BAB I PENDAHULUAN
A
LATAR BELAKANG MASALAH Dalam Islam umat muslim diwajibkan mengkonsumsi makanan yang halal, karena setiap makanan yang kita konsumsi akan mendarah daging dalam tubuh dan menjadi sumber energi yang penting untuk kehidupan. Rasulullah s.a.w bersabda: “Tidaklah tumbuh daging dari makanan haram, kecuali neraka lebih utama untuknya” (HR At Tirmidzi). Ketidakinginan masyarakat Muslim untuk mengkonsumsi produk-produk haram akan meningkatkan kejelian dalam proses pemilihan produk (high involvement). Sehingga akan ada produk yang dipilih untuk dikonsumsi dan produk yang tersisih. Kehalalan sebagai parameter utama dalam proses pemilihan produk. Ketentuan ini membuat keterbatasan pada produk-produk makanan untuk memasuki pasar umat Muslim. Memastikan makanan yang di konsumsi halal menjadi tanggung jawab bagi setiap muslim. Untuk mempermudah mengetahui makanan yang di konsumsi halal khususnya makanan dalam kemasan maka dapat dilihat dari label halal yang tercantum pada kemasan makanan tersebut. Label pada produk pangan halal yang sangat penting untuk diperhatikan ( Yuli Mutiah Rambe dan Syaad Afifuddin, 2012:01)
1
2
Sesuai dengan peraturan pemerintah No. 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan pasal 2 ayat 1 “Bahwa setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas kedalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label pada, di dalam dan atau di kemasan pangan”. Munculnya Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan
Produk
Halal
mengharuskan
para
produsen
makanan
mendaftarkan produk makanan untuk diuji status halal oleh MUI. Direktur LPPOM MUI sebut cara daftar ini mudah. Label merupakan alat penyampaian informasi tentang produk yang tercantum pada kemasan. Selain memberikan informasi mengenai nama produk, label juga memberikan informasi daftar bahan yang terkandung dalam produk, berat bersih, daya tahan, nilai ataupun kegunaan produk serta keterangan tentang halal. Pencantuman tulisan “halal” diatur oleh keputusan bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Agama No. 427/MENKES/SKB/VIII/1985. Makanan halal adalah semua jenis makanan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang terlarang/haram atau yang diolah menurut hukum-hukum Islam. Produsen yang mencantumkan tulisan “halal” pada label/penandaan makanan produknya bertanggung jawab terhadap halalnya makanan tersebut bagi pemeluk agama Islam. (Lukman
:Direktur
LPPOM
MUI)
mengatakan,
mestinya
perusahaan makanan mendaftarkan produk makananya ke LPPOM MUI
3
untuk biasa mendapatkan sertifikat halal. Sehingga konsumen biasa percaya terhadap kualitas makanan tersebut. (Lukman :Direktur LPPOM MUI) mengatakan, proses pengajuan Sertifikat Halal melalui tahap pengajuan berkas via online. Mulai dari komposisi makanan, hingga pada system perolehan bahan olahannya. Perusahaan memberikan data tersebutpada LPPOM MUI, kemudian LPPOM MUI melakukan pengecekan langsung kepabrik perusahaan tersebut. Begitu juga pada saat perpanjangan, hal yang sama juga dilakukan oleh LPPOM MUI. Ia menambahkan dari proses pengajuan hingga pemeriksaan memakan waktu hingga satu bulan. Sebab, waktu tersebut digunakan LPPOM MUI untuk memverifikasi keabsahan data yang diberikan perusahaan, baru setelah itu pihak LPPOM akan memberikan jadwal audit kepada pihak perusahaan. Tidak ada alasan bagi para produsen makanan untuk tidak mendaftarkan produk makanannya, Melihat penduduk Indonesia mayoritas adalah umat muslim, pengajuan sertifikat halal ini, mampu menambah kepercayaan konsumen sehingga konsumen tidak ragu untuk membeli makanan yang halal. (Lukman: Direktur LPPOM MUI) (Sumber : http://nasional.republika.co.id ). Isu Solaria menggunakan bahan haram dalam masakannya mencuat sekitar dalam tahun 2013 lalu. Ini bermula dari pengakuan Dosen akuntansi Universitas Airlangga (UNAIR), Prof. Tjiptohadi Sawarjuwono, Ph.D. yang menyebutkan bahwa pewaralaba rumah makan Solaria
4
diwajibkan menggunakan angciu (arak merah) dan minyak babi dalam beberapa jenis masakannya. (Sumber : http://www.voa-islam.com) Setidaknya ada enam restoran skala nasional yang belum melakukan sertifikasi halal MUI, yakni Starbuck, Paparons Pizza, Hanamasa, Jco, Burger King, Breadtalk (Lukman : Direktur LPPOM MUI). (Sumber : http://www.arrahmah.com ) (Lukman :Direktur LPPOM MUI) menyatakan bahwa seluruh proses di Solaria telah dilakukan pemeriksaan, dan berdasarkan laporan auditor serta rekomendasi dari Komisi Fatwa MUI, Solaria berhak memperoleh sertifikat halal MUI (Dedy : Operation Manager Solaria) menyatakan, dengan diterimanya Sertifikat Halal dari MUI ini, pihaknya memastikan bahwa seluruh menu makanan dan minuman yang disajikan oleh Solaria terjamin halal, karena semua bahan baku masakan yang kami gunakan pun sudah bersertifikat halal dari MUI. (Sumber : http://www.arrahmah.com wib). Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan menguji kembali apakah hasil dari penelitian terdahulu dari variable-variabel yang di terapkan masih berpengaruh atau tidak terhadap variable-variabel objek. Maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang diberi judul PENGARUH LABEL HALAL DAN CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN.
5
B
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan
uraian
latar
belakang
penelitian
yang
telah
dikemukakan tersebut, maka dapat dirumuskan masalah yaitu : “Bagaimana pengaruh Label Halal dan citra merek terhadap minat beli konsumen ( Studi pada restaurant Solaria)”?
C
BATASAN MASALAH Mengingat
ruang lingkup
permasalahan
yang ada,
untuk
mempermudah dalam upaya penelitian ini maka adanya suatu batasan masalah. Dari indentifikasi masalah yang terpapar di atas diperoleh gambaran wilayah yang begitu luas apabila diteliti secara menyeluruh. Penulis menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas dan fokus. Selanjutnya masalah yang menjadi obyek penelitian dibatasi 100 responden untuk dimintai keterangan mengenai tanggapan mereka terhadap label halal, brand imagedan minat beli individu masing-masing. Penelitian ini dilakukan oleh Mahasiswa Universitas Mercu Buana Meruya Jakarta-Barat yang ingin mengetahui pengaruh Label Halal dan Citra Merekterhadap terhadap Minat Beli Konsumen.
6
D
TUJUAN DAN KONSTRIBUSI PENELITIAN 1. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan teori yang didapat dan diperoleh dari bangku kuliah dengan kenyataan yang ada dilapangan, serta mencari dan mengumpulkannya hingga dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang ada. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pengaruh label halal dan citra merek secara simultan terhadap minat beli konsumen. b. Untuk mengetahui pengaruh citra merek terhadap minat beli konsumen c. Untuk mengetahui pengaruh label halal terhadap minat beli konsumen. 2. Kontribusi penelititan Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Secara besar penelitian ini berguna bagi : a. Bagi Penulis Kegunaan penelitian ini bagi penulis yaitu untuk menambah ilmu pengetahua nuntuk dapat membandingkan teori yang telah di dapat di bangku perkuliahan dengan situasi dan kondisi yang sebenarnya dan kenyataan di kehidupan sehari-hari. b. Bagi Perusahaan
7
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah bukti empiris tentang pengaruh label halal dan citra merek terhadap minat beli konsumen. c. Bagi pihak lain Hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh khalayak umum sebagai bahan referensi serta dapat digunakan penelitian lain sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.