BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Budaya populer dari Jepang saat ini menjadi tren di beberapa kalangan
masyarakat Indonesia. Seiring dengan perkembangan akses informasi, produk budaya Jepang yang masuk ke Indonesia tidak hanya animasi, komik, dan musik namun juga merambah ke novel. Novel Jepang yang dikenal oleh masyarakat Indonesia pun tidak terbatas pada judul-judul mayor seperti karya Haruki Murakami, tetapi juga juduljudul dari novel pop yang terkenal di kalangan anak muda Jepang. Banyak novel Jepang yang telah diterbitkan secara resmi oleh penerbit Indonesia. Dalam forum diskusi di internet, novel NO. 6 sering diusulkan kepada penerbit agar diterbitkan. NO. 6 adalah judul seri novel sains fiksi karya Atsuko Asano yang mengisahkan tentang Shion dan Nezumi dengan kota ideal bernama NO. 6 sebagai latar utama cerita. Atsuko Asano merupakan penulis yang sudah merilis banyak buku dengan tema beragam, mulai dari novel anak-anak, novel percintaan, novel tentang kehidupan remaja, hingga novel tentang bisbol. Dari sekian banyak buku yang telah ditulis oleh Atsuko Asano, genre sains fiksi termasuk tidak biasa, namun NO. 6 meraih popularitas yang baik sampai diadaptasi ke dalam bentuk animasi dan komik. Versi novel dengan versi animasinya memiliki akhir cerita yang berbeda. Banyak fans yang memuji akhir cerita versi novel lebih baik daripada versi animasinya.
1
2
Untuk mengetahui bagaimana cerita dari NO. 6 berakhir, penulis akan menerjemahkan sebagian bab terakhir beserta epilog dari novel terakhir seri NO. 6. NO. 6 membidik remaja sebagai sasaran pembacanya sehingga penulis juga akan menerjemahkan dengan sasaran pembaca yang sama. Penulis berharap hasil terjemahan dari novel NO. 6 tidak hanya sebatas menceritakan ulang kisahnya, namun juga membawa feel atau kekhasan dari novel versi teks aslinya sehingga apa yang ditulis oleh Atsuko Asano benar-benar sampai kepada pembaca.
1.2
Pokok Bahasan Terjemahan bab terakhir dari novel NO. 6 karya Atsuko Asano dari bahasa
Jepang ke dalam bahasa Indonesia.
1.3
Tujuan Penulisan Menerjemahkan bab terakhir dari novel NO. 6 dari bahasa sumber (bahasa
Jepang) ke dalam bahasa sasaran (bahasa Indonesia) yang hasilnya tidak kaku tanpa mengurangi nilai estetika dari bahasa sumbernya.
3
1.4
Tinjauan Pustaka Sejauh yang diketahui oleh penulis, belum ada yang menerjemahkan novel NO.
6 volume terakhir dari bahasa Jepang ke bahasa Indonesia tetapi sudah ada yang menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Hasil terjemahan dalam bahasa Inggris tersebut diunggah ke sebuah blog beralamat di 9th-ave.blogspot.com. Terjemahan tersebut bersifat sukarela, dilakukan oleh fans atau bukan profesional, dan bukan merupakan terjemahan untuk kepentingan pendidikan atau yang mengambil keuntungan. Naskah novel yang akan penulis terjemahkan adalah teks asli yang berbahasa Jepang dan tidak berdasar dari teks bahasa Inggris yang ada dalam blog tersebut.
1.5
Metode Terjemahan Newmark menyebutkan bahwa metode terjemahan dapat dititikberatkan pada
dua penekanan, yaitu bahasa sumber (bahasa yang diterjemahkan) dan bahasa sasaran (bahasa hasil terjemahan) (Hartono, 2003). Penekanan pada bahasa sumber menghasilkan empat metode penerjemahan: 1. Metode Terjemahan Kata Demi Kata Dalam metode terjemahan ini, urutan kata-kata bahasa sumber dipertahankan dan kosa katanya diterjemahkan apa adanya dengan makna yang paling umum (biasanya diambil dari makna kamus) dan terlepas dari konteksnya. Kegunaan utama terjemahan kata demi kata adalah untuk memahami sistem
4
dan struktur bahasa sumber atau menganalisis teks yang sulit sebagai suatu proses awal terjemahan.
2. Metode Terjemahan Literal Dengan metode ini struktur bahasa sumber diubah ke dalam struktur bahasa sasaran tetapi kata-kata leksikal masih tetap diterjemahkan apa adanya, terlepas dari konteksnya. Sebagaimana proses penerjemahan awal, terjemahan literal ini dapat membantu melihat masalah yang perlu diatasi ketika dalam proses penyusunan terjemahan ke dalam bahasa sasaran.
3. Metode Terjemahan Setia Metode terjemahan setia berusaha mereproduksi makna kontekstual yang tepat dari bahasa sumber dalam batas-batas struktur tata bahasa sasaran. Metode ini “menerjemahkan” kata-kata budaya dan mempertahankan tingkat “keabnormalan” tata bahasa dan leksikan (yang menyimpang dari kaidahkaidah bahasa sumber) dalam terjemahan. Terjemahan ini benar-benar setia pada tujuan dan realisasi teks bahasa sumber.
4. Metode Terjemahan Semantik Terjemahan semantik berbeda dengan “terjemahan setia” semata-mata dalam hal nilai keindahannya (bunyi yang indah dan alami) dalam bahasa sumbernya. Selanjutnya, metode terjemahan ini menerjemahkan kata-kata budaya yang kurang penting dengan istilah-istilah yang secara budaya netral
5
tetapi tidak menggunakan ekuivalensi budayanya. Perbedaan antara terjemahan setia dengan terjemahan semantik ialah bahwa terjemahan setia bersifat tidak komprois dan dogmatis, sedangkan terjemahan semantik lebih fleksibel.
Selanjutnya penekanan pada bahasa sasaran melahirkan empat jenis metode terjemahan, yaitu:
1. Metode Terjemahan Saduran Terjemahan saduran merupakan bentuk terjemahan yang “paling bebas”. Metode terjemahan ini utamanya digunakan untuk menerjemahkan drama dan puisi. Dalam metode ini tema cerita, karakter, dan alur cerita pada umumnya dipertahankan, sedangkan budaya bahasa sumber diubah (ditransfer) ke dalam budaya bahas sasaran dan teks ditulis ulang.
2. Metode Terjemahan Bebas Terjemahan bebas mereproduksi isi pesan tanpa mengindahkan cara penyampaian isi pesan, atau mereproduksi isi teks tanpa mempedulikan bentuk bahasa sumbernya. Biasanya terjemahan ini berupa parafrase (penceritaan kembali) yang lebih banyak daripada bahas sumbernya. Hal ini dimaksudkan agar pesan dalam teks sumber lebih jelas diterima oleh pengguna bahasa sasaran. Metode terjemahan ini biasa disebut dengan terjemahan intralingual.
6
3. Metode Terjemahan Idiomatik Terjemahan idiomatik mereproduksi “pesan” bahasa sumber tetapi cenderung menyelewengkan (mendistorsi) nuansa-nuansa maknanya dengan cara memilih penggunaan jargon-jargon dan idiom-idiom bahasa sasaran karena tidak ada dalam bahasa sumbernya.
4. Metode Terjemahan Komunikatif Terjemahan komunikatif berusaha mempertahankan makna kontekstual yang tepat dari bahasa sumber sedemikian rupa sehingga baik isi maupun bahasanya langsung dapat diterima dan dipahami oleh pembaca hasil terjemahan.
Dari delapan metode terjemahan tersebut, penulis akan menggunakan metode terjemahan semantik dan metode terjemahan idiomatik. Alasan penulis memilih dua metode terjemahan tersebut adalah agar bisa menghasilkan terjemahan yang tidak kaku
tanpa
mengurangi
nilai
estetika
dari
bahasa
sumbernya.
Dengan
mengombinasikan metode terjemahan semantik yang berpatokan dari bahasa sumber dan metode terjemahan idiomatik yang menekankan pada bahasa sasaran, penulis berharap mampu mewujudkan tujuan tersebut.
7
1.6
Sistematika Penulisan Penulisan dari tugas akhir terjemahan ini dibagi menjadi tiga bab yaitu Bab I
Pendahuluan, Bab II Hasil Terjemahan Cerita Novel NO. 6 #9, dan Bab III Penutup. Bab I Pendahuluan terdisi dari latar belakang masalah, pokok bahasan, tujuan penulisan, tinjauan pustaka, metode terjemahan, dan sistematika penulisan. Bab II berisikan pengenalan tokoh, tempat dan istilah, hasil terjemahan per kalimat dan hasil terjemahan secara keseluruhan. Bab terakhir atau Bab III Penutup berisikan kesimpulan dan saran.