BAB II BAHAN RUJUKAN
2.1
Sejarah dan Pengertian Koperasi
2.1.1
Sejarah Koperasi Menurut Drs T.Gilarso (1975:38) disebutkan bahwa koperasi Indonesia
dimulai dengan didirikannya semacam bank koperasi dengan nama “Bank Pertolongan dan Tabungan”, yang dimana bank tersebut dikembangkan menjadi koperasi kredit menurut pemahaman koperasi yang timbul di Eropa dan Jerman. Maka dari itu, usaha bank koperasi pada saat itu diperluas dengan pemberian kredit dan mengganti nama bank menjadi “Bank pertolongan, Tabungan dan Kredit”. Keadaan perekonomian yang terjadi mendorong terciptanya program dan kebijakan oleh pemerintah. Koperasi mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia untuk memperbaiki keadaan ekonomi masyarakat Indonesia pada saat ini. Koperasi berusaha untuk mensejahterakan anggota dan bias dikatakan bahwa usahanya sudah sangat berhasil. Menurut drs. Amidipradja Talman (1985:22) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan koperasi adalah: “Badan usaha yang berbeda dengan lembaga keuangan atau perusahaan lainnya. Dimana koperasi memiliki sifat dan dasar kegotong-royongan yang terdapat dalam UUD 1945”
Telah dijelaskan dalam Undang-undang bahwa koperasi merupakan soko guru perekonomian Indonesia yang dilandaskan prinsip demokrasi yaitu dari, oleh, dan untuk rakyat.
2.1.2
Pengertian Koperasi Koperasi berasal dari dari bahasa inggris “cooperation” yaitu dari kata
“co” yang berarti bersama-sama dan “operation” yang berarti kerja, artinya kerjasama yang terjadi antara beberapa orang untuk mencapai tujuan yang sama. Adapun yang mengartikan sebagai makna lain. Pengertian koperasi menurut UU No.25 Tahun 1992, yaitu “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hokum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi yang berdasar atas asas kekeluargaan”. Sedangkan pengertian koperasi menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam “Standar akuntansi Keuangan” (2009:27.1), adalah sebagai berikut : “Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisasi pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional”. Tujuan koperasi menurut SAK (2009;2.10) untuk mengatur perlakuan akuntansi yang timbul dari hubungan transaksi antara koperasi dengan anggotannya dan transaksi lain yang spesifik pada koperasi.
2.2
Jenis Koperasi Disebutkan pula oleh Edilius (2005:72) bahwa jenis koperasi dibagi
menjadi tiga yaitu: Koperasi menurut fungsinnya 1. Koperasi
pembelian/pengadaan/konsumsi
adalah
koperasi
yang
menyelenggarakan fungsi pembelian atau pengadaan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan anggota sebagai konsumsi akhir. 2. Koperasi penjualan /pemasaran adalah koperasi yang menyelenggarakan funggsi distribusi barang atau jasa yang dihasilkan oleh anggotanya agar sampai di tangan konsumen. 3. Koperasi produksi adalah koperasi yang menghasilkan barang atau jasa, dimana anggotanya bekerja sebagai pegawai atau karyawan koperasi. 4. Koperasi jasa adalah koperasi yang menyelenggarakan pelayanan jasa yang dibutuhkan oleh anggota, misalnya: simpan pinjam,asuransi,angkutan, dan sebagainya. Koperasi menurut status keanggotaanya 1. Koperasi produsen adalah koperasi yang anggotanya para produsen barang/jasa dan memiliki rumah tangga usaha. 2. Koperasi konsumen adalah yang anggotanya para konsumen akhir atau pemakai barang/jasa yang ditawarkan para pemasok di pasar. Koperasi menurut tingkat dan luas daerah kerja 1. Koperasi primer Koperasi yang minimal memiliki sebanyak 20 orang perseorangan.
2. Koperasi Sekunder Koperasi yang terdiri dari gabungan badan-badan koperasi serta memiliki cakupan daerah kerja yang luas dibandingkan dengan koperasi primer. Koperasi sekunder dapat dibagi menjadi: - Koperasi pusat adalah koperasi yang beranggotakan paling sedikit 5(lima) koperasi primer. - Gabungan koperasi adalah koperasi yang anggotannya minimal 3 koperasi pusat. - Induk koperasi adalah koperasi yang minimum anggotanya adalah 3 gabungan koperasi.
2.3
Fungsi dan Peran Koperasi Disebutkan oleh Edilius (2005:54) bahwa fungsi dan peran koperasi
adalah: a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. b. Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. c. Memeperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
2.4
Koperasi Simpan Pinjam
2.4.1
Pengertian Koperasi Simpan Pinjam Fokus Laporan tugas akhir ini adalah koperasi simpan pinjam. Menurut
G. Kartasapoetra (2007:44) disebutkan bahwa: “Koperasi simpan pinjam didirikan untuk memberi kesempatan kepada anggotanya memperoleh pinjaman dengan mudah dan bunga ringan” Pendapat lain tentang Koperasi simpan pinjam pun dijelaskan oleh Arifin Sito (2001:76) bahwa: “Koperasi simpan pinjam berusaha untuk mencegah para anggotanya terlibat dalam jeratan kaum lintah darat pada waktu mereka memerlukan sejumlah uang dengan jalan menggiatkan tabungan dan mengatur pemberian pinjaman dengan bunga yang serendah-rendahnya” Koperasi simpan pinjam menghimpun dana dari para anggotanya yang kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada para anggotanya. Menurut Widiyanti dan Sunindhia (2000:61) menyebutkan tujuan koperasi simpan pinjam adalah : “Koperasi
simpan
pinjam
memiliki
tujuan
untuk
mendidik
anggotanya hidup berhemat dan juga menambah pengetahuan anggotanya terhadap perkoperasian” Untuk mencapai tujuannya, berarti koperasi simpan pinjam harus melaksanakan aturan mengenai peran pengurus, pengawas, manajer dan yang
paling penting, rapat anggota. Pengurus berfungsi sebagai pusat pengambil keputusan tertinggi, pemberi nasehat dan penjaga berkesinambungannya organisasi dan sebagai orang yang dapat dipercaya. Menurut UU no.25 tahun 1992, pasal 39, pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi dan menulis laporan koperasi, dan berwewenang meneliti catatan yang ada pada koperasi, mendapatkan segala keterangan yang diperlukan dan seterusnya. Yang ketiga, manajernya koperasi simpan pinjam, seperti manajer di organisasi apapun, harus memiliki keterampilan eksekutif, kepemimpinan, jangkauan pandangan jauh ke depan dan menemukan kompromi dan pandangan berbeda. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan, rapat anggota harus mempunyai kekuasaan tertinggi dalam organisasi koperasi. Hal ini ditetapkan dalam pasal 22 sampai pasal 27 UU no.25 tahun 1992.
2.4.2 Sumber Permodalan Koperasi Simpan Pinjam Seperti dalam semua perusahaan harus ada sumber permodalan. Menurut UU no 12. tahun 1967, sumber permodalan untuk koperasi adalah sebagai berikut: 1.
Simpanan pokok Sejumlah uang yang diwajibkan kepada anggota untuk diserahkan kepada koperasi pada waktu masuk, besarnya sama untuk semua anggota, tidak dapat diambil selama anggota, menaggung kerugian.
2.
Simpanan wajib Simpanan tertentu yang diwajibkan kepada anggota untuk membayarnya kepada koperasi pada waktu tertentu, ikut menaggung kerugian.
3.
Dana cadangan Sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil Usaha, yang dimaksudkan untuk penumpukan modal sendiri, pembagian kepada anggota yang keluar dari keanggotaan koperasi, dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.
4.
Hibah Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah/pemberian dan tidak mengikat.
Adapun Modal Pinjaman koperasi berasal dari pihak-pihak sebagai berikut: 1. Anggota dan calon anggota 2. Koperasi lainnya dan/atau anggotanya yang disadari dengan perjanjian kerjasama antar koperasi 3. Bank dan lembaga keuangan lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5. Sumber lain yang sah. Walaupun pengertian tersebut baik luas maupun panjang, diperlukan untuk mendapatkan pemahaman terhadap koperasi yang ada di Indonesia pada saat ini. Bisa dilihat bahwa peraturan dan prinsip-prinsip koperasi cukup banyak dan tujuannya sangat luas. Oleh karena itu, peran koperasi di ekonomi Indonesia sangat penting.
2.4.3 Pinjaman dalam Koperasi Menurut G. Kartasapoetra (2007:128) menjelaskan tentang pengertian dari pinjaman yaitu: “Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara pihak yang satu dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak pinjaman meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan sejumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuangan” Uang yang ditabung dalam koperasi simpan pinjam digunakan untuk memberikan pinjaman kepada anggota yang memerlukan, dengan bunga rendah. Yang boleh meminjam pada koperasi simpan pinjam hanyalah anggota saja. Setiap anggota yang telah memasukkan simpanan pokok, berhak mendapat pinjaman (asal tidak memiliki tunggakan pinjaman lama). Prosedur pinjaman Anggota yang ingin meminjam, harus mengajukan permohonan tertulis kepada panitia kredit, disertai keterangan-keterangan yang perlu seperti, alas an atau tujuan peminjaman, berapa jumlah yang dibutuhkan dan berapa lama, kesanggupan mengangsur dan meminjam yang ada. Dalam koperasi simpan pinjam, panitia kreditlah yang berhak memutuskan dikabulkan atau ditolaknya semua permohonan pinjaman, serta menentukan syarat-syaratnya (jumlah, jangka waktu, angsuran, jaminan, dll). Ada beberapa hal yang dipertimbangkan oleh panitia kreditt untuk memutuskan pemberian kredit kepada anggota. Hal-hal itu adalah: 1.
Kemampuan KSP (jumlah uang yang tersedia dan jumlah permohonan pinjaman yang masuk).
2.
Tujuan pinjaman dan manfaat bagi si pemohon (keadaan darurat mendapat prioritas utama).
3.
Kerajinan anggota pemohon sebagai penabung.
4.
Kemampuannya untuk mengembalikan pinjaman.
5.
Keamanan modal koperasi (perlu tidaknya jaminan).
Bunga Untuk setiap pinjaman harus dibayar bunga. Suku bunga ditetapkan oleh Dewan pimpinan. Bunga dalam KSP ditentukan serendah mungkin agar tidak memberatkan anggota, dan membuat pinjaman KSP lebih menarik daripada pinjaman di luar. Bunga di KSP biasanya tidak lebih dari 2% sebulan (dalam keadaan inflasi tenti saja dapat disesuaikan), dan diperhitungkan hanya atas sisa jumlah pinjaman yang belum dikembalikan. Ada beberapa alasan yang membuat Koperasi simpan pinjam dapat menetapkan bunga serendah itu. Alasannya adalah: 1.
Resiko bahwa uang tidak kembali itu kecil, mengingat bahwa yang meminjam adalah rekan anggota KSP.
2.
Biaya administrasi sangat minim, karena pengurus KSP bekerja secara sukarela.
3.
Usaha KSP dijalankan atas dasar “non-profit”, jadi KSP sendiri tidak perlu mencari keuntungan.
4.
Bermacam-macam biaya tambahan yang umum dikenakan dimanamana tidak terdapat dalam KSP.
Besar Pinjaman Besar pinjaman dan jangka waktunya tergantung dari kemampuan koperasi simpan pinjam. Koperasi simpan pinjam yang masih muda belum mampu memberikan pinjaman yang agak besar dan untuk jangka waktu yang panjang. Karena itu, terutama dalam permulaan, pinjaman jangka pendek (1-3 bulan) lebih diutamakan daripada pinjaman jangka panjang (max. 2 tahun). Dalam anggaran dasar sering kali ditetapkan pembatasan-pembatasan tertentu, misalnya, jumlah maksimum yang dapat diberikan sebagai pinjaman kepada seorang anggota tidah boleh melebihi 10% atau 20% dari seluruh simpanan KSP, atau jumlah uang yang dipinjam tidak boleh lebih dari 5 kali jumlah simpanan sendiri. Jaminan Jaminan utama atas setiap pinjaman dalam koperasi simpan pinjam adalah nama baik peminjam atau kepribadian anggota sendiri. Namun demikian atau pinjaman yang melebihi jumlah teetentu koperasi simpan pinjam harus meminta jaminan yang sesuai. Bila seorang anggota sekali tidak (atau tidak cukup) mempunyai jaminan, maka dua anggota koperasi simpan pinjam dapat ikut menaggung pinjaman itu dengan simpanan mereka sendiri. Angsuran Pengembalian pinjaman diatur dalam persetujuan antara si peminjam dan panitia kredit sesuai dengan kemampuan si peminjam (harian, mingguan, bulanan, triwulan, dll). Jangka waktu pengembalian hendaknya secepat mungkin, agar uang kas lekas dapat dipakai lagi untuk memberikan pinjaman kepada anggota lain.
Jika timbul kesulitan yang tak terduga, yang menyebabkan pinjaman tak dapat dikembalikan dalam jumlah atau jangka waktu yang telah disetujui, maka harus selekas mungkin diberitahukan. Atas Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 194/KEP/M/IX/1998 dijelaskan macam-macam kemungkinan masalah yang terjadi. A. Pinjaman yang digolongkan kurang lancar apabila : a. Pengembangan pinjaman dilakukan dengan angsuran 1. Terdapat tunggakan angsuran pokok sebagai berikut : -
Tunggakan melampaui 1 bulan dan belum melampaui dua bulan bagi pinjaman dengan masa angsuran kurang dari satu bulan,
-
Melampaui 3 bulan dan belum melampaui 6 bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya ditetapkan bulanan 2 bulan atau 3 bulan,
-
Melampaui 6 bulan tetapi belum melampaui 12 bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya ditetapkan 6 bulan atau lebih.
2. Terdapat tunggakan bunga sebagai berikut : -
Tunggakan melampaui 1 bulan tetapi belum melampaui 3 bulan bagi pinjaman dengan masa angsuran kurang dari 1 bulan,
-
Melampaui 3 bulan, tetapi belum melampaui 6 bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya lebih dari 1 bulan.
b. Pengembalian pinjaman tanpa angsuran yaitu : 1. Pinjaman sebelum jatuh tempo terdapat tunggakan bungan yang melampaui 3 bulan tetapi belum melampaui 6 bulan,
2. Pinjaman telah jatuh tempo dan belum dibayar tetapi belum melampaui 3 bulan. B. Pinjaman yang digolongkan diragukan apabila : Pinjaman digolongkan diragukan apabila pinjaman yang bersangkutan tidak memenuhi kriteria kurang lancar tetapi berdasarkan penilaian dapat disimpulkan bahwa : a. Pinjaman masih dapat diselamatkan & agunannya bernilai sekurangkurangnya 75% dari hutang pinjaman termasuk bunganya, atau b. Pinjaman tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih bernilai sekurang-kurangnya 100% dari hutang pinjaman. C. Pinjaman yang digolongkan macet apabila a. Tidak memenuhi criteria kurang lancer/diragukan, b. Memenuhi criteria diragukan tetapi dalam jangka waktu 21 bulan sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan pinjaman, c. Pinjaman tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada Pengadilan Negeri atau telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit
2.5
Perhitungan Bunga Kredit dengan Angsuran Menurut Ir. Markonah,ASAI.MM (2006:83) ada beberapa cara yang
digunakan dalam menghitung bunga antara lain:
1.
Flat Rate Perhitungan bunga didasarkan pada plafond kredit dan besarnya bunga
dibebankan dialokasikan secara proposional sesuai dengan jangka waktu kredit. Dengan cara ini, jumlah pembayaran pokok dan bunga kredit setiap bulan sama besarnya. Contoh: A memberikan pinjaman sebesar Rp 6.000.000,- selama 6 bulan kepada C dengan tingkat bunga 12% per tahun flat rate. Total bunga
= PL x i x n
Bunga per bulan
i = PL x /12
PL
: plafon kredit
i
: suku bunga per tahun
n
: jangka waktu kredit (tahunan) Tabel 2.1 Angsuran Debitur C-Flat Rate
Angsuran Angsuran Jumlah pokok bunga Angsuran 1 6.000.000 1.000.000 60.000 1.060.000 2 6.000.000 1.000.000 60.000 1.060.000 3 6.000.000 1.000.000 60.000 1.060.000 4 6.000.000 1.000.000 60.000 1.060.000 5 6.000.000 1.000.000 60.000 1.060.000 6 6.000.000 1.000.000 60.000 1.060.000 Jumlah 6.000.000 360.000 6.360.000 Catatan sumber Matematika keuangan (2006) karangan Ir.Markomah,ASAI.MM tentang tata cara perhitungan bunga. Bulan
Saldo
2.
Efektif (sliding Rate) Perhitungan bunga dilakukan setiap akhir periode pembayaran periode
pembayaran angsuran. Pada perhitungan ini, bunga kredit dihitung dari saldo akhir setiap bulannya sehingga bunga yang dibayar debitur setiap bulannya semakin menurun. Dengan demikian, jumlah angsuran yang dibayar debitur setiap bulannya akan semakin mengecil. Contoh: A memberikan pinjaman sebesar Rp 6.000.000,- selama 6 bulan kepada C dengan tingkat bunga 12% per tahun sliding rate. Bunga per bulan
= SA x
SA
: saldo akhir periode
i
: suku bunga per tahun
i
/12
Tabel 2.2 Angsuran Debitur C-Sliding Rate Angsuran Angsuran Jumlah Pokok Bunga Angsuran 1 6.000.000 1.000.000 60.000 1.060.000 2 5.000.000 1.000.000 50.000 1.050.000 3 4.000.000 1.000.000 40.000 1.040.000 4 3.000.000 1.000.000 30.000 1.030.000 5 2.000.000 1.000.000 20.000 1.020.000 6 1.000.000 1.000.000 10.000 1.010.000 Jumlah 6.000.000 360.000 6.210.000 Catatan sumber Matematika keuangan (2006) karangan Ir.Markomah,ASAI.MM tentang tata cara perhitungan bunga. Bulan
Saldo
3.
Anuitas Jumlah angsuran bulanan yang dibayar debitur tidak berubah selama
jangka waktu kredit. Namun demikian komposisi besarnya angsuran pokok maupun angsuran bunga setiap bulannya akan berubah dimana angsuran bunga akan semakin mengecil sedangkan angsuran pokok akan semakin membesar. Contoh : A memberikan pinjaman sebesar Rp 6.000.000,- selama 6 bulan kepada C dengan tingkat bunga 12% per tahun anuitas. Jumlah angsuran yang harus dibayar debitur C setiap bulannya adalah: Angsuran Bulanan = P x I/12 x 1/(1-(1+i/12)m) P I m
: Plafon Kredit : Suku bunga per tahun : Jumlah periode pembayaran (bulan) Tabel 2.3 Angsuran Debitur C - Anuitas
Angsuran Angsuran Jumlah pokok bunga Angsuran 1 6.000.000 975.290 60.000 1.035.290 2 5.024.710 985.043 50.247 1.035.290 3 4.039.667 994.893 40.397 1.035.290 4 3.000.000 1.004.842 30.448 1.035.290 5 1.004.842 1.014.891 20.339 1.035.290 6 2.039.932 1.025.040 10.250 1.035.290 Jumlah 6.000.000 221.740 6.211.740 Catatan sumber Matematika keuangan (2006) karangan Ir.Markomah,ASAI.MM tentang tata cara perhitungan bunga. Bulan
Saldo
Dari ketiga contoh perhitungan bunga diatas, terlihat bahwa besarnya bunga kredit yang harus dibayar debitur akan berbeda-beda walaupun suku bunga yang digunakan sama (12%). Dengan demikian, penggunaan perhitungan bunga akan
mempengaruhi besar kecilnya angsuran bunga yang harus dibayar debitur atas kredit yang diberikan.
2.6
Jenis Suku Bunga Jenis suku bunga yang disebutkan oleh Budi Fransidy (2009:116) adalah: 1.
Suku Bunga Tetap (Fixed) Pada suku bunga yang bersifat tetap, besarnya bunga yang harus
dibayar Debitur selama jangka waktu yang diperjanjikan tidak akan berubah. 2.
Suku Bunga mengambang(Floating Rate) Pada suku bunga yang bersifat mengambang, besarnya bunga yang
harus dibayar Debitur dapat berubah sesuai dengan tingkat bunga yang ditetapkan oleh bank. Jadi jika membandingkan maka flat >< efektif dan fixed >< floating. Biasanya terdapat kombinasi, yaitu flat-fixed, artinya bunganya pakai sistem flat dan bersifat tetap selama masa kredit; dan efektif-floating, yaitu menggunakan sistem bunga efektif dan besaran bunga bisa berubah tergantung kondisi pasar finansial.
2.7
Keuntungan dan Kerugian Jenis Suku Bunga Baik penetapan suku bunga secara tetap maupun secara mengambang
dapat membawa keuntungan maupun kerugian bagi Debitur.
Keuntungan 1. Suku bunga tetap: - Kepastian besarnya bunga yang dibayar. - Tidak ada perubahan suku bunga walaupun suku bunga pasar mengalami kenaikan. 2. Suku bunga mengambang: - Pada saat terjadi penurunan suku bunga pasar maka tingkat suku bunga kredit ikut turun. Kerugian 1. Suku Bunga tetap: Apabila suku bunga pasar berada dibawah suku bunga tetap maka suku bunga kredit menjadi lebih mahal 2. Suku bunga mengambang: Apabila suku bunga pasar mengalami kenaikan maka suku bunga kredit akan ikut naik.
2.8
Siklus Akuntansi “Siklus akuntansi adalah suatu proses penyediaan laporan keuangan perusahaan untuk suatu periode waktu tertentu. Siklus ini dimulai dari terjadinya transaksi, sampai penyiapan laporan keuangan pada akhir suatu periode” .
1
2
6 Dokumen Sumber
6 Jurnal 9
9
Buku Besar
3
Daftar saldo yang belum disesuaikan
5 Kertas kerja
7
10
Data saldo yang disesuaikan
8
8
Laporan keuangan
Gambar 2.1 Siklus Akuntansi
Langkah siklus akuntansi 1.
Menganalisis dan mencatat transaksi-transaksi ke dalam jurnal.
2.
Memindahkan transaksi tersebut ke buku besar.
3.
Menyiapkan daftar saldo yang belum disesuaikan.
4.
Menyiapakan dan menganalisis data penyesuaian.
5.
Menyiapkan kertas kerja akhir periode (opsional).
Daftar saldo setelah penutupan
6.
Membuat ayat jurnal penyesuaian dan memindahkannya ke buku besar.
7.
Menyiapkan daftar saldo yang di sesuaikan.
8.
Menyiapkan laporan keuangan.
9.
Membuat ayat Jurnal penutup dan posting ke buku besar.
10. Menyiapkan daftar saldo setelah penutup.
1.
Transaksi Transaksi usaha adalah kejadian yang dapat mempengaruhi posisi
keuangan dari suatu badan usaha dan juga sebagai hal yang handal/wajar untuk dicatat. Transaksi ini biasanya dibuktikan dengan adanya dokumen.
2.
Bukti Transaksi Sebagaimana disebutkan diatas transaksi yang terjadi biasanya dibuktikan
dengan adanya dokumen. Suatu transaksi baru dikatakan sah atau benar bila didukung oleh bukti- bukti yang sah, akan tetapi harus pula disadari bahwa ada transaksi-transaksi yang tidak mempunyai bukti secara tertulis, misalnya pencurian barang dagangan. Semua transaksi baik yang terjadi secara rutin atau tidak merupakan bahan untuk menyusun laporan keuangan dengan jalan mencatat dan mengolah transaksi itu lebih lanjut. Bukti-bukti asli yang dapat mendukung setiap terjadinya transaksinya transaksi antara lain : kwitansi, faktur dan bentuk – bentuk lain. ● Kwitansi Kwitansi merupakan bukti bahwa seseorang atau badan hukum telah menerima sejumlah uang tunai.
● Faktur Penjualan atau Pembelian Setiap penjualan secara kredit memerlukan bukti yang disebut faktur. Bagi si penjual faktur tersebut merupakan faktur penjualan sebaliknya faktur yang dikirimkan kepada sipembeli merupakan faktur pembelian. ● Bukti-bukti lain Disamping kwitansi dan faktur terdapat bukti lain, misalnya: nota-nota dari Bank, serta bukti pengirirnan atau penerimaan barang
3.
Pencatatan Dalam Buku Harian (Jurnal). Transaksi dicatat pertama kali yang disebut Buku Harian (Jurnal). Jurnal
adalah suatu catatan kronologis dari transaksi entitas. Sebagaimana di tunjukkan oleh nama-nma kolom, jurnal memberikan informasi berikut: ● Tanggal, merupakan hal yang sangat penting karena memungkinkan kapan terjadinya transaksi ● Nama perkiraan. ● Kolom debet, menunjukkan jumlah yang didebet ● Kolom kredit, menunjukkan jumlah yang dikredit. Proses pencatatan mengikuti lima langkah berikut ini: a) Mengidentifikasikan transaksi dari dokumen sumbernya, misalnya dari slip deposito bank, penerimaan penjualan dan cek. b) Menentukan setiap perkiraan yang dipengaruhi oleh transaksi tersebut dan mengklasifikasikan berdasarkan jenisnya (aktiva, kewajiban atau modal).
c) Menetapkan apakah setiap perkiraan tersebut mengalami penambahan atau pengurangan yang disebabkan oleh transaksi itu. d) Menetapkan apakah harus mendebet atau mengkredit perkiraan. e) Memasukkan transaksi tersebut kedalam jurnal.
4.
Pencatatan Buku Besar Dan Buku Tambahan.
a. Buku Besar (Ledger) Untuk memudahkan menyusun informasi yang akan diberikan kepada pihak-pihak yang memerlukannya terutama pimpinan perusahaan rnaka perkiraanperkiraan yang sudah dihimpun didalam buku harian tersebut harus pula dipisahpisahkan atau digolongkan menurut jenisnya. b. Buku Tambahan (Sub Ledger) Beberapa perkiraan memerlukan penjelasan secara terperinci untuk mendukung pas-pas Neraca dan Perhitungan Laba-Rugi. Pada perkiraan piutang diperlukan penjelasan kepada siapa kita berpiutang (nama langganan) dan berapa saldo masing-masing langganan. Pada perkiraan hutang diperlukan penjelasan kepada siapa kita berhutang (nama kreditur) dan berapa saldo masing-masing kreditur. Untuk mengetahui perubahan saldo dari tiap-tiap langganan/ kreditur dibukalah perkiraan untuk tiap langganan/kreditur. Kumpulan yang dari terpisah perkiraan ini disebut buku besar tambahan (buku tambahan) . Perkiraan masingmasing langganan yang membentuk buku besar tambahan disebut buku besar langganan (buku besar piutang).
5.
Neraca Lajur Setelah seluruh transaksi selama periode dibukukan di buku besar,
dihitung. Setiap saldo masing-masing perkiraan dapat perkiraan akan memiliki saldo debet, kredit, atau nol. Neraca saldo adalah suatu daftar dari saldo-saldo perkiraan ini, dan karenanya menunjukkan apakah total debet sama dengan total kredit. Jadi suatu neraca saldo merupakan suatu alat untuk mengecek atas kecermatan pencatatan dan pembukuan. Dalam neraca saldo terdapat hampir semua perkiraan pendapatan dan beban perusahaan. Dikatakan hampir semua, karena masih ada pendapatan dan beban yang mempunyai pengaruh lebih dari satu periode akuntansi. Itulah sebabnya neraca ini disebut dengan neraca saldo yang belum disesuaikan. Untuk itu diperlukan jurnal penyesuaian. Jurnal penyesuaian adalah ayat jurnal yang dibuat pada akhir periode untuk menempatkan pendapatan pada periode dimana pendapatan tersebut dihasilkan dan beban pada periode dimana beban itu terjadi. Perkiraan-perkiraan yang memerlukan penyesuaian antara lain ialah: 1. Biaya-biaya yang masih harus dibayar 2. Pendapatan yang masih harus diterirna 3. Biaya-biaya yang dibayar lebih dahulu 4. Pendapatan yang diterima lebih dahulu 5. Penyusutan bangunan, mesin-mesin dan lain-lain 6. Pemakaian perlengkapan (office supplies dan store supplies) 7. Kemungkinan piutang tidak dapat tertagih
8. Persediaan Barang dagangan.
6.
Laporan Keuangan Cara penyiapan laporan keuangan yang terbaik adalah mempersiapkan
laporan laba rugi terlebih dahulu, disusul dengan laporan perubahan posisi keuangan dan terakhir adalah neraca. Elemen penting yang harus ada dalam laporan keuangan adalah: nama perusahaan, nama laporan, tanggal atau periode yang dicakup laporan, rangka laporan tersebut.
7.
Jurnal Penutup. Jurnal Penutup ialah ayat jurnal yang memindahkan nilai sisa pendapatan,
beban, dan pengambilan pribadi dari masing-masing perkiraan ke dalam perkiraan modal.
8.
Neraca Saldo Setelah Penutup Siklus akuntansi akan berakhir dengan neraca saldo setelah penutupan.
Neraca saldo setelah penutupan adalah pengujian terakhir mengenai ketepatan penjurnalan dan pemindah bukuan ayat jurnal penyesuaian dan penutupan. Seperti halnya neraca saldo yang terdapat pada awal pembuatan neraca lajur, neraca saldo setelah penutupan adalah daftar seluruh perkiraan dengan nilai sisanya. Langkah ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa buku besar berada pada posisi yang seimbang untuk memulai periode akuntansi berikutnya.Isi perkiraan Neraca adalah nilai sisa akhir dari daftar permanen yaitu perkiraan neraca: aktiva,
kewajiban dan modal. Didalamnya tidak termasuk perkiraan sementara, seperti perkiraan pendapatan, beban atau pengambilan pribadi, karena nilai sisa perkiraan tersebut telah ditutup.