6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa (Gravemeijer 1994). Matematika dimaksudkan tidak mengacu pada realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa tetapi realita nyata. Teams
Games
pembelajaran kooperatif
Tournament(TGT) yang
sangat
merupakan
salah
satu
model
mudah diterapkan karena dalam
pelaksanaannya tidak memerlukan adanya fasilitas pendukung yang harus tersedia seperti peralatan khusus atau ruangan khusus yang pada mulanya dikembangkan oleh Davied Devries dan Keith Edward. Slavin (2005: 163) menjelaskan bahwa Teams Games Tournament (TGT) merupakan pembelajaran dengan menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Model Teams Games Tournament(TGT)
melibatkan aktivitas seluruh
siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. Teams Games Tournament(TGT)
memungkinkan siswa dapat belajar
lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Kuis yang digunakan dalam Teams Games Tournament(TGT) menjadikan anak tertarik seolah-olah sedang berkompetisi mengikuti tournament memperoleh kejuaraan secara kelompok.Teams Games Tournament(TGT) menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam turnamen, siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka.
7
Huda (2011: 198) memaparkan Prosedur TGT, Tim Studi membawa siswa memperdalam materi secara kooperatif dalam tim. Pembagian kelompok dilakukan heterogen dengan mendaftar prestasi siswa, tim 3-4 siswa, menomori siswa dari atas, dan membuat tim secara heterogen setara secara akademik. Jadi ada siswa yang pandai dalam akademik dan ada yang lemah dalam akademik.
Gambar 2.1. Meja Turnamen TGT
Turnamen dilakukan dengan sebuah permainan kuis. Semua table turnamen dilakukan scoring. Setiap individu pemain dapat menyumbangkan 2 sampai 6 poin untuk Tim Studinya.Poin Tim Studi dijumlah semua.
Gambar 2.2. Pembagian Kelompok dalam Meja Turnamen TGT
8
Sutirman (2013: 34) memaparkan bahwa metode ini dilakukan dengan cara kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari empat anggota sebagaimana yang dilakukan pada metode STAD. Pemberian soal untuk dilombakan merupakan bagian dari Teams Games Tournament(TGT) yang sangat digemari siswa untuk menunjukan siapa saya, siapa regu saya dan siapa pemenang dalam meja tournamen. Selain itu pada model Teams Games Tournament(TGT) ini memberi penghargaan pada kelompok dengan aturan permainan yang diberikan guru. Dalam TGT setiap anggota ditugaskan untuk mempelajari materi di ruang kelas.Setiap siswa ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari 3 orang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.Nilai yang mereka peroleh dari game akan menentukan skor kelompok mereka masing-masing (Huda, 2011: 197). Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan Teams Games Tournament (TGT) dari penelitian ini adalah model pembelajaran dengan menggunakan tournamen akademik di mana siswa berlomba mewakilitim dan bertanggung jawab terhadap timnya dengan kerjasama serta kinerja akademik yang setaramengandung unsur permainan. Dalam TGT terdapat langkah_langkah yang dikemukakan oleh Huda (2013:197-199) yaitu: 1. Penyajian kelas Dalam TGT, siswa mempelajari materi di ruang kelas. Setiap siswa ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari 3 orang berkemampuan rendah, sedang dan tinggi. Komposisi ini dicatat dalam tabel khusus (tabel Turnamen) yang setiap minggunya harus diubah. Dalam TGT setiap anggota ditugaskan untuk mempelajari materi terlebih dahulu bersama anggotaanggotanya barulah mereka diuji secara individual melalui game akademik. Nilai yang mereka peroleh dari game akan menentukan skor kelompok mereka masing-masing (Huda,2011). 2. Prosedur TGT Tim studi (sering juga dikenal dengan home team) siswa memperdalam mereview dan mempelajari materi secara kooperatif dalam tim ini. Penentuan
9
kelompok dilakukan secara heterogen dengan langkah-langkah berikut: a. membuat daftar rangking akademik siswa, b. membatasi jumlah maksimal anggota setiap tim adalah 4 siswa, c. menomori siswa mulai dari yang paling atas misalnya 1,2,3,4,5,6,7, dst. d. membuat setiap tim heterogen dan setara secara akademik, dan jika perlu keragaman itu dilakukan dari segi jenis kelamin, etnis, agama, dsb. Tujuan dari tim studi ini adalah membebankan tugas kepada setiap tim untuk mereview dengan format dan sheet yang telah ditentukan. 3. Turnamen Setelah membentuk tim siswa mulai berkompetisi dalam turnamen. Penentuan turnamen dilakukan secara homogen dengan langkah sebagai berikut: a. menggunakan daftar rangking yang telah dibuat sebelumnya, b. membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari 3 atau 4 siswa, c. menentukan setiap anggota dari masing-masing kelompok berdasarkan kesetaraan kemampuan akademik, jadi ada turnamen yang khusus untuk kelompok-kelompok yang terdiri dari siswa-siswa pandai, dan ada turnamen yang khusus untuk kelompok-kelompok siswa yang lemah secara akademik Format yang diterapkan adalah: a. memberikan kartu-kartu yang telah dinomori (misalnya dari 1-30) kepada setiap kelompok, b. memberi pertanyaan pada setiap kartu sebelum dibagikan pada siswa, c. membuat lembar jawaban yang juga sudah dinomori, d. membagikan satu amplop pada masing-masing tim yang berisi kartu-kartu lembar pertanyaaan dan kembar jawaban, e. menginstruksikan siswa untuk membuka kartu, f. menunjuk pemegang nomor tertinggi untuk membacakan pertanyaan terlebih dahulu, g. mengarahkan siswa pertama untuk mengambil sebuah kartu dari amplop dan membacakan nomornya lalu siswa kedua (yang memiliki lembar pertanyaan) membaca pertanyaan dengan keras, lalu siswa pertama menjawab pertanyaan tersebut
kemudian
siswa
ketiga
(yang
memiliki
lembar
jawaban)
menginformasikan apakah jawaban benar atau salah, h. menggunakan aturan jika jawaban benar maka siswa pertama mengambil kartu itu namun jika
10
jawaban salah maka siswa kedua dapat membantu jawabannya. Jika benar kartu tetap mereka pegang namun jika tetap salah kartu itu harus dibuang. 4. Scoring Scoring dilakukan untuk semua tabel turnamen setiap pemain bisa menyumbangkan dua hingga enam poin kepada tim studinya masing-masing. Poin tim studi akan ditotal secara keseluruhan. Jadi langkah-langkah pembelajaran dengan model TGT adalah: 1. Siswa menyimak materti, 2. Membentuk kelompok berdasar klasifikasi nilai belajar, 3. Membentuk kelompok yang terdiri 4 siswa, 4. Menerima kartu soal, 5. Menerima nomor peserta, 6. Siswa mulai nomer 1 dan seterusnya membaca pertanyaan dan jawaban, 7. Siswa memberi scoring kartu soal dan jawaban, dan mengerjakan tes formatif.
2.1.2 Minat belajar Dalam buku tata bahasa, seperti buku Poerwadarminta (2003) minat adalah gairah, keinginan dan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat dalam berbagai bidang sering diartikan sebagai dorongan dan penerimaan terhadap sesuatu hubungan di luar diri sendiri dengan diri sendiri.rasa ketertarikan terhadap suatu bidang itulah minat. Seperti buku Slameto (2003) yang dirujuk dalam http://www.kajian pustaka. com/2012/10/minat-belajar.html. minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikaan pada suau hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin besar minat. Dalam buku tata bahasa, seperti buku Sudarsono (2003) minat merupakan sikap ketertarikan atau sepenuhnya terlibat dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya atau bernilainya kegiatan tersebut. Seperti dikemukakan
11
(Ratna 2011:5) bahwa sesungguhnya, semua hal dalam lingkungan dapat menjadi berpasangan dengan suatu stimulus yang menimbulkan respon emosional. Seperti dikemukakan Dunn dan Dunn (Huda 2013: 7) pembelajar seseorang yang secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran yang diarahkan guru menuju lingkungan kelas yang nyaman dan kondisi emosional, sosiologis, psikologis, dan fisiologis yang kondusif. Peningkatan minat menunjukan bergairahnya seseorang dalam belajar. Minat mengalami peningkatan dilihat dari perubahan emosi dan sikap siswa seperti dikemukakan (Sutirman 2013: 17) bahwa fungsi afektif terlihat dari tingkat keterlibatan emosi dan sikap siswa menyimak tayangan materi pelajaran. Jadi minat belajar adalah nampak tindakan yang dilakukan seseorang dalam pmbelajaran.
2.1.3 Hasil Belajar Menurut Arifin (2001:47) hasil belajar merupakan indikator dari perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar mengajar, dimana untuk mengungkapkannya menggunakan suatu alat penilaian yang disusun oleh guru, seperti tes evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa tersebut
memahami dan mengerti pelajaran yang
diberikan.“Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana 2011:22). Menurut Hamalik (2011:155) “hasil belajar sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.
Hasil belajar merupakan
indikator dari perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar mengajar, dimana untuk mengungkapkannya menggunakan suatu alat penilaian yang disusun oleh guru, seperti tes evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa tersebut memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan (Arifin 2001:47). Faktor yang menentukan hasil belajar adalah dari diri siswa, faktor lingkungan beserta guru. Hasil belajar dapat dilihat dari adanya perubahan motivasi belajar, minat belajar, dan faktor lainnya.
12
Hasil belajar dapat diukur menggunakan tehknik penilaian dengan tes dan non tes Hamalik (2011:155). Pengukuran menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012, 47) adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angkaangka pada suatu gejala atau peristiwa. Evaluasi proses belajar menurut (Wardani Naniek Sulistya dan Slameto: 2012, 18) adalah evaluasi atau penilaian yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya, di bagian lain (Wardani Naniek Sulistya dan Slameto 2012:51) juga mengungkapkan bahwa evaluasi hasil belajar adalah evaluasi yang dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan. Mendasarkan dua pendapat Wardani NS, maka evaluasi hasil belajar mencakup evaluasi proses belajar dan evaluasi hasil belajar itu sendiri. Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang, sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Evaluasi proses belajar menurut (Wardani Naniek Sulistya dan Slameto: 2012, 18) adalah evaluasi atau penilaian yang dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. (Wardani Naniek Sulistya dan Slameto 2012, 51) juga mengungkapkan bahwa evaluasi hasil belajar adalah evaluasi yang dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan. maka evaluasi hasil belajar mencakup evaluasi proses belajar dan evaluasi hasil belajar itu sendiri. Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang, sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan (Wardani Naniek Sulistya 2012).
13
Teknik penilaian dibedakan menjadi 2 yakni non tes dan tes. 1. Non Tes. Menurut Poerwanti Endang (2008:3-19 – 3-31) teknik non tes lazim digunakan dalam menilai ranah afektif dan psikomotorik. macam-macam teknik non tes adalah sebagai berikut: a. Observasi. Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen. b. Wawancara. Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik. c. Angket. Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (attitude questionnaires). d. Work sample analysis (analisa sampel kerja). Digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain sebagainya. e. Task analysis (analisis tugas). Dipergunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan. f. Checklists dan rating scales. Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan. g. Portofolio. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi siswa. h. Komposisi dan presentasi. Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya.
14
2. Tes Tes adalah alat ukurindikator atau kompetensi tertentu untuk pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama (Wardani Naniek Sulistya 2012: 142). Menurut Poerwanti Endang (2008:4-9) jenis-jenis tes adalah sebagai berikut. a. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan 1) Tes tertulis. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya. 2) Tes lisan. Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain. 3) Tes unjuk kerja. Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu
sebagai
indikator
pencapaian
kompetensi
yang
berupa
kemampuan psikomotor. b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya 1) Tes esei (essay-type test). Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan. 2) Tes jawaban pendek. Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka. 3) Tes objektif. Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test). Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan hasil belajar dari penelitian ini adalah besarnya skor yang diukur dengan evaluasi proses (non tes) dan evaluasi hasil (tes).
15
2.1.4 Pengaruh Teams Games Tournament (TGT) terhadap minat dan hasil belajar siswa. Faktor minat belajar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Setelah menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) minat belajar siswa diharapkan sangat meningkat begitupun sebaliknya hasil belajarpun meningkat. Maka minat anak terhadap pelajaran matematika diharapkan juga meningkat.
Dengan
pembelajaran
ini
siswa
belajar
beprestasi
secara
akademik.Model ini menjadi alternatif sebagai model yang melihat karakteristik siswa yang senang belajar dengan bermain.
2.2 Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian PTK yang mendukung penelitian ini dilakukan oleh Arifah Nur Triyani (2009) dengan judul penelitian yaitu “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Peluang dan Statistika di SMP Negeri 4 Depok Tahun 2009.” Menyimpulkan model Teams Games Tournament(TGT)
meningkatkan prestasi belajar matematika. Keberhasilan
tersebut dilihat dari rata-rata hasil belajar pada siklus I keaktifan belajar siswa 61,17% meningkat menjadi 77,11% pada siklus II. Penelitian ini menyimpulkan metode pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan keaktifan siswa yang berdampak pada peningkatan prestasi belajar. Penelitian yang dilakukan Pebria Dheni Purnasari (2012) dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar matematika Melalui Cooperative Learning tipe Teams games Tournament (TGT) Terhadap Pokok Bahasan Pecahan Pada Siswa kelas IV DN Negeri 3 Karangrejo Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo
tahun
Pelajaran
2011/2012.”
Menyimpulkan
model
TGT
meningkatkan hasil belajar matematika. Nilai rata-rata orasiklus 63,33 dengan ketuntasan 58%, siklus I rata-rata hasil tes 87,27 dengan presentase 91,67% dan siklus II nilai rata-rata 91,25 presentase ketuntasan 100%.
16
Penelitian yang dilakukan Endang Sri Indriyati (2012) dengan judul “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Operasi Hitung Bilangan Bulat Dengan Model Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Gumawang 01 Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang Semester II Tahun 20011/2012”. Menyimpulkan model TGT dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Nilai rata-rata ulangan harian 74, akhir siklus I 69 dan pra siklus 55. Indikator keberhasilan dinyatakan sedikitnya 70% dari jumlah siswa mencapai KKM. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) pada mata pelajaran matematika untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
2.3 Kerangka Berpikir Pembelajaran matematika untuk bisa dimengerti siswa dan mencapai hasil yang diharapkan, guru harus bisa menentukan model pembelajaran yang tepat.Pembelajaran yang konvensional menjadi faktor kurangnya minat belajar siswa.Berhasilnya suatu pembelajaran dari hasil dan minat siswa ditentukan oleh tepatnya penggunaan model yang menarik bagi siswa. Siswa yang memiliki minat dalam belajar akan mampu menghasilkan hasil belajar yang memuaskan. Kerangka berfikir adalah bentuk dari tindakan yang akan dilakukan sampai muncul kondisi akhir yang diharapkan. Model TGT merupakan pembelajaran yang dirancang menarik dengan menekankan pada aktivitas siswa belajar sambil bermain. Model TGT dalam penelitian ini digunakan sebab telah dibuktikan oleh beberapa tokoh dari penelitian yang dilakukan ternyata berhasil.Diperkuat dengan teori –teori para ahli yang menyatakan bahwa model TGT dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Pembelajaran yang menyenangkan membuat minat dan hasil belajar siswa senantiasa terus bertambah. Model TGT dilakukan minat dan hasil belajar yang rendah dari pembelajaran yang konvensional.
17
Langkah-langkah dalam TGT yaitu: membuat daftar rangking akademik siswa, siswa menyimak materi, membentuk kelompok yang terdiri 4 siswa, menomori siswa mulai dari yang paling atas dan membuat tim heterogen secara akademik, melakukan turnamen dengan kuis soal, dan scoring setiap pemain menyumbangkan 2-6 poin kepada tim studinya serta membuat poin ditotal secara keseluruhan
18
Pembelajaran konvensional
Minat dan Hasil Belajar Matematika ≤ KKM
Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT):
Minat belajar
-
Siswa menyimak materi pecahan di ruang kelas
-
Angket Indikator 1
-
Sswa membentuk kelompok berda sarkan klasifikasi nilai Matematika
-
Angket Indikator 3
-
Siswa membentuk kelompok terdiri 4 siswa berdasarkan kelas tinggi, sedang, sedang, rendah
-
Angket Indikator 3
-
Siswa menerima kartu soal ( perta nyaan dan jawaban) di tiap-tiap kelompok
-
Angket Indikator 1
-
Menerima nomor peserta -
-
-
Setiap siswa menjawab pertanyaan kuis soal Siswa nomor 1 membaca pertanyaan dan jawaban berdasar yang ditugaskan sampai nomor 20.
Skor Minat -
Angket Indikator 2
-
Angket Indikator 3
-
Angket Indikator 3
-
Angket Indikator 3
-
Angket Indikator 3
Siswa memberi skoring jawaban Siswa mengerjakan Tes Formatif
Hasil Belajar Matematika: ≥ KKM
Gambar 2.3 Peningkatan minat dan hasil belajar dengan Teams Game Tournament
19
2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penerapan model TGT dapat meningkatkan minat belajar pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Dologan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. 2. Penerapan model pembelajaran TGT dapat meningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Dologan Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.