BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan berbagai jenis tanaman hias. Di samping terkenal sebagai negara agraris juga merupakan salah satu negara yang memiliki arti penting dalam bidang pertanian karena letaknya yang strategis.
Sebagai negara kepulauan yang memiliki 13.667 pulau dengan usaha tanaman hias, namun untuk menjaga keseimbangan ekosistem, pekarangan yang dapat dimanfaatkan untuk areal tanaman hias disarankan agar lebih dari 20% dari luas pekarangan yang ada, dengan tersedianya areal budidaya yang cukup luas tersebut, maka diharapkan agar budidaya tanaman hias lebih mampu menunjang perolehan devisa negara dari sektor pertanian terutama usaha tanaman hias dapat menambah pendapatan keluarga menuju perbaikan kesejahteraan mereka sekaligus menjadi pemacu peningkatan nonmigas (Soerojo, 2008).
Tanaman hias bonsai merupakan salah satu barang konsumsi manusia yang mana permintaannya akan terus meningkat terutama bagi para hobiis, pembisnis ataupun di hari-hari besar sehingga berdampak terhadap peningkatan kegiatan produksi di sentra produksi, dengan adanya kegiatan produksi ini maka akan berdampak positif (prospek yang baik) terhadap pendapatan keluarga, dengan kata lain pendapatan petani dan kesejahteraan petani diharapkan meningkat dan juga penyediaan kesempatan kerja terhadap keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Bonsai merupakan tanaman kerdil yang umumnya ditanam dalam pot dan memiliki seni yang hidup terutama di bagian akar, batang dan daun. Tanaman ini terus berkembang dan semakin lama semakin indah dan juga bernilai tinggi. Beragam gaya dan ukuran bonsai telah banyak beredar di kalangan hobiis dan kolektor. Hal ini berbeda dengan tanaman hias lainnya. Bonsai juga bisa dinikmati kecantikannya baik di dalam maupun di luar ruangan yang masing-masing mempunyai keunikan tersendiri (Sulistyo, 2008).
Bonsai di Indonesia semula hanya sebagai hobi dari beberapa penggemar, tetapi dengan adanya pemberitaan dari beberapa media cetak yang memberikan informasi mengenai bonsai, maka bonsai tidak lagi menjadi milik beberapa orang. Awal tahun 90-an penggemar bonsai semakin banyak. Umumnya para penggemar bonsai menyenangi jenis bonsai dari tanaman asli Indonesia yang berasal dari hutan. Penggemar bonsai jenis tanaman asli Indonesia ini bukan hanya masyarakat dalam negeri, melainkan luar negeri seperti Eropa dan Amerika. Bonsai tropis Indonesia ini merupakan bonsai kelas dunia yang berdampak positif terhadap prospek bisnis bonsai di Indonesia. Bonsai ini bisa dikatakan sebagai komoditi ekspor nonmigas peraup devisa. Hal ini dikarenakan Indonesia sudah mampu bersaing dengan negara-negara penghasil bonsai lainnya seperti jepang negara asal bonsai (Tim Penulis PS, 2004).
Di samping peningkatan devisa non migas melalui peningkatan ekspor pengembangan budidaya tanaman hias secara umum di Sumatera Utara khususnya Kabupaten Deli Serdang sekaligus juga akan dapat :
Universitas Sumatera Utara
a. Memberikan kesempatan bagi petani tanaman hias dipedesaan dalam usaha komoditi ekspor nonmigas. b. Penyediaan lapangan kerja di bidang budidaya tanaman hias bagi keluarga. c. Peningkatan pendapatan petani tanaman hias terhadap keluarga. d. Pemanfaatan sumberdaya pertanian secara optimal.
Sedangkan Provinsi Sumatera Utara mempunyai potensi tanaman hias yang terdapat di Daerah Deli Serdang dan beberapa daerah lainnya. Pada umumnya tanaman hias di Sumatera Utara khususnya Kabupaten Deli Serdang mengalami kemajuan yang cukup pesat, bila diukur dari peningkatan produksi, pemenuhan bahan baku dan konsumsi masyarakat serta peningkatan devisa negara melalui ekspor produksi tanaman hias di Kabupaten Deli Serdang.
Di Daerah Sumatera Utara khususnya Kabupaten Deli Serdang cukup banyak tersedia lahan dalam rangka pengembangan tanaman hias seperti : bonsai, anggrek, anthurium, mawar, melati dan lain-lain, semuanya bernilai ekonomi tinggi yang dapat diusahakan semua pengusaha dari petani tanaman hias yang mempunyai modal kuat. Berikut data luas panen, produktivitas dan produksi beberapa tanaman hias di Kabupaten Deli Serdang tahun 2009.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Berbagai Jenis Tanaman Hias di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 No. Jenis Tanaman Luas Produktivitas Produksi Hias Panen (m2) (tgk/m2) (tangkai) 1 Anggrek 200 1,05 210 2 Bonsai 900 1,07 960 3 Anthurium 45 1,11 50 4 Mawar 60 1,13 68 5 Melati 180 1,43 258 6 Gladiol 420 0,98 412 7 Palem 30 2,00 60 8 Krisan 30 0,80 24 9 Pakis 10 1,00 10 10 Caladium 10 1,00 10 Jumlah 1.885 11,57 2.062 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, 2009
Tabel 1. memperlihatkan beberapa jenis tanaman hias yang banyak di produksi di Kabupaten Deli Serdang diantaranya yaitu bonsai sebanyak 960 tangkai (46,55%), gladiol 412 tangkai (19,98%) dan melati 258 tangkai (12,51%). Berdasarkan keterangan tabel 1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 produksi bonsai di Kabupaten Deli Serdang menempati peringkat ke-1, yaitu sebanyak 960 tangkai (46,55%). Hal ini menunjukkan bahwa bonsai sudah mempunyai tempat di hati masyarakat petani untuk diusahatanikan.
Di Kabupaten Deli Serdang, daerah yang paling banyak mengusahakan tanaman hias bunga salah satunya tanaman hias bonsai. Pada umumnya tanaman hias bonsai ini memiliki keunikan tersendiri yaitu tanaman yang tumbuh dan menjadi tua namun tidak berkembang menjadi tinggi. Tanaman ini sebuah kekerdilan alam yang menjadi suatu keindahan bentuk tanaman. Untuk menghasilkan bonsai membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, perlu diketahui sistem pengelolaan usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Di Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa ini terdapat beberapa tanaman hias, salah satu tanaman hias yang termasuk tanaman unggulan adalah tanaman hias bonsai. Disini dapat dilihat dari tingkat produksi pada tahun 2009 yaitu sebanyak 960 tangkai. Sehingga, dapat dikatakan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan keluarga petani. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis tingkat kontribusi pendapatan petani tanaman hias bonsai terhadap pendapatan keluarga.
Berdasarkan survei dari petani, maka harga tanaman hias bonsai ini masih tetap bertahan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat masih adanya permintaan tanaman bonsai untuk dijual kembali. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kelayakan. Dalam melakukan analisis kelayakan ini, maka Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa dipilih sebagai daerah penelitian karena daerah ini memiliki tingkat produktivitas tanaman hias bonsai yang paling tinggi di Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan pernyataan yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang hendak diteliti adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem pengelolaan usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian? 2. Berapa besar kontribusi pendapatan usahatani tanaman hias bonsai terhadap pendapatan keluarga? 3. Apakah usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian layak untuk dikembangkan?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sistem pengelolaan usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian. 2. Untuk menganalisis tingkat persentase kontribusi pendapatan usahatani tanaman hias bonsai terhadap pendapatan keluarga. 3. Untuk menganalisis kelayakan usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak-pihak yang mengusahakan tanaman hias bonsai dalam mengembangkan usahataninya. 2. Sebagai bahan untuk melengkapi skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian USU Medan. 3. Sebagai landasan atau informasi untuk penelitian yang serupa di daerah lain.
Universitas Sumatera Utara