1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahasa Jepang (selanjutnya disingkat BJ) digunakan sebagai alat komunikasi atau pengantar dalam interaksi kehidupan oleh masyarakat Jepang yang berpenduduk ±120 juta jiwa. Selain menjadi bahasa nasional, BJ juga berkembang di beberapa negara. The Japan Foundation mencatat sepuluh negara yang paling banyak jumlah pembelajar BJ (tabel 1). Berdasarkan data itu, diketahui bahwa jumlah pembelajar BJ di Indonesia juga mengalami perkembangan, bahkan peningkatannya mencapai 21,8% dalam kurun waktu tiga tahun. Tabel 1 Tingkat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Negara China Indonesia Korea Australia Taiwan USA Thailand Vietnam Malaysia Philipina
2009 827,171 716,353 964,014 275,710 247,641 141,244 78,802 44,272 22,856 22,362
2012 1,046,490 872,406 840187 296,672 232,967 155,939 129,616 46,762 33,077 32,418
% kenaikan 26,5 21.8 ↓12.8 7.8 ↓ 5.9 10.4 64.5 5.6 44.7 45.0
Sumber: Buletin Triulan EGAO Vol.15/No.4-Oktober 2013, The Japan Foundation
Di beberapa wilayah di Indonesia seperti di Bali jumlah pembelajar BJ juga terus bertambah sehingga kajian-kajian bahasa Bali (BB) dan BJ mendesak dilakukan untuk membantu dan bekerja sama memecahkan masalah-masalah yang
1
2
terdapat dalam bahasa itu. Sekilas dilihat persamaan dan perbedaan kedua bahasa ini, baik bahasa Jepang maupun bahasa Bali (BB) memiliki tingkat tutur. Namun, urutan kata berbeda, yaitu bahasa Jepang SOV, sedangkan bahasa Bali SVO. Selain itu, kedua bahasa ini juga memiliki dialek. Secara umum BJ memiliki empat variasi/dialek. Keempat dialek itu adalah (i) dialek Jepang Timur yang wilayah pemakaiannya terdapat di Hokkaido, Tohoku, Kanto, Tokai Tosan; (ii) dialek Jepang Barat yang wilayah pemakaiannya Hokuriku, Kansai, Chugoku, Shikoku; (iii) dialek Kyushu, dan (iv) dialek di Kepulauan Ryukyu. BB juga memiliki dialek yang tersebar di delapan kabupaten. Dari persamaan dan perbedaan kedua bahasa ini jika ditelaah lebih dalam maka akan dapat ditemukan keunikan atau kekhasan masing-masing. Salah satu keunikan kedua bahasa ini dapat dilihat melalui perilaku subjek (S) dan objek (O) yang diikat oleh argumen verba, seperti yang terlihat dalam contoh berikut. (1.1)
Icang meli-ang adi -ne gagapan saya beli -Suf adik-POSS oleh-oleh ‘Saya membelikan adik oleh-oleh’
(1.2)
Boku wa otouto ni omiyage o katte agemasu saya Nom adikLK Dat oleh-oleh Acc beli-kan ‘Saya membelikan adik laki oleh-oleh’
(1.3)
Tiang nu-mbas-ang matua -ne ajengan kakak Af-beli - Suf mertua-POSS makanan ‘Saya membelikan mertua makanan’
(1.4)
Watashi wa giri no otousan ni tabemono o katte-sashiagemasu kakak Nom mertua POSS bapak Dat makanan Acc beli-kan ‘Saya membelikan bapak mertua makanan’ Contoh di atas memperlihatkan bahwa verba dalam BB dan BJ bersesuaian
dengan S dan O. Pada kalimat (1.1) Icang ‘saya’ (ragam biasa) berperan sebagai
3
agen berfungsi sebagai S dan adine ‘adik’ (ragam biasa) berperan sebagai resipien berfungsi sebagai O. Kedua argumen ini dipengaruhi oleh verba meliang ‘membelikan’ . Hal ini dapat dibuktikan pada kalimat (1.3), yaitu argumen S dalam hal ini diisi oleh FN tiang ‘saya’ (ragam hormat) dan argumen O diisi oleh FN matuane ‘mertua’ dipengaruhi oleh verba numbasang ‘membelikan’. Verba meliang untuk ragam biasa dan verba numbasang untuk ragam hormat. Dalam BJ pada kalimat (1.2) dan (1.4) juga argumen S dan O dipengaruhi oleh verba katte-agemasu ‘membelikan’ dan katte-sashiagemasu ‘membelikan’. Pada (1.2) fungsi S diisi oleh FN boku ‘saya’ (ragam biasa) dan fungsi O diisi oleh otouto ‘adik laki’ (ragam biasa). Hal ini dapat dibuktikan pada (1.4) , yaituargumen S diisi oleh FN watashi ‘saya’ dan argumen O diisi oleh FN giri no otousan ‘bapak mertua’ yang kehadirannya dipengaruhi oleh verba kattesashiagemasu. Jadi katte-agemasu untuk ragam biasa dan katte-sashiagemasu untuk ragam hormat. Dalam penelitian ini fungsi S dan O difokuskan pada kajian morfosintaksis, karena dari contoh diatas dapat dikenali bahwa afiksasi verba menuntut kehadiran argumen. Contoh di atas, yaitu pada (1.1) verba meliang berasal dari kata meli ‘membeli’ mendapat sufiks {-ang} sehingga menuntut kehadiran argumen objek langsung (OL) yang dalam hal ini diisi oleh FN adine. Dalam BB konstruksi verba berargumen tiga selalu menempatkan argumen agen pada preverbal dan resipien pada postverbal. Perhatikan contoh di bawah ini. (1.5)
Icang meli-ang adi -ne gagapan saya beli -Suf adik-POSS oleh-oleh ‘Saya membelikan adik oleh-oleh’
4
(1.6)
Adi-ne meli-ang icang gagapan adik-POSS beli-Suf saya oleh-oleh ‘Adik membelikan saya oleh-oleh’ kalimat (1.5) fungsi S berada pada preverbal, sedangkan dalam (1.6) posisi
S berada pada postverbal, tetapi bentuk verba tidak berubah. Makna kalimat (1.5) Icang sebagai agen, adine sebagai resipien. Pada (1.6) adine sebagai agen, icang sebagai resipien. Dalam BJ argumen agen yang berfungsi sebagai S dimarkahi oleh partikel wa, argumen resipien yang berfungsi sebagai O dimarkahi oleh partikel ni, tetapi bentuk verbanya berubah. Perhatikan contoh berikut. (1.7)
Boku wa otouto ni omiyage o katte agemasu saya Nom adikLK Dat oleh-oleh Acc beli-kan ‘Saya membelikan adik laki-laki oleh-oleh’
(1.8)
Otouto wa boku ni omiyage o katte kuremasu adik Nom saya Dat oleh-oleh Acc beli-Suf ‘Adik membelikan saya oleh-oleh’ Dalam bahasa Jepang setiap fungsi sintaksis dimarkahi oleh partikel dan
kata ganti orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga memengaruhi bentuk atau pilihan verba yang digunakan. Di samping itu, dalam verba berargumen tiga BJ dikenal istilah uchi soto. Verba berargumen tiga BB dan BJ merupakan verba turunan yang dihasilkan melalui proses afiksasi. Afiksasi ini akan mengubah relasi-relasi gramatikal atau fungsi gramatikal suatu konstruksi kalimat.
1.2 Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu sebagai berikut.
5
1. Bagaimanakah perbandingan struktur kalimat dan proses morfologis verba berargumen tiga bahasa Bali dan bahasa Jepang? 2. Bagaimanakah perbandingan fungsi – fungsi sintaksis verba berargumen tiga bahasa Bali dan bahasa Jepang?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membuktikan dan menguji kemutakhiran Teori Tatabahasa Relasional (Teori Relasional) dalam BB dan BJ. Selain itu, untuk mengetahui karakteristik kedua bahasa ini yang mungkin tidak dimiliki oleh bahasa lain. Tujuan lainnya adalah dapat memperkaya khazanah sintaksis BB dan BJ khususnya yang bertalian dengan relasi-relasi gramatikal pada verba berargumen tiga. Penelitian ini diharapkan pula dapat memberikan celah bagi peneliti berikutnya untuk melanjutkan kajian ini ke arah yang lebih baik.
1.3.2 Tujuan Khusus Secara khusus tujuan penelitian ini adalah seperti di bawah ini. 1). Mendeskripsikan struktur kalimat dan proses morfologis verba berargumen tiga BB dan BJ. 2). Mendeskripsikan fungsi-fungsi sintaksis verba berargumen tiga BB dan BJ.
1.4 Manfaat Penelitian
6
Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Teoretis Manfaat teoretis penelitian ini, yakni memberikan tambahan data yang berbeda dan memberikan petunjuk bahwa Teori Tatabahasa Relasional dapat diaplikasikan dalam BB dan BJ.
1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini mendokumentasikan struktur dan makna verba berargumen tiga BB dan BJ. Pendokumentasian ini dapat dijadikan sebagai salah satu informasi ilmiah tentang karakteristik verba berargumen tiga BB dan BJ selain itu, dapat dijadikan sebagai studi perbandingan lintas bahasa oleh para pemerhati bahasa pada umumnya dan dapat dimanfaatkan untuk pertimbangan dalam diskusi, pendidikan, dan pengayaan materi sintaksis. Hasil penelitian ini dapat juga bermanfaat bagi masyarakat umum yang mempelajari bahasa Jepang seperti pemandu wisata (guide) dalam berinteraksi dengan tamunya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup bahasan verba BB dan BJ sangat luas. Untuk menghindari terlalu luasnya bidang kajian yang berakibat kaburnya permasalahan penelitian ini, maka lingkup penelitian dibatasi hanya pada pengidenfikasian struktur kalimat
7
dan proses morfologi verba berargumen tiga. Selain itu, juga dilihat perubahan struktur yang dihasilkan dari proses morfologi tersebut.