8
BAB II DASAR TEORI
2.1 Kualitas Kualitas seringkali disebut juga sebagai mutu. Pada mulanya, manusia cukup puas dengan apa yang disediakan oleh alam.
Namun, seiring
perkembangan zaman, manusia mulai melihat adanya kemungkinan mengolah apa yang disediakan oleh alam menjadi sesuatu yang lebih beguna dan dapat memenuhi keinginan manusia, bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan manusia. Manusia menginginkan sesuatu yang dapat membuat kehidupan menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga timbulah manusia yang berfungsi sebagai produsen, yaitu manusia yang mengolah bahan alam menjadi lebih berguna.
Di sisi lain ada manusia yang berperan sebagai
konsumen, yaitu manusia yang menggunakan produk yang dihasilkan oleh produsen.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan oleh produsen saat
menghasilkan produk adalah mutu dari produk/kualitas produk.
8
9
2.1.1 Pengertian Kualitas Dalam kehidupan sehari-hari sering dibahas mengenai maslah kualitas. Dalam era indutrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini dikenal istilah era globalisasi dan liberalisasi perdagangan.
Untuk
meningkatkan daya saing suatu perusahaan sehingga dapat memenangkan kompetisi dalam dunia bisnis, setiap industri akan memperhatikan kualitas yang mereka berikan kepada konsumen.
Perusahaan yang dapat
memenuhi kualitas akan mendapatkan keuntungan dari segi penurunan biaya produksi dan meningkatkan pendapatan perusahaan. Penurunan biaya produksi dapat terjadi karena saat sebuah perusahaan
berusaha
memenuhi
kualitas
yang
ditetapkan,
maka
perusahaan akan berusaha melakukan produksi sebaik mungkin dengan menghasilkan sesedikit mungkin produk cacat, yang berarti jika ada kesalahan selama proses akan terdeteksi sejak awal bukan setelah semua produk terbentuk. Sesedikit mungkin produk cacat terbentuk akan dapat mengurangi biaya produksi karena kesalahan proses pembuatan produk dimana terdapat pengurangan waste dan pengurangan inefisiensi karena pembuatan produk yang tidak sesuai. Pendapatan perusahaan dapat meningkat seiring meningkatnya penjualan produk. Ketika perusahaan mampu menghasilkan produk yang berkualitas, maka secara otomatis konsumen akan puas terhadap produk yang
ditawarkan.
Kepuasan
konsumen
akan
berdampak
pada
meningkatnya jumlah pembelian dan pada akhirnya memberikan laba untuk perusahaan dari penjualan produk.
10
Menurut Gaspersz (2011), kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, bervariasi dari konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti : kinerja (performance), keandalan (reliability), kemudahan dalam penggunaan (ease of use), estetika (esthetics), dan sebagainya.
Sedangkan definisi kualitas yang bersifat
strategik, yaitu : kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers). Keistimewaan atau keunggulan produk diukur melalui tingkat kepuasan pelanggan. Keistimewaan ini tidak hanya terdiri dari karakteristik produk yang ditawarkan, tetapi juga pelayanan yang menyertai produk itu, seperti cara pemasaran, pembayaran, ketepatan penyerahan, dan lain-lain. Dalam perusahaan pabrik, istilah mutu diartikan sebagai faktorfaktor yang terdapat dalam suatu barang/hasil yang menyebabkan barang/hasil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang/hasil itu dimaksudkan atau dibutuhkan (Assauri, 1999).
Kualitas dapat juga
diartikan sebagai derajat/tingkatan dimana produk atau jasa tersebut mampu memuaskan keinginan konsumen (fitness for use) (Purnomo, 2003). Pengertian kualitas dalam sudut pandang keilmuan memiliki empat pendekatan, yaitu berdasarkan filsafat (philosophy), ekonomi (economics), pemasaran (marketing), dan manajemen operasi (operation management). Kualitas berdasarkan filsafat berfokus pada isu definisi yaitu kualitas adalah jalan hidup, sehingga isu-isu mengenai kualitas akan selalu
11
dibicarakan dalan manajemen. Kualitas berdasarkan ekonomi merupakan kualitas yang semata-mata didasarkan pada perolehan keuntungan tertinggi dari suatu penjualan produk dan memperoleh keseimbangan pasar. Kualitas berdasarkan pemasaran berada dalam batasan tingkah laku konsumen dalam membeli dan kepuasan konsumen setelah menggunakan produk, jadi kualitas ditentukan berdasarkan keinginan dan kebutuhan konsumen. Kualitas berdasarkan manajemen operasi lebih berhubungan dengan pengendalian pada proses produksi sehingga produk yang dibuat sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan perusahaan. Berdasarkan
pengertian-pengertian
tersebut,
maka
dapat
disimpulkan pengertian kualitas adalah sesuatu yang dapat menciptakan kepuasan pelanggan dimana hal itu didorong dari beberapa fungsi yang melekat pada produk sejak produk tersebut dalam proses pembuatan (kesesuaiannya dengan spesifikasi), bagaimana cara produk dipasarkan (service yang mengikuti pemasaran produk), dan bagaimana produk digunakan oleh konsumen (apakah produk telah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen).
2.1.2 Dimensi Kualitas Menurut Garvin, pada dasarnya dikenal delapan dimensi kualitas yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas suatu produk, sebagai berikut :
12
1. Kinerja (Performance) Berkaitan dengan aspek fungsional dari produk itu dan merupakan karakteristik utama yang diprtimbangkan konsumen ketika ingin membeli suatu produk. 2. Features Merupakan aspek kedua dari kinerja yang menambah fungsi dasar, berkaitan
dengan
pilihan-pilihan
dan
pengembangannya.
Seringkali terdapat kesulitan dalam memisahkan karakteristik kinerja dan features.
Biasanya konsumen mendefinisikan nilai
dalam bentuk fleksibilitas dan kemampuan mereka untuk memilih features yang ada, juga kualitas dari features itu. 3. Keandalan (Reliability) Berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu produk melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertentu. Dengan demikian keandalan merupakan karakteristik yang merefleksikan kemungkinan atau probabilitas tingkat keberhasilan dalam penggunaan produk itu. 4. Kesesuaian (Conformance) Berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang
telah
ditetapkan
sebelumnya
berdasarkan
keinginan
konsumen. Kesesuaian merefleksikan derajat di mana karakteristik desain produk dan karakteristik operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan. Sering didefinisikan sebagai kesesuaian terhadap kebutuhan (conformance to requirements).
13
5. Daya tahan (Durability) Merupakan ukuran masa pakai suatu produk. Karakteristik ini berkaitan dengan daya tahan dari produk itu. 6. Kemampuan pelayanan (serviceability) Merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, keramahan/kesopanan, kompetensi, dan kemudahan serta akurasi dalam perbaikan. 7. Estetika (aesthetics) Merupakan karakteristik yang bersifat subyektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi individual.
Dengan demikian estetika dari suatu produk lebih
banyak berkaitan dengan perasaan pribadi dan mencakup karakteristik tertentu seperti : keelokan, kemulusan, selera, dll. 8. Kualitas yang dirasakan (perceived quality) Bersifat subyektif, berkaitan dengan perasaan konsumen dalam mengkonsumsi produk itu seperti : meningkatkan harga diri, dll. Merupakan karakteristik yang berkaitan dengan reputasi (brand name, image). . 2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Kualitas dipengaruhi oleh faktor yang akan menentukan bahwa suatu barang dapat memenuhi tujuannya. Menurut Assauri (1999), faktor-faktor
14
yang mempengaruhi mutu antara lain adalah fungsi, wujud luar dan biaya dari barang tersebut. a. Fungsi suatu barang Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi untuk apa barang tersebut digunakan atau dimaksudkan, sehingga barang-barang yang dihasilkan harus dapat benar-benar memenuhi fungsi
tersebut.
Oleh
karena
pemenuhan
fungsi
tersebut
mempengaruhi kepuasan konsumen, sedangkan tingkat kepuasan tertinggi tidak selamanya dapat dipenuhi atau dicapai, maka tingkat suatu mutu barang tergantung pada tingkat pemenuhan fungsi kepuasan penggunaan baran yang dapat dicapai. Mutu yang hendak dicapai sesuai dengan fungsi untuk apa barang itu digunakan atau dibutuhkan, tercermin pada spesifikasi dari barang tersebut seperti kecepatan, tahan lamanya, kegunaan, berat, bunyi, mudah/tidaknya perawatan dan kepercayaannya. b. Wujud luar Salah satu faktor yang penting dan sering dipergunakan oleh konsumen dalam melihat suatu barang pertama kalinya, untuk menentukan mutu barang tersebut, adalah wujud luar barang itu. Kadang-kadang walaupun barang yang dihasilkan secara teknis atau mekanis telah maju, tetapi bila wujud luarnya kuno atau kurang diterima, maka hal ini dapat menyebabkan barang tersebut tidak disenangi oleh konsumen atau pembeli, karena dianggap mutunya kurang memenuhi syarat. Faktor wujud luar yang terdapat pada suatu
15
barang tidak hanya terlihat dari bentuk, tetapi juga warna, susunan (seperti pembungkusan) dan hal-hal lainnya. c. Biaya barang tersebut Umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan mutu banrang tersebut.
Hal ini terlihat dari barang-barang yang
mempunyai biaya atau harga mahal, dapat menunjukan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih baik. Ini terjadi karena biasanya untuk mendapatkan mutu yang baik dibutuhkan biaya yang lebih mahal. Mengenai biaya barang-barang ini perlu kiranya disadari bahwa tidak selamanya biaya suatu
barang dapat menentukan mutu barang
tersebut, karena biaya yang diperkirakan tidak selamanya biaya yang sebenarnya, sehingga sering terjadi adanya inefisiensi.
Jadi tidak
selalu biaya atau harga dari barang itu lebih rendah dari pada nilai barang itu, tetapi kadang-kadang terjadi bahwa biaya atau harga dari suatu barang lebih tinggi daripada nilai yang sebenarnya, karena adanya inefisiensi dalam menghasilkan barang tersebut dan tingginya keuntungan yang diambil terhadap barang itu.
2.2 Quality Control Quality control atau pengawasan mutu adalah kegiatan untuk memastikan apakah kebijaksanaan dalam hal mutu (standar) dapat tercermin dalam hasil akhir.
Dengan perkataan lain pengawasan mutu merupakan usaha untuk
mempertahankan kualitas dari barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan pimpinan
16
perusahaan.
Dalam pengawasan mutu ini, semua prestasi barang dicek
menurut standar, dan penyimapangan-penyimpangan dari standar dicatat serta dianalisis dan semua penemuan-penemuan dalam hal ini dipergunakan sebagai umpan balik (feed back) untuk para pelaksana sehingga mereka dapat melakukan tindakan-tindakan perbaikan untuk produksi pada masa-masa yang akan datang. (Assauri, 1999) Secara terperinci dapat dikatakan bahwa tujuan dari QC adalah : 1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang telah ditetapkan 2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin 3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin 4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin Ruang lingkup pengawasan mutu dibagi menjadi dua, yaitu pengawasan selama pengolahan (proses) dan pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. Pada pengawasan selama proses dilakukan pengecekan secara berkala pada waktu tertentu pada setiap proses produksi yang kemudian dilanjutkan dengan pengecekan secara statistik untuk melihat apakah proses berjalan dengan baik dan menghasilkan produk yang baik.
Hal ini dapat
memantau pelaksana jika terdapat kesalahan sehingga pelaksana dapat langsung mengembalikan proses ke kondisi seharusnya yangsesuai dengan spesifikasi. Pengawasan yang dilakukan hanya pada sebagian proses tidak akan berarti jika tidak diikuti oleh pengawasan di bagian lain karena setiap
17
bagian mempunyai tanggungjawab masing-masing terhadap kualitas output per bagian. Setelah pengawasan dilakukan pada tingkat proses, harus dilanjutkan dengan pengawasan pada barang hasil yang telah diselesaikan untuk menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak atau kurang baik tercampur dengan barang yang baik. Hal ini juga dilakukan agar tidak akan ada barang yang tidak baik yang dilepas ke pasar dan sampai ke tangan konsumen dan merusak citra perusahaan di pasar. 2.2.1 Statistical Quality Control Ada banyak definisi atau pengertian yang dapat diberikan terhadap “statistical quality control”.
Salah satunya adalah suatu sistem yang
diperkembangkan untuk menjaga standar yang uniform dari kualitas hasil produksi, pada tingkat biaya minimum dan merupakan bantuan untuk mencapai efisiensi perusahaan. Pada dasaranya “statistical quality control” merupakan
penggunaan
metode
statistik
untuk
mengumpulkan
dan
meganalisis data dalam menentukan dan mengawasi kualitas hasil produksi. (Assauri,1999) Sementara menurut Purnomo (2004), pengendalian kualitas statistik adalah alat bantu manajemen untuk menjamin kualitas, karena pada dasarnya tidak ada dua produk yang dihasilkan oleh suatu proses produksi itu sama benar, tidak dapat dihindarkan adanya variasi. Untuk kepentinga itu diperlukan uji statistik dengan cara mengumpulkan menyajikan,
menganalisis, dan
18
menginterpretasikan data serta menarik kesimpulan dengan memperhitungkan variasi di dalam data. Statistical quality control didasarkan atas sampling, probabilitas dan statistik inference, yaitu pengambilan keputusan untuk keseluruhan atas dasar karakteristik dari suatu sampel.
Beberapa cara untuk mengikuti dan
mengamati (memonitor) hasil-hasil produksi untuk melihat sesuai tidaknya dengan spesifikasi yang telah ditetapkan, seringkali diperlukan. Hal ini sering dibutuhkan baik untuk barang-barang yang dihasilkan/diproduksi maupun barang-barang/bahan-bahan yang dibeli. (Assauri, 1999) Terdapat dua jenis metode statistik yang berbeda dalam kendali mutu, yaitu : pengambilan sampel penerimaan dan kendali proses. Pengambilan sampel penerimaan berlaku untuk pemeriksaan partai dimana keputusan untuk menerima atau menolak suatu partai bahan ditentukan berdasarkan sampel acak yang diambil dari partai tersebut.
Jenis pemeriksaan ini dilakukan
setelah produksi selesai. Pengambilan sampel kendali proses digunakan selama produksi, ketika produk sedang dibuat. Keputusan dalam kasus ini adalah apakah melanjutkan proses atau menghentikan produksi dan mencari penyebab kerusakan, yang mungkin berasal dari bahan, operator, atau mesin. Keputusan ini didasarkan atas sampel acak berskala yang diambil dari proses itu. Jika proses sudah berada dalam pengendalian statistik, ia harus tetap ada di sana kecuali terdapat penyebab kerusakan yang bisa diidentifikasi.
Dengan memantau proses
tersebut melalui pengambilan sampel, maka keadaan pengendalian yang konstan dapat dipertahankan. (Schroeder, 1989)
19
Cara-cara sampling dapat diklarifikasikan berdasarkan cara pemeriksaan karakteristik, yaitu : a. Atribut : pemeriksaan karakteristik bersifat kualitatif, yaitu hanya penentuan “memuaskan” atau “tidak memuaskan”. Pemeriksaan ini hanya memberikan sedikit data untuk memperkirakan besarnya penyesuaian yang diperlukan pada proses itu. b. Variabel : pemeriksaan karakteristik secara kuantitatif dimana terdapat pengukuran menggunakan alat ukur. Suatu proses bisa dibawa ke dalam keadaan terkendali dan bisa dipertahankan pada keadaan ini dengan menggunakan bagan kendali mutu (juga disebut bagan proses atau bagan pengendalian). Setelah suatu proses berada pada keadaan operasi yang mapan, sampel berskala diambil dan dipetakan pada bagan pengendalian. Apabila pengukuran jatuh di dalam batas pengendalian, maka proses itu dilanjutkan. Jika pengukuran jatuh di luar batas pengendalian, proses itu dihentikan dan segera dilakukan pencarian penyebabnya. (Schroeder, 1989)
2.2.2 Statistical Process Control (SPC) Statistical Process Control (SPC) dipelopori oleh Walter A. Shewhart pada awal
tahun 1920, kemudian diaplikasikan oleh W.
Edwards Deming di Amerika Serikat selama Perang Dunia II, dan dengan cara tersebut sukses memperbaiki kualitas mesin produksi dan produk. Deming juga memperkenalkan metode SPC pada industri Jepang setelah perang berakhir. (Mauch, 2010)
20
Kendali proses statistik adalah suatu teknik statistik umum yang digunakan untuk memastikan serangkaian proses memenuhi standar. Pada dasarnya, semua proses dipengaruhi oleh berbagai variabilitas.
Ketika
sedang mempelajari data proses pada tahun 1920-an, Walter A. Shewhart dari Bell Laboratories membuat perbedaan antara sebab-sebab variasi yang umum dan khusus. Sekarang, banyak orang menamakan variasi-variasi tersebut sebagai sebab-sebab alamiah (natural) dan sebab-sebab khusus atau tersusut (assignable).
Ia mengembangkan suatu alat bantu yang
sederhana, tetapi sangat efektif untuk membedakan keduanya, yaitu diagram kendali (control chart). (Heizer and Barry, 2009) Kita menggunakan kendali proses statistik untuk mengukur kinerja suatu proses.
Suatu proses dikatakan berada dalam kendali statistik
apabila sumber variasinya hanya berasal dari sebab-sebab umum (alamiah). Proses tersebut harus dimasukan ke kendali statistik terlebih dahulu dengan menemukan dan menyingkirkan sebab-sebab variasi khusus (assignable). Dengan demikian kinerjanya dapat diprediksi dan kemampuannya memenuhi ekspektasi pelanggan dapat dikaji. Tujuan kendali proses statistik adalah memberikan sinyal statistik apabila terdapat sebab-sebab variasi khusus.
Isyarat seperti itu dapat mempercepat
tindakan yang diperlukan untuk menyingkirkan sebab-sebab khususnya. (Heizer and Barry, 2009) Variasi alamiah adalah sejumlah sumber variasi yang terjadi pada suatu proses yang berada dalam kendali statistik.
Variasi alamiah
bertindak seperti suatu sistem konstan yang memproduksi sebab-sebab
21
yang sifatnya acak sehingga nilai distribusinya akan membentuk pola yang digambarkan sebagai suatu distribusi. Selama distribusinya tetap berada dalam batas yang telah ditetapkan, proses tersebut dikatakan “terkendali” dan variasi alamiah tersebut dapat diterima (ditoleransi). (Heizer and Barry, 2009) Variasi khusus/variasi tersusut (assignable variation) dari suatu proses dapat ditelusuri ke suatu sebab tertentu.
Faktor-faktor seperti
usangnya mesin, kesalahan pengaturan pada peralatan, pekerja yang lelah atau tidak terlatih, sumber bahan baku yang baru merupakan sumber potensial dari variasi tersusut. (Heizer and Barry, 2009)
2.2.3 Total Quality Management (TQM) Pada dasarnya
Manajemen Kualitas (Quality Management)
atau
Manajemen Kualitas Terpadu (Total Quality Management = TQM) didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan kinerja secara terus-menerus (continuously performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia. (Gaspersz, 2011) Landasan dari Total Quality Management adalah statistical process control yang diperkenalkan oleh Edwards Deming dan Joseph Juran untuk membantu memulihkan industri Jepang yang hancur akibat Perang Dunia II. Model yang dikembangkan pertama kali adalah manajemen manufaktur, yang selanjutnya mengalami evolusi dan mengalami diversifikasi untuk aplikasi di
22
bidang manufaktur, industri jasa, kesehatan, dan juga bidang pendidikan. (Purnomo, 2004) Dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana, yaitu bahwa cara terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas yang terbaik.
Untuk menghasilkan kualitas yang
terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki komponen-komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan menerapkan TQM. (Tjiptono & Anastasia, 2000) Menurut Purnomo (2004), penerapan TQM dapat memberikan beberapa manfaat utama, sebagai berikut : 1. Dengan perbaikan kualitas berkesinambungan, perusahaan akan dapat memperbaiki posisi persaingan. Dengan posisi yang lebih baik akan meningkatkan pangsa pasar dan menjamin harga yang lebih tinggi. Hal ini akan memberikan penghasilan lebih tinggi dan secara otomatis laba yang diperoleh semakin meningkat. 2. Upaya perbaikan kualitas akan menghasilkan peningkatan keluaran (output) yang bebas dari kerusakan atau mengurangi produk yang cacat. Berkurangnya produk yang cacat berarti berkurang pula biaya operasi yang dikeluarkan perusahaan sehingga akan diperoleh laba yang semakin besar. 2.2.4 Metode Pemecahan Masalah Masalah adalah suatu situasi yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam lingkungan manajemen sehari-hari, naluri pertama bila
23
menghadapi masalah adalah mengabaikannya daripada menghadapinya. Tetapi dengan menggunakan pemikiran positif bisa diubah setiap masalah menjadi peluang berharga untuk penyempurnaan. Ada ungkapan di antara pihak-pihak yang menerapkan TQM bahwa masalah adalah kunci harta yang tersembunyi. Dalam konteks TQM terdapat dua model pemecahan masalah yang sekaligus mengarah pada perbaikan proses berkesinambungan. 1. Siklus Deming Siklus Deming terdiri dari 4 komponen utama yang dikenal dengan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action)
P
D
C
A
Gambar 2.1 Siklus Deming a. Plan (P)
: mengembangkan rencana untuk perbaikan
b. Do (D)
: melaksanakan rencana yang dibuat
c. Check (C)
: memeriksa hasil yang dicapai
d. Action (A)
: melakukan penyesuaian/perbaikan bila diperlukan
Langkah selanjutnya adalah mengulangi siklus untuk melakukan rencana perbaikan (kembali pada Plan) dan terus berputar seperti siklus. 2. Metode Perry Johnson Mempunyai karakteristik sebagai berikut : a.
Mengutamakan kerja sama team dalam pemecahan masalah
24
b. Berfokus pada perbaikan berkesinambungan c. Memperlakukan masalah sebagai suatu yang wajar 2.2.5 Identifikasi Masalah Kualitas dan Penyebabnya Menutut Tjiptono dan Anastasia (2000), model-model pemecahan masalah yang ada dapat menghasilkan keputusan yang baik asalkan keputusan tersebut diambil berdasarkan fakta bukan karena opini pribadi. Pakar kualitas W. Edward Deming mengajukan cara pemecahan masalah melalui Statistical Process Control (SPC) atau Statistical Quality Control (SQC) yang dilandasi 7 alat statistik utama yang dikenal sebagai “seven QC tools”, yaitu diagram sebab dan akibat, check sheet, diagram pareto, run chart dan control charts, histogram, stratifikasi, dan scatter diagram. Alat-alat ini berguna dalam pengumpulan informasi yang obyektif untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan. Manfaat
tujuh
alat
pengendalian
kualitas
adalah
untuk
mengetahui akar dari suatu permasalahan dan meningkatkan kemampuan perbaikan proses, sehingga diperoleh: a) Peningkatan kemampuan berkompetisi. b) Penurunan cost of quality dan peningkatan fleksibilitas harga. c) Meningkatkan produktivitas sumber daya. Kegunaan dari ketujuh dalam seven tools adalah sebagai berikut: a. Mengetahui permasalahannya. b. Mempersempit ruang lingkup permasalahannya. c. Mencari faktor yang menjadi penyebabnya. d. Mencegah kesalahan akibat kurang hati-hati.
25
e. Melihat akibat perbaikan. f. Mengetahui hasil yang menyimpang atau terpisah dari hasil lainnya.
2.2.5.1 Diagram Sebab dan Akibat Diagram ini sering disebut diagram tulang ikan (Fishbone Diagram). Alat ini dikembangkan pertama kali pada tahun 1950 oleh seorang pakar kualitas jepang, yaitu Kaoru Ishikawa.
Diagram ini
digunakan untuk menganalisis suatu proses atau situasi dan menemukan kemungkinan penyebab suatu masalah. Alat ini merupakan satu-satunya alat dari seven tools yang tidak didasarkan pada statistika. Diagram ini menggambarkan elemen-elemen spesifik yang mempengaruhi kualitas dan keterkaitan berbagai elemen tersebut. Untuk menentukan faktor – faktor yang berpengaruh, ada 5 faktor utama yang perlu diperhatikan yaitu 4M 1E(Man, Machine, Material, Method dan Evirontment).
Gambar 2.2 Diagram Sebab dan Akibat
26
2.2.5.2 Check Sheet Check sheet nerupakan alat pengumpul dan analisis data. Tujuan penggunaannya adalah untuk mempermudah proses pengumpulan data bagi tujuan-tujuan tertentu dan menyajikannya dalam bentuk yang komunikatif sehingga dapat dikonversi menjadi informasi. Bentuk dan isi check sheet disesuaikan dengan kebutuhan maupun kondisi kerja yang ada. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam membuat lembar pengumpulan data : a. Maksud pembuatan harus jelas. o Apa yang akan diketahui? o Apakah data yang didapat sudah cukup lengklap sebagai dasar bertindak? b. Stratifikasi dengan baik. o Mudah dipahami dan diisi. o Memberikan data yang lengkap tentang apa yang mau/ingin diketahui. o Dapat diisi dengan cepat dan mudah, kalau perlu gunakan gambar untuk lebih memperjelas
27
Gambar 2.3 Check Sheet
2.2.5.3 Diagram Pareto Diagram ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah menurut sebab dan gejalanya.
Masalah didiagramkan menurut prioritas tingkat
kepentingannya dengan menggunakan formal grafik batang, dimana nilai 100% menunjukan kerugian total. Dengan memakai diagram pareto ini, dapat mengkonsentrasikan arah penyelesaian persoalan, karena itu diagram pareto merupakan langkah pertama untuk pelaksanaan perbaikan atau penyelesaian persoalan.
28
Gambar 2.4 Pareto Chart
2.2.5.4 Run Chart dan Control Chart Run
chart
disebut
juga
trend
chart
digunakan
untuk
mengidentifikasi kecenderungan (trend) yang terjadi dengan jalan menggambarkan atau memetakan data selama periode waktu tertentu. Kecenderungan ini berguna untuk memisahkan sebab dari gejala. Dalam setiap proses selalu ada variasi, yaitu variasi yang tidak terelakan yang muncul pada kondisi normal dan variasi yang disebabkan oleh suatu masalah (abnormal). Control chart berguna untuk menganalisis proses dengan tujuan memperbaikinya secara terus-menerus. Grafik ini mendeteksi penyimpangan abnormal dengan bantuan grafik garis. Grafik ini berbeda dengan grafik garis standar dengan adanya garis kendali batas (limit) di atas, tengah, dan bawah.
29 Run Chart 120
100
BTW
80 60 40
20 0 JAN
FEB
MAR
APR
MAY
JUN
Bulan
Gambar 2.5 Run Chart
Gambar 2.6 Control Chart Control chart menjelaskan tentang kondisi data proses dan mendapatkan informasi yang diperlukan.
Grafik ini dibuat untuk
mengendalikan proses secara tepat guna sesuai data yang ada. Garis batas kendali adalah standar logika dalam membagi penyimpangan oleh karena penyebab secara normal atau penyebab yang tidak normal. Garis batas kendali ditempatkan di bawah dan di atas garis tengah. Batas atas kendali
30
dinamakan Upper Control Limit (UCL) dan batas kendali bawah dinamakan Lower Control Limit (LCL). Batas kendali ditentukan sebagai 3 kali standar deviasi dari garis tengah.
Kondisi terkendali diperoleh jika titiknya berada dalam batas
kendali meskipun gerakan titik tidak menentu (perubahan secara normal). Kondisi tidak terkendali jika titiknya keluar dari garis batas kendali (perubahan oleh penyebab yang tidak normal). Control chart dibagi sesuai dengan penggunaannya, adalah control chart yang digunakan untuk menganalisa proses dan control chart yang digunakan untuk mngendalikan proses. 2.2.5.5 Histogram Histogram merupakan suatu diagram yang dapat menggambarkan penyebaran atau standar deviasi suatu proses.
Data frekuensi yang
diperoleh dari pengukuran menunjukan suatu puncak pada suatu nilai tertentu.
Variasi ciri khas kualitas yang dihasilkan disebut distribusi.
Kegunaan dari histogram adalah untuk mengetahui distribusi / penyebaran data yang ada. Sehingga dengan demikian di dapatkan informasi yang lebih banyak dari data tersebut dan akan mempermudah meneliti dan mendapatkan kesimpulan informasi data.
31
Impurity level 45 40
Frequency
35 30 25 20 15 10 5 0 10
15
20
25
30
35
Gambar 2.7 Histogram
2.2.5.6 Stratifikasi Stratifikasi merupakan teknik pengelompokan data ke dalam kategori-kategori tertentu, agar data dapat menggambarkan permasalahan secara jelas sehingga kesimpulan-kesimpulan dapat lebih mudah diambil. Kategori-kategori yang dibentuk meliputi data relatif terhadap lingkungan, sumber daya manusia yang terlibat, mesin yang digunakan dalam proses, bahan baku, dan lain-lain.
2.2.5.7 Scatter Diagram (Diagram Pencar/ Diagram Sebar) Dua buah variabel yang sesuai dipetakan dalam sebuah diagram sebar
(scatter).
Hubungan
antara
titik-titik
yang
menggambarkan hubungan antara kedua variabel tersebut.
dipetakan Alat ini
berguna dalam mempelajari dan mencari faktor-faktor yang berpengaruh.
32
Dengan diagram ini kita dapat menentukan korelasi antara suatu sebab dengan akibatnya, antara satu sebab dengan sebab lainnya, antara satu akibat dengan akibat lainnya. Ada beberapa jenis korelasi yang dapat terlihat dari diagram tebar ini, yaitu:
Korelasi positif kuat, jika nilai faktor penyebab bertambah besar, nilai faktor akibat juga bertambah besar (nilai koefisien korelasi mendekati positif 1)
Korelasi positif lemah, jika terdapat kecenderungan korelasi positif tetapi memiliki sebaran data yang besar (nilai koefisien korelasi kecil tetapi masih positif)
Korelasi negatif kuat, jika nilai faktor penyebab bertambah besar, nilai faktor akibat mengecil (nilai koefisien korelasi mendekati negatif 1)
Korelasi negatif lemah, jika terdapat kecenderungan korelasi negatif tetapi memiliki sebaran data yang besar (nilai koefisien korelasi kecil negatif)
Tanpa korelasi, jika sebaran data sangat besar (nilai koefisien korelasi mendekati 0)
Gambar 2.8 Scatter Diagram
33
2.3 Minitab Minitab adalah program komputer yang dirancang untuk melakukan pengolahan statistik.
Minitab didistribusikan oleh Minitab Inc, sebuah
perusahaan swasta. Kini, minitab sering digunakan dalam implementasi six sigma dan metode perbaikan proses yang berbasis statistik. Dengan minitab, kita dapat melakukan banyak pengolahan statistik seperti layaknya excel. Pada minitab dapat dilakuakan pembuatan seven tools dan juga dapat dilakukan perhitungan statistik langsung untuk memperoleh nilai process capability Minitab memberikan beberapa keunggulan dalam mengolah data, yaitu keunggulan dari segi manfaat minitab, dan keunggulan dari segi aplikasi minitab. diantaranya: Keunggulan dari Segi Manfaat Minitab
Minitab memiliki keunggulan dari pengolahan data stasistik khususnya Analysis of Variance (ANOVA), desain eksperimen, analisis multivariat, peramalan, Analisis time series, Statistical process control, Analisis data kualitatif, Analisis nonparametrik, Analisis reliabilitas dan lain-lain.
Minitab memberikan fasilitas membuat grafik statistik secara mudah dan menampilkannya dalam bentuk lebih menarik, informatif, dan sekaligus menceritakan probabilitas.
34
Keunggulan dari Segi Aplikasi Minitab
Minitab menyediakan StatGuide yang menjelaskan cara melakukan interpretasi table dan grafik statistika yang dihasilkan oleh Minitab dengan cara yang mudah dipahami.
Minitab memiliki ukuran worksheet dinamis dan memuat kolom sampai 4,000.
Minitab memiliki dua layar primer yaitu Worksheet (lembar kerja) dan sesi command (layar untuk menmpilkan hasil.
Tampilan menu di Minitab, lebih lengkap dan disertai toolbartoolbar sehingga akan memudahkan anda dalam menjalankan perintah.
Mempunyai file Minitab Worksheet (MTW) dan Minitab Project (MPJ) yang digunakan untuk membedakan file worksheet dan file project.
Minitab menyediakan ReportPad agar mudah membuat laporan project yang telah dibuat.
Minitab memberikan kebebasan pada anda dalam membuat nama yang panjang pada file tanpa harus menyingkat nama file.
Minitab menyediakan fasilitas makro untuk membuat program yang berulangkali dipakai, memperluas fungsi Minitab, atau mendesain perintah sendiri. Selain itu Minitab memiliki Bahasa pemrograman makro lebih mudah.
35
2.4 Rokok Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad ke 16, ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa merokok adalah untuk kesenangan semata. Abad ke 17, para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam.
Gambar 2.9 Cigarette Simple Design
36
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok. Rokok berdasarkan bahan pembungkus
Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung
Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren
Sigarete : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas
Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau
Rokok berdasarkan bahan baku atau isi
Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu
Rokok kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu
Rokok klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu
37
Rokok berdasarkan proses pembuatannya
Sigarete Kretek Tangan (SKT) : rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sedehana
Sigarete Kretek Mesin : rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin.
Sederhananya, material rokok
dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok.
Keluaran
yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan . Mesin pembuat rokok, biasanya dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok batangan namun telah bentuk pak. Rokok berdasarkan penggunaan filter
Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus
Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus