajaran mempunyai keunggulan, disamping sejumlah kelemahan. Keunggulan metode ceramah adalah sebagai berikut: 1) Hemat dalam penggunaan waktu dan alat 2) Mampu membangkitkan minat dan antusias peserta didik 3) Membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mendengarnya. 4) Merangsang kemampuan peserta duduk untuk mencari informasi dari berbagai sumber.
10
5) Mampu menyampaikan pengetahuan yang belum pernah diketahui peserta didik. Disamping keunggulan-keunggulan tersebut, perlu juga kita meninjau
kelemahan-kelemahan
yang
membatasi
kemampuan
ceramah itu sendiri. Kelemahan –kelemahan tersebut sebagai berikut: 1) Ceramah cenderung terpusat pada guru atau interaksi cenderung pada komunikasi satu arah. 2) Metode ceramah cenderung menempatkan posisi peserta didik sebagai pendengar dan pencatat. 3) Keterbatasan kemampuan pada tingkat rendah. 4) Proses ceramah berlangsung menurut kecepatan bicara dan logat bahasa yang digunakan guru. b. Metode diskusi Diskusi adalah cara lain dalam proses belajar mengajar dimana peserta didik berpartisipasi penuh dalam pengajaran yang diberikan (Soekartawi, 1998:18). Menurut Winarno (1996:104) interaksi antara guru dan peserta didik dengan metode diskusi mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dengan metode diskusi adalah: 1) Mempertinggi partisipasi setiap anggota secara individual 2) Mempertinggi partisipasi kelompok secara keseluruhan 3) Memberi kesempatan mengemukakan pendapat bagi setiap peserta didik. Namun demikian metode ini juga ada kelemahannya, seperti:
11
1) Tidak mudah untuk mengarahkan tujuan penyelesaian diskusi bagi peserta didik 2) Tidak mudah bagi tiap peserta didik untuk dapat berpikir secara rapih dan ilmiah. 3) Keterbatasan kemampuan berbicara dan mengemukakan pendapat untuk masing-masing peserta didik berbeda. c. Metode demonstrasi Metode ini sangat cocok untuk menerangkan materi pelajaran yang membutuhkan gerakan fisik (psikomotorik) atau menerangkan suatu proses, seperti mata pelajaran praktik. Guru mendemonstrasikan pekerjaan tertentu atau pengoperasian suatu alat atau/ mesin dengan disaksikan dan atau ditirukan oleh peserta didik, baik secara sendiri ataupun kelompok. Metode ini bersifat dinamis maka akan menarik minat belajar peserta didik peserta didik dan kalau guru pandai melibatkan peserta didik, maka metode ini akan meningkatkan aktivitas siswa (Wardoyo, 2004:1) Menurut
Winarno
(1996:110-111)
penggunaan
metode
demonstrasi sangat menunjang proses interaksi edukatif dan sangat efektif dalam menolong peserta didik mencari jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Dengan metode demonstrasi maka pengajar memperlihatkan proses menyeluruh pada seluruh peserta didik dan memperlihatkan hasilnya bersama pula, sehingga kesan yang diterima oleh peserta didik lebih mendalam dan tinggal lebih lama pada jiwanya. Akibat selanjutnya memberikan motivasi yang
12
kuat untuk peserta didik agar lebih giat dalam belajar. Jadi dengan metode demonstrasi itu peserta didik dapat berpartisipasi aktif, dan memperoleh pengalaman langsung, serta dapat mengembangkan kecakapannya. Walaupun metode ini baik namun masih memiliki kelebihan dan kelemahan. Menurut Winarno (1996:111-112): Kelebihannya antara lain: 1) Perhatian peserta didik menjadi lebih fokus 2) Dapat meminimalkan kesalahan penyampaian bahan ajar ke peserta didik. 3) Peserta didik dapat belajar aktif dan memperoleh pengalaman praktik. 4) Peserta didik dituntut lebih teliti dalam melakukan proses kerja atau urutan kerja. 5) Proses belajar lebih mudah diingat peserta didik. Untuk kelemahan dari metode demonstrasi adalah: 1) Alat yang didemonstrasikan cenderung yang relevan dan cenderng mahal 2) Tidak semua bahan ajar dapat didemonstrasikan 3) Seluruh peserta didik harus memperhatkan untuk menghindarkan kerusakan alat saat peserta didik dilepas. d. Metode Pemberian Tugas Menurut Roestiyah (1998:133) metode pemberian tugas biasanya digunakan dengan tujuan agar peserta didik memiliki hasil
13
belajar yang lebih mantap, karena peserta didik melaksanakan latihanlatihan selama memperoleh tugas, sehingga pengalaman peserta didik dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal ini terjadi disebabkan peserta didik mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda, waktu menghadapi masalah-masalah baru. Dengan kegiatan melaksanakan tugas peserta didik aktif belajar, dan merasa terangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggung jawab sendiri. Banyak tugas yang harus dikerjakan peserta didik, hal ini diharapkan mampu menyadarkan peserta didik untuk selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang menunjang belajarnya. Menurut Wardoyo (2004:1) metode ini sangat berguna untuk mengetahui kesungguhan, keaktifan dan kreativitas peserta didik dalam menyelesaikan suatu tugas. Dengan metode ini akan terlihat sifat kemandirian dan keberanian mengambil keputusan masingmasing peserta didik. Metode ini sangat baik untuk melengkapi metode-metode yang lain. Kebaikan metode pemberian tugas ialah (Winarno, 1996:115): 1) Pengetahuan yang diperoleh akan lebih lama diingat. 2) Peserta didik dapat mengembangkan daya berpikirnya sendiri, daya inisiatif, daya kreatif, tanggung jawab dan melatih untuk berdiri sendiri. Namun metode ini juga memiliki kelemahan-kelemahan seperti: 1) Peserta didik kemungkinan hanya meniru pekerjaan temannya.
14
2) Guru tidak dapat mengawasi langsung pelaksanaan tugas. 3) Apabila tugas terlalu sering diberikan dan dirasa susah maka akan membebani peserta didik secara manual. 4) Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda. e. Eksperimen /Praktikum Menurut Roestiyah (1998: 80) metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar dimana peserta didik melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Penggunaan metode ini mempunyai tujuan agar peserta didik mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban
atas
persoalan-persoalan
yang
dihadapinya
dengan
mengadakan percobaan sendiri. Juga peserta didik dapat terlatih dalam cara berpikir yang ilmiah. Dengan eksperimen/praktikum peserta didik dapat menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Menurut Roestiyah (1998:82) metode eksperimen sering sekali digunakan karena memiliki keunggulan ialah: 1) Dengan eksperimen peserta didik terlatih menggunakan metode ilmiah dan dapat berpikir ilmiah. 2) Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat 3) Peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan juga menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam menggunakan alatalat percobaan.
15
4) Dengan eksperimen/ praktikum peserta didik membuktikan sendiri kebenaran suatu teori. Kelemahan metode ini seperti dijelaskan oleh Winarno (1996:113) antara lain: 1) Alat eksperimen yang tidak cukup mengakibatkan tidak setiap anak dapat mengadakan eksperimen. 2) Memerlukan waktu yang lama untuk bisa dipahami semua peserta didik. 3) Kurangnya persiapan dan pengalaman peserta didik menjadi hambatan utama metode eksperimen. f. Tanya jawab/ pemecahan masalah Metode tanya jawab adalah guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik dan peserta didik menjawab atau sebaliknya. Biasanya dilakukan diawal pelajaran sebagai pembangkit motivasi, ditengah pelajaran sebagai selingan untuk mengontrol intensitas perhatian peserta didik, dan diakhir untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran telah dikuasai peserta didik (Wardoyo, 2004;1). Kelemahan metode ini adalah hanya dapat digunakan secara mandiri untuk materi pelajaran yang pernah dipelajari oleh peserta didik dan tidak dapat digunakan untuk materi yang sama sekali belum dipelajari peserta didik. Metode ini cocok digunakan untuk mata pelajaran teori maupun praktek, yakni guru mengemukakan suatu masalah untuk dipecahkan secara bersama-sama oleh guru dan peserta didik, atau
16
peserta didik secara sendiri-sendiri maupun kelompok (Wardoyo, 2004:1). Dalam penerapannya metode diskusi adalah metode yang paling cocok untuk digunakan dalam pembelajaran Keselamatan Kerja, namun harus disesuaikan dengan kondisi siswa SMK yang belum aktif. Oleh karena itu perlu adanya cara dan metode yang dapat memunculkan keaktifan siswa sehingga siswa dapat tertarik dan ikut aktif dalam pembelajaran Keselamatan Kerja di kelas. Selanjutnya akan dibahas mengenai pembelajaran kooperatif yang mampu meningkatkan keaktifan siswa. 3. Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang terdiri dari empat hingga tujuh orang peserta didik. Dalam kelompok ini setiap peserta didik diupayakan ikut aktif dalam pelajaran yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini peserta didik harus diberi peranan dan tugas tertentu. Menurut Karli (dalam Wowo Naryo, 2007:12) Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan kepada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih. Oleh sebab itu, pembelajaran kooperatif memungkinkan peserta didik belajar dan berlatih secara nyata bagaimana terlibat, bertingkah laku, bekerja sama dan kompromi dalam kelompoknya.
17
Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri lain dari bentuk pembelajaran biasa, antara lain: a. Penghargaan pada kelompok Penghargaan diberikan berdasarkan pada hasil usaha dan belajar setiap individu yang belajar pada kelompok. Penghargaan diberikan kepada kelompok yang unggul dari kelompok yang ada, agar memberikan dorongan pada peserta didik, penghargaan diberikan dalam bentuk nilai yang diberikan secara langsung. b. Rasa tanggung jawab individu Dalam pembelajaran kooperatif dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab diri sendiri maupun dalam suatu kelompok. Dalam hal ini peserta didik bukan hanya mengerjakan tugas kelompok saja namun juga mempelajari sesuatu untuk kelompok. c. Kesempatan meraih sukses Model
pembelajaran
kesempatan
(peluang)
kooperatif untuk
memberikan
memperoleh
motivasi
kesuksesan
atau karena
dorongan atau dukungan dari teman sebaya. Hal ini memberikan pengalaman kepada setiap peserta didik untuk bekerja sama merumuskan ke arah satu pendapat kelompok. 4. Group Investigation Group Investigation merupakan salah satu model dari metode Cooperative Learning dimana para murid bekerja di dalam kelompokkelompok kecil untuk melaksanakan berbagai macam proyek kelas. Menurut Sharan (dalam Arends 2008: 18) di dalam model ini terdapat
18
tiga konsep utama, yaitu: penelitian, pengetahuan atau knowledge dan dinamika belajar kelompok. Yang dimaksud penelitian adalah proses merangsang siswa dengan cara dihadapkan pada suatu masalah. Pada proses ini siswa memasuki situasi di mana mereka respon terhadap masalah yang mereka rasakan perlu untuk dipecahkan. Menurut Slavin (2008: 218-220) ada enam tahapan dalam pembelajaran kooperatif model Group Investigation yaitu: a. Mengidentifikasi topik dan mengorganisasi siswa dalam kelompok. 1) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik, dan mengkategorikan saran-saran. 2) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih. 3) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen. 4) Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan. b. Merencanakan tugas-tugas yang harus dipelajari, para siswa merencakan kegiatan belajar untuk menyelesaikan tugas. c. Melaksanakan investigasi 1) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. 2) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya.
19
3) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklasifikasi semua gagasan. d. Menyiapkan laporan akhir 1) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari proyek mereka. 2) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka. e. Mempresentasikan laporan akhir 1) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk. 2) Para
pendengar
mengevaluasi
kejelasan
dan
penampilan
presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas. f. Evaluasi proses dan hasilnya 1) Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut. 2) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa 3) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi. Berdasarkan langkah-langkah tersebut, maka tiap siswa mempunyai tanggung jawab besar untuk menemukan apa yang akan dipelajari, mengorganisasi kelompok mereka sendiri (bagaimana cara menguasai
20
materi dan menyediakan tugas), mempertanggung jawabkan hasil belajar mereka pada siswa. 5. Aktivitas Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran Kooperatif Menurut
Sardiman
(2003:95)
menjelaskan
bahwa
belajar
diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Sehingga dapat dikatakan tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik dijadikan sebagai yang utama. Guru akan memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada murid untuk bersinggungan langsung dengan obyek yang sedang dipelajari sedetail mungkin. Menurut Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi (1995:6) mengatakan belajar yang berhasil mesti melalui bermacam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengar, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis adalah jika daya jiwa peserta didik
bekerja
sebanyak-banyaknya,
berfungsi
dalam
rangka
pembelajaran. Ini membuktikan bahwa dalam pembelajaran di sekolah sangat perlu untuk mengambangkan aktivitas fisik dalam mata pelajaran teori, karena dengan adanya aktivitas fisik maka siswa akan aktif dalam mengikuti pelajaran.
21
6. Tinjauan tentang Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan Yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998:787). Prestasi belajar itu sendiri dapat dikelompokkan ke dalam prestasi belajar seluruh bidang studi dan bidang studi tertentu. Prestasi belajar siswa dapat ditentukan dengan pengukuran yang kemudian sebagai hasil akhirnya dilaporkan dalam bentuk rapor. Dimana rapor merupakan perumusan belajar siswa selama masa waktu tertentu (4 atau 6 bulan) (Sumadi Suryabrata, 1998:28). Menurut Sardiman A.M (2003:20) belajar senantiasa merupakan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca,
mengamati,
mendengarkan,
meniru
dan
sebagainya. Hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan adanya nilai. Nilai atau hasil belajar tersebut didapatkan dari hasil evaluasi yang dilakukan dalam bentuk tes dan lainnya yang dikerjakan siswa. B. Kajian Penelitian Yang Relevan Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan penelitian ini adalah: 1. Dalam penelitian Novan Verri Sandi (2010) dalam skripsi yang berjudul Penerapan Cooperative Learning Strategies (CLS) Tipe
Group
Investigation Dalam Peningkatan Hasil Belajar Teori Frais Kelas XI SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, ditemukan peningkatan hasil tes
22
belajar siswa dengan menggunakan metode Group Investigation menunjukkan nilai tuntas pada siklus I sebesar 51,35% dan meningkat pada siklus II sebesar 72,97%. 2. Diah Pratiwisari (2010) dalam skripsi yang berjudul Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Kooperatif model Group Investigation Pada Materi Pokok Sistem Kehidupan Tumbuhan Di SMP N 6 Yogyakarta Kelas VIIIA Tahun Ajaran 2010/2011. Dalam skripsi ini terjadinya peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari nilai postes, pada siklus I sebesar 6,09 dan pada siklus II menjadi 8,3. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. 3. Anggi
Kusuma
Pembelajaran
(2010) dalam skripsi
Kooperatif
Model
Group
yang berjudul
Pengaruh
Investigation
Terhadap
Pengembangan Karakter dan Prestasi Belajar Alat Ukur Dasar di SMK N 2 Wonosari. Dalam skripsi ini dihasilkan peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation. Berdasarkan kajian penelitian yang relevan didapatkan peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation. Hal ini mendasari peneliti untuk meneliti peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran keselamatan kerja dengan metode Group Investigation di SMK N 3 Yogyakarta. C. Kerangka Berpikir Dalam proses pembelajaran agar siswa dapat berjalan dengan efektif terdapat dua unsur yang amat penting yaitu metode mengajar dan metode belajar. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas
23
dan efisiensi pembelajaran, karena materi yang dipelajari akan mudah diserap oleh siswa itu sendiri. Dalam kenyataan di lapangan sebagian besar siswa kurang memahami materi yang diajarakan, hal ini dikarenakan penguasaan materi masih rendah sehingga berdampak pada keaktifan dan prestasi belajara siswa. Peranan guru dalam proses pembelajaran masih sangat dominan karena guru yang lebih aktif daripada siswa. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran menjadi kurang interaktif. Melihat kondisi yang ada, peneliti berupaya memperbaiki proses pembelajaran mata pelajaran Keselamatan Kerja menjadi lebih interaktif dengan metode belajar Group Investigation. Hal ini dilakukan berdasarkan uraian sebelumnya yang menerangkan bahwa prestasi belajar siswa dapat meningkat melalui partisipasi aktif dari peserta didik sendiri dalam pelajaran yang diikuti. Dengan metode ini guru berperan sebagai fasilitator yang akan memfasilitasi dan mengarahkan siswa dalam belajar, sedangkan siswa akan lebih aktif berdiskusi dengan teman kelompok dan teman kelasnya. Hal ini akan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kelas sehingga siswa akan terpacu untuk memahami pelajaran. Setelah siswa mengerti dan memahai pelajaran Keselamatan Kerja maka diharapkan prestasi belajar untuk mata pelajaran Keselamatan Kerja akan meningkat.
24
D. Pertanyaan Penelitian 1. Apakah pembelajaran menggunakan model Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran mata pelajaran Keselamatan Kerja? 2. Bagaimanakah
penggunaan
model
Group
Investigation
dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa selama proses pembelajaran mata pelajaran Keselamatan kerja?