BAB II FONETIK
1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya Manusia dalam hidupnya selalu berkomumkasi dengan manusia yang lain lewat bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dengan pendengar berupa bunyi-bunyi. Bahasa yang demikian disebut bahasa lisan. Munculnya bahasa lisan lewat bunyi bahasa tampaknya bersamaan dengan adanya manusia di dunia. Bahasa tulis yang merupakan alat komunikasi antara penulis dengan pembaca sebenarnya merupakan turunan dan bahasa lisan (Verhaar, 1977:3). Bahasa tulis muncul bersamaan dengan munculnya peradaban tulis-menulis pada manusia. Bunyi bahasa terjadi apabila udara dari paru-paru yang dihembuskan keluar atau udara dari luar yang dihisap ke dalam paru-paru mendapatkan hambatan pada berbagai alat bicara dengan berbagai cara. Tempat atau alat bicara yang dilewati, di antaranya: batang tenggorok, pangkal tenggorok, kerongkongan, rongga mulut; rongga hidung; atau baik rongga hidung bersama dengan alat yang lain. Jika udara tidak mengalami hambatan pada alat bicara maka bunyi bahasa tidak akan terjadi, seperti dalam bernafas (Pike, 1947:3-4). Secara garis besar proses terjadinya bahasa dapat dibagi menjadi empat, yaitu: proses mengalirnya udara, poses fonasi, proses artikulasi, dan proses oronasal (Ladefoged, 1973:2-3; Marsono, 1999:4-5). Bagan satu berikut menunjukkan hal ini.
Universitas Gadjah Mada
1
Secara terpennci bagian-bagian tubuh yang ikut menentukan baik langsung maupun tidak langsung dalam hal terjadinya bunyi bahasa adalah alat-alat bicara seperti terlihat dalam bagan dua di bawah.
Universitas Gadjah Mada
2
Keterangan 1. paru-paru (lungs) 2. batang tenggorok (trachea) 3. pangkal tenggorok (larynx) 4. pita suara (vocal cords) 5. krikoid (cricoid) 6. tiroid (thyroid) atau lekum 7. aritenoid (arythenoids) 8. dinding rongga kerongkongan (wall ofpharynx) 9. epiglotis (epiglottis) 10. akar lidah (root of the tongue)
Universitas Gadjah Mada
3
11. pangkal lidah, lidah belakang (hump, back of the tongue, dorsum) 12. tengah lidah (middle of the tongue, medium) 13. daun lidah (blade of the tongue, lamina) 14. ujung lidah (tip of the tongue, apex) 15. anak tekak (uvula) 16. langit-langit lunak (soft palate, velum) 17. langit-langit keras (hard palate, palatum) 18. gusi dalam, gusi belakang (alveola, alveolum) 19. gigi atas (upper teeth, denta) 20. gigi bawah (lower teeth, denta) 21. bibir atas (upper lip, labia) 22. bibir bawah (lower lip, labia) 23. mulut (mouth) 24. rongga mulut (oral cavity, mouth cavity) 25. rongga hidung (nose cavity, ,nasal cavity) 2. Vokal, Konsonan, dan Semi-vokal Bunyi bahasa secara umum dibedakan atas: vokal, konsonan, dan semivokal (Jones, 1958:12; Marsono, 1999:26-35). Pembedaan ini didasarkan pada ada tidaknya hambatan (proses artikulasi) pada alat bicara. Uraian masing-masing jenis bunyi itu seperti di bawah. a. Vokal Bunyi vokal terjadi apabila tidak ada hambatan pada alat bicara, jadi tidak ada artikulasi. Hambatan untuk bunyi vokal hanya pada pita suara saja. Karena vokal dihasilkan dengan hambatan pita suara maka pita suara bergetar. Glotis dalam keadaan tertutup tetapi tidak rapat sekali. Dengan demikian semua vokal adalah bunyi bersuara (Marsono, 1999:16). Kualitas vokal ditentukan oleh empat faktor, yaitu: tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, hubungan posisional artikulator aktif dengan artikulator pasif (striktur), dan bentuk bibir (bdk. Aiwi, dkk., 1998:50). Berdasarkan tinggi rendahnya lidah, vokal dapat dibagi menjadi sebagai berikut: a. Vokal tinggi, misalnya: [i, u]. b. Vokal madya, misalnya: [e, ε, , , ]. c. Vokal rendah, misalnya: [a, d].
Universitas Gadjah Mada
4
Berdasarkan bagian lidah yang bergerak, vokal dapat dibedakan sebagai berikut. a. Vokal depan, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan turun naiknya lidah bagian depan; misalnya: [i, e, , a]. b. Vokal tengah, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan lidah bagian tengah; misalnya [ ]. c. Vokal belakang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh gerakan peranan turun naiknya lidah bagian belakang (pangkal lidah); misalnya: [u, o, , a]. Berdasarkan keadaan hubungan posisional artikulator aktif dengan artikulator pasif (striktur) (Lapoliwa, 1981:18), vokal dapat dibedakan sebagai berikut: a. Vokal tertutup (close vowels), yaitu vokal yang dibentuk dengan artikulator aktif lidah diangkat setingi-tingginya mendekati artikulator pasif (basis artikulasi) langitlangit; misalnya: [i, u]. b Vokal semi-tertutup (half-close), yaitu vokal yang dibentuk dengan artikulator aktif lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah tertutup atau dua pertiga di atas vokal yang paling rendah, misalnya: [e, o]. c. Vokal semi-terbuka (half-open), yaitu vokal yang dibentuk dengan artikulator aktif lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas vokal yang paling rendah atau dua pertiga di bawah vokal tertutup; misalnya: [ , ]. d. Vokal terbuka (open vowels), yaitu vokal yang dibentuk dengan artikulator aktif lidah dalam posisi serendah-rendahnya; misalnya [a, a]. Posisi tinggi rendahnya lidah, keadaan bagian lidah yang bergerak, dan stukturnya secara sederhana datpat dilihat dalam bagan tiga berikut.
Universitas Gadjah Mada
5
Berdasarkan bentuk bibir waktu vokal diucapkan, vokal dapat dibedakan sebagai berikut (Jones, 1958:16; Marsono, 1999:32-33). a. Vokal bulat (frounded vowels), yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir bulat. Bentuk bibir bulat dapat terbuka atau tertutup. Jika terbuka maka vokal itu diucapkan dengan posisi bibir terbuka bulat (open-rounded), misalnya [ ]. Jika tertutup maka vokal itu diucapkan dengan posisi bentuk bibir tertutup bulat; misalnya: [o, u]. b. Vokal netral (neutral vowels), yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir dalam posisi netral, dalam arti tidak bulat tetapi juga tidak terbentang lebar; misalnya [a]. c. Vokal tak bulat (unrounded vowels), yaitu vokal yang diucapkan dengan bentuk bibir tidak bulat tetapi terbentang lebar; misalnya: [i, e, , , a]. Dari uraian tentang posisi tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, striktur, dan bentuk bibir di atas, akhirnya dapat dibuat bagan vokal yang lebih sederhana lagi seperti dalam bagan empat berikut. Depan
Tengah
Tak bulat
Tak bulat
Tinggi
i
Madya
e
Bulat
a
Striktur
Netral
u
Rendah
Belakang
Tertutup Semi tertutup
o
A
Semi terbuka Terbuka (Marsono, 1999:35)
b. Konsonan Bunyi konsonan terjadi apabila ada hambatan arus udara pada sebagian alat bicara, jadi ada artikulasi. Proses hambatan atau artikulasi ini dapat disertai dengan bergetarnya pita suara atau tanpa disertai bergetarnya pita suara. Artikulasi yang pertama membentuk bunyi konsonan bersuara. Yang kedua membentuk konsonan tak bersuara. Bunyi konsonan secara praktis biasanya dibedakan menurut: cara dihambat (cara artikulasi), tempat hambatan (tempat artikulasi), hubungan posisional antara penghambat-penghambatnya atau hubungan antara artikulator aktif dengan pasif (struktur), dan bergetar tidaknya pita suara (Marsono, 1999:60-106). Uraiannya seperti di bawah. a. Konsonan hambat letup (stops, plosives) Konsonan hambat letup adalah konsonan yang terjadi dengan hambatan secara penuh mengalimya arus udara kemudian hambatan itu dilepaskan secara Universitas Gadjah Mada
6
tiba-tiba. Strikturnya rapat kemudian dilepaskan secara tiba-tiba. Striktur rapat yang pertama disebut hambatan, sedangkan striktur pelepasan yang kedua disebut letupan. Menurut tempat hambatannya (antikulasinya) konsonan ini dapat diperinci lagi menjadi seperti di bawah (Marsono, 1999:61-73). i. Konsonan hambat letup bilabial Konsonan hambat letup bilabial terjadi bila penghambat artikulator aktifnya adalah bibir bawah dan artikulator pasifnya adalah bibir atas. Bunyi yang dihasilkan adalah [p. b]. Perbedaannya, [p] sebagai konsonan keras tak bersuara, sedangkan [b] adalah lunak bersuara. ii. Konsonan hambat letup apiko-dental Konsonan hambat letup apiko-dental terjadi bila penghambat artikulator aktifiiya adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya adalah gigi atas. Bunyi yang dihasilkan adalah [t, d]. Perbedaannya, [t] merupakan konsonan keras tak bersuara, sedangkan [d] adalah lunak bersuara. iii. Konsonan hambat letup apiko-palatal Konsonan hambat letup apiko-palatal terjadi bila artikulator aktifhya adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya langit-langit keras. Bunyi yang terjadi adalah [t, d]. Perbedaannya, [t] merupakan konsonan keras tak bersuara, sedangkan [d] adalah lunak bersuara. iv. Konsonan hambat letup medio-palatal Konsonan hambat letup medio-palatal terjadi bila artikulator aktifnya adalah tengah lidah dan ártikulator pasifnya langit-langit keras. Bunyi yang terjadi adalah [c, j]. Perbedaan antara bunyi [c] dengan [j], [c] sebagai konsonan keras tak bersuara, sedangkan [i] sebagai konsonan lunak bersuara. v. Konsonan hambat letup dorso-velar Konsonan hambat letup dorso-velar terjadi bila artikulator aktifnya adalah pangkal lidah dan artikulator pasifnya langit-langit lunak. Bunyi yang terjadi adalah [k, g]. Perbedaan di antara [k] dengan [g], [k] merupakan konsonan keras tak bersuara, sedangkan [g] merupakan konsonan lunak bersuara. vi. Konsonan hamzah (glottal plosive, glottal stop) Konsonan hamzah terjadi dengan. menekan rapat yang satu terhadap yang lain pada seluruh panjangnya pita suara, langi-langit lunak beserta anak tekaknya dikeataskan, sehingga arus udara terhambat beberapa saat. Secara tiba-tiba kedua selaput pita suara yang tertutup rapat itu dipisahkan, terjadilah letupan bunyi [?]. Universitas Gadjah Mada
7
b. Konsonan nasal (nasals) Konsonan nasal atau sengau adalah konsonan yang terjadi dengan menghambat rapat (menutup) arus udara dan paru-paru melalui rongga mulut, jadi strikturnya rapat. Bersama dengan itu langit-langit lunak beserta anak tekaknya diturunkan, sehingga udara keluar melalui rongga hidung. Menurut tempat hambatannya (artikulasinya) konsonan jenis mi dapat diperinci lagi menjadi seperti di bawah (Marsono, 1999:73-78). i. Konsonan nasal bilabial Konsonan nasal bilabial terjadi bila penghambat artikulator aktifnya adalah bibir bawah dan artikulator pasifnya adalah bibir atas. Bunyi yang terjadi adalah [m]. ii. Konsonan nasal apiko-alveolar Konsonan nasal apiko-alveolar terjadi bila penghambat artikulator aktifnya adalah ujung lidah dan artikulator pasifnya adalah gusi. Bunyi yang terjadi adalah nasal [n]. iii. Konsonan nasal medio-palatal Konsonan nasal medio-palatal terjadi bila penghambat artikulator aktifnya adalah tengah lidah dan artikulator pasifnya adalah langit-langit keras. Bunyi yang terjadi adalah nasal [n]. iv. Konsonan nasal dorso-velar Konsonan nasal dorso-velar terjadi bila penghambat artikulator aktifnya adalah pangkal lidah dan artikulator pasifnya adalah langit-langit lunak. Bunyi yang terjadi adalah nasal [q]. c. Konsonan sampingan (laterals) Konsonan sampingan dibentuk dengan menutup arus udara di tengah rongga mulut, sehingga udara keluar melalui kedua samping atau salah satu samping saja. Strikturnya adalah renggang lebar. Tempat artikulasinya adalah ujung lidah dengan gusi. Bunyi yang terjadi adalah [1]. d. Konsonan geseran atau frikatif (fricatives, frictions) Konsonan geseran atau frikatif adalah konsonan yang dibentuk dengan menyempitkan jalan arus udara yang dihembuskan dan paru-paru, sehingga jalannya udara terhalang dan keluar dengan bergeser. Strikturnya tidak rapat seperti pada konsonan letup, tetapi renggang. Menurut tempat artikulasinya konsonan geseran dapat dibedakan menjadi seperti di bawah (Marsono, 1999:81-92).
Universitas Gadjah Mada
8
i. Konsonan geseran labio-dental Konsonan geseran labio-dental terjadi bila artikulator aktiffiya adalah bibir bawah dan artikulator pasifnya athlah gigi atas. l3unyi yang terjadi adalah [f, v]. Perbedaan di antara kedua geseran itu, [f] sebagai konsonan keras tak bersuara, sedangkan [v] adalah konsonan lunak bersuara. ii. Konsonan geseran lamino-alveolar Konsonan geseran lamino-alveolar terjadi bila artikulator aktiffiya adalah daun lidah dan artikulator pasifnya adalah gusi. Bunyi yang terjadi adalah [s,z]. Perbedan di antara kedua konsonan lamino-alveolar itu adalah [s] sebagai konsonan keras tak bersuara lebih panjang hambatannya, sedangkan [z] adalah konsonan lunak bersuara lebih pendek hambatannya. iii. Konsonan geseran laringal Konsonan geseran laringal atau geseran glotal terjadi bila artikulatornya adalah sepasang pita suara. Udara yang dihembuskan dan paru-paru pada waktu melewati glotis digeserkan. Bunyi yang terjadi adalah [h]. e. Konsonan getar Konsonan getar atau geletar adalah konsonan yang dibentuk dengan menghambat jalannya arus udara dan paru-paru secara berulang-uang dan cepat. Strikturnya rapat renggang. Ujung lidah sebagai artikulator aktif dirapatkan pada gusi sebagai artikulator pasif kemudian direnggangkan atau dilepaskan (dihambat — dilepaskan) berkali-kali dengan cepat. Bunyi yang terjadi adalah [r].
3. Semi-vokal Bunyi semi-vokal adalah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan tetapi karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni, maka bunyibunyi itu disebut semi-vokal atau semi-konsonan. Namun istilah semi-konsonan jarang dipakai (bdk. Verhaar, 1977:20). Hubungan posisional antar penghambat (artikulator) dalam mengucapkan semi-vokal adalah renggang terbentang atau renggang lebar. Menurut tempat hambatannya (artikulasinya) ada duajenis semi vokal seperti di bawah (Marsono, 1999:97-100). i. Semi-vokal labio-dental dan bilabial Semi-vokal labio-dental terjadi bila artikulator aktiffiya adalah bibir bawah dan artikulator pasifnya adalah gigi atas, bunyi yang terjadi adalah [w] labio-dental. Dapat juga bibir bawah berkerja sama dengan bibir atas, yang terjadi adalah bunyi [w] bilabial.
Universitas Gadjah Mada
9
ii. Semi-vokal medio-palatal Semi-vokal medio-palatal terjadi bila artikulator aktifnya adalah tengah lidah dan artikulator pasifnya adalah langit-langit keras. Bunyi yang terjadi adalah [y]. 4. Diftong dan Gugus Konsonan Bunyi yang terdiri dari dua bunyi dan terdapat dalam satu suku kata disebut bunyi rangkap. Jika dua bunyi itu terdapat dalam suku kata yang berbeda bukan bunyi rangkap melainkan deretan bunyi yang masing-masing merupakan bunyi tunggal. Bunyi rangkap vokal disebut diftong, sedangkan bunyi rangkap konsonan disebut gugus konsonan atau klaster. Diftong biasanya hanya terdiri dari dua bunyi, sedangkan gugus konsonan dapat terdiri dari dua atau lebih bunyi konsonan. a. Diftong Ciri diftong adalah keadaan posisi lidah dalam mengucapakan bunyi vokal yang satu dengan yang lain saling berbeda (Jones, 1958:22). Perbedaan itu menyangkut tinggi rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, dan striktur (jarak lidah dengan langit-langit) (Marsono, 1999:50-59). Berdasarkan ini diftong dapat dibagi menjadi dua, yaitu diftong naik (rising diphtongs) dan diftong turun (falling diphtongs). Contoh diftong naik adalah [ay, aI, aU, oi], sedangkan diftong turun adalah [u , u, ua, u ,].
b. Gugus Konsonan atau Klaster Ciri gugus konsonan atau klaster adalah cara diartikulasikan atau tempat artikulasi dua atau lebih konsonan itu saling berbeda. Contoh gugus konsonan adalah [br, pr, kr, gr, tr, bl, pl, kI, gl, tl, str].
Universitas Gadjah Mada
10