BAB II COLUMBIFORMES, COLUMBIDAE, JENIS-JENIS MERPATI, MERPATI BALAP (Columba livia), STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI
A. Ordo Columbiformes Kemampuan terbang memunginkan burung dapat bersarang di pohon sehingga terhindar dari predator. Pohon juga merupakan sumber makanan yang menyediakan biji-bijian dan buah-buahan, dan tunas bagi burung-burung ini. Dedaunan jarang menjadi bahan makanan mereka karena energinya rendah, namun insect dan ulat yang memakan dedaunan sangat penting sebagai sumber bagi burung-burung arboreal. Burung arboreal dibagi menjadi dua kelompok utama. Kelompok satu yaitu: Columbiformes, Psittaciformes, Cuculiformes, dan Coliiformes. Kelompok kedua yaitu: Coraciformes, Trogoniformes, dan Piciformes. Kelompok satu terdiri atas burung-burung yang umumnya herbivor. Dan membuat sarang di daerah terbuka. Kelompok kedua terdiri atas burungburung yang membuat sarang di dalam lubang pohon. Secara umum burung arboreal mempunyai kaki yang beradaptasi untuk bertengger, dengan tendon jarijari yang tersusun sedemikian rupa untuk memperkuat cengkraman ketika sendisendi kaki menunjang tubuh burung. Beberapa kelompok mempunyai cara mencengkram yang lebih khusus, dengan pola jari-jari dua ke arah depan dan dua lainnya ke arah belakang (zygodactylus) dan kelompok lainnya mempunyai jari
8
9
terluar yang menghadap ke samping (semizygodactlyus), sehingga mereka dapat mencekram tempat bertenggernya dan berlari-lari di sepanjang dahan pohon. 1. Ciri-ciri Ordo Columbiformes a. Anggotanya bejalan di tanah atau arboreal dengan ukuran berkisar dari yang kecil hingga besar (15-84 cm). b. Plumae rapat dan lembut, kriptik atau berwarna cerah, dan bahkan ada yang berwarna metalik (Columbidae). c. Paruh sangat pendek, agak lemah dan berbentuk kerucut (Pteroclididae): berukuran sedang, ramping, kuat dan mempunyai “cere” berdaging di pangkalnya (merpati). d. Kaki pendek tetapi kuat, mempunyai tiga jari kaki ke depan, bercakar, jari belakang ada atau tidak ada. e. Sayap panjang dan runcing, dapat terbang cepat tetapi menimbulkan suara. f. Sarang dibuat di dataran terbuka dari ranting-ranting (merpati) atau dengan mencakar-cakar tanah (sandgrous). Jumlah telur 1-3 butir berwarna putih atau perak. g. Palatum schizognathous. h. Anak-anaknya altricial atau precoccial (Gambar 2.1.). i. Sub ordo terdiri dari Pteroclididae (syrrhaptes), Columbidae (Columba, treptopelia).
10
a
b
Gambar 2.1. Anak Burung yang Baru Menetas a. Precoccial, b. Altricial (Sumber: gildartphoto.com)
B. Famili Columbidae Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan panjang tubuh berkisar antara 15-75 cm dengan berat 30-2000 gram, memiliki kepala berukuran kecil dengan paruh dan kaki yang pendek. Sebanyak 44% bagian tubuh terdiri dari otot terbang sehingga memiliki kemampuan terbang yang baik dan terarah. Ciri lainnya yaitu tubuh kokoh, leher pendek, paruh ramping, dan cere berdaging. Distribusi famili Columbidae tersebar luas di seluruh dunia, terutama di hutan hujan tropis (Pereira et al., 2007). Terdapat dua jenis burung famili Columbidae berdasarkan sumber makanannya, yaitu burung pemakan biji-bijian dan pemakan buah. Burung pemakan biji-bijian biasanya berwarna gelap seperti abu-abu atau coklat, sedangkan pemakan buah berwarna lebih cerah (Burgess, 2009). Warna bulu pada umumnya memiliki gradasi pada bagian leher, dada, punggung, sayap, dan kepala. Kelompok ini terdiri dari jenis burung monomorfik maupun dimorfik dan dapat
11
hampir hidup hampir di semua jenis habitat teresterial dari gurun hingga hutan tropis dan area urban. 1. Streptopelia chinensis (Tekukur) Burung tekukur merupakan salah satu spesies dari famili Columbidae. Tekukur merupakan burung pembiak yang berasal dari Asia daerah barat yang banyak menyebar ke daerah Australia, India, Srilanka, China, dan Asia Tenggara (TN1, 2008). Bulu di bagian ventral berwarna coklat, sedangkan di daerah dorsal dan sayap berwarna kehitaman. Bulu di kepala berwarna abu dan bagian leher abu kecoklatan. Ciri khusus burung tekukur yaitu bulu dengan pola hitam-putih di bagian punggung lehernya. Panjang individu dewasa antara 27,5-31,0 cm dengan berat 128 gram. Burung tekukur berbiak beberapa kali sepanjang tahun (Robbins et al., 1966). Tekukur termasuk burung pemakan biji-bijian dan bersifat monomorfik. 2. Streptopelia bitorquata (Puter) Burung puter merupakan salah satu spesies dari famili Columbidae yang tersebar di daerah Gum, Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Habitat aslinya adalah di daerah hutan mangrove tropis (TN, 2008). Burung puter termasuk pemakan biji-bijian dan bersifat monomorfik. 3. Columba livia ( Merpati ) Burung merpati (Gambar 2.4.) merupakan salah satu spesies dari famili Columbidae yang berasal dari Eropa, Afrika, dan Asia Tenggara, dan banyak tersebar di seluruh belahan dunia (TN, 2008). Warna bulu merpati bermacam-
12
macam, ada yang berwarna coklat, hitam, kelabu, atau kombinasi. Pada umumnya merpati memiliki ekor tebal dan tidak terlalu panjang. Ada dua jenis merpati, yaitu merpati liar dan merpati domestik. Merpati liar biasa hidup di daerah pantai atau hutan, sedangkan merpati domestik hidup di area urban. Panjang individu dewasa antara 29-36 cm dengan berat 265-380 gram dan panjang sayap 50-67 cm (Robbins et al., 1966). Merpati hanya memiliki satu pasangan sepanjang hidupnya. Baik merpati jantan maupun betina aktif dalam proses reproduksi dan membesarkan keturunannya. Merpati termasuk burung pemakan biji-bijian dan bersifat monomorfik. 4. Geopilia striata (Perkutut) Burung perkutut (Gambar 2.5.) merupakan salah satu spesies dari famili columbidae yang banyak terdapat di Australia, Asia Tenggara dan tersebar di seluruh belahan dunia (TN, 2008). Bulu di bagian atas badan berwarna kekelabuan dan terdapat jalur-jalur yang gelap pada bagian belakang pangkal tengkuk. Pada sisi kepala dan badan terdapat jalur-jalur berwarna hitam dan putih. Pada bagian tengah dada terdapat warna merah jambu. Bulu dibagian kepala berwarna kelabu kebiruan serta kulit disekelilingnya berwarna biru kekelabuan. Paruh warna merah dengan bagian ujung berwarna kuning. Panjang individu dewasa antara 30,0-38,0 cm dengan berat 173-493 gram (Robbins et al., 1966). Perkutut termasuk burung pemakan biji-bijian dan bersifat monomorfik.
13
C. Jenis-jenis Merpati Burung merpati merupakan salah satu spesies dari famili Columbidae yang berasal dari Eropa, Afrika, dan Asia Tenggara dan banyak tersebar di seluruh belahan dunia (TN, 2008). Warna bulu merpati bermacam-macam, ada yang berwarna coklat, hitam, kelabu, atau kombinasi. Pada umumnya merpati memiliki ekor tebal dan tidak terlalu panjang. Ada dua jenis merpati yaitu merpati liar dan merpati domestik, merpati liar biasa hidup di daerah pantai atau hutan. Sedangkan merpati domestik biasanya hidup di daerah urban. Panjang individu dewasa antara 29-36 cm dengan berat 265-380 gram dan panjang sayap 50-67 cm (Robbins et al., 1966). Burung merpati biasanya dipelihara sebagai hobi. Bentuk badannya tegap dengan daging yang relatif tebal, hidup berpasang-pasangan. Burung merpati berkembang biak dengan cepat. Burung merpati betina Lokal mulai bertelur pada umur 4-5 bulan (Djanah dan Sulistyani, 1985). Burung merpati mempunyai suhu tubuh sekitar 41oC. Burung merpati dapat beradaptasi dengan mudah di darat maupun di udara, lehernya panjang dan fleksibel, kepalanya termasuk besar, karena mempunyai otak yang besar, tubuhnya kompak dan kaku, organ vitalnya terlindungi secara baik terhadap serangan musuhnya (Levi, 1945). Blakely dan Bade, (1998) membagi burung merpati menjadi tiga kelompok utama yaitu untuk tujuan produksi daging, pameran dan penampilan. Burung merpati yang dimanfaatkan untuk produksi daging lebih menekankan pada jumlah anak burung merpati yang berat badannya besar. Begitu juga Cartmill, (1991) membedakan burung merpati menjadi tiga tipe yaitu: utility group yaitu kelompok burung merpati penghasil daging, fancy breed yaitu bangsa
14
yang diambil keindahannya untuk pameran, dan performing breed yaitu bangsa yang dinilai ketangkasannya. Contoh bangsa burung yang termasuk dalam utility group adalah King, Carneau, Swiss Mondain, Runt dan White King; fancy breed adalah India, America Fantail, Pouter, Jacobin, Swallow, Chinese Owl, English Trumpeter, Modena dan Helmet; performing breed adalah Homer, Birmingham Roller, Racing Homer dan Parlor Tumbler. Rachmanto, (2001) menjelaskan jenis-jenis merpati hasil perkawinan silang dapat dikelompokan berdasarka tujuan dan kegunaannya. Berdasarkan tujuan dan kegunaannya, merpati dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis sebagai berikut. 1. Merpati Hias Merpati hias dipelihara oleh penggemarnya karena mempuyai keunikan tersendiri. Merpati hias memiliki bulu yang indah dan penampilannya sangat memikat sehingga banyak disukai orang. Para penggamar merpati hias biasanya berusaha mengawinsilangkan untuk mendapatkan jenis merpati hias baru yang lebih indah. Merpati hias yang sangat popular di Indonesia adalah merpati kipas (fantail). Jenis merpati ini paling banyak digemari orang karena bulunya lebat dan seluruh kakinya dibalut bulu hingga hingga menutupi kedua kakinya. Merpati kipas yang sering dipelihara penggemar adalah yang berwarna putih. Ada juga merpati kipas yang warna bulunya hitam, abu-abu, coklat, dan sebagainya. Merpati kipas juga memiliki perilaku menarik yakni bulu ekor mekar jika berjalan, sedangkan leher bergerak-gerak bak liukan penari bali. Jenis merpati
15
hias lain yang cukup bagus dan menarik adalah merpati satenette, trumpet, Jacobin, English pouter, frillback, Florentine, cropper, nun, dan latiore. 2. Merpati Konsumsi atau Pedaging Merpati konsumsi dipelihara dengan tujuan untuk dimanfaatkan dagingnya. Jenis merpati pedaging di Indonesia yang kita kenal adalah merpati hummer king. Merpati ini memiliki keunggulan tersendiri karena tubuhnya gemuk sehingga dagingnya banyak. Dalam waktu satu bulan, merpati ini sudah mebcapai berat 600-700 gr dan siap dipasarkan. Jenis merpati konsumsi lainnya adalah merpati mondaine (berasal dari Italia dan Perancis) dan merpati carneau (berasal dari Belgia dan Perancis) yang berat badannya dapat mencapai 1 kg, namun jenis merpati ini kurang diminati karena kurang berkembangbiak sehingga kurang ekonomis. Daging merpati yang dijual di restoran atau di sekitar emperan tokoh (lesehan) adalah merpati local yang cepat berkembangbiak. Pada umur dua bulan, merpati lokal ini sudah dapat dikonsumsi. Namun, tidak sedikit pula daging merpati yang dijual tersebut berasal dari merpati afkiran yang sudah tua atau tidak produktif dan pemiliknya sudah bosan memeliharanya. 3. Merpati Pacuan Merpati pacuan di Indonesia akhir-akhir ini berkembang sangat pesat karena banyak diminati oleh para penggemar. Merpati pacuan dapat terbang dengan cepat sehingga sering menjadi merpati acuan yang handal. Penilaian dalam aduan berdasarkan kecepatan terbang dalam jarak tertentu. Merpati pacuan pada dasarnya dibagi dalam tiga kelompok sebagai berikut.
16
a. Merpati Pos Merpati POS berbeda dengan merpati lokal atau merpati biasa. Jika dilihat secara kasat mata, bentuk fisik merpati pos tidak jauh berbeda dengan merpati biasa. Namun, para penggemar merpati pasti bisa membedakannya. Berat tubuh merpati POS sekitar 500-650 gram atau 1,5 kali berat tubuh merpati balap. Keistimewaan merpati POS adalah nalurinya yang kuat untuk pulang ke kandang, kecepatan terbangnya tinggi, waktu terbangnya relatif lama, dan jarak terbangnya sangat jauh. Merpati pos yang bagus mampu terbang sekitar 80-100 kilometer per jam. Contohnya, merpati pos yang dipelihara di Yogyakarta. Saat latihan, merpati ini bisa sampai ke Probolinggo, Jawa Timur. Bahkan, saat dilombakan, merpati ini bisa sampai ke Denpasar, Bali. Dan Yogyakarta, ke Denpasar bisa ditempuh merpati pos sekitar 7 jam. Bulu tubuh merpati pos tampak licin, mengikilap, dan memiliki variasi warna dan abu-ahu bercorak hitam, cokelat kemerahan, sampai putih. Ciri khas merpati POS adalah bentuk hidungnya besar dan postur badannya lebih besar dibandingkan dengan merpati lokal. Keberadaan merpati pos di Indonesia sebenarnya sudah cukup lama, yakni sekitar dekade 1960-an. Meskipun demikian, dalam perkembangannya tidak sebagus di Fropa, RRC, atau Taiwan. Penggemar merpati pos di Indonesia sebenarnya mengikuti (mengadopsi) tren yang berkembang di Filipina. Dahulu, merpati POS memiliki peran penting. Misalnya saat Perang Dunia I dan II, ketika pengiriman telegram tidak bisa dilaksanakan, burung jagoan terbang ini yang menggantikan perannya. Ia bisa mengirim pesan sandi melalui jarak ratusan kilometer tanpa harus was-was menghadapi barikade musuh. Di negara kita, “jasa kurir” merpati ini juga pernah
17
terjadi, yakni pada masa revolusi kemerdekaan. Pada masa itu, beberapa komunikasi rahasia bisa berjalan lancar karena jasa merpati pos. Merpati pos saat ini tidak lagi sebagai pengantar surat atau pesan, tetapi sudah beralih sebagai “atlet balap” dalam menjelajah angkasa. Jarak terbang yang dilombakan bisa lebih dan 1.000 km. Strain merpati yang diadu tentu saja tidak sama dengan merpati lokal. Strain yang pertama kali dipakai adalah carrier pigeon dari Timur Tengah. Namun, karena ia hanya mampu terbang sejauh 200 km, penggemar mencari strain lain yang lebih kuat dan cerdas. Saat ini, merpati modem racing homer berhasil ditemukan orang Belgia yang paling dominan digunakan sebagai jagoan dalam lomba balap merpati. Merpati ini merupakan hasil perkawinan silang antara carrier pigeon dan beberapa strain yang kuat terbang. Gaya terbang merpati POS tidak sehebat merpati balap. Saat terbang cepat, ia hanya mampu terbang tinggi tetapi tidak bisa menukik. Untuk menyalurkan hobi memelihara merpati POS, di beberapa negara sudah dibentuk klub yang mewadahi penggemar merpati POS, di antaranya di Belgia, Belanda, dan Cina. Saat ini, penggemar merpati pos di luar negeri jumlahnya banyak. Bahkan, merpati yang menjadi juara dalam sebuah lomba, harga jualnya bisa melejit hingga puluhan juta rupiah. Dan beberapa tempat pertandingan, baik di Eropa maupun di Indonesia, medan yang dihadapi berbeda-beda. Jarang sekali ada merpati yang mampu menempuh semua medan dengan sukses. Merpati pos dimanfaatkan untuk membawa berita ke suatu tujuan tertentu. Banyak orang memelihara merpati pos karena jenis merpati ini memiliki daya terbang yang kuat, mengenal medan dengan tepat, dan dapat membawa berita ke
18
suatu tempat tepat pada sasarannya. Merpati pos pertama kali adalah merpati pacuan (carrier pigeon) yang berasal dari timur tengah dan telah dikembangkan di Inggris empat abad yang lalu dengan kemampuan terbang 200 km/jam. Upaya menyilangkan merpati pos dengan merpati jenis merpati unggul lainnya telah banyak dilakukan antara lain dengan merpati tumbler, dragon, cumulet, dan jenis merpati unggul lainnya. Hasil silangan dari kebangsaan seorang Belgia menghasilkan jenis merpati unggul yang disebut Belgian homer atau modern racing homer. Merpati ini memiliki kemampuan jelajah mencapai 1.500 km dengan terbang tinggi dan cepat. Selain itu, jenis merpati ini memiliki kecerdasan tinggi dan mengenal kandang dengan cepat dan tepat. Jenis merpati pacuan lainnya adalah merpati tumbler dan merpati flaying typer.
Merpati tumbler
mempunyai kemampuan terbang menukik dan kemampuan bersalto yng sagat memukau. Sedangkan merpati flaying typer memiliki kemampuan terbang lebih dari 20 km tanpa berhenti. Dalam perkembangan selanjutnya, merpati pos berubah fungsi menjad merpati pacuan lainnya. Lomba untuk merpati pos dengan tempat start dan finish dengan jarak tertentu yang tempatnya sama. Jarak tempuh lomba merpati pos dapat mencapai ratusan hingga ribuan kilometer dalam waktu 6 jam sampai dikandang dan dengan kecepatan yang luar biasa mencapai 1.000 km/6jam. b. Mepati Tinggian Merpati tinggian di Jawa sering disebut merpati tomprangan atau merpati kentongan atau merpati dhuwuran. Merpati tinggian sebenarnya adalah jenis merpati
lokal,
memiliki
jarak
tempuh
terbang
kurang
lebih
6
km.
19
ketinggianterbang mencapai ratusan meter hingga tidak tampak. Merpati ini juga sering terbang menukik tajam dengan kecepatan sangat tinggi sehingga kadangkadang membentur tanah hingga mati. c. Merpati Balap Merpati balap bersal dari Madura, merpati jenis ini termasuk merpati yang memiliki kemampuan terbang cepat. Jarak tempuh terbang mencapai 1,1 km/jam dan terbang menyusur tanah kurang lebih 80 cm di atas permukaan tanah. Para penggemar merpati di Indonesia sering menyebutnya merpati balap. Merpati balap merupakan jenis merpati yang dimanfaatkan untuk kepentingan lomba balap merpati. Berat tubuh merpti balap 350-475 gram. Merpati balap oleh kalangan penggemar merpati disebut dengan merpati lokal atau merpati biasa, Jarak yang ditempuh dalam lomba balap merpati ini 500-1.200 meter. Ketika berlomba, merpati balap jantan beradu kecepatan terbang dengan lawannya menuju merpati betina (pasangannya). Merpati betina yang akan dituju dipegang dan dikepak-kepakkan sayapnya (dikeber) oleh seorang joki yang menunggu di kejauhan. Semakin cepat merpati jantan hinggap di punggung merpati betina atau di lengan si joki, merpati jantan itulah yang keluar sebagai pemenan dalarn lomba balap merpati. Sebagian besar masyarakat Jawa Timur menyebut merpati balap ini dengan istilah doro andokan (andokan,). Konon, merpati balap merupakan keturunan merpati karang (Colurnba livia) . Di karangkarang habitat aslinya, merpati karang ini lebih rnenyukai hidup dan berkembangbiak di karang-karang dan juga di pepohonan, sehingga sangat tepat jika dijuluki merpati karang. Manifestasi perilaku merpati karang pada saat ini
20
bisa dilihat dan cara burung merpati yang lebih suka bermain di atas genteng atau di atas gedung. Postur tubuh merpati balap mengesankan bahwa ia bisa menjadi penerbang handal. Gaya terbangnya yang meliuk-liuk di udara sangat mempesona. Burung mi memiliki cadangan oksigen di kantung-kantung tubuhnya, sehingga saat terbang di udara, secara otomatis kekurangan oksigen bisa diatasitnya. Kondisi ini sangat membantu kerja paru-paru dan bisa mengontrol suhu tubuh saat terbang.