1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etnis Papua beberapa kali telah diangkat dalam media massa, contohnya dalam tayangan televisi maupun film. Hal ini menunjukkan bahwa stasiun televisi ingin menunjukkan pada masyarakat bahwa orang Timur khususnya Papua pun layak untuk diangkat dalam program televisi. Namun sayangnya dalam beberapa tayangan, Papua juga sering direpresentasikan sebagai orang yang lugu, bodoh dan pantas untuk dijadikan guyonan. Padahal belum tentu pada kenyataannya, masyarakat Papua sama persis seperti pada yang disuguhkan di media.
Misalnya saja, ‘Keluarga Minus’ Trans TV bergenre komedi situasi yang tayang pada tahun 2011. Komedi situasi ini tayang setiap hari dari Senin hingga Jumat, dan satu kali ganti jam tayang yaitu jam 14.30 ke jam 15.30. Program televisi ini menceritakan tentang sebuah keluarga yang tinggal di Jakarta, uniknya mereka berasal dari etnis yang berbeda, yakni Jawa, Papua, Padang dan Sunda.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
Dalam acara ini memperlihatkan beragam suku dan etnis serta lingkungan yang beragam untuk memperlihatkan nilai pluralis dari bangsa yang majemuk. Sebenarnya ada dua orang yang berperan mewakili etnis Papua yaitu Minus dan Edo, Minus merupakan tokoh utama atau sentral dalam cerita “Keluarga Minus” dibanding tokoh Edo. Komedi situasi ‘Keluarga Minus’ ini mengisahkan tokoh Minus adalah keponakan Edo yang datang dari Papua untuk melanjutkan studi di salah satu perguruan tinggi di Jakarta.
Minus tinggal bersama Paman (Edo) dan bibinya (Hayati) serta ke dua anak mereka yaitu Sam dan Mika. Edo bekerja sebagai pegawai negeri di salah satu dinas pariwisata dan membangun warung makan bernama “Papua Sakato” yang dikerjakan oleh isterinya Hayati serta dibantu oleh satu orang pembantu rumah tangga yaitu Yanti yang kemudian diganti oleh Ice.
Selain program televisi adapun film yang berjudul Denias, Senandung di Atas Awan yang diproduksi oleh Alenia Pictures dan di bawah arahan sutradara John D Rantau. Film ini bercerita tentang seorang anak pedalaman Papua yang bernama Denias yang memiliki keinginan tinggi untuk bisa bersekolah. Keinginan Denias untuk sekolah ini terwujud dengan adanya sekolah darurat di desanya. Namun, keinginan Denias untuk bisa mendapatkan pendidikan tak hanya sekedar di sekolah daruratnya saja. Ia akhirnya berjuang keras agar bisa bersekolah di kota, yang tentunya memiliki kualitas lebih baik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
Dalam film tersebut juga menggambarkan kehidupan orang Papua yang masih tradisional, hal ini jelas digambarkan pada tempat tinggal Denias yang berada di pedalaman Papua. Ketradisionalan ini digambarkan dengan rumah Hanoi yang ditempati Denias, di sana juga digambarkan bagaimana kehidupan orang pedalaman lengkap dengan tradisinya, seperti kubur batu dan lainnya. Denias Senandung di Atas Awan juga memperlihatkan perilaku orang Papua yang identik dengan kekerasan serta emosional, dan direpresentasikan melalui adegan perkelahian antara Denias dengan kawan-kawannya.
Bahkan film ini menggambarkan keluguan dan kebodohan orang Papua. Contohnya saja ada adegan Denias salah saat menyusun peta Indonesia, ada lagi scene yang menceritakan saat Denias dan kawannya, Enos sedang berjalanjalan ke kota. Mereka melihat baliho bergambar sapi, namun keduanya malah mengira gambar tersebut berupa anjing dan babi. Hal tersebut membuat gelak tawa penonton, apalagi dengan dialek Papua yang sangat kental. Ini tentunya semakin memperlihatkan bahwa orang Papua adalah sosok yang di dalam media digambarkan sebagai orang yang kasar, bodoh dan pantas untuk dijadikan lelucon.
Selain Keluarga Minus dan Denias, program televisi lain yang mengangkat kehidupan orang Papua adalah Nusa Tawa. Etnis dirumuskan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
sebagai proses pembentukan pada identitas kelompok dan mengidentifikasi diri dengan tanda dan simbol yang membentuk etnisitas. Konsep etnis adalah konsep rasional yang berhubungan dengan kategori identifikasi-diri dan askripsi sosial. Apa yang kita pikir sebagai identitas diri kita tergantung pada apa yang kita pikir bukan bagian dari kita.1
Etnis dilihat sebagai ‘suatu proses pembentukan sekat yang dikonstruksi dan dipelihara pada kondisi sosial-historis’. Hal ini menandakan bahwa etnis bukan mengenai perbedaan kultural dalam ranah produksi media yang dipertontonkan yang ada dalam masyarakat sebelumnya, melainkan suatu proses pembentukan sekat dan pemeliharaan tidak berarti bahwa perbedaan semacam itu tidak dapat dikonstruksi secara sosial disekitar penanda teks visual dan bahasa media yang mengandung makna universalitas dalam pandangan umum.2
Pada saat yang sama, ‘Indonesia’ mulai mempresentasikan segala sesuatu yang modern pada orang Papua. Konsekuensinya adalah saat orang
1 2
Chris Barker, 2008, Cultural Studies. Kreasi Wacana, Yogyakarta, Hal 205 Bart dlm Chris Barker, 2008, Cultural Studies. Kreasi Wacana, Yogyakarta, hal 205
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
papua mencoba untuk mengakses modernitas, mereka merujuk ke bagian barat (Jakarta) dan bukanya ke Pasifik.3
Hal ini membiarkan makna pesan dan teks etnis dibaca dengan merujuk pada budaya tertentu. Penting untuk melihat bahwa produksi media pada konsep
etnis dapat menandai budaya apa yang beroperasi dibalik ranah
produksi dan untuk siapa dan bagaimana makna teks etnis tersebut mempertontonkan keberagaman budaya melalui etnis-etnis yang ditunjukkan oleh media (televisi).
Nusa tawa juga merupakan sebuah program hiburan yang bergenre komedi situasi seperti Keluarga Minus namun bedanya disini program Nusa Tawa diproduksi oleh Trans 7 tayang setiap hari sabtu yang dimulai pada tanggal 9 agustus 2014 Jam 14.15 WIB di Trans 7. Program ini juga menceritakan tentang etnis di Indonesia dari luar Jawa yang tinggal di Jakarta. Acara ini memperlihatkan beragam suku dan etnis serta lingkungan yang beragam untuk memperlihatkan nilai pluralis dari bangsa yang majemuk.
Tidak sekedar menghibur namun program Nusa Tawa ini mampu menyisipkan unsur kedaerahan ditengah deraan budaya Pop yang sedemikian 3
I Ngurah Suryawan, Jiwa yang patah 2013,Kepel Press & Universitas Negeri Papua, Manokwari, hal 30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
kuat Chun Funky Papua, Putri Nere, Billy Beatbox, Ronny Lau, Safiq, Dianda, Agus merupakan pemain dari program ini, yang kebanyakan adalah etnis orang Timur dan Papua. Sayangnya Program ini hanya bertahan sampai dengan tahun 2015.
Program Nusa Tawa yang tayang di Trans 7 merupakan salah satu program sitkom yang sedikit unik.Ini merupakan program sitkom kedua setelah keluarga minus yang menggunakan bintang utamanya adalah orang papua atau orang timur. Dalam program ini dijelaskan bagaimana kehidupan orang papua dari sudut pandang kita (bukan orang timur) yang dimaksutkan program ini menghibur audience yang melihatnya.
Kita tahu bahwa kita sebagai orang barat selalu beranggapan orang timur itu lucu dan selalu menjadi bahan lelucon karena buat kita, SDM mereka lebih rendah dari kita dan budaya kita yang lucu. Pada program Nusa Tawa juga diperlihatkan bagaimana kelucuan orang timur dan bagaimana budaya mereka sehingga diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi kita juga menghibur.
Ada suatu adegan dalam tayangan Nusa Tawa yang dalam adegan tersebut diceritakan salah satu dari pemain yang memakai baju merah yang berdiri memberikan kipas angina untuk orang papua tersebut karena mereka kepanasan. Namun, ketika orang tersebut pergi kedua orang papua itu malah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
tidak memakai kipas yang dinyalakan menggunakan listrik namun malah dipakai sebagai kipas yang diayun-ayunkan seperti memakai kertas untuk kipasan.
Jika kita analisa sedikit dari adegan tersebut bisa kita simpulkan bahwa media menggambarkan orang papua itu mempunyai SDM yang rendah. Beberapa contohnya yakni, mereka tidak mengerti cara memakai kipas angin, sedangkan kita sebagai orang barat berusaha menolong orang timur yang tidak mengerti atau terlambat mengenai kemajuan teknologi di jaman sekarang (primitif). Hal ini menunjukkan bahwa mereka (orang Papua) berada di posisi yang inferior (lemah) dan membutuhkan bantuan orang barat.
Dalam kasus ini, Stereotip merupakan sikap yang lebih dahulu terbentuk dalam kepercayaan seseorang dalam memandang sekelompok orang bahwa mereka mempunyai kebiasaan-kebiasaan tertentu untuk dilakukan. Stereotip adalah prasangka subyektif pada seseorang dalam memandang sekelompok akibat dari kekurangan informasi dalam memahami kehidupan sekelompok orang (etnis tertentu). Hal ini akan terlihat pada pembentukan tokoh dan narasi cerita yang dibuat oleh media (produksi media).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
Penggambaran pada masing-masing tokoh akan memperlihatkan karakteristik, logat dan dialeg yang terjadi ciri khas dari tokoh tersebut, yang memungkinkan terbentuknya representasi penuh stereotip. Tokoh-tokoh yang dibingkai dalam sebuah cerita yang sebenarnya telah menciptakan “konstruksi stereotip”.
Stereotip
yang
sesungguhnya
adalah
representasi
yang
disederhanakan dari penampilan manusia, karakter, dan kepercayaan.
Stereotip telah menjadi mapan lewat representasi bertahun-tahun dalam media serta lewat pelbagai asumsi dalam percakapan sehari-hari.Stereotip merupakan distorsi dari tipe mula-mula karena stereotip melebih-lebihkan sekaligus menyederhanakan. Stereotip memiliki kualitas dapat dikenali secara cepat, Biasanya lewat berbagai rincian kunci dalam penampilan.kedalam stereotip ditanamkan berbagai pertimbangan implisit tentang karakter tersebut (pesan-pesan tentang nilai secara terselubung). Stereotip sangat mirip dengan ikon karena dapat dikenali dan membawa ide-ide. Stereotip itu sendiri pada dasarnya tidak selalu buruk, karena baik buruknya bergantung pada bagaimana hal tersebut digunakan dan pertimbangan terhadap nilai yang diungkapkanya.4
Media massa seringkali juga menampilkan banyak etnis di Tanah Air sebagai subyek tayangannya, sebut saja etnis Jawa, Papua, Batak, Padang dan 4
Burton Graeme, 2008, Yang Tersembunyi di Balik Media, Yogyakarta & Bandung: Jalasutra, hal 115
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
Sunda. Beberapa etnis ini direpresentasikan melalui bahasa, dialek, ekspresi dan karakteristik yang ada pada masing-masing tokoh. Melalui tayangantayangan inilah yang bisa menimbulkan persepsi stereotip dan pembentukan identitas pada suatu etnis tertentu. Seperti yang dikatakan Hall dalam Barker yang mengungkapkan bahwa ras adalah suatu konstruksi sosial dan bukan suatu kategori universal atau kategori esensial biologis atau cultural.5
Hal tersebut menimbulkan sebuah konstruksi dan perspektif pada suatu etnis tertentu, sehingga masyarakat memiliki ‘sudut pandang’ tertentu atau stereotip terhadap etnis tertentu. Misalnya saja dalam komedi situasi “Kejar Tayang” memperlihatkan etnis dan ras Jawa diperankan oleh Desy Bauman (Nicolle) sebagai orang Jawa yang lugu, bodoh dan tidak paham dalam menyelesaikan setiap pekerjaan yang diberikan kepadanya. Menariknya etnis Jawa, yang diperankan oleh Nicolle berwajah bule yang identik dengan orang Eropa.
Dari beberapa tayangan tersebut contohnya etnis papua yang diangkat ke layar kaca namun terdapat juga tokoh lainnya dari etnis yang berbeda, sebenarnya kita dapat menyimpulkan bahwa Indonesia adalah negara 5
Chris Barker, 2008, Cultural Studie, Kreasi Wacana, Yogyakarta, hal 203
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
kepulauan yang memiliki beragam ras dan etnis. Tiap etnis mempunyai ciri dan identitas yang berbeda. Etnis adalah konsep cultural yang terpusat pada kesamaan norma, nilai, agama, simbol, dan praktik cultural. Sedangkan ras merujuk pada garis karakteristik biologsis dan diyakini yang paling menonjol adalah pigmentasi kulit.6 Misalnya kulit putih, rambut hitam, rambut lurus, rambut keriting dan sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti ingin melihat lebih jauh mengenai bagaimana Stereotip etnis papua dalam tayangan Nusa Tawa di Trans 7, karena kita tahu bahwa budaya kita selalu menganggap bahwa orang timur itu lucu dan mempunyai SDM rendah sehingga itu membuat orang timur dipakai sebagai bahan lelucon dan candaan di masyarakat pada umumnya. Budaya yang kita tahu di orang papua juga cukup unik missal saat orang papua memakai koteka itu adalah lucu bagi kita namun bagi orang papua itu sendiri itu adalah hal biasa karena budaya mereka.
Sampai saat ini tidak banyak tayangan televisi yang mengangkat atau menayangkan etnis orang papua, menurut peneliti ini menjadi angin segar bagi pertelevisian khususnya etnis papua. Sebab stasiun televisi itu bermaksud untuk
6
Chris Barker, 2008, Cultural Studis, Kreasi Wacana, Yogyakarta, hal 203
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
menampilkan warna yang berbeda dengan menampilkan kehidupan orang papua yang tinggal di Jakarta, mengingat selama ini kebanyakan tayangan televisi mengangkat kehidupan orang banyak di Jakarta, tetapi
peneliti
memiliki pandangan berbeda yaitu tayangan tersebut justru merendahkan dan etnis papua dianggap bodoh dan sebagai bahan lelucon saja.
Bila dilihat dari judul tayangan tersebut adalah Nusantara Tertawa, peneliti sudah bisa melihat dari kata Tertawa sendiri sebagai bahan lelucon, sedangkan tayangan tersebut kebanyakan adalah etnis papua, berarti mereka layak untuk dijadikan bahan lelucon.
Peneliti disini juga ingin memberikan banyak gambaran stereotip dari etnis papua tersebut pada tayangan Nusa Tawa di Trans 7 kemudian dari penelitian yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan informasi bagi para pembaca tentang bagaimana hasil representasi pada program tersebut. Kenapa memilih tayangan Nusa Tawa karena menurut peneliti dalam tayangan ini digambarkan bagaimana orang papua sebagai seorang yang bodoh, lugu dan pantas untuk dijadikan guyonan, sehingga dari situ dapat kita analisa dan representasikan bagaimana kita sebagai orang barat dalam memandang orang timur khususnya orang papua.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat lebih dalam bagaimana stereotip etnis papua dalam Tayangan Program Nusa Tawa di Trans 7?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui stereotip etnis papua dalam tayangan program Nusa Tawa di Trans 7.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Teoritis/Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dan menjadi referensi dan inspirasi bagi karya-karya ilmiah tentang program televisi khusunya program sitkom.
1.4.2
Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap studi program tv dan memberikan pemahaman baru tentang etnis papua
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
yang di representasikan sebagai stereotip dalam sebuah tayangan televisi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/