1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anjing adalah mamalia yang telah mengalami domestikasi dari serigala kemungkinan sejak ratusan ribu tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA (David, 1984). Anjing merupakan hewan sosial sama halnya seperti manusia. Kedekatan pola perilaku anjing dengan manusia menjadikan anjing bisa dilatih, diajak bermain, tinggal bersama manusia, dan diajak bersosialisasi dengan manusia. Anjing memiliki posisi unik dalam hubungan antarspesies. Kesetiaan dan pengabdian yang ditunjukkan anjing sangat mirip dengan konsep manusia tentang persaudaraan dan persahabatan. Anjing kesayangan yang dimiliki seseorang bahkan sering sampai diberi nama keluarga yang sama seperti nama pemiliknya. Sebaliknya, anjing menganggap manusia sebagai anggota kelompoknya. Anjing hanya sedikit membedakan kedudukan sang pemilik dengan rekan anjing yang masih satu kelompok, dan bahkan sering tidak membedakannya sama sekali (David, 1984). Pada tahun 2011, total populasi anjing di Bali mencapai lebih dari 500 ribu ekor (Agusset, 2011). Sebagian besar masyarakat Bali memilih anjing sebagai hewan piaraan. Akan tetapi kesadaran masyarakat akan pentingnya aspek kesehatan anjing masih terlihat kurang (Puja, 2007).
1
2
Saat ini di Bali, terutama dikota Denpasar, tidak hanya anjing ras lokal yang banyak dipelihara masyarakat, namun berbagai jenis anjing ras non lokal seperti Labrador retriever, Golden retriever, Dobermann pinsher, Rottweilers, Pit Bulls, Shih-Tzu, Pomerania, dan Chihuahua juga banyak dipelihara. Anjing rentan terhadap beberapa jenis penyakit infeksius, seperti : rabies, leptospirosis, canine distemper, parvo virus, serta penyakit degenerasi dan gangguan pertumbuhan seperti tumor kulit, dermatosis, kista, dan lain-lain. Kejadian kasus tumor kulit cukup tinggi kasusnya yaitu berkisar antara 9.5%-51% dari keseluruhan kasus tumor pada anjing (Bronden et al., 2010). Walaupun tumor kulit pada anjing belum begitu jelas penyebabnya, secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya tumor pada anjing. Faktor penyebab tumor secara umum dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor intrinsik atau faktor predisposisi (seperti ras, cell rest, umur, jenis kelamin, dan pigmentasi) dan faktor ekstrinsik atau faktor dari luar (seperti infeksi virus, parasit, karsinogen, iradiasi, traumatik mekanik, dan transplantasi) (Berata et al., 2011). Tumor kulit merupakan pertumbuhan yang tidak terkontrol yang menyerang kulit atau jaringan lunak dibawah kulit dan dapat bersifat jinak atau ganas (Berata et al., 2011). Sel tumor kulit dapat menyerang jaringan kulit anjing jantan maupun betina (Elizabeth et al., 2009). Tumor kulit biasanya diikuti dengan kelainan-kelainan lain seperti pustula, gatal-gatal, hematoma, kista, lepuh, abses,
3
lick granulomas dan skin tags. Tumor kulit bisa berubah menjadi ganas dan menyebar ke bagian lain tubuh anjing. Gambaran histopatologi tumor kulit berbeda-beda tergantung dari tipe tumor kulit yang tumbuh pada anjing. Tumor kulit memiliki struktur yang tidak teratur dengan diferensiasi sel dalam berbagai tingkatan pada kromatin, nukleus, dan sitoplasma (Jasik et al., 2009). Hubungan tumor kulit pada berbagai ras dan umur anjing sangat erat kaitannya. Tumor kulit sering ditemukan pada anjing yang berumur tua (Berata et al., 2011). Faktor umur ini menunjukkan waktu inkubasi yang lama untuk menimbulkan sebuah tumor, terutama karsinoma dan diperlukan rangsangan yang cukup banyak selama waktu tertentu untuk menimbulkan gangguan pertumbuhan sel. Tipe tumor kulit juga bervariasi menurut umur anjing. Histiositoma lebih sering pada anjing muda sedangkan fibrosarkoma dan melanoma lebih sering pada anjing tua, papilloma sering menyerang anjing muda dan tua (Berata et al., 2011). Berdasarkan ras, tumor kulit dapat menyerang anjing ras lokal maupun anjing ras non lokal. Hal ini terkait dengan faktor genetik anjing, misalnya limfoma merupakan kanker pada anjing lokal dan mastositoma, lipoma, papilloma pada anjing ras non lokal (Dobson, 2012). Studi tentang tumor kulit pada anjing di Kota Denpasar sangat terbatas kuantitasnya. Sementara, tingkat prevalensinya cukup banyak dapat kita amati baik pada anjing ras lokal maupun non lokal. Berdasarkan latar belakang tersebut
4
rancangan penelitian ini dibuat untuk mempelajari tingkat prevalensi dan gambaran umum histopatologi kasus tumor kulit pada anjing di Kota Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut : 1. Berapakah prevalensi tumor kulit pada anjing di Denpasar ? 2. Bagaimanakah gambaran umum histopatologi tumor kulit pada anjing yang menderita tumor tersebut ?
1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat prevalensi kasus tumor kulit pada anjing di Denpasar. 2. Untuk mengetahui gambaran umum histopatologi tumor kulit pada anjing.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Memperoleh informasi mengenai tingkat prevalensi kasus tumor kulit pada anjing di Denpasar. 2. Memperoleh pengetahuan tentang gambaran umum histopatologi tumor kulit pada anjing di Denpasar.
5
1.5 Kerangka Konsep Tumor merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus menerus, secara tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan sel-sel disekitarnya dan tidak bermanfaat bagi tubuh (Dharma dan Putra, 1997). Tumor kulit disebabkan oleh berubahnya sifat-sifat penyusun sel kulit normal menjadi ganas, dimana sel-sel akan terus membelah menjadi bentuk yang abnormal secara tidak terkontrol akibat kerusakan DNA. Sel-sel tumor kulit dapat tumbuh baik pada anjing jantan maupun anjing betina. Semua anjing bisa terkena tumor, namun jenis tumor tertentu lebih sering terjadi pada ras spesifik ,seperti jenis anjing ras Boxer, Scottish Terrier, Bullmastiff, Basset Hound, Kerry Blue Terrier, Weimaraner dan Norwegian Elkhoud (Elizabeth et al., 2009). Faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan tumor kulit antara lain umur, radiasi, genetik, juga agen infeksius seperti virus. Anjing dengan keturunan berbulu lebat atau kulit berpigmen lebih berisiko terkena tumor kulit terutama squamousa cell carcinoma (PetWave, 2012). Anjing yang terpapar sinar matahari dalam jangka waktu lama juga cenderung lebih berisiko terkena tumor kulit. Anjing berusia muda cenderung terkena tumor kulit yang disebabkan oleh infeksi virus, sedangkan anjing dewasa berada pada resiko tertinggi untuk terkena tumor kulit berupa kanker (neoplastik). Genetik juga berkontribusi terhadap kejadian kelainan pertumbuhan pada kulit anjing berupa gumpalan atau benjolan pada kulit atau pada lapisan dibawah kulit.
6
Gambaran histopatologi, pengamatan mikroskopis tumor kulit berbeda-beda tergantung dari tipe sel yang tumbuh tidak terkontrol. Tetapi secara garis besar tumor kulit memiliki struktur yang tidak teratur dengan diferensiasi sel dalam berbagai tingkatan pada kromatin, nukleus, dan sitoplasma (Jasik et al., 2009). Pada penelitian ini, akan diamati dua faktor intrinsik yang mempengaruhi kejadian tumor kulit pada anjing, yaitu ras dan umur. Penelitian ini tidak mempertimbangkan faktor intrinsik lainnya dan faktor ekstrinsik yang juga mempengaruhi jenis tumor kulit anjing meskipun faktor-faktor lain tersebut secara teori dapat berhubungan dengan tingkat kejadian kasus tumor kulit pada anjing. Kerangka konsep penelitian jenis tumor kulit anjing berdasarkan faktorfaktor yang mempengaruhi di Denpasar dideskripsikan pada sebuah alur bagan (Gambar 1.1)
7
Faktor Instrinsik (Ras dan Umur)
Tumor Kulit
Gambaran Umum Histopatologi
Jinak 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Fibroma Hemangioma Lipoma Mastositoma Melanositoma Papilloma Perianal Gland Adenoma 8. Tumor Kelenjar Sebaseus
Ganas 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Fibrosarkoma Hemangiosarkoma Histiositoma Liposarkoma Limfosarkoma Squamous Cell Carcinoma 7. Tricoepthelioma