BAB I PENDAHULUAN
I . 1. Latar Belakang Masalah Fenomena Hallyu yang berarti Korean Wave atau Demam Korea mengacu pada popularitas budaya Korea di luar negeri dan menawarkan hiburan Korea yang terbaru yang mencakup film dan drama, musik pop, animasi, games dan sejenisnya. Istilah “Hallyu” sendiri pertama kali dimunculkan oleh para jurnalis di Cina mengikuti kepopuleran yang luar biasa dari drama Korea “What Is Love All About” pada tahun 1998 yang meraih rating tertinggi dalam sejarah pertelevisian Cina. Hallyu mulai merebak di banyak negara Asia dan mungkin banyak lapisan masyarakat belum menyadari bahwa Indonesia pun tidak luput dalam terpaan Hallyu ini 1. Fenomena Hallyu ini mulai menerpa Indonesia pada tahun 2002 dengan booming- nya drama seri Korea seperti Endless Love. Merebaknya Hallyu di negara-negara Asia Timur dan beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia telah menunjukkan adanya aliran budaya dari Korea ke negara-negara tetangganya. Terlepas dari dampak panjang yang akan terus berlanjut, Hallyu memang suatu fenomena tersendiri dalam dunia industri hiburan modern Korea. Dalam situasi dunia di mana pertukaran informasi terjadi hampir tanpa halangan apa pun, Korea telah menjejakkan pengaruhnya di kawasan Asia 2. Dalam perkembangannya, musik yang muncul di berbagai negara turut memberi sumbangan besar dalam menghasilkan berbagai jenis irama musik
1 2
Wikipedia, Hallyu. 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Hallyu. Korea.net, Exploring Korea. 2010. http://www.korea.net/exploring.do.
Universitas Sumatera Utara
populer. Adakalanya suatu jenis musik tertentu disenangi pendengar dalam kurun waktu tertentu, lalu gaya tersebut ditiru atau diikuti oleh pemusik-pemusik lain atau oleh produser rekaman. Produser perusahaan rekaman sering mendorong pemusik mereka untuk menciptakan lagu-lagu dengan gaya yang sedang digemari. Dengan bantuan komunikasi massa suatu jenis musik populer mampu menyebar keluar dari komunitas atau negaranya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa penggemar dan pencipta lagu dengan gaya tersebut sudah meluas, sekalipun bahasa teks lagunya kadang tidak dimengerti. Penggemar sering tak begitu peduli dengan teks tetapi lebih peduli pada iramanya 3, seperti halnya lagulagu Korea. Musik merupakan salah satu media komunikasi untuk menyampaikan pesan yaitu syair lagu dan nada-nadanya. Komunikator pada musik adalah penyanyi atau pemain musik, sedangkan komunikannya adalah pendengar musik tersebut. Kita sudah sering mendengar ungkapan, musik adalah bahasa dunia (universal). Musik adalah untaian nada yang dapat dinikmati semua umat manusia. Harmonisasi nada-nada dalam musik menimbulkan sebuah sensasi pada indera telinga sehingga menimbulkan reaksi pada si empunya telinga. Musik populer dimaksudkan sebagai lagu yang mudah hidup dan dihafal masyarakat. Korean pop music pun dikatakan sebagai lagu yang mudah hidup di masyarakat. K-pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. Banyak artis dan kelompok musik pop Korea sudah menembus batas dalam negeri dan populer di mancanegara. Kegandrungan akan musik K-Pop merupakan bagian yang tak terpisahkan daripada demam Korea (Korean Wave) di berbagai negara. 3
Mauly Purba dan Ben M. Pasaribu, Musik Populer, Jakarta: LPSN, 2006, hlm 98.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun terciptanya Hallyu berpusat di drama seri Korea, musik populer Korea juga merupakan bagian yang penting untuk membuat gelombang yang lebih dashyat lagi. Daya tarik terbesar dari K-Pop ini dapat ditemukan dalam lagu, penari, dan efek panggung yang besar, serta musik tempo cepat ala pop Korea dicampur dengan irama Asia yang sangat menarik untuk remaja muda di Cina, Jepang, Taiwan, Hong Kong dan bagian lain di Asia Tenggara termasuk di dalamnya adalah Indonesia. Sejarah K-Pop dimulai dengan munculnya boy band yang beranggotakan tiga orang seperti: Seo Taiji dan Boys pada tahun 1992, dan beberapa nama boyband maupun girlband yang sedang naik daun saat ini adalah TVXQ, Se7en, Lee Hyori, Shinhwa, Wonder Girls, Epik High, Super Junior, Big Bang, SS501, Girls 'Generation. Mereka saat ini sibuk menghibur para penggemar dengan konser, penampilan TV, konfrensi pers, dan festival baik di luar maupun dalam negeri. Sedangkan di Indonesia sendiri, K-Pop sudah menjadi pilihan musik bagi kalangan remaja. Kalau beberapa waktu yang silam, media dipenuhi dengan boyband dari negara – negara barat maka saat ini giliran musik populer Korea yang mengisi beberapa tangga lagu di acara – acara musik remaja. Pada awalnya, sebagian besar para penggemar musik populer Korea ini mendengar soundtrack Drama Seri Korea yang ditayangkan di televisi, dari soundtrack – soundtrack ini mereka mulai mencari siapa yang menyanyikannya dan segala informasi tentang lagu tersebut 4.
4
Korea.net, Exploring Korea. 2010. http://www.korea.net/detail.do?guid=28234
Universitas Sumatera Utara
Penggemar K-Pop didominasi oleh kawula muda atau para remaja. Masa remaja sebagai masa transisi (peralihan) dari masa anak-anak menuju masa dewasa, masa mencari jati diri, maka remaja merasa tertantang dan tertarik untuk membuktikan kemampuan intelektualnya. Mereka umumnya, mengidentifikasikan diri pada seorang tokoh yang dianggap sebagai idola, maka mereka berupaya bagaimana dirinya mampu menyerupai tokoh idolanya tersebut. Caranya dengan meniru tingkah laku, kebiasaan, dan apa yang dipakai oleh tokoh idola tersebut. Umumnya, para remaja mengidolakan seseorang yang pintar, berparas tampan atau cantik, dan baik hati. Demikianlah identitas para remaja terbentuk dan secara disadari atau pun tidak menciptakan sebuah life style baru melalui kesukaan mereka terhadap sesuatu. Untuk memperkuat identitas diri biasanya, seseorang akan mencari orangorang yang memiliki pemaknaan yang sama terhadap suatu hal. Mereka akan lebih nyaman apabila bersama dengan orang-orang yang mempunyai banyak kesamaan dalam beberapa hal. Melalui K-Pop dapat ditegaskan adanya identitas pribadi dan kelompok, hal ini menciptakan dampak sosial dan ekonomi. Ini terlihat dengan munculnya komunitas penggemar musik K-Pop. Komunitas penggemar musik K-Pop muncul karena kesamaan selera dalam dunia musik populer Korea. Tampilan berbeda dari satu kelompok dengan kelompok lainnya bisa merupakan penanda identitas. Seseorang ingin masuk ke sebuah kelompok pecinta musik biasanya akan meniru cara berpakaian dan mode rambut idolanya. Jika sebuah ciri khas lain muncul, maka atribut itu dikenakan sebagai ciri kebersamaan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini sendiri, peneliti mengambil sebuah kasus pada komunitas penggemar sebuah boyband Korea, SS501. SS501 merupakan boyband asal Korea Selatan yang beranggotakan 5 orang pria, mereka adalah Kim Hyun Joong (pemimpin, vokal), Heo Young Saeng (vokal utama), Kim Kyu Jong (vokal), Park Jung Min (vokal), Kim Hyung Joon (vokal). Grup ini merupakan salah satu grup yang digemari di Korea Selatan 5. Mereka memiliki fans club resmi yang bernama Triple S 6. Fans club mereka tidak hanya berada di Korea Selatan, tetapi di berbagai mancanegara termasuk Indonesia. Peneliti sendiri memilih Triple S Medan sebagai informan untuk penelitian karena berbagai alasan tertentu, salah satunya akibat keterbatasan waktu penelitian.
Sebelum memutuskan untuk meneliti komunitas ini, peneliti terlebih dahulu telah melakukan penelitian awal. Peneliti mengikuti gathering komunitas pada tanggal 6 November 2010. Triple S Medan berdiri dari tanggal 28 Februari 2010 dan telah memiliki 78 anggota. Pendiri Triple S Medan adalah Juni Huang dan saudara sepupunya Mei Ling. Pada awalnya, mereka hanya penggemar SS501 secara individual sampai mereka melihat konser SS501 di Bangkok. Dalam konser ini, mereka bertemu banyak orang Indonesia dan salah satunya berdomisili di Medan. Mereka terkejut karena ternyata ada juga orang Medan selain mereka, yang menyukai boy band ini. Dan mereka beranggapan kalau masih ada penggemar SS501 lain di Medan, yang belum mereka kenal. Maka, kedua 5
SS501 diucapkan sebagai Double-S Five O One atau Deo Beul E Seu Oh Gong Il dan sering disingkat dengan DS. Nama band ini merupakan kombinasi dari alfabet dan angka yang memiliki arti khusus di dalamnya. Yang pertama "S" singkatan dari "Super". Yang kedua "S" adalah singkatan untuk apa yang mereka ingin yang dimulai dengan S, Star / Singer dll. nomor 5,0 dan 1 berarti `lima anggota bersatu selamanya. Wikipedia, SS501. 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/SS501 6
Triple S adalah sinngkatan dari Super Star Supporter dan sering disingkat dengan TS.
Universitas Sumatera Utara
bersaudara ini membuat fans group melalui facebook dan seiringnya waktu mereka mulai menemukan satu persatu orang-orang yang juga menyukai SS501. Mereka tidak hanya berkomunikasi di dunia maya, tetapi juga mengadakan gathering. Gathering resmi diadakan setiap ada member SS501 yang ulang tahun, sedangkan gathering rutinnya biasanya diadakan setiap Sabtu sore di mall-mall atau food court yang ada di Medan. Komunitas ini berfokus pada segala sesuatu yang berhubungan dengan boy band kesayangan mereka 7.
I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pembentukan identitas diri dalam komunitas ini? 2. Bagaimana proses interaksi anggota terhadap anggota kelompok lainnya dan SS501? 3. Bagaimana status keanggotaan Triple S mempengaruhi gaya hidup anggotanya?
I.3 Pembatasan Masalah Untuk menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas maka perlu dibuat pembatasan masalah. Dan adapun pembatasan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan studi kasus. Peneliti menggunakan studi kasus karena merebaknya fenomena 7
Informasi ini, saya dapat dari Juni Huang selaku creator komunitas Triple S Medan.
Universitas Sumatera Utara
Hallyu melalui musik K-Pop merupakan salah satu fenomena sosial yang sedang terjadi. Fenomena yang terjadi dalam kurun waktu tertentu ini akan diteliti secara mendalam dan keseluruhan dengan menggunakan studi kasus. 2. Subjek penelitian dikhususkan pada anggota komunitas penggemar boyband Korea, SS501 yakni Triple S.
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menggambarkan proses pembentukan identitas diri para penggemar boyband Korea, SS501 yakni Triple S. 2. Untuk mengetahui serta menggambarkan proses interaksi anggota terhadap anggota yang lain dan SS501. 3. Untuk mengetahui perubahan gaya hidup yang terjadi akibat status keanggotaan Triple S. Manfaat penelitian ini adalah: 1.
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk memahami apa itu fenomena hallyu sebagai budaya populer.
2.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk memahami interaksionisme simbolik pada suatu komunitas penggemar boy band Korea.
3.
Secara sosial, penelitian ini dapat menjadi bahan masukan pemikiran kepada pihak komunitas penggemar boyband Korea SS501, yakni; Triple S Medan dalam kegiatan-kegiatan interaksi mereka.
Universitas Sumatera Utara
I.5 Asumsi Ralph LaRossa dan Donald C.Reitzes mencatat tujuh asumsi yang mendasari teori interaksionisme simbolik memperlihatkan tiga tema besar, yakni: (1) Pentingnya makna bagi perilaku manusia, (2) Pentingnya konsep mengenai diri, dan (3) Hubungan antara individu dan masyarakat 8. Tiap anggota Triple S mempunyai makna tersendiri tentang SS501, saat mereka berkumpul dan berinteraksi maka mereka mulai mempunyai makna yang sama terhadap SS501 dan interaksi ini juga dapat membentuk identitas diri mereka.
I.6 Kerangka Konsep
Kerangka adalah hasil pemikiran yang rasional, merupakan uraian yang bersifat kritis serta memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan mengantar penelitian pada rumusan hipotesis.
Menurut Kerlinger konsep ialah abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal khusus. Jadi konsep merupakan sejumlah ciri atau standar umum suatu objek 9.
Ada pun konsep – konsep yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 8
Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, Jakarta: Salemba Humanika, 2008, hlm 96. 9 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Prenada Kencana Media Group, 2009, hlm 17.
Universitas Sumatera Utara
I.6.1 Komunikasi Manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai kemampuan untuk melakukan interaksi yang telah menyebabkannya berbeda dengan makhlukmakhluk lain. Dalam prosesnya, terjadi pertukaran informasi dan adanya saling ketergantungan. Sementara penyampaiannya dilakukan secara langsung maupun melalui media. Komunikasi yang dilakukan bertujuan untuk mencapai suatu tujuan komunikasi yang dapat dilihat dari berbagai kegiatan. Tujuan komunikasi itu adalah untuk perubahan sikap (attitude change), perubahan pendapat (opinion change), perubahan perilaku (behavior change), perubahan sosial (social change)10. Jadi, lingkup komunikasi menyangkut persoalan-persoalan yang ada kaitannya dengan substansi interaksi social orang-orang dalam masyarakat, termasuk konten interaksi (komunikasi) yang dilakukan secara langsung maupun dengan menggunakan media komunikasi. I.6.2 Identitas Diri Identitas diri merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu pada pertanyaan, ”siapakah saya?” dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri (self)
oleh individu-
individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya. Identitas diri merupakan perasaan keunikan seseorang, keinginan untuk menjadi orang yang berarti, dan mendapat pengakuan dari lingkungan sekitarnya. Setelah memasuki masa remaja, individu mulai menilai dirinya sejalan dengan 10
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, hlm 26
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan fisik dan kemasakan kognisi yang pesat. Bourne (dalam Mukti 2005) mengatakan bahwa individu yang telah mencapai rasa identitas diri yang mantap setelah masa pencarian yang aktif cenderung lebih otonom dan kreatif. Mereka juga menunjukkan kapasitas yang lebih besar untuk menjalin keakraban dengan lingkungannya, mempunyai identitas jenis kelamin seksual yang mantap, dan penalaran moral yang lebih dewasa serta mampu bersikap mandiri 11.
Identitas diri dapat juga dilihat dari gaya hidup, gaya hidup membantu memahami apa yang orang lakukan, mengapa mereka melakukannya, dan apakah yang mereka lakukan bermakna bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku 12. Oleh karena itu, banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang, misalnya: gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya.
I.6.3 Komunitas Istilah komunitas yang berasal dari kata community dapat diartikan sebagai masyarakat setempat. Apabila anggota-anggota sesuatu kelompok baik kelompok besar maupun kecil hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan
11
Rustam Rosidi, Hubungan Antara Self Body Image Dengan Pembentukan Identitas Diri Remaja. 2009. etd.eprints.ums.ac.id/3735/1/F100040101.pdf 12 Dimitri Nindyastari, Dona Eka Putri, Psi., M.Si, Adolescent Lifestyle That Does Clubbing. 2008. http://papers.gunadarma.ac.id/index.php/psychology/article/view/22/23
Universitas Sumatera Utara
bahwa kelompok tersebut memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi disebut masyarakat setempat (Soekanto, 2001:162)13. Ciri-ciri komunitas adalah: -
A common life
-
Community
centiments,
mencakup
unsur-unsur;
seperasaan,
sepenanggungan, dan saling memerlukan. - Locality centiments 14
I.6.4 Budaya Populer
Pop Culture atau Budaya Populer atau dapat disebut juga dengan Budaya Massa merupakan hasil produksi dari industri budaya (culture industry) yang proses produksinya pun didasarkan pada mekanisme kekuasaan sang produser (baca: kapitalis) dalam bentuk penentuan gaya dan maknanya. Lahirnya media massa semakin meningkatkan komersialisasi budaya.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Budaya Massa adalah budaya populer yang dihasilkan melalui teknik-teknik industrial produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan kepada khalayak konsumen massa. Budaya massa adalah adalah budaya populer yang diproduksi untuk massal 15.
I.7 Operasionalisasi Konsep
13
Dr. Atie Rachmiatie M.Si, Radio Komunitas; Eskalasi Demokratisasi Komunikasi , Bandung: Simbiosa Rekatama Media , 2007, hlm 71 14 R.M. Mac Iver dan Charles H. Page, Society An Introductory Analysis, London: , 1961, hlm 293. 15 Dominic Strinati, Popular Culture; Pengantar Menuju Teori Budaya Populer ,Yogyakarta: Bentang , 2003, hlm. 12.
Universitas Sumatera Utara
Mead menciptakan tiga konsep kunci dalam interaksi simbolik : •
Mind; Pikiran manusia mengartikan dan menafsirkan benda-benda dan kejadian yang dialami menerangkan asal muasal dan meramalkan mereka. Pikiran manusia menerobosi dunia di luar dan seolah -olah mengenalnya dari balik penampilan.
•
Self; Manusia menerobosi diri sendiri juga dan membuat hidupnya sendiri menjadi objek pengenalannya, yang disebut aku atau diri. Diri ’aku’ dikenal olehnya mempunyai ciri-ciri dan status tertentu. Manusia ditanyai ”siapakah dia?” dan akan menjawab, bahwa ia mempunyai nama.
•
Society; mind dan self berasal dari society atau dari proses – proses interaksi. Hanya dengan menyerasikan diri dengan harapan – harapan orang lain, interaksi akan menjadi mungkin 16
16
West & Turner, Op. Cit., hlm. 104-107.
Universitas Sumatera Utara